Apabila Bhikkhu non organisasi tidak benar,bertindak sembrono,tidak menjalankan sila vinaya dgn benar, membabarkan Dhamma yang salah,maka umat dan pengurus vihara untuk selanjutnya tidak usah lagi mengundang
Bhikkhu tersebut,dan hal ini sangat mudah dilakukan karena hanya berhubungan dengan pribadi Bhikkhu tersebut. Lain halnya kalau Bhikkhu organisasi,walaupun tidak benar,bertindak sembrono, tidak menjalankan sila vinaya dgn baik,membabarkan Dhamma yang salah,materialis,umat dan pengurus akan kesulitan menolak Bhikkhu tersebut untuk
kembali ke vihara,karena dia ditugaskan oleh organisasi,sering pengurus sudah melapor ke pusat,tetapi tidak ada tanggapan,yang datang itu lagi,itu lagi.
Apalagi Bhikkhu yang tidak benar tersebut punya wewenang dan berkuasa dalam organisasi,sebagai
koordinator Sangha di wilayah tersebut maka pengurus dan umat tidak bisa menolak kehadirannya,ini adalah fakta yang terjadi di banyak daerah,mereka tak punya kuasa menolak,akhirnya hanya urut-urut dada melihat tingkah laku
Bhikkhunya, terkadang kalau diberi saran bicara seenaknya menyakiti hati umat dan pengurus.
Puncak dari kejadian ini yang Mudita lihat di lapangan adalah karena pusat tidak menanggapi keluhan
daerah,akhirnya dengan terpaksa mereka melepaskan dirinya dari naungan organisasi Sangha.Awalnya mereka
merasa kesulitan,akan tetapi karena sekarang sudah banyak Bhikkhu Non Organisasi dan Bhikkhu-Bhikkhu dari
negara Thailand yang siap membina dan membantu,akhirnya mereka malah merasa Vihara mereka makin maju sejak melepaskan diri dari naungan organisasi.
Seharusnya ini menjadi pelajaran berharga bagi organisasi Sangha untuk berbenah diri ke arah yang lebih
baik dalam melayani umat dan menjalankan pelatihan diri. Semoga tulisan ini membawa pencerahan dan kebaikan bagi yang berjiwa positif.
Dari mudita dewi note