Efek Letusan Merapi di Vihara MendutPohon tumbang di depan Kuti para bhikhu. Foto 5-11-2010 pagi.
Pohon tumbang di depan Kuti para bhikhu. Foto 5-11-2010 pagi.
Dini hari ini, Merapi muntah lagi. Menurut berita, ini lebih besar daripada letusan yang menewaskan Mbah Maridjan. Di Vihara Mendut, hujan pasir sudah dimulai sebelum jam 1 dini hari (tengah malam) tadi, dan lebat sekali. Pohon2 mulai bertumbangan, suaranya menakutkan sekali. Bhante Pannyavaro (Kepala Sangha Theravada Indonesia) mengungsi dari kutinya ke bangunan depan, agar jauh dari pohon besar. Sampai jam 5 pagi, suasana masih mencekam. Hujan pasir tidak berhenti. Info jam 5 pagi tadi, pasir sudah setinggi 1 cm lebih dan pohon2 masih bertumbangan. Kebun di Vihara Mendut hancur berantakan. Untung (masih untung) bangunan2 tidak rusak.
Jakarta sering dilanda banjir dan kita menderita saat itu, tidak bisa ke mana2, listrik padam, kulkas tidak berfungsi, dll. Tapi ternyata penderitaan kita tidak separah korban Merapi. Selain rugi harta benda, rumah musnah, matapencaharian terganggu, mereka juga banyak yang kehilangan keluarga dan tidak sedikit yang luka bakar. Semburan awan panas Merapi dini hari ini banyak membawa korban tewas dan luka bakar. Rumah sakit mulai penuh, demikian berita yang saya ikuti dari pagi di TV. Banyak orang yang tidak menyadari, dan tidak sempat menghindar, tahu2 sudah luka bakar. Di Magelang, banyak pengemudi motor yang slip/terjatuh karena jalan licin, penuh lumpur tebal.
Kita perlu titip stock masker yang banyak di Vihara Mendut dan Karangdjati. Para Bhikkhu dan karyawan harus memakai masker di saat2 seperti ini. Sebab pasir2 halus kalau terhirup bisa berbahaya. Konon, bau belerang dan asap sudah sampai ke Majalengka dan Pengalengan di Jawa Barat.
Semoga uluran tangan kita bisa meringankan beban penderitaan mereka yang terkena dampak letusan Merapi.
Semoga bencana segera berakhir. Semoga semua makhluk terbebas dari bencana.
Semoga semua berbahagia.