//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: The Truth of Nature by : Bhikkhu Buddhadasa  (Read 2610 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
The Truth of Nature by : Bhikkhu Buddhadasa
« on: 18 February 2008, 09:21:26 PM »
"Apa yang diajarkan oleh Buddha?"

Cara terbaik untuk menjawab pertanyaan ini adalah dengan mengutip sabda Buddha sendiri, "Ketahuilah hal ini, o para bhikkhu: dahulu dan sekarang Aku hanya mengajar dukkha dan cara melenyapkan dukkha."

Terlepas dari apakah jawaban ini sesuai atau tidak dengan apa yang Anda pikirkan, harap simak hal ini baik baik. Ada banyak cara untuk menjawab pertanyaan di atas, tetapi ucapan Buddha tersebut adalah ringkasan yang sangat tepat.

Buddha hanya mengajarkan dukkha dan jalan untuk melenyapkan dukkha. Prinsip utama ini menjauhkan pertanyaan pertanyaan yang tidak ada hubungannya secara langsung dengan lenyapnya dukkha. Jangan menghabiskan waktu untuk bertanya, "Apakah ada kelahiran kembali setelah kematian? " atau " Bagaimana kelahiran kembali terjadi?" Hal hal seperti ini dapat dijelaskan lain waktu.

Singkatnya, "Buddha tidak mengajarkan yang lain selain dukkha dan jalan melenyapkan dukhha.
« Last Edit: 18 February 2008, 09:23:39 PM by ryu »
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: The Truth of Nature by : Bhikkhu Buddhadasa
« Reply #1 on: 18 February 2008, 09:27:48 PM »
Selanjutnya, kita mungkin harus menjawab pertanyaan berikut ini,
"Apa yang diajarkan oleh Buddha secara khusus?"

Sekarang Anda sudah mampu melihat bahwa pertanyaan ini bisa dijawab dari berbagai sudut pandang. Pertama-tama, kita bisa menerangkan bahwa Beliau mengajarkan kita untuk menempuh "Jalan Tengah"; tidak terlalu keras dan tidak terlalu lembut, menghindari segala sesuatu yang bersifat ekstrem. Di satu sisi kita menolak praktik penyiksaan diri yang diajarkan oleh sekte-sekte tertentu, yang hanya menciptakan masalah dan kesulitan. Di sisi yang lain, kita harus menjaga diri dari jerat kenikmatan hawa nafsu. Hindari sikap, "Makan, minum, dan bersenang senang karena besok kita akan mati." Sebuah pernyataan sinis dari mereka yang memanjakan diri dengan kenikmatan hawa nafsu.

Sebaliknya, berjalan dijalan Tengah berarti tidak menimbulkan penderitaan bagi diri sendiri serta tidak terseret arus keinginan kenikmatan duniawi. Hasil dari Jalan Tengah adalah kondisi yang mendukung untuk belajar dan berlatih, agar berhasil menghentikan dukkha. "Jalan Tengah" juga sesuai untuk berbagai keadaan di dalam kehidupan sehari hari. Jalan Tengah tidak akan membuat Anda tersesat. Memahami sebab, mengerti akibat, mengenal diri sendiri, mengerti arti "cukup", tahu kapan waktu yang tepat, mengerti orang lain, dan mengerti kelompok masyarakat; Tujuh Kebajikan Mulia ini adalah cara untuk berjalan di Jalan Tengah. Uraian ini adalah satu cara untuk menjawab pertanyaan di atas.

Kita juga bisa menjawab dengan sama baiknya bahwa Buddha mengajarkan kita untuk menjadi penolong bagi diri sendiri. Anda sekalian pasti mengerti apa yang dimaksud dengan menjadi penolong bagi diri sendiri; Anda tidak ingin mendengarnya lagi. Singkatnya, kita tidak boleh bergantung kepada nasib dan takdir. Kita tidak tergantung pada dewa dewa, bahkan kepada "Tuhan". Kita harus menolong diri sendiri. Buddha bersabda, "Jadikan dirimu pelindung bagi dirimu sendiri." Bahkan dalam agama yang mempercayai Tuhan, ada pernyataan bahwa Tuhan hanya menolong mereka yang menolong diri mereka sendiri. Di agama agama lain, perihal menolong diri sendiri mungkin tidak secara tegas diungkapkan. tetapi ini adalah hal yang penting di agama Buddha. Ketika seseorang merasakan kepedihan, kebohongan, serta kepedihan yang sangat dalam, ia harus segera mencari jalan untuk melenyapkan sernua itu dengan prinsip menolong diri sendiri. Buddha bersabda, "Para Buddha hanyalah penunjuk jalan. Setiap orang harus berusaha sendiri." Dengan kata lain, agama Buddha mendorong umatnya untuk belajar bagaimana menolong diri sendiri. Ingat ini baik baik.

   Cara lain adalah dengan menjelaskan bahwa Buddha mengajarkan kalau segala  sesuatu terjadi karena sebab dan kondisi. Semua hal terjadi sesuai dengan hukum sebab dan kondisi, selaras dengan hukum alam.
Ini adalah jawaban yang diterima Sariputra ketika beliau bertanya kepada seorang bhikkhu sebelum akhirnya beliau memutuskan untuk memasuki Sangha. "Buddha mengajarkan; Segala sesuatu terjadi karena sebab. Kita harus memahami sebab tersebut dan lenyapnya sebab itu." Prinsip Dharma ini sangat ilmiah dan kita dapat mengatakan bahwa prinsip prinsip agama Buddha sejalan dengan prinsip prinsip ilmu pengetahuan. Buddha tidak menggunakan individu atau sesuatu yang subyektif sebagai kriteria; ini menunjukkan bahwa Agama Buddha adalah agama yang logis.

Untuk menjawab pertanyaan di atas dari sudut pandang yang lain, sebagai aturan kehidupan, Buddha mengajarkan, "Hindari kejahatan, lakukan kebajikan, sucikan pikiran." Ketiganya disebut Ovada patimokkha, yang artinya: ringkasan dari seluruh ajaran (Buddha). Menghindari kejahatan, melakukan kebajikan, dan mensucikan pikiran. Menghindari kejahatan dan melakukan kebajikan tidak perlu dijelaskan lebih lanjut. tetapi mensucikan pikiran tidaklah terlalu mudah untuk dipahami. Jika seseorang terus melekat, bahkan kepada kebaikan, pikiran menjadi tidak suci; takut tidak lagi mendapatkan kebaikan, takut terpisah dengan kebaikan, gelisah, kuatir, dan melekat pada ini dan itu sebagai "milikku". Semua ini menghasilkan penderitaan. Walaupun kita mungkin sudah berhasil menghindari kejahatan dan melakukan kebajikan, kita masih harus mengetahui bagaimana membebaskan pikiran. Jangan mencengkeram atau melekat pada apa pun juga dengan menganggapnya sebagai "aku , atau sebagai milikku. Jika tidak, cengkeraman atau kernelekatan tersebut akan menjadi beban berat dan menghasilkan penderitaan. Dengan kata lain, cengkeraman dan kemelekatan sama seperti membawa sebuah benda ke mana mana sepanjang waktu, sesuatu yang teramat yang berat, sebuah penderitaan yang amat berat. Bahkan beban sekarung batu permata yang dibawa di pundak atau kepala sama beratnya dengan sekarung batu karang. Oleh sebab itu, jangan bawa batu karang atau permata bersama Anda. Letakkan! Jangan menaruh beban berat di kepala (pikiran) Anda. Inilah yang dimaksud dengan "mensucikan pikiran". Jadi, mensucikan pikiran adalah latihan yang ketiga. Yang pertama adalah menghindari kejahatan, yang kedua adalah melakukan kebaikan, dan yang ketiga adalah mensucikan pikiran. Inilah ajaran Buddha.

Satu lagi ajaran Buddha yang sangat penting, sebuah pesan yang harus diingat. Buddha bersabda, "Segala sesuatu yang terbentuk (seluruh benda dan segenap makhluk di dunia ini) tidak pernah berhenti berubah, selalu hancur (segala sesuatu tidak kekal). Oleh sebab itu, kita harus senantiasa sadar! Perhatikan baik baik kata kata ini: Segala sesuatu di dunia ini selalu berubah dan hancur, dengan kata lain, tidak ada yang kekal. Ini serius. Jika Anda tidak memahami ketidakkekalan, ini bisa melukai, menampar, mengikat, dan menahan Anda. Anda bisa dibuat duduk terdiam, menangis dan mungkin juga bunuh diri.
Sekarang mari kita kumpulkan dan ulangi jawaban jawaban untuk satu pertanyaan ini. Jika Anda ditanya, "Apa yang Buddha ajarkan?" jelaskan salah satu jawaban di bawah ini:
Buddha mengajarkan kita untuk mempraktikkan Jalan Tengah;

Buddha mengajarkan kita untuk menolong diri sendiri;

Buddha mengajarkan kita untuk memahami hukum sebab akibat dan mengaturnya dengan tepat untuk mendapatkan hasil hasil yang diinginkan;

Buddha mengajarkan   prinsip,    "Hindari kejahatan, lakukan kebajikan, sucikan pikiran".

Buddha juga mengingatkan kita bahwa segala sesuatu yang terbentuk dari beragam unsur bersifat tidak kekal dan terus berubah, dan kita harus menyadari hal ini dengan sejelas mungkin.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline BlackDragon

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 154
  • Reputasi: 5
  • Gender: Male
  • *SADHAKA*
Re: The Truth of Nature by : Bhikkhu Buddhadasa
« Reply #2 on: 01 March 2008, 03:39:29 PM »
Saya juga ud sempet baca, bener2 buku yg bagus dan harus dibaca oleh manusia2 yg "mengaku" Buddhis. 8)

Langsung ke inti sari ajaran Buddha Gautama.

 _/\_
Hanya orang bodoh yg merasa dirinya cukup pintar.

 

anything