//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Adhitthana

Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 33
61
ACARA PENYAMBUTAN  MAHABHIKSU THICH NHAT HANH
SENIN, 27 SEPTEMBER 2010
PUKUL 12:00 S/D 13:00 WIB

Tahun ini, umat Buddha di Indonesia khususnya umat Buddha di Ekayana Buddhist Centre mendapatkan keberuntungan dengan akan berkunjungnya Y.A Mahabhiksu Thich Nhat Hanh, seorang guru besar Zen dan aktivis perdamaian kelahiran Vietnam yang merupakan salah satu pengajar Dharma paling berpengaruh di dunia barat saat ini.
Kunjungan ke Indonesia merupakan bagian dari rangkaian kunjungan beliau ke Asia Tenggara (Singapore, Malaysia, Indonesia, Thailand) dan Hongkong, dalam rangka membimbing retret hidup berkesadaran dan juga memberikan ceramah Dharma. Bersama murid-muridnya dari berbagai bangsa (Vietnam, Prancis, Belanda, Amerika Serikat, Canada, Inggris, Jerman, Italia, Swedia, Portugal, Spanyol, Australia, Singapore, Malaysia, Indonesia) yang terdiri dari 36 bhiksu dan samanera, 32 bhiksuni dan samaneri serta 34 umat awam, beliau akan berada di Indonesia selama 2 minggu. Retret 5 hari diadakan di Kinasih Resort Bogor, Peace Walk di Candi Borobudur, dan Publik Talk di MGK Jakarta.

Dari Bandara Soekarno Hatta pada hari senin tgl 27 September 2010, rombongan tamu akan menuju Ekayana Buddhist Centre. Karena menggunakan patwal, mereka diperkirakan akan tiba di Ekayana pada pukul 12:00 WIB. Kita akan mengadakan upacara penyambutan dan juga menjamu mereka makan siang. Setelah itu rombongan akan menuju Kinasih Resort.

Bagi umat yang ingin menyambut, diharapkan dapat hadir sebelum pukul 12:00 WIB.
Tentunya juga dibagi kesempatan menanam kebajikan untuk keperluan konsumsi dan transportasi. Anda dapat menghubungi resepsionis untuk meninggalkan nama dan nomor telepon Anda agar selanjutkan panitia dapat menghubungi Anda.



MAITRICITTENA,
EKAYANA BUDDHIST CENTRE
Jl. Mangga II No. 8 RT/RW:08/08, Duri Kepa - Tanjung Duren Barat
Greenville - Jakarta Barat 11510
Telp: (021) 5687921/22 FAX: (021) 5687923
Email: info [at] ekayana.or.id

62
Theravada / Kebijaksanaan Dhamma
« on: 03 September 2010, 11:00:53 PM »
Kebijaksanaan Dhamma
Oleh: Yang Mulia Bhikkhu Sri Pannavaro Mahathera

Saat ini saya akan membicarakan suatu uraian Dhamma yang agak luas dan mendalam. Oleh karena itu saya minta perhatian saudara, karena mungkin uraian ini bukan sesuatu yang mudah ditangkap. Meskipun memang hampir semua ajaran Sang Buddha bukan ajaran yang sederhana. Ajaran Sang Buddha adalah suatu ajaran yang jelas; Sang Buddha tidak pernah mengajarkan ajaran yang samar-samar atau dengan perumpamaan-perumpamaan yang mungkin bisa disalah-tafsirkan.

Sang Buddha selalu mengajarkan Dhamma dengan terang dan jelas itu seperti kalau kita melihat suatu benda, siapa yang mempunyai mata akan dapat melihat benda itu dengan terang dan jelas. Ajaran Sang Buddha yang terang dan jelas itu akan menjadi terang dan menjadi jelas, kalau saudara melihatnya dengan pikiran, dengan pengertian dan perenungan; karena ajaran Sang Buddha tidak hanya menawarkan: "Anda percaya atau tidak!" Tidak hanya begitu.

Kalau ajaran Sang Buddha itu hanya menawarkan 'Anda percaya atau tidak', maka itu sesuatu yang amat mudah. 'Kalau anda tidak mau percaya, ya sudah; tetapi kalau anda percaya maka anda akan memperoleh manfaat'. Ajaran Sang Buddha sama sekali tidak demikian. Meskipun saudara mendengar tetapi kalau mendengar dengan telinga, tidak mendengar dengan pemikiran maka belum tentu saudara bisa menangkap apa yang diajarkan Sang Buddha.

Saudara-saudara, untuk mengerti agama Buddha memang harus menggunakan akal; dalam bahasa Indonesia sering dikatakan penalaran. Kalau saudara tidak menggunakan penalaran, saudara bisa mendengar tetapi tidak mengerti. Apalagi kalau kita menguraikan hal-hal yang sangat mendalam, karena ajaran Sang Buddha ini tidak hanya mengajarkan saudara menjadi orang yang baik tetapi ingin mengajak saudara menjadi orang yang bijaksana. Mengapa demikian?

Karena menjadi orang yang baik saja tidak cukup, sangat tidak cukup! Orang yang baik tapi kurang memiliki kebijaksanaan, maka bila suatu saat ia menghadapi persoalan, ia akan luntur, ia akan meninggalkan kebaikan yang dilakukannya. Buddha Dhamma mengajarkan kita bagaimana menjadi orang yang baik dan dilengkapi dengan kebijaksanaan. Oleh karena itu, berusahalah untuk mengerti Dhamma dengan baik. Dhamma itu seolah-olah permata atau pelita yang kalau kita dalam kebingungan, keruwetan, Dhamma itu memberikan kita arah sehingga memberikan semangat untuk melanjutkan kehidupan ini.

Ajaran Sang Buddha yang pertama adalah jangan menjadi orang bodoh. Bodoh yang dimaksud Sang Buddha ini bukan bodoh karena kurang sekolah, tetapi bodoh tidak mengerti sifat kehidupan ini. Dhamma membuat saudara menjadi mengerti tentang kehidupan ini, menjadi bijaksana.

Saudara-saudara, tidak usah kita mempunyai keinginan yang macam-macam, yang macam-macam itu adalah yang 'wonder-wonder', yang ajaib-ajaib. Saya tidak cenderung untuk bicara tentang dewa, makhluk halus, alam lain, meskipun itu memang ada dibicarakan oleh Sang Buddha, tetapi sangat sedikit. Apakah yang menjadi tujuan utama Sang Buddha? Yang menjadi tujuan utama Sang Buddha adalah bagaimana umat manusia ini bisa menjadi bijaksana. Kebijaksanaan itu sangat mahal sekali harganya, dan sangat berguna. Bukan melihat dewa, bukan melihat makhluk halus.

Dalam kehidupan ini, kita mengalami bermacam-macam perubahan. Bila itu perubahan yang menyenangkan, tidak jadi masalah; dari rendah menjadi tinggi, dari miskin menjadi kaya, dari kecil menjadi dewasa, semua orang dapat menerimanya; Dhamma, agama, tidak perlu campur tangan. Tetapi sebaliknya, dari yang berpangkat menjadi tidak berpangkat, dari kaya menjadi menurun, kalau tinggi menjadi rendah, kalau di atas kemudian sekarang menjadi di bawah, kalau utuh kemudian pecah, kalau sehat kemudian sakit, kalau sekarang rambut hitam kemudian menjadi warna keputih-putihan, siapkah saudara menghadapi itu? Hal-hal itu tidak bisa dihindari. Setiap saat kita bisa meninggal, dan kita tidak tahu kapan kita meninggal. Ini adalah kenyataan dari kehidupan ini. Biasanya kenyataan yang tidak enak, orang-orang tidak mau mengerti. Manusia inginnya bicara tentang surga, bahagia, untung besar, dan sebagainya, tetapi sulit menerima perubahan yang tidak menyenangkan.

Ada satu contoh, kenyataan yang terjadi. Seorang ibu di Samarinda punya anak 2 orang, satu perempuan, satu laki-laki. Yang perempuan sudah lulus SMA dan kuliah di Petra, Surabaya. Yang laki-laki ini baru lulus dari SMA dan mendaftarkan di suatu Perguruan Tinggi di Yogya, dan kemudian dia ikut posma. Suatu ketika perutnya sakit, teman-temannya membawanya ke rumah sakit, sampai kemudian masuk ICU. Malamnya meninggal dunia. Ibunya yang di Samarinda ditelpon, dan spontan besok paginya dia datang. Orangtuanya ini pingsan berkali-kali. Orangtua ini tidak pernah mengira, tidak pernah diramal, tidak pernah punya firasat, bahwa anaknya yang sekolah di Yogya akan meninggal di sana. Tidak pernah terpikir. Dan kenyataannya anaknya telah meninggal. Tetapi seleranya, pikirannya, tidak bisa menerima kalau anaknya meninggal.

Saudara-saudara, apakah seseorang yang pikirannya belum siap, seperti si ibu yang belum siap menerima kenyataan tersebut, lalu anaknya akan hidup kembali? Tidak bisa. Terjadilah konflik di dalam batin si ibu. Konflik itu perang. Konflik yang dahsyat itu bukan perang antara suami dan istri, tapi perang antara selera/nafsu kita dengan kenyataan. Kenyataannya anaknya sudah meninggal, tapi seleranya tidak mau kalau anaknya meninggal, jadi perang terus. Siapa yang menang? Kenyataan yang menang. Tetapi kalau dia sudah mau menerima kenyataan bahwa anaknya sudah meninggal, pada saat itu stresnya akan berkurang, ketegangan mentalnya akan berkurang. Tetapi selama dia masih belum bisa menerima anaknya meninggal, selama itu dia konflik. Mungkin satu bulan, dua bulan, tiga bulan, sampai mungkin satu tahun, dua tahun, penasaran terus.

Apakah semua orang akan mengalami kasus seperti ibu yang di Samarinda itu? Belum tentu. Tetapi yang pasti, saudara akan mengalami perubahan yang tidak sesuai dengan keinginan saudara. Sudah siapkah saudara menerima semua itu? Jadi, hanya sekedar menjadi orang baik itu tidaklah cukup. Kalau orang ini tidak dilengkapi dengan kebijaksanaan, maka ia kemudian akan meninggalkan kebaikan.

"Saya sudah berbuat baik sekian lamanya, tapi kok saya masih menghadapi bermacam-macam kesulitan. Ah... apa gunanya melakukan kebaikan, apa perlunya melakukan kebaikan, saya tidak mendapat manfaat dari kebaikan yang saya lakukan". Orang seperti itu tidak dilengkapi dengan kebijaksanaan. Kebijaksanaan Dhamma itu yaitu mengerti sifat kehidupan ini dengan sebaik-baiknya.

Pengertian yang lainnya lagi. Kalau kita berdagang, maka resikonya kita bisa mengalami kerugian. Itu sudah hukumnya. Inilah Dhamma. Kalau saudara berdagang tetapi saudara tidak siap menerima kerugian, maka saudara akan menjadi orang yang sangat kecewa. Demikian juga bila punya mobil baru, resikonya mungkin bisa digores orang, ditabrak oleh sopir, hancur, harus begini. Sebetulnya jawabannya mudah. Saudara mengalami begitu karena saudara punya mobil. Kalau anda tidak ingin resiko seperti itu, jangan punya mobil, selesai! Mudah sekali. Semakin banyak saudara punya keinginan atau hawa nafsu, bila tidak dilengkapi dengan kebijaksanaan, saudara akan semakin menderita.

Punya anak juga harus menanggung resiko, seperti misalnya anak nakal, tidak mau pulang ke rumah, menghabiskan uang dan lain-lain. Itu resikonya, saudara. Bila tidak ingin punya persoalan dengan anak, jangan punya anak. Lalu apakah kita tidak boleh punya anak, tidak boleh punya mobil, tidak boleh punya rumah? Bukan demikian.

Kalau saudara menginginkan yang banyak, tidak ingin mempunyai barang-barang yang banyak, itu baik, itu salah satu cara. Tetapi ada cara yang lain. Silakan punya mobil, silakan punya rumah yang besar, silakan punya pabrik yang besar, silakan punya anak, punya istri, punya suami, dan sebagainya, tetapi siap dengan resiko yang akan dihadapi. Kalau tidak siap dengan resiko yang akan dihadapi lebih baik tidak punya. Jadi Sang Buddha itu menjelaskan kepada kita seperti menjelaskan aksioma. Banyak keinginan, banyak masalah; banyak barang-barang, banyak masalah. Sedikit keinginan, sedikit masalah; sedikit barang-barang, sedikit masalah. Itu cara yang pertama.

Cara yang kedua: siap mempunyai barang-barang tetapi siap juga mengalami perubahan. Itulah pilihan untuk saudara. Mengurangi masalah dengan mengurangi keinginan. Atau mengurangi masalah dengan menambah kebijaksanaan. Siap menerima perubahan setiap saat. Kalau saudara tidak siap menerima perubahan, lebih baik saudara tidak banyak keinginan.

Dari penjelasan ini saudara akan melihat dengan jelas bahwa menjadi orang baik saja tidaklah cukup. Saudara harus siap menghadapi perubahan. Perubahan atas istri, atas suami, atas anak, atas rumah, atas pekerjaan. Saudara tidak bisa mengatakan: "Aku tidak mau perubahan". Tidak bisa saudara.

"Aku mau perubahan yang baik-baik saja. Aku tidak mau perubahan yang tidak menyenangkan". Memang keinginan kita itu begitu, tetapi kondisi tidak memungkinkan begitu. Inilah Dhamma.

Saudara melihat dewa, melihat mahluk halus, itu memang sulit. Sulit sekali. Saudara harus meditasi, mengembangkan Jhana, harus mempunyai dibbacakkhu, baru bisa melihat makhluk halus. Tetapi saudara, ada yang lebih sulit daripada melihat dewa, melihat makhluk halus. Namun walaupun lebih sulit, bukan berarti tidak bisa didapatkan. Apa yang lebih sulit dari melihat makhluk halus itu? Yang lebih sulit adalah melihat Perubahan.

Seperti yang sudah saya jelaskan di depan, sudah siapkah saudara melihat perubahan; perubahan yang tidak enak yang akan saudara hadapi? Itu lebih sulit daripada melihat Dewa. Inilah kebijaksanaan Dhamma.

-bersambung-

63
Lingkungan / Ciri-ciri Seorang Psikopat
« on: 03 September 2010, 10:41:02 PM »


DOKTOR John Clarke, doktor di bidang psikologi dari University of Sydney, Australia, yang bertahun-tahun menjadi psikolog kriminal,

mengingat hari di saat dia seketika itu sadar bahwa mungkin ada sejumlah psikopat di jutaan kantor di seluruh dunia. “Saya sedang menyampaikan kuliah psikologi kejahatan dan memberikan daftar ciri psikopat. Setelah selesai, seorang perempuan menghampiri dan berkata “Anda baru saja menggambarkan bos saya,” katanya kepada kantor berita Jerman (DPA).

Clarke juga penulis buku The Pocket Pscyho yang berisikan panduan singkat bagaimana melindungi diri dari psikopat organisasional menyatakan bahwa psikopat tidak hanya ada di penjara, di ruang sidang pengadilan, atau pada kisah thriller. Psikopat, baik laki-laki maupun perempuan, sedang berencana licik di tempat kerja, di seluruh dunia. Penelitian menyatakan bahwa satu persen populasi orang dewasa yang bekerja adalah psikopat di tempat kenanya. Psikopat seperti itu ada di kantor besar maupun kecil, dia ada di ruang rapat dewan maupun di lantai-lantai toko.

Para psikopat bersembunyi melalui berbohong, mencurangi, mencuri, , dan menghancurkan rekan kerja. Semuanya dilakukan tanpa rasa bersalah maupun penyesalan. Lebih dalam lagi, ia menilai, mereka yang disebut organisasional psikopat, berkembang pesat di dunia bisnis, karena kezaliman dan nafsu mereka tidak saja mereka salah artikan sebagai ambisi dan keterampilan memimpin, namun juga sebagai sesuatu yang dihargai melalui promosi, bonus, dan kenaikan upah.

Psikopat tempat kerja akan melakukan apa saja untuk mendapatkan kekuasaan, status, dan upah yang mereka inginkan. “Mereka berpikir layaknya psikopat kriminal. memanipulasi, mengorbankan Mereka berusaha sekeras- kerasnya demi mereka sendiri. Perbedaan keduanya adalah, psikopat kriminal menghancurkan korban secara fisik, sedangkan psikopat tempat kerja menghancurkan korbannya secara psikologis,” ujarnya.

Berikut ini beberapa ciri yang mungkin dapat menjadi isyarat adanya gangguan kepribadian psikopat :

1. Pada awalnya menampilkan sikap yang menarik, cenderung dibuat-buat, memesona, dan menebarkan sikap hangat. Inilah yang membuat orang mudah memercayainya, dan dengan kepercayaan itu mereka mencelakai atau menipu korbannya.

2. Beranggapan dirinya yang paling penting dan harus diistimewakan, semuanya berpusat pada dirinya, pokoknya untuk saya, pokoknya milik saya, pokoknya saya dan saya.

3. Sering memperlihatkan perlakuan yang impulsif (meledak-ledak), sulit menunda dan mengendalikan emosi. Kalau punya keinginan harus sekarang, kalau tidak akan marah atau mengamuk.

4. Hubungan pertemanan atau hubungan sosial yang singkat, sering ganti-ganti pasangan asmara atau ganti-ganti pekerjaan.

5. Sering berbohong, menipu, dan mengkhianati.

6. Kurang tanggung jawab atas perbuatannya, berani mengambil keputusan berisiko dan tidak dapat belajar dari pengalaman, selalu diulang terus, meskipun telah diberi hukuman atau peringatan.

7. Kurang mampu merasakan perasaan orang lain, tidak peduli orang lain menderita.

8.Cenderung menyalahkan orang lain untuk apa yang telah dilakukannya.

64
Lowongan / lowongan kerja
« on: 03 September 2010, 01:10:27 AM »
I. Data Mining, Reporting and Analyst

dengan kualifikasi :
- Terbiasa menggunakan Excel dan Access. Menguasai SQL merupakan nilai tambah.
- Teliti, mempunyai logic yang baik, dapat bekerja sama dengan tim dan bersedia kerja lembur termasuk sabtu dan minggu apabila di butuhkan.
- Lebih diutamakan untuk yang mempunyai pengalaman dalam mengolah data dan reporting.

Surat lamaran dan CV dapat dikirimkan via email ke tyonathan [at] permatabank.co.id dengan judul "Lowongan Business Analytic"
atau di kirim ke :
BIU (Business Analytic)
PermataBank Tower I Lt.7
Jl. Jend. Sudirman Kav. 27,
Jakarta 12920


II. We are a trading company establish since 1979, located in Pluit – Jakarta Utara, looking a candidate for:

Logistic Supervisor : 1 position
QUALIFICATIONS:
· Male/ Female, max 40 years old
· Graduated min S1, with GPA > 3.0
· Have experience in Logistic, min for 2 years.
· Active in English for both oral and written
· Able to speak in Mandarin would be an advantage
· Able to operate computer Windows Microsoft Office.
· Mature, honest, responsible, loyal, high self confident, high interpersonal skills, good communication skills, and willing to work under high pressure, highly motivated

DUTIES:
· Manage Inventory, Purchase Order, Import/Export, Delivery
· Manage Logistic team including Driver & Store man

REWARD/RESPONSIBILITY:
· We offer the right candidates very attractive income and career package
· Responsible direct to the General Manager.
· Office located: Pluit & Kapuk Jakarta Utara

Please email your full resume (including recent photo) to: hrd [at] newstar-chemicals.com


III. kami dari PT.Roxy Prima Indoproducts (RoxyGlass),ingin menyampaikan bahwa kami membuka lowongan kerja untuk Posisi Marketing ShowRoom & Sekretaris Marketing.

1. Kami membuka lowongan untuk posisi marketing showroom JDC (palmerah jakarta) & BIDEX (serpong BSD). Posisi untuk marketing Showroom JDC sbb :
- Pendidikan Min SMA sederajat.(WANITA) 2 Orang.
- Memiliki kemauan keras,mengerti daerah 5 wilayah jakarta.
- Mampu berkomunikasi dengan baik & berpenampilan menarik.

- Memiliki kendaraan sendiri (roda 2)Tidak Mutlak
- Mampu bekerja sendiri & team
- Bersedia tugas luar.

2.Posisi untuk marketing showroom BIDEX.
- Pendidikan Min SMA sederajat.(PRIA) 2 Orang.

- Memiliki kemauan keras,mengerti daerahBSD,TANGERANG
- Mampu berkomunikasi dengan baik & berpenampilan menarik.
- Memiliki kendaraan sendiri (roda 2)Mutlak
- Mampu bekerja sendiri & team
- Bersedia tugas luar.

3.Sekretaris/Assistant Manager Marketing.(Kantor Pusat)
- Minimum D3 semua jurusan manajement
- Fresh Graduate lebih diutamakan.
- Mampu mengoperasikan computer word & excel dengan rumus perhitungan.
- Teliti & Berfikir Cepat,dalam bekerja.
- Dapat Bekerja sendiri & Team.
- Mampu menghadapi tekanan kerja.

lamaran kerja untuk BIDEX dapat dikirimkan By email kepada bidex [at] roxyglass.com (Phone.021.5383328 att.Bp.Darman).
lamaran untuk JDC & SEKRETARIS dapat diemail ke: hrd [at] roxyglass.com./jdc [at] roxyglass.com.

Sumber : Chandra K
Info dari : Aris Liputra - Dharmasagara Putra

Note : Admin hny meneruskan Info & selanjutnya keberhasilan ditangan Anda, Selamat Berjuang, (";).

65
Arsitektur Buddhis / Kyaiktiyo Pagoda
« on: 02 September 2010, 12:38:13 AM »


Kyaiktiyo Pagoda adalah batu berwarna kuning emas dan telah berusia 2500 tahun.Kyaiktiyo Pagoda juga dikenal sebagai Golden Rock) adalah sebuah situs ziarah Buddhis yang terkenal di Negara Mon, Burma. Pagoda kecil (5,5 m (18 ft)) duduk di atas batu emas, batu granit ditutupi dengan daun emas disisipkan oleh pemujanya.


Yang paling unik sekaligus aneh dari batu besar itu adalah posisinya yang melawan gravitasi (perhtikan gambar gambar ini). Dalam posisi seperti ini, sebenarnya batu apalagi yang sebesar itu, rawan terguling. Dan memang posisinya yang doyong di atas bukit seolah sewaktu waktu siap terguling, tapi ternyata tidak! Selama 2500 tahun, batu itu tetap dalam posisi demikian. Keajaiban alam!
Pagoda Kyaiktiyo yang berada di gunung, adalah situ ziarah penting bagi umat Buddhis setelah Pagoda Shwedagon dan Pagoda Mahamuni.









66
Tolong ! / help!!
« on: 31 August 2010, 10:32:35 PM »
Untuk melengkapi cerita Life off Buddha di FB
ada gambar2/lukisan yang tidak diketahui ceritanya .....
bagi yg mengetahui di mohon kesediaannya melengkapi cerita tersebut berdasarkan sutta2 Tipitaka
(tidak menerima cerita berdasarkan guru sesat) harap maklum  ;D

Mulaaaai  _/\_

Lukisan 1


Lukisan 2


67
Kaki Lima / SRIWIJAYA LUWAK COFFEE
« on: 24 August 2010, 01:05:50 AM »

Proudly present best Sumatran Luwak Coffee

Harganya 420rb per 150gr.
Tersedia : roasted bean, medium coarse grounded, dan extra fine grounded.
 Hub : 08 999 888 186


Ayoooo ..... pesan2 jangan sampe ketinggalan  ;D

Thanks  _/\_


68
Di berbagai belahan dunia ada beberapa patung berbentuk anjing dan kucing yang menjadi salah satu daya tarik para wisatawan yang mengunjungi daerah tersebut. Banyak di antaranya dibuat sebagai penghormatan atas jasa-jasa ataupun kesetiaan dari hewan itu. Jadi, jika Anda seorang pecinta binatang dan sedang berkunjung ke salah satu negara berikut ini, maka Anda harus datang ke tempat dimana patung ini berada.  ......
1. Old Shep di Fort Benton, Montana

Old Shep adaah seekor anjing milik seorang gembala yang bekerja di Montana pada tahun 1930-an. Ketika majikannya meninggal di tahun 1936, anjing ini mengikuti peti matinya sampai naik ke kereta, namun tidak diijinkan untuk menemani selama perjalanan. Kemudian, selama enam tahun berikutnya, anjing ini terus menunggu di stasiun untuk menunggu majikannya kembali, namun sayang, Old Shep mati tertabrak oleh sebuah kereta yang lewat. Sebagai bentuk penghargaan atas kesetiaan anjing ini, pada peringatan kematiannya yang ke-50, kota Fort Benton memutuskan untuk mendirikan tugu peringatan. Monumen ini berdiri sepanjang tanggul sungai Missouri di situs Shepherds Court di seberang hotel Grand Union. Kuburan Old Shep ada di ujung utara kota di atas bukit dengan pemandangan stasiun kereta api dekat Sinyal Point Golf Club.

2. Balto di Central Park, New York City

Patung anjing berjenis Siberian Husky bernama Balto ini telah menjadi perhatian sejak film animasinya ditayangkan pada tahun 1995. Film ini menceritakan kisah keberanian seekor anjing kereta luncur yang menghadapi cuaca yang ekstrim untuk mengirimkan antitoxin guna menyelamatkan nyawa manusia dari epidemi dipteri. Film ini diangkat dari kisah nyata perjuangan anjing kereta luncur pada musim dingin tahun 1925. Patung Balto ini di desain oleh pematung Frederick Roth dan telah menjadi daya tarik tersendiri bagi orang-orang yang ada di Central Park. Monumen ini berada dekat kebun binatang anak Tisch, East Drive di 67th Street.

3. Owney di Museum Pos Nasional, Washington D. C

Di museum pos di Washington D.C Anda bisa melihat sebuat patung anjing yang diawetkan bernama Owney. Anjing ini memiliki jasa besar sebagai pekerja pos Amerika yang telah mengirimkan surat ke seluruh Amerika, Kanada, dan Meksiko di tahun 1800-an. Anjing ini juga telah berkeliling dunia dengan mengikuti kapal U.S Mail dengan menempuh jarak lebih dari 143.000 mil (sekitar 230 ribu km). Nasib naas harus dialami anjing ini, karena di bulan Juli tahun 1987, Owney mati dengan luka tembak. Setelah kematiannya para petugas pos menyumbangkan uang untuk mengawetkan tubuh Owney sehingga sekarang Anda masih bisa menyaksikan anjing ini di museum pos yang terletak di 2 Massachusetts Avenue. NE Washington, D.C.

4. Patsy Ann di Juneau, Alaska

Patsy Ann adalah anjing jenis bull terrier yang sampai hari berdiri sebagai penyambut resmi di Ibu Kota Alaska. Meskipun tuli sejak lahir, dia bisa “mendengar” klakson kapal saat mendekati pelabuhan, bahkan jauh sebelum kapal itu terlihat. Dahulu Patsy Ann menjadi sinyal lokal ketika kapal datang, dengan bergegas ke dermaga untuk menyambut kru pada saat kedatangan. Contoh lain dari indera keenam anjing ini adalah ketika petugas pelabuhan memberikan informasi yang salah namun Patsy Ann tidak berkumpul dengan kerumunan di dermaga yang salah dan malahan pergi untuk menunggu di sisi yang benar. Anjing ini mati di lorong Longshoremen di pelabuhan pada tanggal 30 Maret 1942. 50 tahun setelah kematiannya, pematung Anne Burke Harris membuat patung perunggu dari anjing yang sekarang duduk di dermaga, menyambut ratusan kapal pesiar yang berlabuh di sini setiap tahun.

-bersambung-

69
Theravada / Fakta Kehidupan Oleh Ven. Narada Maha Thera
« on: 08 August 2010, 12:01:53 AM »


Fakta Kehidupan

Oleh: Ven. Narada Maha Thera


Kita hidup dalam dunia yang tidak seimbang. Dunia yang tidak seluruhnya berisi bunga mawar atau pun seluruhnya berduri. Bunga mawar itu lembut, indah dan harum, tetapi tangkainya penuh dengan duri. Bagaimanapun, orang tidak akan meremehkan bunga mawar karena ada duri-durinya.

Bagi orang yang optimis, dunia ini seluruhnya berisi bunga mawar, bagi seorang yang pesimis, dunia in seluruhnya berduri. Tapi untuk seorang realistis, dunia ini tidak seluruhnya berisi bunga mawar ataupun seluruhnya berduri. Baginya dunia berisi keduanya, bunga mawar yang indah dan duri-duri yang tajam.

Orang yang mengerti tidak akan terbius oleh keindahan bunga mawar, tapi ia akan melihatnya sebagaimana adanya. Dengan mengetahui dengan baik sifat dari duri-duri, ia pun akan melihat mereka sebagaimana adanya dan akan berhati-hati agar tidak terluka.

Bagaikan bandul yang terus menerus bergoyang ke kiri dan kanan, empat keadaan yang diinginkan dan empat keadaan yang tidak diinginkan terus berlangsung di dunia ini. Setiap orang dalam hidupnya tanpa kecuali akan menghadapi keadaan-keadaan ini. Keadaan ini adalah keuntungan dan kerugian, terkenal akan kebaikan dan terkenal akan keburukan, pujian dan celaan, kegembiraan dan kesedihan.

Keuntungan Dan Kerugian

Pengusaha, sesuai hukumnya , akan mengalami keuntungan maupun kerugian. Adalah hal yang wajar bahwa seorang akan merasa puas diri ketika ia memperoleh keuntungan. Dalam hal ini tidak ada yang salah. Keuntungan baik legal maupun ilegal menghasilkan kenikmatan dalam jumlah tertentu yang dicari oleh umat manusia biasa.

Tanpa saat-saat yang menyenangkan, bagaimanapun singkatnya, hidup tak akan berarti. Dalam dunia yang kacau dan penuh persaingan, adalah benar bahwa orang hendaknya menikmati beberapa jenis kegembiraan yang menyenangkan hatinya. Kegembiraan ini, walaupun secara materil, akan membantu meningkatkan kesehatan dan umur penjang.

Masalah akan timbul jika kerugian terjadi. Keuntungan diterima dengan gembira, tapi tidak demikian halnya dengan kerugian. Kerugian sering menyebabkan penderitaan batin dan kadang kala usaha bunuh diri dilakukan karena karena kerugian yang tidak tertanggulangi. Dalam situasi yang berlawanan inilah, seseorang hendaknya menunjukkan keberanian moral yang tinggi dan mempertahankan keseimbangan batin yang baik. Kita semua pernah mengalami jatuh dan bangun dalam perjuangan hidup. Seseorang hendaknya menyiapkan diri menghadapi yang baik maupun yang buruk, sehingga ia tidak terlalu kecewa.

Ketika sesuatu dicuri, orang umumnya merasa sedih. Tetapi dengan merasa sedih, ia tidak akan dapat mengganti kehilangannya. Ia hendaknya menerima kehilangan itu secara filosofis. Hendaknya ia memiliki sikap yang murah hati dengan berpikir: "Si pencuri lebih membutuhkan barang tersebut daripada saya, semoga ia berbahagia." Pada masa Sang Buddha, seorang wanita bangsawan mempersembahkan makanan kepada Yang Ariya Sariputra dan beberapa orang bhikkhu. Ketika melayani mereka, ia menerima pesan yang menyatakan bahwa suatu musibah telah terjadi pada keluarganya. Tanpa menjadi cemas, dengan tenang ia menaruh pesan itu dalam kantung di pinggangnya dan melayani para bhikkhu seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Seorang pelayannya yang membawakan guci berisi mentega(terbuat dari susu kerbau India) untuk dipersembahkan kepada para bhikkhu, secara tidak disengaja tergelincir dan memecahkan guci yang dibawanya. Mengira bahwa sang wanita akan merasa sedih karenanya , Yang Ariya Sariputra menghiburnya dengan berkata bahwa segala sesuatu yang dapat pecah suatu saat pasti akan pecah. Sang wanita berkata, "Bhante, apalah artinya kehilangan yang tak berarti ini? Saya baru saja menerima pesan yang menyatakan suatu musibah telah menimpa keluarga saya. Saya menerima hal itu tanpa merasa kehilangan keseimbangan batin saya. Saya melayani anda semua walaupun ada berita buruk tersebut."

Ketabahan semacam ini yang dimiliki wanita tersebut sungguh sangat terpuji. Suatu saat Sang Buddha pergi mencari sedekah di suatu desa. Karena campur tangan Mara, Sang Buddha tidak memperoleh makanan. Ketika Mara menanyakan apakah Sang Buddha merasa lapar, Sang Buddha dengan agung menerangkan sikap mental mereka yang telah terbebas dari kekotoran batin, dan menjawab, "Ah, betapa bahagianya kita yang hidup terbebas dari kekotoran batin. Sebagai pemberi kebahagiaan, kita bahkan dapat disamakan dengan para dewa di alam cahaya."

Pada kesempatan lain, Sang Buddha dan para muridnya berdiam selama musim hujan di suatu desa atas undangan seorang brahmana yang ternyata benar-benar lupa akan tugasnya untuk memenuhi kebutuhan Sang Buddha dan Sangha. Selama tiga bulan, walaupan Yang Ariya Monggalana rela berkorban untuk mendapatkan makanan dengan kekuatan batinnya, Sang Buddha tidak mengeluh, dan merasa puas atas rumput makanan kuda yang ditawarkan oleh seorang penjual kuda.

Seseorang yang tidak beruntung harus berusaha untuk menerima kenyataan secara dewasa. Sungguh sayang, orang menghadapi kerugiannya seringkali secara kelompok dan tidak sendirian. Ia harus menghadapinya dengan ketenangan dan memandangnya sebagai suatu kesempatan untuk menumbuhkan kebajikan yang mulia.

Terkenal Akan kebaikan Dan Terkenal Akan Keburukan

Terkenal atas hal yang baik dan terkenal atas hal yang buruk adalah pasangan keadaan lain yang tidak terhindarkan, yang kita hadapi dalam kehidupan kita sehari-hari. Terkenal karena hal yang baik kita terima, terkenal karena hal yang buruk sangat kita benci. Terkenal karena hal yang baik menggembirakan hati kita, terkenal karena hal yang buruk menyedihkan kita. Kita ingin menjadi terkenal. Kita mendambakan foto kita terpampang di surat kabar. Kita sangat gembira ketika kegiatan kita, bagaimanapun tidak berartinya, dipublikasikan. Kadang kala kita bahkan menginginkan publikasi yang berlebihan.

Banyak orang ingin melihat fotonya di majalah, seberapapun biayanya yang harus dikeluarkannya. Untuk mendapatkan kehormatan, sebagian orang menawarkan hadiah atau memberikan sumbangan besar kepada orang yang berkuasa. Demi ketenaran, sebagian orang memamerkan kedermawanan mereka dengan memberikan sedekah kepada seratus orang bhikkhu atau lebih, tetapi mungkin mereka sama sekali tidak memperdulikan penderitaan orang miskin dan orang yang membutuhkan di lingkungan sekitar mereka. Seseorang dapat mendenda dan menghukum orang yang sangat kelaparan, yang untuk menghilangkan rasa laparnya mencuri sebutir kelapa di kebunnya, tetapi ia tidak ragu-ragu untuk mempersembahkan seribu butir kelapa untuk mendapatkan nama baik.

Inilah kelemahan-kelamahan manusia. Kebanyakan orang memiliki maksud terselubung. Orang yang tidak egois yang bertindak tanpa terpengaruhi oleh perasaannya sangatlah jarang di dunia ini. Kebanyakan orang yang terikat keduniawian memiliki maksud terselubung. Siapakah orang yang sempurna? Berapa banyak orang yang memiliki maksud yang benar-benar murni? Berapa banyak orang yang benar-benar tidak mementingkan diri sendiri dan mendahulukan kesejahteraan dan kebahagiaan orang lain?

Kita tidak perlu memburu ketenaran. Jika kita benar-benar pantas untuk menjadi terkenal, ketenaran akan datang kepada kita tanpa perlu dicari. Kumbang akan tertarik pada bunga yang berisi madu. Bunga sendiri tidak mengundang kumbang.

Tentu saja, kita tidak hanya merasa senang tapi juga sangat bahagia ketika ketenaran kita tersebar. Tetapi kita harus menyadari bahwa ketenaran, kehormatan, dan kekuasaan hanyalah bersifat sementara. Mereka dapat menghilang begitu saja.

Bagaimana dengan ketenaran akan keburukan? Hal ini tidak enak didengar dan mengganggu pikiran. Kita pasti gelisah ketika kata-kata tentang reputasi buruk kita menusuk telinga. Perasaan sakit akan lebih hebat ketika laporan tersebut tidak adil dan fitnah belaka.

Umumnya diperlukan waktu bertahun-tahun untuk mendirikan gedung yang megah. Dalam satu atau dua menit, dengan senjata penghancur modern, dengan mudah gedung itu runtuh. Kadang kala diperlukan waktu bertahun-tahun atau bahkan seumur hidup untuk membangun reputasi yang baik. Dalam waktu singkat nama baik yang diperoleh dengan susah payah itu hancur. Tidak ada orang yang terlepas dari kata penghancur yang dimulai dengan kata 'tetapi'. "Ya, ia orang baik, dia melakukan ini dan melakukan itu," tetapi reputasi yang baik ini diperburuk dengan kata 'tetapi'. Anda mungkin hidup sebagai seorang Buddha tetapi anda tidak akan terlepas dari kritik, serangan, dan hinaan.

Sang Buddha adalah guru yang paling dikenal dan paling sering difitnah dalam masanya. Orang-orang besar sering kali dikenal, walaupun kadang kala mereka dikenal bukan karena hal-hal yang baik. Beberapa orang yang membenci Sang Buddha menyebarkan desas-desus bahwa seorang wanita sering bermalam di vihara. Setelah gagal dalam upaya ini, mereka menyebarkan fitnah diantara penduduk bahwa Sang Buddha dan para muridnya membunuh wanita tersebut dan menyembunyikan mayatnya di timbunan sampah bunga-bunga layu dalam vihara. Para penghasut akhirnya mengakui bahwa merekalah pelakunya.

Ketika misi bersejarah-Nya berhasil dan banyak orang meminta ditahbiskan oleh-Nya, para musuh memfitnah-Nya, dengan berkata bahwa Beliau merebut putra dari para ibu, memisahkan para istri dari suami mereka, dan bahwa Beliau menghambat kemajuan negara.

Gagal dalam usaha-usaha untuk menghancurkan sifat-Nya yang mulia, Sepupu-Nya sendiri Devadatta, murid-Nya yang iri, berusaha membunuh-Nya dengan menggulingkan batu dari atas, tetapi gagal. Jika demikian menyedihkannya nasib Sang Buddha yang sempurna dan tidak bersalah, bagaimanakah nasib dari manusia biasa yang tidak sempurna?

Semakin tinggi anda mendaki bukit, semakin mudah anda terlihat dan tampak dalam mata orang lain. Punggung anda terlihat, tapi bagian depan tersembunyi. Dunia mudah menemukan kesalahan, menunjukkan kegagalan dan keraguan anda, tetapi mangabaikan kebajikan anda yang lebih mudah terlihat. Kipas perontok merontokkan sekam tapi tetap membiarkan padinya, sebaliknya saringan mempertahankan ampas yang kasar dan membiarkan sari buah yang manis mengalir. Orang yang bermoral mengambil bagian yang halus dan menghilangkan bagian yang kasar, Orang yang tidak bermoral memgambil bagian yang kasar, tapi menghilangkan bagian yang halus.

Ketika anda difitnah, secara sengaja atau tidak, ingatlah nasehat dari Epictus, untuk berpikir atau berkata, "O, dengan pengenalannya yang terbatas dan pengetahuannya yang sedikit tentang saya, saya hanya sedikit dikritik. Tetapi jika ia mengenal saya lebih baik, maka lebih serius dan lebih hebatlah tuduhan yang ditujukan kepada saya.

Tidaklah perlu menghabiskan waktu memperbaiki laporan-laporan palsu kecuali jika keadaan memaksa anda membuat suatu penjelasan. Musuh anda akan senang ketika ia melihat anda terluka. Inilah yang sesungguhnya diharapkannya. Jika anda acuh saja, tuduhan itu akan menghilang dengan sendirinya.

Dengan melihat kesalahan orang lain, hendaknya kita berlaku seperti orang buta. Dalam mendengar kritikan yang tidak adil kepada orang lain, hendaknya kita berlaku seperti orang tuli. Dalam membicarakan keburukan orang lain, hendaknya kita berlaku seperti orang bisu.

Adalah tidak mungkin untuk menghentikan tuduhan, laporan, maupun desas-desus yang salah. Dunia ini penuh dengan duri dan kerikil. Adalah tidak mungkin untuk memindahkan seluruhnya. Tapi, jika kita harus berjalan melewati rintangan tersebut, daripada mencoba memindahkannya, lebih baik memakai sepasang sandal dan berjalan tanpa terluka.

Dharma mengajarkan: Berlakulah seperti seekor singa yang tidak takut akan suara apapun. Berlakulah seperti angin yang tidak terikat oleh jaring. Berlakulah seperti bunga teratai yang tidak terkotori oleh lumpur dimana ia tumbuh. Berkelanalah sendiri bagaikan seekor badak. Sebagai raja rimba, singa tidak memiliki rasa takut. Secara alamiah singa tidak dapat ditakuti oleh geraman dari binatang lain. Dalam dunia ini, kita dapat mendengar laporan palsu, tuduhan yang tidak benar, dan kata-kata hinaan. Seperti seekor singa, kita hendaknya tidak mendengarkannya. Seperti sebuah bumerang, semua akan kembali ke tempat asalnya. Anjing menggonggong tapi kafilah tetap berlalu.

Kita hidup dalam dunia yang berlumpur. Begitu banyak bunga teratai muncul dari lumpur tanpa terkotori dan menghiasi dunia. Bagaikan bunga teratai kita hendaknya mencoba menjalani kehidupan yang tidak tercela dan mulia, tidak memperdulikan lumpur yang mungkin dilemparkan kepada kita.

Kita hendaknya mengharapkan lumpur yang dilemparkan kepada, bukan bunga mawar. Dengan demikian kekecewaan tidak akan terjadi. Walaupun sulit, kita hendaknya berusaha mengembangkan ketidakterikatan. Kita datang sendiri dan kita akan pergi sendiri. Ketidakterikatan adalah suatu kebahagiaan di dunia ini.

Tanpa memperdulikan fitnahan, kita hendaknya berkelana sendiri melayani orang lain dengan seluruh kemampuan kita. Hal yang agak aneh bahwa orang-orang besar telah difitnah, dicemarkan namanya, diracun, disalib atau ditembak. Socrates yang agung telah diracun. Yesus Kristus yang mulia telah disalibkan. Mahatma Gandhi yang tidak bersalah telah ditembak. Apakah berbahaya untuk menjadi orang yang terlalu baik? Ya, selama hidup mereka dikritik, diserang, dan dibunuh. Setelah kematiannya, mereka dipuja dan dihormati. Orang-orang besar tidak peduli akan kemahsyuran ataupun namanya tercemar. Mereka tidak marah ketika dikritik atau difitnah karena mereka bekerja bukan untuk nama baik atau kemahsyuran. Mereka tidak peduli apakah orang menghargai jasa mereka atau tidak. Mereka memiliki hak atas kerja mereka, tapi tidak atas buah yang diperolehnya (kritik dan hinaan).

-Bersambung-

70


Program Vipassana Bhavana di Kassapa September 2010

Tempat : Vihara Kassapa
Waktu : 8 s/d 12 September 2010
Guru : Bhante Jinadhammo Mahathera

Batas akhir pendaftaran : 2 September 2010
Untuk Informasi Hubungi: Delon - 0816333330

Dengan kemampuan membaca pikiran sendiri
Pikiran siapapun bisa kita baca dengan mudah
Sifat alami pikiran setiap manusia adalah sama
- Jinadhammo Mahathera -

Didukung Oleh:
Mitos Medan

Selama mengikuti kegiatan vipassana peserta diharapkan untuk menyadari segala gerak-gerik dari bathin dan jasmani & melaksanakan atta sila.
Syarat-syarat calon peserta adalah:
¤ Minimal berusia 18 tahun
¤ Tidak sedang menderita penyakit kronis
¤ Bersedia mengikuti pelatihan dari awal sampai akhir
¤ Tidak membawa barang-barang berharga selama pelatihan
¤ Hanya membawa pakaian secukupnya, selimut, senter, jaket, payung,  obat - obatan pribadi dan perlengkapan mandi
¤ Untuk yang berkeluarga harus disetujui suami atau istri
¤ Untuk yang belum berkeluarga harus mendapat izin dari orang tua
¤ Bersedia mentaati peraturan yang ditetapkan oleh Guru pembimbing & panitia
¤ Mengisi formulir pendaftaran dan melampirkan pas foto ukuran 3x4=1 lbr
dan fotokopi KTP=1 lbr

71
Pojok Seni / Tarian Seribu Tangan Guan Yin
« on: 05 August 2010, 11:33:43 PM »

72
Theravada / Awal Sangha Theravada Indonesia By : Cornelis Wowor, MA
« on: 05 August 2010, 12:45:55 AM »
Hingga pada pertengahan tahun 1970an umat Buddha di Indonesia terdiri dari banyak organisasi. Pada masa itu ada beberapa organisasi umat Buddha yang aktif di bidang pembinaan keagamaan tidak dibina oleh Sangha (yang ada waktu itu). Organisasi umat Buddha itu antara lain: Tridharma, Buddhis Indonesia, Persaudaraan Buddhis Indonesia, Federasi Buddhis Indonesia; juga ada banyak umat Buddha yang tadinya bergabung dengan organisasi umat Buddha yang telah ada, namun mereka keluar karena berpendapat tidak sesuai dengan kebijakan organisasinya. Para pimpinan organisasi umat Buddha ini sangat mendambakan agar umat Buddha anggota mereka mendapat pembinaan dari sangha, namun karena perbedaan organisasi (bukan organisasi yang dibina langsung oleh sangha) maka keinginan tersebut tidak terpenuhi. Keinginan mereka di antaranya adalah adanya khotbah, ceramah, penahbisan pandita, upasaka, pemberkahan perkawinan, rumah, kantor, dlsb. oleh sangha atau anggota sangha.

Di samping itu ada beberapa anggota sangha (dari sangha yang ada pada waktu itu) berpendapat dalam banyak hal tidak ada persesuaian pemikiran, utamanya dalam hal kebijakan dalam pembinaan umat Buddha di Indonesia dan cara kepemimpinan. Dalam hal organisasi sangha menurut mereka pimpinan tidak terbuka, karena sudah beberapa tahun tidak ada rapat umum (mahasamaya), padahal mahasamaya seharusnya dilaksanakan setiap tahun.
Sementara itu ada beberapa bhikkhu muda yang baru beberapa tahun di-upasampada di luar negeri dan telah berada di tanah air, juga ada beberapa bhikkhu yang di-upasampada di Indonesia, yang umumnya bukan anggota (organisasi) sangha yang telah ada di Indonesia. Dalam pembinaan mereka terhadap umat Buddha di Indonesia selama beberapa tahun, telah melihat, mendengar dan menemukan kondisi umat Buddha yang tidak mendapat pembinaan dari organisasi sangha yang telah ada, begitu pula dengan informasi-informasi dari anggota sangha yang tidak sejalan dengan kebijakan organisasi dan pimpinan sangha yang ada. Di samping itu para bhikkhu baru ini dituntut oleh umat agar mematuhi dan melaksanakan vinaya kebhikkhuan sesuai dengan patimokkha yang tercantum dalam Tipitaka.

Berdasarkan adanya situasi dan kondisi umat Buddha di Indonesia seperti itulah, maka pada sore hari tanggal 23 Oktober 1976, bertempat di Vihara Maha Dhammaloka (sekarang Vihara Tanah Putih), Semarang, beberapa orang bhikkhu dan tokoh umat yaitu: Bhikkhu Aggabalo, Bhikkhu Khemasarano, Bhikkhu Sudhammo, Bhikkhu Khemiyo dan Bhikkhu Nanavutto; Bapak Suratin MS, Bapak Mochtar Rasyid, dan Ibu Supangat, ketika sedang membicarakan hal yang penting ini, muncul pertanyaan apakah para bhikkhu tega membiarkan umat tak dibina? Pada hal sesuai dengan perintah Sang Buddha kepada para bhikkhu yang dikirim sebagai dhammaduta pertama (yaitu 60 bhikkhu arahat, lihat Vinaya Pitaka IV) ke berbagai penjuru adalah untuk membabarkan dhamma! Juga banyak pertanyaan tentang permasalahan kehidupan beragama Buddha di Indonesia yang harus diselesaikan berdasarkan kerjasama sangha dan umat. Demi memenuhi kehendak umat dan panggilan kewajiban, maka diskusi tercetuslah ide untuk membentuk sangha baru.

Pembentukan sangha baru perlu pertimbangan yang banyak, antara lain bukan dibentuk untuk menyaingi sangha yang sudah ada, namun hanya untuk memfasilitasi kebutuhan umat dalam hal pembinaan. Juga para bhikkhu yang akan membentuk sangha baru bukan anggota sangha yang telah ada. Bhikkhu Khemasarano telah menjadi anggota sangha yang telah ada, tetapi dalam pembicaraan akan membentuk sangha yang baru beliau menyatakan akan keluar dari sangha itu dan bergabung dengan sangha yang akan dibentuk. Syarat jumlah bhikkhu yang disebutkan dalam Tipitaka minimal berjumlah empat orang bhikkhu. Dengan demikian kuorum membentuk sangha dapat dipenuhi oleh empat bhikkhu yang telah hadir dan bukan anggota sangha yang telah ada di Indonesia. Maka dalam pertemuan itu empat orang bhikkhu ini sependapat untuk membentuk sangha baru, dan Bhikkhu Khemasarano menyetujuinya dengan menyatakan sekaligus keluar dari sangha terdahulu. Dengan demikian terbentuklah sangha baru yang dinamakan Sangha Theravada Indonesia (STI) oleh lima orang bhikkhu tersebut. Pembentukan STI ini disambut baik oleh tokoh-tokoh umat yang hadir dan yang tidak hadir, sebab setelah: sangha dibentuk langsung diinformasikan ke berbagai organisasi dan tokoh-tokoh umat Buddha di seluruh Indonesia.

Setelah STI terbentuk langsung disambung dengan rapat sangha yang menggariskan bahwa STI akan dipimpin oleh seorang Sekretaris Sangha (Maha Lekkhanadikari) dan bukan oleh Ketua (nayaka), karena pertimbangannya adalah semua anggota STI merupakan para bhikkhu muda dan baru terdiri dari lima orang bhikkhu yang kepengurusannya masih mudah. Tugas adalah melaksanakan pembinaan umat Buddha di mana saja anggota berada dan atas permintaan umat (untuk mencegah friksi yang dapat muncul di antara sangha dan organisasi umat Buddha lain). Namun sebagai dharmaduta harus melayani siapa saja yang mengundang, demi pembabaran Buddha Dhamma.

Beberapa hari kemudian, Bhikkhu Aggabalo dan Samanera Tejavanto menemui Bhikkhu Girirakkhito Thera (di Jakarta) untuk menyampaikan telah berdirinya Sangha Theravada Indonesia. Setelah informasi ini disampaikan beliau berkata antara lain ” … baiklah karena teman-teman telah mendirikan STI, saya bergabung.” Setelah pertemuan dengan Bhante Girl, bersama beliau (bertiga) langsung menghadap Dirjen Bimas Hindu dan Buddha, Dep. Agama RI, yang diterima oleh Dirjen, Bapak Puja, MA dan Sekditjen, Bpk drg. Willy Prajnasurya di kantor. Dalam pembicaraan dengan Bapak Dirjen, pembentukan STI dikritik, namun akhirnya beliau menerima apa adanya. Dengan demikian absahlah keberadaan STI di Indonesia karena telah diterima oleh umat dan pemerintah.

73


Ceramah Umum Ven. Thich Nhat Hanh, Jakarta - 9 Oktober 2010 (Sabtu), di Mega Glodok Kemayoran.

74
Engaged Buddhism / Tzu Chi Terima Status Khusus Dari ECOSOC
« on: 03 August 2010, 01:11:15 AM »


Taiwan News,
Taipei, Taiwan – Dewan Ekonomi dan Sosial Perserikatan Bangsa-Bangsa atau The United Nations Economic and Social Council (ECOSOC) telah memberikan status / kedudukan konsultatif khusus kepada Yayasan Buddha Tzu Chi, organisasi kemanusiaan asal Taiwan, yang telah diumumkan pada Selasa (20/7).

Kelompok yang berbasis di wilayah Hualien ini telah meraih reputasi internasional atas kerjanya dalam membantu dunia setelah bencana alam besar termasuk gempa bumi, banjir, dan tsunami.

Peran baru Tzu Chi ini akan memperkenankannya untuk memberikan informasi secara langsung kepada Sekretaris Jenderal PBB, pemerintah negara-negara anggota dan organisasi-organisasi non-pemerintah. Tzu Chi juga akan diperkenankan untuk berpartisipasi dalam seluruh aktivitas ECOSOC, termasuk rapat-rapat dan diskusi anggaran.
“Penghargaan tersebut mengakui kontribusi yang telah dibuat oleh yayasan dalam pekerjaan amal dan medis di lebih dari 70 negara di seluruh dunia,” demikian yang dikatakan organisasi ini dalam halaman situsnya.

Berpartisipasi dalam ECOSOC juga dapat membantu menyampaikan pengalaman kelompok Buddhis dalam bantuan dan rekonstruksi kepada PBB dan organisasi-organisasi non-pemerintah.

Tzu Chi mengatakan bahwa sekarang Tzu Chi memiliki hak untuk menghadiri semua rapat ECOSOC dan untuk memberikan laporan dan saran-saran lisan ataupun tulisan. Aksi bantuan Tzu Chi dalam lapangan dari sekarang akan menerima bantuan dan perlindungan dari badan PBB terkait.

Dalam sebuah pesan kepada para anggotanya, pendiri Tzu Chi, Master Cheng Yen mengatakan bahwa para anggota harus menganggap penderitaan apapun dimana pun di dunia sebagai penderitaan mereka sendiri dan memikul tanggung jawab untuk memberikan bantuan.

Master Cheng Yen mendirikan Yayasan Buddha Tzu Chi di wilayah Hualien, diberitakan bahwa setelah perbincangan dengan para misionaris Katholik, beliau yakin bahwa umat Buddha harus memberikan lebih manfaat bagi masyarakat setempat dalam bentuk rumah sakit-rumah sakit dan sekolah-sekolah.

ECOSOC membahas isu-sisu ekonomi dan sosial seperti pengangguran dan peningkatan standar hidup. ECOSOC mengadakan pertemuan tahunan selama empat minggu pada bulan Juli.

75
Buddhisme untuk Pemula / "Konsep Mukjizat menurut Ajaran Buddha"
« on: 31 July 2010, 01:27:56 AM »
Dikisahkan pada zaman Sang Buddha, seorang bhikkhu bernama Pindola Bharadvaja, ketika pulang ke vihara setelah pindapata, melihat suatu sayembara. Seorang hartawan asal Rajagaha ingin mengetahui apakah masih ada seorang pertapa atau brahmana yang dapat menunjukkan kesaktiannya. Hartawan itu mengikat sebuah bokor cendana di atas tiang bambu. Barang siapa yang dapat mengambil bokor cendana itu tanpa menyentuh tiang bambu itu, boleh memilikinya. Sudah beberapa hari berlalu tapi belum ada satupun dari para petapa yang datang dapat memiliki bokor itu. Hartawan tersebut menjadi kecewa dan bermaksud ingin menutup sayembara karena berpikir tidak ada orang sakti di dunia ini. Bhikkhu Pindola Bharadvaja tiba di tempat itu dan dengan kekuatan gaibnya beliau terbang ke angkasa dan mengambil bokor tersebut. Selanjutnya, beliau kembali menunjukkan kekuatan gaibnya dengan terbang mengitari Rajagaha tiga kali. Semua orang kagum dan membicarakan di mana-mana. Peristiwa tersebut menjadi topik pembicaraan para bhikkhu di vihara.

Sang Buddha mendengar suara penduduk yang ramai bertepuk tangan. Beliau bertanya kepada Yang Mulia Ananda : ."Ananda, kepada siapakah mereka sedang bertepuk tangan?"

Yang Mulia Ananda menjawab : "Pindolabharadvaja telah terbang ke udara dan mengambil mangkuk yang terbuat dari kayu cendana merah dan penduduk bertepuk tangan untuknya."

Sang Buddha lalu memanggil Yang Mulia Pindolabharadvaja untuk menghadap dan berkata : "Apakah benar engkau telah melakukan seperti yang telah dilaporkan?"

"Benar, Yang Mulia."

"Bharadvaja, mengapa engkau melakukan hal ini?"



Sang Buddha lalu menegur dan menyuruhnya memecahkan mangkuk tersebut menjadi potongan-potongan kecil dan menyerahkan potongan-potongan kayu tersebut kepada para bhikkhu untuk digiling dan dijadikan bubuk kayu cendana. Kemudian Sang Buddha menetapkan peraturan yang melarang para bhikkhu menunjukkann kekuatan supranatural kepada perumah tangga. Beliau mengatakan bahwa seorang bhikkhu yang menunjukkan kekuatan supranatural kepada umat awam ibarat seorang wanita, demi sedikit uang, menunjukkan bagian-bagian tubuhnya yang memalukan di depan publik.

Dalam Vinayapitaka, Sang Buddha juga menetapkan peraturan bagi para bhikkhu bahwa barang siapa mengaku memiliki kesaktian padahal tidak memilikinya maka bhikkhu tersebut harus meninggalkan kebhikkhuan (Sangha). Namun demikian, bagi yang memang memiliki dan mempertunjukkannya kepada perumah-tangga akan dikenakan sanksi dukkata dan harus mengakui kesalahannya kepada bhikkhu lain. Jelaslah Sang Buddha sendiri tidak menginginkan para bhikkhu memamerkan kesaktian walaupun memilikinya.

Sementara itu, kepada brahmana Sangarava, dalam Anguttara Nikaya (A.III.60), Sang Buddha menjelaskan ada tiga macam mukjizat. Apakah tiga mukjizat itu? Mukjizat kekuatan supranormal, mukjizat membaca pikiran dan mukjizat pengajaran.

"Apakah yang merupakan mukjizat kekuatan supranormal? Ada orang yang menikmati berbagai macam kekuatan supranormal: setelah menjadi satu dia berubah menjadi banyak; setelah menjadi banyak dia berubah menjadi satu; dia muncul dan lenyap; dia pergi tak terhalang menembus dinding, menembus benteng, menembus gunung seolah-olah melewati ruang; dia menyelam masuk dan keluar dari bumi seolah-olah itu adalah air; dia berjalan di atas air tanpa tenggelam seolah-olah itu adalah tanah; sementara duduk bersila dia pergi melalui udara bagaikan seekor burung; dengan tangannya dia menyentuh dan membelai matahari dan rembulan, begitu kuat dan berkuasa; dia menggunakan penguasaan atas tubuhnya bahkan sejauh alam Brahma. Inilah, brahmana, yang disebut kekuatan supranormal".

"Apakah yang merupakan mukjizat membaca pikiran? Ada orang yang dengan sarana tanda, menyatakan: `Demikianlah pikiranmu, seperti inilah pikiranmu, demikianlah buah pikirmu.' Dan betapapun banyaknya pernyataan seperti itu yang dibuatnya, semua memang benar demikian dan tidak salah."

"Orang lain tidak membuat pernyataannya lewat sarana tanda, melainkan setelah mendengar suara manusia, suara makhluk halus atau dewa? atau dengan mendengarkan suara getaran buah pikir seseorang? atau secara mental menembus arah kecenderungan mentalnya ketika dia berada di dalam keadaan meditasi yang bebas dari buah pikir. Dan betapapun banyaknya pernyataan seperti itu yang dibuatnya, semua memang benar demikian dan tidak salah. Inilah yang disebut mukjizat membaca pikiran.

"Dan brahmana, apakah mukjizat pengajaran? Ada orang yang mengajarkan demikian: `Engkau seharusnya berpikir dengan cara ini dan bukan berpikir dengan cara itu! Engkau seharusnya memperhatikan ini dan bukan itu! Engkau seharusnya meninggalkan ini dan harus berdiam di dalam pencapaian itu!' Inilah yang disebut mukjizat pengajaran."

"Inilah, O brahmana, tiga jenis mukjizat. Dari tiga jenis mukjizat ini, yang manakah yang tampak bagimu sebagai yang paling bagus dan paling tinggi?"

"Mengenai mukjizat kekuatan supranormal dan pembacaan pikiran, Guru Gotama, hanya pelakunya saja yang akan mengalami hasilnya; hasilnya hanya dimiliki oleh orang yang melakukannya. Kedua mukjizat ini, Guru Gotama, bagi saya tampak memiliki sifat tipuan tukang sulap. Tetapi mengenai mukjizat pengajaran - inilah, Guru Gotama, yang bagi saya tampak sebagai yang paling bagus dan paling tinggi di antara ketiganya."

Pandangan Agama Buddha Tentang Mukjizat

Bila dalam ajaran lain, Keajaiban atau Mukjizat dijadikan daya tarik dan selling point yang diagung-agungkan untuk menarik pengikut baru, maka Anda akan melihat hal yang bertolak belakang mengenai hal itu dalam agama Buddha.

Bagi Sang Buddha, keajaiban tidak menduduki peranan penting dalam pengembangan spiritual tetapi peranannya minor saja (yang tidak penting). Dengan menyaksikan keajaiban yang seringkali diperbesar-besarkan, seseorang tidak dapat memperoleh kemajuan spiritual atau manfaat apapun, tetapi sebaliknya hal ini akan membuat mereka semakin melekat terhadap hal ini, padahal keajaiban-keajaiban yang dipertontonkan tersebut belum tentu benar.

Pada suatu kesempatan, Sang Guru pernah mengatakan bahwa penggunaan keajaiban untuk membujuk orang masuk agama lain adalah seperti mengunakan gadis-gadis penari untuk menggoda orang untuk melakukan sesuatu. MenurutNya, keajaiban atau mukjizat yang sebenarnya adalah ketika dapat membuat seorang pembunuh, pencuri, teroris, pemabuk atau pelacur sadar bahwa apa yang telah ia lakukan adalah salah dan berhasil membuatnya meninggalkan jalan hidupnya yang buruk, tidak bermoral dan membahayakan. Perubahan menjadi baik seperti inilah yang merupakan mukjizat tertinggi yang dapat dilakukan orang.

Oleh sebab itulah, walaupun Sang Buddha mempunyai dan mampu memperlihatkan segala jenis Keajaiban atau Mukjizat, tetapi selama 45 tahun pembabaran DhammaNya Beliau yang merupakan pendiri Agama Buddha tidak pernah menunjukkan, menyuruh atau memperbolehkan orang-orang yang menjalankan disiplinnya untuk menggunakan kemampuan supranatural tersebut hanya untuk menarik pengikut baru.

Karena itu, sebagai umat Buddha tidak seharusnya kita mencari kekuatan supranatural atau percaya begitu saja kepada mereka yang menguasai hal yang gaib-gaib. Hanya dengan mempertontonkan keajaiban, tidak berarti mereka mengajarkan kebenaran. Seseorang bisa saja memperoleh kekuatan ajaib tanpa pengembangan spiritual. Sang Buddha mengatakan bila orang tersebut mengembangkan kekuatan ajaib tanpa pengembangan spiritual, maka ia berada dalam keadaan yang cukup berbahaya karena bisa menyalahgunakan kekuatan itu untuk keuntungan duniawi. Sekarang ini banyak orang yang telah menyimpang dari jalan kebenaran dengan menggunakan kekuatan ajaibnya mendapatkan apa yang diinginkannya tanpa memiliki pengembangan spiritual apapun.

Keajaiban atau kekuatan luar biasa seperti itu tidak dapat mengantarkan seseorang menjadi suci, hal itu mungkin bisa membawa kebahagiaan semu untuk seketika, tetapi tidak akan membawa anda untuk memperoleh kebahagiaan sejati untuk waktu yang lama karena buah kamma seseorang harus diterima oleh orang itu sendiri, tidak ada yang dapat diwakilkan, dan tidak ada siapapun yang dapat lari dari buah kammanya termasuk mereka yang memiliki kekuatan-kekuatan luar biasa tersebut.


Untuk hal ini, Sang Buddha mengatakan bahwa:

Tidak dengan mengandalkan kesaktian dan mukjizat, keberuntungan dan kebahagiaan dapat dicapai

Tidak dengan mengandalkan kesaktian dan mukjizat, kematian dapat dicegah

Tidak dengan mengandalkan kesaktian dan mukjizat, roda samsara dapat dihentikan.

Tidak dengan mengandalkan kesaktian dan mukjizat, kesucian dapat diperoleh.

Tidak dengan mengandalkan kesaktian dan mukjizat, penderitaan akan berakhir.

Tidak dengan mengandalkan kesaktian dan mukjizat, pembebasan dapat direalisasikan.


Sekali lagi perlu kita tegaskan disini bahwa Sang Bhagava tidak pernah mengajarkan kepada para pengikutNya untuk mencari kesaktian, keajaiban dan mukjizat apalagi meminta kita untuk mempercayai kekuatan-kekuatan seperti itu karena tidak akan memberikan berkah dan keselamatan.

Dan bagi mereka yang senang akan kesaktian, keajaiban, mukjizat atau kekuatan-kekuatan seperti itu serta mencari perlindungan sesaat darinya, mereka tidak akan pernah melihat kebenaran Dhamma Nan Agung yang dibabarkan oleh Sang Buddha. Mereka yang demikian akan terlena dengan mencari kekuatan-kekuatan diluar dirinya dan lupa akan ?Pencapaian? yang menjadi tujuan akhir setiap manusia.

Mengenal hal ini, dapat kita lihat dalam kitab suci bahwa Sang Buddha tidak hanya sekali tetapi berulang kali dengan tegas melarang murid-muridNya menggunakan keajaiban untuk membuktikan kehebatan ajaran-ajaranNya, walaupun banyak dari mereka memiliki kemampuan itu. Sang Buddha hanya akan menggunakan kekuatannya tersebut bila memang benar-benar dibutuhkan untuk menolong orang lain. (lihat pada bab Keajaiban atau Mukjizat dalam Kehidupan Sang Buddha)

Di dalam Digha Nikaya I, Sang Buddha menyatakan bahwa para pertapa yang melakukan peramalan suratan tangan, meramal sesuatu yang akan terjadi, penujuman, mempersembahkan korban, mendapatkan jawaban sabda para dewa, berkomat-kamit dengan kata-kata tertentu berlaku seperti orang suci dan berpraktek sebagai ?dokter?, merupakan pertapa-pertapa yang mendapatkan penghidupan dengan cara rendah. Bila suatu saat kita menyaksikan ada seseorang yang menyatakan dirinya sebagai pengikut Sang Buddha tetapi melakukan hal-hal yang tidak terpuji sebagaimana yang telah dijabarkan diatas, maka kita harus berwaspada apakah beliau benar-benar murid Sang Buddha (bila murid Sang Buddha berarti beliau telah melanggar vinaya) atau seseorang yang hanya mencari keuntungan pribadi dengan menggunakan nama Sang Buddha (atau agama Buddha) yang sudah mempunyai reputasi Internasional hampir 2600 tahun lamanya.

Kita harus ingat bahwa kebijaksanaanlah yang ditekankan oleh Sang Buddha bagi pengikutnya, bukannya kepercayaan yang otoriter. Dengan ini diharapkan agar pengikut Sang Buddha dapat berpikir secara rasional dan tidak fanatik secara membabi-buta.

Bila sakit hendaknya umat Buddha mencari dokter untuk penyembuhan, bukannya mencari penyembuhan melalui kekuatan-kekuatan tertentu; Bila ingin hidup berkecukupan, bekerjalah secara baik dan benar bukannya berpangku tangan dengan meminta bantuan dari kekuatan-kekuatan seperti itu; Bila ingin bebas dari penderitaan, pelajarilah Dhamma dan laksanakan agar dapat membuahkan kebahagiaan, bukannya mencari perlindungan dari makhluk-makhluk atau benda-benda yang katanya memiliki/ menguasai keajaiban.

Berkah ?Kebahagiaan dan Keselamatan? sebenarnya dapat kita ciptakan sendiri tanpa harus menunggu atau meminta-minta mukjizat dari Hyang Agung atau kekuatan-kekuatan diluar diri kita. Dengan mempratekkan Dhamma, ajaran nan agung yang telah dibabarkan oleh Sang Buddha, kita dapat menciptakan sendiri mukjizat-mukjizat dalam kehidupan kita. Sadhu ... sadhu .... sadhu

Anumodana, Samanera Peacemind  _/\_
Beliau telah mengoreksi dan memberi judul note ini
Semoga Sehat dan Bahagia Selalu .... Sadhu 3 x

"Semoga Semua Makhluk Berbahagia"

 





Pages: 1 2 3 4 [5] 6 7 8 9 10 11 12 ... 33