Bodhgaya1.Terbangun jam 6 pagi, dan mulai menonton pemandangan dari jendela kereta. Di sepanjang jalan, terlihat ratusan sapi, puluhan kambing, belasan babi hutan hitam, beberapa ayam dan satu unta. Unik juga ada unta di pinggir sawah. Kereta terlambat 2 jam dan sampai pagi sekitar jam 8. Males banget nego harga rickshaw dan dikerumuni teriakan2 supir rickhsaw. Jadi di dalam kereta udah sms no hp yang tertera di website Dhamma Bodhi. Dan ada orang yang membantu memanggil rickshaw dan langsung diantar ke meditation center Dhamma Bodhi, sekitar beberapa kilometer dari pusat kota Bodhgaya, perjalanan 30 menit, bayar rs 160 tanpa capek cari2 rickshaw. Dan di tengah jalan, mesti mengantri karena ada 2 ekor sapi tiduran di tengah jalan, jadi mobil2 harus memutar ke samping jalan. Btw, katanya kalau membunuh sapi di India, hukumannya masuk penjara dan mungkin juga digebukin orang kampung sebelumnya.
2. India memang aneh bin ajaib. Meditation center Dhamma Bodhi (
www.dhamma.org) ini juga lumayan aneh bin ajaib. Banyak hal2 yang berkontradiksi 180%, gabungan antara kesederhanaan zaman kuno dan modernitas abad 21. Luasnya kira2 sepuluh kali lipat dari Dhamma Java di Gunung Geulis, Bogor.
ada lapangan rumput dan pohon2 rindang,
ada pagoda putih keemasan,
ada kodok2 berloncatan di dalam ruang makan karena kebetulan sedang musim hujan,
ada ipad di ruang meditation hall untuk sound system,
ada ular2 melintas di jalan setapak,
ada kari dan kari setiap pagi siang dan malam,
ada listrik yang padam 5 kali sehari,
ada burung2 unik yang belum pernah dilihat di tempat lain,
hanya ada air dingin untuk minum dan mandi,
ada chai teh susu yang super enak dan kue asam dan manis,
ada AC yang dibuka hanya seminggu sekali
ada snack popcorn beras rasa kari setiap hari untuk makan malam,
ada long term server yang hebat dan tenang dalam segala situasi,
ada guru yang super cuek dan ada guru yang super ramah,
ada scorpio yang tinggal di kain pel,
ada ratusan ajahn nyamuk yang siap mengajar tentang anicca, dukkha, anatta,
ada bunga2 warna kuning merah ungu,
ada ribuan cacing merah yang berubah menjadi belatung abu2 di sepanjang jalan dan tembok,
ada bunyi kerincingan dari lonceng angin di pagoda,
ada bulan putih dikelilingi lingkaran merah muda,
ada bintang2 terang bertebaran di langit,
ada perasaan kecewa, jijik dan sakit perut
ada perasaan damai, puas, terima kasih dan kekaguman
Hal yang paling menggugah hati bukanlah fasilitas bangunan ini itu
tapi suasana, atmosfer dan orang2 yang berada dalam center
sungguh menimbulkan rasa hormat dan terima kasih yang mendalam.
Dan pastinya masih ingin datang lagi ke tempat ajaib ini
3. Kota Bodhgaya sebuah kota kecil mungkin sebesar Berastagi, di dekat Medan. Ada satu jalan utama di mana Mahabodhi temple berada, di sana ada belasan guest house, hotel, restaurant internet cafe. Di sinilah pusat kota dan bisa dikelilingi dengan jalan kaki beberapa jam. Ada 11 Wihara Thailand, beberapa wihara Myanmar, dan puluhan wihara lain dari berbagai negara.
4. Ada puluhan pengemis anak2 dengan pakaian compang-camping, muka dan rambut berdebu seperti tidak mandi berminggu-minggu. Mereka kebanyakan tidak mengemis uang, tetapi mengemis minta makanan. Biasanya memberi buah, atau air, atau nasi untuk anak yang sendirian. Karena kalau memberi kepada segerombolan anak, akan dikerumuni dan ditarik2 bajunya dan lumayan berbahaya kecopetan dll. Ada juga pengemis tangan buntung yang tiap hari berada di tempat yang sama. Miskin di India berarti tidak makan berhari-hari, miskin di Indonesia mungkin masih memiliki hp, atau setidaknya tidak akan mati kelaparan. Rasanya tidak sama melihat film dokumentar tentang anak-anak kelaparan di TV, dengan merasakan sendiri ditarik2 bajunya oleh anak-anak kurus hitam keling berdebu yang kelaparan. Kata teman, anak-anak jalanan ini 50% tidak akan hidup melewati umur 10 tahun karena kelaparan atau penyakit. Dan anak-anak yang hidup sampai dewasa pun susah mengubah nasib karena terlahir di kasta rendah.
5. Ada wanita India yang sama2 menjadi server di meditation center. Dia mengundang untuk ikut melihat puja di pinggir sungai Neranjana. Hanya jalan kaki 10 menit dari Mahabodhi temple, melewati gang kecil dan pintu gerbang besi yang besar, di seberang gerbang sudah terlihat sungai Neranjana (Kisah sungai Neranjana: Setelah memakan dana nasi susu dari Sujata, Bodhisatta mengucapkan tekad di tepi sungai Neranjana, "jika Aku akan mencapai Kebudddhaan hari ini, semoga cangkir emas ini mengalir ke hulu", dan cangkir itu mengambang dan mengalir melawan arus air menuju arah hulu sungai Neranjana).
6. Ternyata wanita itu adalah seorang ibu yang kehilangan putri balitanya 4 tahun yang lalu karena demam. Dan Ia mengundang 2 Bhante untuk mempersembahkan jubah, melakukan puja di tepi sungai, dan melakukan pelimpahan jasa untuk putrinya yang telah meninggal. Puja di tepi sungai itu mirip ritual puja ala Hindu di India, memakai sesajian seperti di Bali, ada bunga, lilin, air, dupa, beras di piring kertas putih. Bhante membaca paritta Tisarana, Pancasila, Buddhanussati, Dhammanussati, Sanghanussati, Karaniyametta sutta, dan paritta lainnya. Dan setelahnya beberapa teman yang hadir, menempatkan telapak tangan di punggung wanita yang berduka itu. Dan wanita itu kemudian berjalan ke tengah sungai, dan mengalirkan piring2 sesajian itu di sungai. Ia berdiri di sana 5 menit, 10 menit, 15 menit sampai temannya memanggil namanya, baru Ibu itu perlahan berjalan kembali ke tepi sungai. Suasana agak sendu dan khidmat, dengan matahari pagi berkilau2 di atas permukaan air, dan beberapa orang mandi dan mencuci di sungai. Ini adalah pengalaman yang menakjubkan sekaligus membuat hati pilu.
7. Kemudian wanita itu mentraktir sarapan roti dan kari, ditambah chai teh susu yang enak. Dan ternyata Ia telah menyewa mobil setengah hari untuk menuju ke Gua Dungeswhari, tempat Bodhisatta menyiksa diri selama 6 tahun. Perjalanan selama 1.5 jam di mobil kijang ber AC, jauh lebih nyaman dari taksi tanpa AC. Sampai di sana, harus menapak jalan menanjak yang terjal selama 20 menit yang dipenuhi ratusan pilgrim dari Srilanka. Ada belasan pemuda setempat dengan tandu, dan motor untuk mengangkut orang yang tidak sanggup menanjak bukit itu, yang pastinya harus membayar jasa angkut. Guanya kecil sekitar 2 meter persegi, hitam kelam, dan ada patung Bodhisatta yang kurus kering. Begitu masuk gua itu, entah kenapa mendadak rasanya ingin muntah, di dalam gua sangat panas, pengap, sumpek dan ada bau menyengat yang aneh. Untungnya hanya di dalam gua selama 30 detik. Tidak ada bhikkhu yang tinggal di sana, hanya ada beberapa satpam dan penyapu, dan banyak kotak sumbangan, tapi tidak timbul niat untuk menyumbang di sana.
8. Setelah turun dari gua, kita menuju sebuah bangunan kompleks sekolah, rumah sakit yang dikelola oleh Yayasan Join Together Society dari Korea. Mereka memberi pendidikan sekolah gratis untuk 300 anak dari belasan desa di sekitarnya, dan rumah sakit gratis untuk penduduk setempat. Jadi ada memberi sumbangan untuk project ini, karena sepertinya lebih memberikan manfaat yang nyata untuk penduduk setempat. Semua relawannya berasal dari Korea dan harus menerima pelatihan 100 hari, dan mengobrol dengan salah satu relawan, Ia berkata adaptasi kehidupan di India sangat sulit, tapi Ia melakukannya karena aspirasi terhadap Buddha, Dhamma, Sangha.
9. Kembali ke Bodhgaya, wanita itu memberikan uang kepada supir, dan memberikan uang kepada Bhante. Dan Bhante menawarkan mobil dan supir dan perjalanan satu hari ke Nalanda dan Rajgir, tapi ada kesan komersil jadi ditolak. Ternyata wanita itu juga tidak mengenal bhikkhu itu, dan baru bertemu di Bodhgaya. Wanita itu tinggal 30 jam dari Bodhgaya, di propinsi yang jauh, jadi Ia juga tidak begitu mengenal situasi di Bodhgaya. Bhante itu membawa jubah dan memberikan jubah ke wanita itu untuk dipersembahkan kembali kepada Bhante, wanita itu kemudian memberikan uang dan jubah ke tangan Bhante, Bhante menjelaskan tempat2 wisata, dan membacakan paritta, dan juga turun dari mobil dan berteriak pada preman yang meminta uang di tengah jalan. Karena kurang merasa sreg dengan hal2 ini jadi memutuskan tidak menerima tawaran ke Nalanda.
10. Saat retreat di meditation center, ada 2 bhikkhu dari India dan 2 bhikkhu keturunan Thailand yang tinggal di Myanmar. 2 bhikkhu India duduk terbungkuk2 dan 2 bhikkhu Thailand duduk tegak sepanjang hari. Jadi ada pikiran2 dan asumsi2 tentang 4 bhikkhu ini. Setelah retreat selesai, 2 bhikkhu India itu ternyata datang besama pengikutnya dari propinsi lain ke Bodhgaya. Dan salah satu pengikutnya memberitahu kalau 2 bhikhu India adalah bhikkhu hutan yang tinggal di goa dengan harimau, mereka menganut praktik dhutanga dan bertekad punggungnya tidak menyentuh lantai dan tidak bersandar di pohon/dinding, tidak memegang uang dan pindapata tiap hari. Dan bhikkhu Thailand selesai retreat memakai iphone untuk mencari data di internet. Pikiran2 dan asumsi2 di awal retreat, ternyata kenyataanya bertolak belakang 180%. Untungnya sebelum retreat selesai, ada metta session yang meminta maaf atas kesalahan yang dilakukan melalui ucapan, perbuatan, dan pikiran. Tetap memiliki rasa hormat terhadap 4 bhikkhu itu, karena mereka berjalan di jalan Dhamma dengan usahanya masing2, dan disadarkan kembali, bahwa sebagai umat awam jangan sembarangan membuat asumsi2 tidak jelas, dan menilai sembarangan dari hal2 di luar.
11. Untuk makan, kebanyakan makan di Restauran Siam Thai, restauran Thailand yang lumayan enak, harga makannya kira2 rs 100- rs 200. Dan juga makan di restauran Swagat, dengan harga serupa. Ada juga makan jagung bakar rs 10, di depan Mahabodhi Temple. Waktu membeli barang, di semua botol air, snack, sabun, obat nyamuk ada harga yang tercetak dengan tinta hitam di setiap barang. Jadi misalnya 1 botol air mineral rs 15, dan bila toko menagih rs 20, maka kita tahu bahwa itu tidak sesuai harganya, dan bisa mencari toko lain yang lebih jujur
12. Untuk tinggal, hampir semua wihara di Bodhgaya menyewakan kamar dengan harga berbeda2. Menginap 3-4 hari di Taiwan temple, awalnya diberitahu harganya rs 200/malam, tetapi setelah akan check out dan membayar, diberitahu harganya ternyata rs 300/malam, jadi dibayar juga. Karena terlalu naif, dan agak shock karena mengira ini wihara, dan karena memang kamarnya sangat bagus dan memuaskan, akhirnya membayar juga harga rs 300. Tapi lain kali, akan belajar lebih tegas dan tidak begitu mudah di push-over. Sayangnya, sebagian besar wihara2 di Bodhgaya sudah kehilangan tradisi tinggal gratis dan menyumbang. Jyoti guesthouse kira2 rs 100, Happy guesthouse rs 200 - rs 300 untuk kamar 2 orang, Tibet temple rs 250. Semuanya ada di jalan utama Bodhgaya. Ada juga Wihara Thailand yang super bagus, dengan kamar luas dan bersih dan dapur untuk memasak sendiri, Khuva Boonchum Tai Temple, alamat Bodhgaya behind Sujata Hotel, no telp 0631-2201010. Ini tempat terbagus yang ditemui diantaranya yang lainnya, tapi tidak menanyakan harganya, karena teman Thailand yang tinggal di sana juga katanya menyumbang dan tidak tahu harga kamarnya. Ada beberapa teman baru yang sama2 ikut retrat dari meditation center Dhamma Bodhi tinggal di sana, jadi berkunjung dan ditraktir makan indomie Thailand. Enak...
to be continued