//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - ryu

Pages: 1 ... 8 9 10 11 12 13 14 [15] 16 17 18 19 20 21 22 ... 27
211
Game / Nama = Wajah . Ayo post wajah anda :D
« on: 25 July 2009, 01:25:40 PM »
Aplikasi online untuk yang ingin tahu gimana gambaran wajah dari nama kita. Nama situsnya turnyournameintoaface.com


Caranya gampang koq, tinggal masukkan nama kemudian tekan “Into a Face” terus tunggu beberapa detik, tar muncul wajah anda ;D


Ayo post wajah anda di sini ;D

Ryu

212
Theravada / Food for the Heart : oleh Ajahn Chah
« on: 24 July 2009, 08:44:11 PM »
Dhamma Fighting 

        Kalahkan ketamakan, kalahkan kebencian, kalahkan kebodohan... mereka ini merupakan musuh-musuh. Dalam praktik Buddha Dhamma, jalan Sang Buddha, kita berjuang menggunakan Dhamma, menggunakan ketahanan kesabaran. Kita berjuang dengan melawan suasana hati kita yang tak terhitung banyaknya.         

        Dhamma dan dunia ini saling berhubungan. Di mana ada Dhamma di sana ada dunia, di mana ada dunia di sana ada Dhamma. Di mana ada kekotoran-batin di sana ada orang-orang yang menaklukkan kekotoran-batin, yang berjuang melawan kekotoran-kekotoran batin. Inilah yang disebut berjuang di dalam batin. Kalau berjuang secara fisik, orang-orang menggunakan bom dan senapan untuk melempar dan menembak; mereka menaklukkan dan ditaklukkan. Menaklukkan pihak lain adalah jalan duniawi. Di dalam pelaksanaan Dhamma, kita tidak perlu menaklukkan pihak lain, tapi sebaliknya menaklukkan pikiran kita sendiri, dengan sabar menahan serta melawan semua suasana-hati kita.

        Ketika mempraktikkan Dhamma kita tidak menyimpan kemarahan dan kebencian, tetapi sebaliknya melepaskan semua bentuk itikad-jahat di dalam perbuatan dan pikiran kita, membebaskan diri kita dari keirihatian, ketidaksukaan dan kemarahan. Kebencian hanya dapat diatasi dengan tidak menyimpan kemarahan dan dendam.

        Perbuatan-perbuatan yang menyakitkan dan pembalasan dendam adalah berbeda tetapi sangat berkaitan. Sekali perbuatan telah dilakukan, tidaklah perlu dibalas dengan dendam dan permusuhan. Itulah yang disebut 'perbuatan' (kamma). 'Pembalasan' (vera) berarti melanjutkan perbuatan itu dengan pikiran 'kamu melakukan hal ini terhadapku maka aku akan membalasnya padamu'. Jika begini tidak akan ada akhirnya. Ini menimbulkan pencarian kesempatan untuk selalu membalas dendam, sehingga kebencian tidak pernah dihapuskan. Selama kita bertindak rantai tetap tidak akan putus, tidak akan ada akhirnya. Ke manapun kita pergi, permusuhan tetap berlanjut.

        Guru yang Maha Sempurna (Yaitu Sang Buddha) mengajar kepada dunia, beliau mengasihi semua makhluk. Meskipun demikian dunia tetap berjalan seperti itu. Yang bijaksana harus mempertimbangkan dan memilih hal-hal yang memiliki nilai yang benar. Sewaktu Sang Buddha sebagai pangeran, Beliau telah terlatih dalam berbagai seni berperang, tetapi Beliau menyadari bahwa hal-hal tersebut tidak benar-benar berguna, mereka terbatas hanya dunia dengan peperangan dan agresinya.

        Oleh karena itu, dalam melatih diri seperti orang-orang yang telah meninggalkan kehidupan duniawi, kita harus belajar melepaskan semua bentuk kejahatan, melepaskan semua hal yang menyebabkan timbulnya permusuhan. Kita menaklukkan diri kita sendiri, kita tidak mencoba untuk menaklukkan pihak lain. Kita berperang, tetapi kita hanya memerangi kekotoran-batin: jika ada ketamakan, kita perangi dia; jika ada kebencian, kita perangi dia; jika ada kebodohan/khayalan, kita berjuang untuk melepaskannya. Inilah yang disebut 'Perjuangan Dhamma'. Peperangan batin ini sangatlah sulit, pada kenyataannya inilah yang tersulit di antara semuanya. Kita menjadi bhikkhu adalah untuk merenungkan hal ini, untuk mempelajari seni menaklukkan ketamakan, kebencian, dan kebodohan/khayalan. Inilah tanggung jawab utama kita.

        Ini adalah peperangan di dalam diri, berperang dengan kekotoran-kekotoran batin. Tetapi sangat sedikit orang yang berperang seperti itu. Kebanyakan orang berperang dengan hal-hal lain, mereka jarang memerangi kekotoran-kekotoran-batin. Mereka bahkan jarang melihatnya.

        Sang Buddha mengajarkan kita agar melepaskan semua bentuk kejahatan dan mengembangkan kebajikan. Inilah jalan yang benar. Mengajar dengan cara ini adalah bagaikan Sang Buddha mengambil kita dan meletakkan kita pada awal dari sang jalan. Setelah sampai pada sang jalan, terserah pada kita untuk menjalaninya atau tidak. Tugas Sang Buddha sudah berakhir di situ. Beliau menunjukkan sang Jalan, mana yang benar dan mana yang salah. Itu sudahlah cukup, selebihnya terserah pada kita.

        Sekarang, setelah Menemui sang jalan, kita masih belum mengetahui apapun, kita masih belum melihat apapun, jadi kita harus belajar. Untuk belajar kita harus bersiap-siap mengalami berbagai kesulitan, sama seperti murid sekolah. Cukup susah untuk mendapatkan ilmu dan pengetahuan yang diperlukan untuk membangun karir mereka. Mereka harus bertahan. Jika mereka berpikir salah atau merasa enggan atau malas, mereka harus memaksa diri mereka sendiri agar bisa lulus dan mendapat pekerjaan. Begitu pula praktik bagi seorang bhikkhu. Jika kita memutuskan untuk praktik dan merenungkan, pastilah kita akan menemukan sang jalan.

        Ditthimana merupakan hal yang membahayakan, Ditthi berarti 'pandangan' atau 'pendapat'. Semua bentuk pandangan disebut ditthi: melihat kebaikan sebagai kejahatan, melihat kejahatan sebagai kebaikan... bagaimanapun cara kita memandang sesuatu. Ini bukan persoalannya. Persoalannya adalah terletak pada kemelekatan terhadap pandangan-pandangan tersebut, yang disebut mana; berpegang pada pandangan-pandangan tersebut seolah-olah mereka merupakan kebenaran. Inilah yang menyebabkan kita berputar dari kelahiran menuju kematian, tidak pernah mencapai penyelesaian, hanya karena kemelekatan itu. Itulah sebabnya Sang Buddha mendorong kita untuk melepaskan berbagai pandangan.

        Jika banyak orang hidup bersama, seperti kita di sini, mereka tetap dapat praktik dengan nyaman jika pandangan mereka selaras/harmoni. Tetapi walaupun hanya dua atau tiga orang bhikkhu, akan menghadapi kesulitan jika pandangan mereka tidak baik atau selaras. Bila kita merendah-hati dan melepaskan berbagai pandangan kita, biarpun kita berbanyak, kita datang bersama ke hadapan Sang Buddha, Dhamma, dan Sangha (Tiga Permata: Sang Buddha, Dhamma, Ajaran Beliau, serta Sangha, Golongan Viharawan, atau mereka yang telah memahami Dhamma.)

        Adalah tidak tepat mengatakan bahwa akan ada perselisihan hanya karena ada banyak orang di antara kita. Lihatlah si kaki-seribu. Ia mempunyai banyak kaki, bukan? Dengan melihat padanya, kalian mungkin berpikir ia akan sulit berjalan, tetapi sesungguhnya tidak. Ia memiliki aturan dan iramanya sendiri. Begitu pula dalam praktik kita. Jika kita praktik sesuai dengan yang dipraktikkan oleh Sangha Mulia dari Sang Buddha, maka semuanya akan mudah. Mereka adalah, supatipanno —mereka yang praktik dengan baik; ujupatipanno —mereka yang praktik dengan lurus; ñayapatipanno —mereka yang praktik untuk mengatasi penderitaan, dan samicipatipanno —mereka yang praktik dengan semestinya. Empat sifat ini jika dikembangkan dalam diri kita akan menjadikan kita anggota Sangha yang sejati. Meskipun jumlah kita ratusan atau ribuan, tidak peduli berapapun jumlah kita, kita semua menempuh jalan yang sama. Kita berasal dari latar belakang yang berbeda-beda, tetapi kita adalah sama. Meskipun pandangan kita mungkin berbeda-beda, jika kita praktik dengan benar maka tak akan terjadi perselisihan. Sama seperti semua sungai besar dan kecil yang mengalir ke laut... begitu mereka sampai ke laut, mereka akan mempunyai rasa dan warna yang sama. Begitu pula halnya dengan orang-orang. Bilamana mereka masuk ke dalam arus Dhamma, hanya ada satu Dhamma. Walaupun mereka berasal dari tempat yang berbeda, mereka selaras dan menyatu.

        Tetapi pemikiran yang menyebabkan semua perselisihan dan pertentangan disebut ditthi-mana. Oleh karena itulah Sang Buddha mengajarkan kita supaya melepaskan berbagai bentuk pandangan. Jangan biarkan mana melekat pada berbagai pandangan yang berbeda di luar relevansinya.

        Sang Buddha mengajarkan manfaat dari adanya sati —ingatan (Sati: Biasanya diterjemahkan penuh perhatian, tetapi ingatan merupakan terjemahan yang lebih tepat untuk kata-kata 'ra-leuk dai' dalam bahasa Thai) yang terus-menerus. Apakah kita sedang berdiri, berjalan, duduk, atau berbaring, di manapun kita berada, kita harus memiliki kekuatan ingatan ini. Jika kita mempunyai sati kita bisa melihat diri kita sendiri, kita melihat batin kita sendiri. Kita melihat 'tubuh yang ada di dalam tubuh', 'batin yang ada di dalam batin'. Jika kita tidak mempunyai sati kita tidak mengetahui apapun, kita tidak menyadari apa yang sedang terjadi.         

        Jati sati sangatlah penting. Dengan adanya sati yang terus-menerus kita akan mendengarkan Dhamma Sang Buddha pada setiap saat. Ini adalah karena 'mata melihat bentuk-bentuk' adalah Dhamma; 'telinga mendengar suara' adalah Dhamma; 'hidung mencium aroma' adalah Dhamma; 'lidah mencicipi rasa' adalah Dhamma; 'tubuh merasakan sentuhan' adalah Dhamma; ketika kesan muncul dalam batin, itupun Dhamma. Oleh karena itu orang yang memiliki sati yang terus-menerus selalu mendengar ajaran Sang Buddha. Dhamma selalu ada di sana. Mengapa? Karena adanya sati, karena kita selalu sadar.

        Sati adalah ingatan, sampajañña adalah kesadaran-diri. Kesadaran inilah Buddho yang sesungguhnya, Sang Buddha. Jika ada sati-sampajañña maka pemahaman akan mengikutinya. Kita tahu apa yang sedang terjadi. Ketika mata melihat bentuk-bentuk: apakah ini pantas atau tidak pantas? Ketika telinga mendengar suara: apakah ini tepat atau tidak tepat? Apakah membahayakan? Apakah salah, apakah benar? Begitulah seterusnya terhadap segala sesuatu. Jika kita mengerti maka kita mendengar Dhamma setiap saat.

        Oleh karena itu marilah kita memahami bahwa saat ini juga kita sedang belajar di tengah-tengah Dhamma. Apakah kita berjalan maju ataupun mundur, kita bertemu dengan Dhamma —semuanya merupakan Dhamma jika kita mempunyai sati. Bahkan ketika melihat hewan-hewan yang berlarian di hutan, kita dapat merenungkan, melihat bahwa semua hewan sama seperti kita. Mereka menjauh dari penderitaan dan mengejar kebahagiaan, sama seperti yang dilakukan orang. Apapun yang tidak mereka sukai mereka hindari; mereka takut mati, sama juga seperti orang. Jika kita merenungkan hal ini, kita melihat bahwa semua makhluk di dunia, begitu pula manusia, memiliki kesamaan dalam berbagai naluri mereka. Berpikir seperti ini disebut 'bhavana' (Bhavana berarti 'pertumbuhan' atau 'perkembangan'; tetapi biasanya digunakan untuk menunjuk cittabhavana, pertumbuhan-batin, atau panna-bhavana, pertumbuhan kebijaksanaan atau perenungan.), melihat sesuai dengan kebenaran, bahwa semua makhluk adalah teman dalam kelahiran, usia-tua, sakit, dan kematian. Hewan sama dengan manusia dan manusia sama dengan hewan. Jika kita benar-benar melihat segala sesuatu sebagaimana mereka adanya, batin kita akan melepaskan kemelekatan pada segala sesuatunya.

        Itulah sebabnya kita harus memiliki sati. Jika kita memiliki sati kita akan melihat keadaan batin kita. Apapun yang kita pikirkan atau rasakan kita pasti mengetahuinya. Penguasaan ini disebut Buddho, Sang Buddha, ia yang mengetahui... yang mengetahui secara menyeluruh, yang mengerti dengan jelas dan lengkap. Ketika batin mengetahui secara lengkap, kita mendapati praktik yang benar.

        Jadi cara langsung untuk melakukan praktik adalah memiliki kesadaran, sati. Jika kalian tidak memiliki sati selama lima menit, kalian gila selama lima menit, lengah selama lima menit. Kapan saja kalian kekurangan sati, kalian menjadi gila. Sati sangat diperlukan. Memiliki sati berarti mengetahui diri sendiri, mengetahui kondisi batin dan kehidupan sendiri. Ini adalah memiliki pengertian dan ketajaman, untuk mendengarkan Dhamma pada setiap saat. Setelah meninggalkan ceramah sang guru, kalian tetap mendengar Dhamma, karena Dhamma berada di mana-mana.

        Oleh karena itu, kalian semua, pastikan untuk praktik setiap hari. Apakah sedang malas ataupun rajin, praktiklah yang sama. Praktik Dhamma tidak dikerjakan dengan mengikuti selera atau suasana-hati kalian. Jika kalian praktik mengikuti selera, maka itu bukanlah Dhamma. Jangan bedakan antara siang dan malam, batin sedang tenang atau tidak... tapi praktiklah.

        Semuanya seperti seorang anak yang sedang belajar menulis. Pertama tulisannya tidak bagus —besar, panjang dan bengkok-bengkok —ia menulis seperti layaknya anak-anak. Tak lama kemudian dengan latihan yang terus-menerus, tulisannya menjadi lebih baik. Praktik Dhamma juga seperti itu. Pada awalnya kalian canggung... kadang tenang, kadang tidak, kalian tidak mengerti apanya apa. Sebagian orang menjadi kecil hati. Jangan patah semangat! Kalian harus tetap praktik. Hiduplah dengan usaha, seperti anak sekolah: dengan bertambahnya usia ia menulis lebih baik. Dari menulis jelek ia belajar menulis rapi, semuanya karena latihan sejak masa kanak-kanak.

        Praktik kita pun seperti ini. Usahakan untuk memiliki kesadaran setiap saat: saat berdiri, berjalan, duduk, atau berbaring. Jika kita melakukan semua kewajiban kita dengan lancar dan baik, kita merasa damai. Jika ada kedamaian dalam pekerjaan kita, kita akan mudah untuk mendapatkan kedamaian dalam meditasi, karena mereka berjalan beriringan. Karena itu kerahkanlah usaha. Anda semua harus berjuang untuk mengikuti praktik. Inilah yang disebut dengan latihan.

213


Mantan Kadensus 88: Bom Tak Terkait Pilpres
Selasa, 21 July 2009 20:25 WIB

Jakarta, (tvOne)

Mantan Kepala Detasemen Khusus 88 Brigadir Jenderal Polisi Suryadharma Salim menegaskan bom yang mengguncang Hotel J.W. Marriott dan Hotel Ritz Carlton tak memiliki hubungan apapun dengan politik di Indonesia. "Seribu persen ini politik Alqaeda mendirikan negara Islam," Suryadharma saat bincang-bicang dalam acara Teror Kembali Mengguncang di tvOne, Selasa (21/7).

Suryadharma juga yakin pengeboman yang dilakukan jaringan Noordin M. Top ini dirakit di luar hotel. "Tidak mungkin bom dirakit di dalam hotel," ungkap Suryadharma. Lebih jauh, Suryadharma menjelaskan, pelaku bom bunuh diri tak memiliki kemampuan merakit bom.

"Mereka [eksekutor--red] hanya mengetahui how to use a bomb," jelas Suryadharma. Operasi pengeboman bunuh diri seperti di kedua hotel itu juga tak memungkinkan eksekutor bertemu perakit bom.

Persoalannya. Bagaimana bom bisa masuk ke hotel yang memiliki pengamanan super ketat itu? Menurut Suryadharma, bom masuk ke dalam hotel melibatkan orang dalam. Peran orang itulah yang memungkinkan pengamanan menjadi longgar. "Sekecil apapun, ini pasti melibatkan orang dalam," tegas Suryadharma.

"Kemampuan intelijen kita memprihatinkan, dan tidak mampu menyelidiki adanya berbagai ancaman bom di berbagai wilayah di Indonesia," kata Brigjen (Purn) Suryadarma Salim saat diwawancarai tvone, Selasa 21 Juli 2009.

Karena itu berhati-hati dan sebaiknya jangan menganggap remeh jaringan teroris karena mereka bukanlah taman kanak-kanak yang mudah dilacak, mereka itu dikenal sebagai orang-orang cerdas yang datang ke Indonesia untuk mendirikan agama Islam.

"Mereka ingin mendirikan Daulah Islamiyah (negara Islamiyah di Indonesia), dan habitat mereka itu paling subur di Indonesia, dengan banyaknya mereka itu, mereka yakin dapat mendirikan agama Islam," tuturnya.


Terkait dengan telunjuk yang mengarah ke jaringan Al Qaidah sebagai pihak di balik aksi pengeboman, Suryadharma menjelaskan bahwa hal itu didasari fakta-fakta hukum yang ditemukan. "Pola, modus sama dengan bom Bali yang juga ada hubungannya dengan Al Qaidah," terangnya lantas menyebut suplai dana juga dari organisasi itu.

Lantas mengapa Indonesia yang menjadi sasaran para teroris itu? Suryadharma menjelaskan, Jamaah Islamiyah (JI) sudah membagi ke dalam beberapa zona. Misalnya, Malaysia dan Singapura sebagai zona ekonomi. "Orang luar negeri yang muslim, lebih besar menyumbangnya dari orang Indonesia," kata dia.

Nah, Indonesia menjadi daerah trainer untuk melakukan operasi -operasi. Yakni untuk pelatihan setelah kamp JI dibubarkan Al Qaidah dan dipaksa keluar dari Afgahnistan. Selanjutnya, mereka membangun kamp di Mindanao, Filipina, yang disebut kamp Abu Bakar.

"Indonesia tempat melakukan operasional dengan prediksi kalau Indonesia bisa dikuasai, maka Indonesia akan menyerang Singapura, Malaysia, Thailand, dan seterusnya," jelasnya

214
lihat panah yang ditengah.. Bola2 itu bisa menjadi hijau secara otomatis.. padahal aslinya ga dikasih hijau sama sekali.. hanya dihapus2 secara berputar..

Ajaib kan??




215
Teknologi Informasi / Bikin Photoshop CS4 makin Ngebut
« on: 19 July 2009, 05:52:17 PM »
Photoshop CS4 terbaru kini mampu menangani berbagai format file berukuran raksasa, diantaranya:

PSD: 2 GB
TIFF: 4 GB
PSB: 4 EB (atau 4 juta TB)
PDF: 10 GB

Meskipun sedemikian besarnya, batasan maksimal yang mampu diolah Photoshop hanya terbatas hingga 300.000 x 300.000 pixels. Khusus untuk PDF, terbatas 30.000 x 30.000 pixels dan 200 x 200 inch saja.
Setting Scratch Disk

Scratch Disk merupakan virtual memory yang menampung semua aktivitas Photoshop Anda, mulai dari History, Level Cache, Histogram, Font Cache, dan lainnya.

Agar Photoshop dapat berlari kencang, space kosong sebesar 2 GB atau lebih, wajib Anda sediakan untuk membuatnya bernafas lega.

Apabila Anda memiliki partisi lebih dari satu, disarankan untuk menjadikan partisi kedua sebagai Scratch Disk yang utama. Hal ini dilakukan agar indexing yang dilakukan OS X pada partisi utama tidak terganggu. Namun bila Anda mampu menyisakan ruang kosong sebesar 20 GB pada partisi utama sistem, Photoshop CS4 bakal melesat kencang bak buronan kepolisian.

Untuk mengubah Scratch Disk Anda, pilih menu Preferences > Performance dari menubar Photoshop CS4. Jangan lupa untuk merestart Photoshop setelah Anda melakukan pengubahan.
Menentukan Cache Levels

Cache LevelsPhotoshop menggunakan image cache untuk menampilkan setiap ubahan gambar pada layar. Semakin tinggi angka yang Anda tentukan (1-8) akan memperlambat Photoshop untuk membuka sebuah gambar karena harus melakukan caching terlebih dahulu. Namun dibalik proses caching tersebut, keuntungan yang akan kita dapat yaitu performa lebih baik ketika kita melakukan pengubahan gambar nantinya.

Untuk Anda yang cenderung bekerja dengan gambar high-resolution, disarankan untuk mengatur Cache Levels pada kisaran angka 6 hingga 8.

Anda yang bekerja sebagai fotografer dengan kamera DSLR sebaiknya mengeset Cache Levels ini pada angka 8. Dan sebaliknya, desainer grafis dan web yang lebih banyak bekerja pada Layer akan optimal pada Cache Levels yang lebih rendah: 4.
Mengurangi jumlah History States

Semakin banyak jumlah History yang Anda tentukan akan semakin membuatnya haus akan RAM. Disarankan untuk membatasi jumlah History States maksimal sebanyak 15 saja.

Seiring dengan waktu, bila skill Photoshop Anda telah meningkat maka Anda bahkan tak memerlukan History lagi.
Mengatur Kompatibilitas PSD dan PSB

Fitur 'Maximize PSD and PSB File Compatibility' akan menambah fleksibilitas serta kompatibilitas file Anda ketika bekerja dengan aplikasi lain seperti Adobe Lightroom. Tentunya kompatibilitas ini akan memperbesar ukuran file Anda.

Aktifkan fitur ini apabila Anda juga bekerja dengan aplikasi lain. Matikan bila Anda hanya bekerja dengan Photoshop saja.
Memanfaatkan Tenaga GPU

Photoshop CS4 telah memiliki kemampuan untuk memprioritaskan proses rendering gambar pada penggunaan GPU dibandingkan CPU komputer.

Syarat minimum agar Photoshop CS4 dapat memaksimalkan kinerjanya adalah GPU Anda memiliki fitur OpenGL 2.0, Shader Model 3.0, dan RAM minimal 128 MB, dimana lini produk Apple terbaru telah mendukungnya secara penuh.
Mengatur Palette Preview Thumbnails

Photoshop CS4 memakan RAM ekstra ketika fitur ini diaktifkan karena setiap perubahan pada sebuah Layer dilakukan, preview thumbnail ini akan senantiasa diupdate secara otomatis.

Untuk mengatur fitur ini agar menggunakan RAM secukupnya, pilih menu Palette Options pada window Layers dan pilih ukuran terkecil atau none pada opsi Thumbnail Size.
Mematikan fitur Export Clipboard

Export ClipboardFitur Export Clipboard ini akan menyimpan setiap gambar yang Anda copy pada memory dan mengekspornya menjadi file berekstensi PICT ketika Anda paste pada desktop.

Bila Anda tak membutuhkan fitur ini, matikan saja melalui menu Preferences > General untuk menghemat memory Anda.
Memanfaatkan software Font Management

Fitur Font Preview pada Photoshop CS4 akan memakan memory sangat besar bila koleksi font Anda cukup banyak, karena ia harus melakukan preview setiap font yang ada.

Gunakan aplikasi Font Management seperti Extensis Suitcase ataupun Linotype FontExplorer X untuk alternatifnya, dan matikan fitur Font Preview bawaan CS4.
Menentukan alokasi RAM

Untuk performa terbaik, tentukan alokasi RAM untuk Photoshop CS4 pada kisaran 85-90%. Hindari mengesetnya pada angka 100% karena akan membuat proses sistem Mac OS X menjadi sesak nafas.

Anda dapat mengaturnya sesuai kebutuhan pekerjaan Anda pada menu Preferences > Performance dan tentukan nilainya pada kolom Memory Usage.
Kurangi file pada Desktop

File DesktopSemakin banyak file yang bertebaran pada desktop Anda, maka semakin banyak memory yang terbuang untuk membuat thumbnail previewnya. Mulailah untuk mengelola file-file Anda dengan baik sesuai folder yang terdapat pada Home Anda.

Meskipun terkesan sederhana, namun langkah ini sangat efektif untuk menghindari pemborosan RAM.

Selamat menikmati Photoshop CS4 yang lebih ngebut!

216
Theravada / Sense Contact The Fount Of Wisdom Oleh: Ajahn Chah
« on: 13 July 2009, 10:28:38 AM »
Sense Contact The Fount Of Wisdom

Oleh: Ajahn Chah

Kita semua memutuskan untuk menjadi bhikkhu dan samanera (Calon Bhikkhu) di dalam Buddha Sasana dengan tujuan untuk menemukan kedamaian. Lalu, apakah kedamaian sejati itu? Kedamaian sejati, kata Sang Buddha, tidaklah terlalu jauh, ia terletak di sini, di dalam diri kita, tetapi kita cenderung mengabaikannya. Orang-orang mempunyai gagasan-gagasan tentang menemukan kedamaian tetapi tetap cenderung mengalami kebingungan dan pergolakan, mereka tetap cenderung kurang yakin serta belum sepenuhnya berada di dalam praktek mereka. Mereka belum mencapai tujuan.

Itu bagaikan kita pergi meninggalkan rumah untuk berkeliling ke berbagai tempat yang berbeda. Apakah kita naik mobil atau berlayar naik kapal, tidak peduli ke mana kita pergi, kita tetap belum sampai di rumah kita. Selama kita belum sampai di rumah, kita tidak merasa puas, kita tetap mempunyai urusan yang harus diselesaikan. Ini karena perjalanan kita belum selesai, kita belum sampai di tempat tujuan. Kita pergi ke mana-mana untuk mencari kebebasan.

Kalian semua para bhikkhu dan samanera di sini menginginkan kedamaian. Bahkan diri saya sendiri, ketika masih muda, mencari kedamaian ke mana-mana. Ke mana pun saya pergi saya tidak bisa merasa puas. Pergi ke hutan atau mengunjungi berbagai guru, mendengarkan berbagai ceramah Dhamma, saya tidak bisa menemukan kepuasan. Mengapa demikian?

Kita mencari kedamaian di tempat-tempat yang tenang, di mana tidak ada pemandangan, suara, bau-bauan, atau rasa... dengan berpikir bahwa hidup sepi seperti ini adalah cara untuk menemukan kepuasan, bahwa di sinilah letak kedamaian.

Tetapi sesungguhnya, jika kita hidup sangat sunyi di tempat-tempat di mana tak ada sesuatu pun yang terjadi, dapatkah kebijaksanaan timbul? Apakah kita akan sadar terhadap sesuatu? Pikirkanlah itu. Jika mata kita tidak melihat pemandangan, bagaimana jadinya? Jika hidung tidak mencium bau, bagaimana jadinya? Jika lidah tidak mengecap rasa, bagaimana jadinya? Jika badan sama sekali tidak mengalami perasaan apapun, bagaimana jadinya? Menjadi seperti itu bagaikan menjadi seorang buta dan tuli, orang yang hidung dan lidahnya rusak serta seluruhnya mati rasa oleh kelumpuhan. Akankah ada sesuatu di sana? Meskipun demikian orang cenderung berpikir jika mereka pergi ke tempat di mana tidak terjadi sesuatu mereka akan menemukan kedamaian. Benar, saya sendiri telah berpikir begitu, saya pernah berpikir dalam cara itu...

Ketika saya seorang bhikkhu muda yang baru mulai berlatih, saya akan duduk bermeditasi dan suara-suara akan mengganggu saya. Saya akan berpikir sendiri, "Apa yang bisa saya lakukan untuk menenangkan batin saya?" Maka saya ambil sedikit lilin lebah dan menyumbat telinga saya sehingga saya tidak bisa mendengar apapun. Yang tinggal hanya suara berdengung. Saya pikir itu akan menenangkan, tetapi tidak, ternyata semua pemikiran dan kebingungan tidak muncul pada telinga. Ia muncul di dalam batin. Itulah tempat untuk mencari kedamaian.

Untuk mengatakannya dengan cara lain, tidak peduli di manapun kalian tinggal, kalian tak ingin melakukan apapun karena itu mengganggu praktek kalian. Kalian tidak mau menyapu atau melakukan pekerjaan lain, kalian hanya ingin diam dan menemukan kedamaian dengan cara itu. Guru meminta kalian untuk membantu mengerjakan berbagai tugas atau kewajiban harian lainnya tetapi kalian tidak sepenuh hati melakukannya karena kalian rasa itu hanyalah persoalan luar.

Saya sudah berulang kali mengemukakan contoh salah seorang murid saya yang ingin sekali "melepaskan" dan menemukan kedamaian. Saya mengajar tentang "melepaskan" dan ia memahaminya bahwa melepaskan segala sesuatu memang merupakan kedamaian. Sesungguhnya sejak pertama kali datang ke sini ia tidak mau mengerjakan apapun. Bahkan ketika angin menerbangkan separuh atap kutinya ia tidak peduli. Ia berkata bahwa itu hanya keadaan luar. Jadi ia tidak peduli untuk membenahinya. Ketika cahaya dan curah hujan masuk dari satu sisi ia pindah ke sisi lain. Itu bukan urusannya. Urusannya hanya membuat batinnya damai. Hal-hal lainnya merupakan gangguan, ia tidak mau terlibat. Begitulah cara ia melihatnya.

Pada suatu hari saya berjalan melewatinya dan melihat atap yang roboh. "Eh!? Kuti siapa ini?" Seseorang memberitahu saya siapa pemiliknya, dan saya berpikir, "Hmm. Aneh..." Jadi saya berbincang-bincang dengannya, menjelaskan berbagai hal, seperti kewajiban berkenaan dengan tempat tinggal kita, senasanavatta. "Kita harus mempunyai tempat tinggal, dan kita harus merawatnya. 'Melepaskan' bukanlah seperti itu, melepaskan tidaklah berarti melalaikan tanggung jawab kita. Itu adalah tindakan seorang yang bodoh. Hujan masuk di satu sisi dan kamu pindah ke sisi lain, lalu cahaya masuk dan kamu pindah lagi ke sisi itu. Mengapa begitu? Mengapa kamu tidak peduli untuk pergi ke sana? "Saya memberikan penjelasan yang panjang lebar tentang hal ini kepadanya; kemudian, ketika saya sudah selesai, ia berkata:

"Oh, Luang Por, kadang-kadang Anda mengajar saya untuk melekat dan kadang-kadang Anda mengajar saya untuk melepaskan. Saya tidak tahu apa yang Anda ingin saya kerjakan. Bahkan ketika atap saya roboh dan saya melepaskan sampai sebatas ini, Anda tetap mengatakan itu tidak betul. Tetapi Anda mengajar saya untuk melepaskan! Saya tidak tahu apa lagi yang akan Anda harapkan dari saya..."

Kalian lihat? Orang adalah seperti ini. Mereka bisa sebodoh ini.

Adakah obyek-obyek penglihatan yang bisa dilihat di dalam mata? Jika tidak ada obyek luar yang terlihat apakah mata kita bisa melihat sesuatu? Adakah suara di dalam telinga kita jika suara dari luar tidak menyentuh? Jika tidak ada bebauan di luar apakah kita bisa menghirup bau? Akankah ada rasa? Harus ada rasa yang menyentuh lidah sebelum orang bisa merasakannya.

Di manakah sebab-sebabnya? Renungkanlah apa yang dikatakan Sang Buddha: Semua dhamma (Kata "dhamma" bisa digunakan dalam berbagai cara. Dalam pembicaraan ini, Yang Ariya Achan menunjuk pada "Dhamma" —ajaran-ajaran Sang Buddha; pada "dhamma" —"benda-benda", dan pada "Dhamma" —pengalaman terhadap "Kebenaran" yang sangat mendalam.) timbul karena sebab. Jika kita tidak mempunyai mata, dapatkah kita melihat pemandangan? Mata, telinga, hidung, lidah, jasmani, dan batin —inilah sebabnya. Dikatakan bahwa semua dhamma timbul karena ada kondisi-kondisinya, bila dhamma-dhamma itu berakhir, itu karena kondisi penyebabnya telah berakhir. Untuk mengakibatkan suatu kondisi muncul, maka kondisi penyebab harus timbul terlebih dahulu.

Jika kita berpikir bahwa kedamaian terletak di mana tidak ada sensasi-sensasi, akankah muncul kebijaksanaan? Akankah ada kondisi sebab dan akibat? Akankah kita mempunyai sesuatu untuk dilatih? Jika kita menyalahkan suara maka di mana ada suara, kita tak akan merasa tenang. Kita pikir tempat itu tidak baik. Di mana saja ada pemandangan, kita katakan itu tidak tenang. Jika demikian kasusnya maka untuk mencari ketenangan kita harus menjadi orang yang semua inderanya telah mati, buta dan tuli. Saya renungkan hal ini...

"Hmm. Ini aneh. Penderitaan timbul karena mata, telinga, hidung, lidah, jasmani, dan batin. Jadi haruskah kita buta? Jika kita tidak melihat apapun mungkin itu akan lebih baik. Tidak akan timbul kekotoran-kekotoran batin jika orang itu buta, atau tuli. Apakah betul begitu...?"

Tetapi, berpikir seperti ini adalah sama sekali salah. Jika begitu kasusnya maka orang-orang yang buta dan tuli akan mencapai pencerahan. Kekotoran-kekotoran tersebut semuanya akan sudah diselesaikan jika kekotoran tersebut muncul di mata, telinga, dan lain-lain. Inilah kondisi-kondisi penyebabnya. Jika sesuatu timbul, yang merupakan sebab, di sanalah kita harus menghentikan mereka. Di mana timbul sebab, di sanalah kita harus merenungkan.

Sesungguhnya, landasan-landasan indera mata, telinga, hidung, lidah, jasmani, dan batin, merupakan hal yang bisa memudahkan timbulnya kebijaksanaan, jika kita memahaminya sebagaimana adanya. Jika kita belum sepenuhnya memahami mereka kita pasti mengingkarinya, dengan mengatakan kita tidak mau melihat pemandangan, mendengar suara dan sebagainya, karena mereka mengganggu kita. Jika kita memotong kondisi penyebabnya, apa yang akan kita renungkan? Pikirkanlah itu. Di manakah akan ada sebab dan akibat? Inilah cara berpikir yang salah pada sebagian dari kita.

Inilah sebabnya kita diajar untuk mengendalikan diri. Pengendalian diri adalah Sila. Ada sila untuk pengendalian indera: mata, telinga, hidung, lidah, jasmani dan batin: inilah sila kita, dan mereka merupakan samadhi kita. Ingatlah cerita tentang Sariputta. Pada waktu beliau belum menjadi seorang bhikkhu, beliau melihat Thera Assaji yang sedang pergi berpindapata. Dengan melihat beliau, Sariputta berpikir,

"Pertapa ini sangat luar biasa. Ia bejalan tidak terlalu cepat maupun lambat, jubahnya dikenakan dengan rapi, sikapnya sangat terkendali". Sariputta tergugah oleh beliau sehingga mendatangi Yang Ariya Assaji, memberi hormat dan bertanya kepada beliau,

"Maaf, tuan, siapakah Anda?"

"Saya seorang samana".

"Siapakah guru Anda?"

"Yang Ariya Gotama adalah guru saya".

"Apakah yang diajarkan oleh Yang Ariya Gotama?"

"Beliau mengajarkan bahwa semua hal timbul karena adanya kondisi-kondisi. Ketika semuanya berakhir itu karena kondisi dari penyebabnya sudah berakhir".

Ketika ditanya tentang Dhamma oleh Sariputta, Assaji hanya menjelaskan secara singkat, beliau berbicara tentang sebab dan akibat. Dhamma timbul karena berbagai kondisi. Mula-mula timbul sebab, selanjutnya muncul akibat. Jika akibat ingin ditiadakan maka pertama-tama sebabnya harus diakhiri. Itulah semua yang beliau katakan, tetapi itu cukup bagi Sariputta (Pada waktu itu Sariputta memperoleh pengetahuan yang sangat mendalam yang pertama dalam Dhamma, mencapai Sotapanna, atau "Pemasuk Arus").

Sekarang, ini merupakan satu sebab bagi munculnya Dhamma. Pada waktu itu Sariputta memiliki mata, ia memiliki telinga, ia memiliki hidung, lidah, jasmani, dan batin. Semua dari panca inderanya lengkap. Jika beliau tidak memiliki indera, akan cukupkah sebab-sebab bagi kebijaksanaan timbul di dalam dirinya? Akankah beliau menyadari sesuatu? Tetapi kita pada umumnya takut dengan kontak/hubungan.

Di samping itu juga, meskipun kita suka dengan kontak tetapi kita tidak mampu mengembangkan kebijaksanaan darinya: sebaliknya kita berulang kali menurutinya melalui mata, telinga, hidung, lidah, jasmani, dan batin, merasa senang di sana dan tersesat di dalam obyek-obyek indera. Begitulah keadaannya. Landasan-landasan indera ini bisa memikat kita pada kesenangan dan kenikmatan, atau mereka mampu menuntun kita pada pengetahuan dan kebijaksanaan.

Indera-indera ini mempunyai kerugian dan manfaat, tergantung pada kebijaksanaan kita.

Jadi sekarang marilah kita pahami hal itu, setelah menjadi samana/pertapa dan melaksanakan latihan, kita harus menjadikan segala sesuatu sebagai praktek. Bahkan hal-hal yang buruk sekalipun. Kita harus mengetahui mereka semuanya. Mengapa? Agar kita bisa mengetahui kebenaran. Jika kita berbicara tentang praktek kita tidak hanya mengartikan hal-hal yang baik dan menyenangkan bagi kita. Bukan begitu keadaannya. Di dunia ini, terdapat hal-hal yang kita senangi, terdapat pula yang tidak. Semuanya ada di dunia ini, tidak di tempat lainnya. Biasanya apa yang kita sukai lalu kita inginkan; begitu juga terhadap teman-teman para bhikkhu dan samanera. Baik bhikkhu maupun samanera yang tidak kita sukai, kita tak mau bergaul dengan mereka, kita hanya mau bersama mereka yang kita sukai. Bukankah begitu? Ini adalah memilih sesuai dengan kesukaan kita. Apapun yang tidak kita sukai kita tidak mau melihat ataupun mengetahuinya.

Sesungguhnya Sang Buddha menginginkan kita untuk mengalami hal-hal ini. Lokavidu —lihatlah dunia ini dan ketahuilah ia dengan jernih. Jika kita tidak mengetahui kebenaran dunia dengan jernih maka kita tak bisa pergi ke manapun. Dengan hidup di dunia maka kita harus memahami dunia ini. Para Ariya di masa lalu, termasuk Sang Buddha, semua hidup dengan hal-hal ini, mereka hidup di dunia ini, tidak di tempat lain. Mereka tidak lari ke dunia lain untuk menemukan kebenaran. Tetapi mereka memiliki kebijaksanaan. Mereka mengendalikan indera-indera mereka. Praktek sesungguhnya adalah memeriksa semua hal ini dan memahami mereka sebagaimana apa adanya.

Oleh karena itu Sang Buddha mengajar kita untuk mengenali landasan-landasan indera, titik-titik sentuhan kita. Mata melihat bentuk-bentuk dan mengirim mereka "masuk" untuk menjadi pemandangan-pemandangan. Telinga mendengar suara, hidung mencium bau, lidah mengecap rasa, jasmani menyentuh benda-benda yang dapat diraba, dan dengan demikian kesadaran timbul. Di mana kesadaran timbul di situlah kita harus melihat dan memahaminya sebagaimana mereka adanya. Jika kita tidak mengetahui hal-hal ini sebagaimana mereka adanya maka kita akan terpikat ataupun membenci mereka. Di mana sensasi/perasaan timbul, di situlah kita bisa memperoleh pencerahan, di situlah kebijaksanaan bisa timbul.

Tetapi kadangkala kita tidak menghendaki hal-hal berjalan seperti itu. Sang Buddha mengajarkan pengendalian, tetapi pengendalian bukanlah berarti kita tidak melihat apapun, mendengar apapun, mencium, mencicipi, merasakan, atau memikirkan suatu apapun. Bukan begitu artinya. Jika para praktisi (mereka yang berlatih) tersebut tidak mengerti hal ini maka begitu mereka melihat atau mendengar sesuatu, mereka ketakutan dan melarikan diri. Mereka tidak menghadapinya. Mereka melarikan diri, dengan berpikir bahwa melakukan itu akhirnya kejadian-kejadian tadi akan kehilangan kekuatannya terhadap mereka, bahwa mereka pada akhirnya mampu mengatasi hal itu. Tetapi mereka tak akan bisa. Mereka tidak bisa mengatasi apapun dengan cara itu. Jika mereka melarikan diri tanpa mengetahui kebenarannya, kelak hal yang sama akan muncul untuk dihadapinya lagi.

Sebagai contoh, para pelaksana yang tidak pernah puas, apakah mereka berada di vihara, hutan, atau gunung. Mereka mengembara dalam "ziarah dhutanga" mencari ini, itu dan yang lainnya, serta berpikir bahwa dengan cara itu mereka akan menemukan kepuasan. Mereka pergi, lalu kembali... tidak melihat apapun. Mereka berusaha ke puncak gunung... "Ah! Inilah tempatnya, sekarang saya betul". Mereka merasakan kedamaian untuk beberapa hari dan selanjutnya merasa jemu. "Oh, baik, pergi ke pantai". "Ah, di sini indah dan sejuk. Sungguh menyenangkan". Setelah beberapa saat mereka juga jemu berada di pantai... jemu pada hutan, jemu pada gunung, jemu pada pantai, jemu pada segala sesuatu. Ini bukanlah jemu dalam pengertian yang benar (Yaitu nibbida, tidak tertarik pada daya pikat kenikmatan duniawi), sebagai Pandangan Benar, ia hanya merupakan kebosanan, semacam Pandangan Salah. Pandangan mereka tidak sesuai dengan keadaan sebenarnya.

Ketika mereka kembali ke vihara... "Sekarang, apa yang akan kukerjakan? Saya sudah melihat semuanya dan kembali tanpa hasil apapun". Maka mereka membuang mangkuknya dan lepas jubah. Mengapa mereka lepas jubah? Karena mereka tidak mendapatkan pegangan pada prakteknya, mereka tidak melihat apapun untuk dikerjakan. Mereka pergi ke selatan dan tidak melihat apapun; pergi ke utara dan tidak melihat apapun; pergi ke pantai, ke gunung, ke dalam hutan, dan tetap tidak melihat apapun. Jadi semuanya habis... mereka "mati". Begitulah yang terjadi. Itu karena mereka terus-menerus malarikan diri dari berbagai hal. Kebijaksanaan tidak timbul.

Sekarang ambil contoh yang lain. Andaikan ada seorang bhikkhu yang memutuskan untuk menghadapi hal-hal, tidak melarikan diri. Ia merawat dirinya sendiri. Ia memahami dirinya sendiri dan juga memahami hal-hal yang ada bersamanya. Ia terus-menerus menangani persoalan. Misalnya, seorang kepala vihara. Jika seseorang menjadi kepala suatu vihara maka selalu ada persoalan yang harus ditangani, selalu ada aliran kejadian yang memerlukan perhatian. Mengapa begitu? Karena orang selalu mengajukan pertanyaan. Pertanyaannya tak pernah berakhir, jadi kalian harus selalu bersiap siaga. Kalian terus-menerus harus memecahkan berbagai persoalan, persoalan kalian sendiri maupun orang lain. Oleh karena itu kalian harus selalu sadar. Sebelum kalian bisa tidur sebentar mereka sudah membangunkan kalian lagi dengan persoalan yang lain. Jadi hal ini menyebabkan kalian merenungkan dan memahami berbagai hal. Kalian menjadi terampil: terampil menghadapi diri sendiri dan terampil menghadapi orang lain. Terampil dalam berbagai macam hal.

Keterampilan ini timbul karena adanya kontak/hubungan, dari menghadapi dan menyelesaikan persoalan, dari tidak melarikan diri. Kita secara jasmani tidak lari tetapi kita "melarikan diri" di dalam batin, menggunakan kebijaksanaan kita. Kita memahaminya dengan kebijaksanaan, di sini juga. Kita tidak melarikan diri dari persoalan apapun.

Inilah sumber kebijaksanaan. Orang harus bekerja, harus berhubungan dengan berbagai hal. Misalnya, hidup di vihara besar seperti ini kita semua harus membantu merawat semua benda di sini. Melihat hal itu dari satu sisi kalian bisa mengatakan bahwa semua itu merupakan kekotoran. Hidup dengan banyak bhikkhu dan samanera, dengan banyak umat awam yang datang dan pergi, banyak kekotoran bisa timbul. Ya, saya mengakui hal itu... tetapi kita harus hidup seperti itu untuk perkembangan kebijaksanaan serta membebaskan diri dari kebodohan. Jalan manakah yang akan kita pilih? Apakah hidup untuk membebaskan diri dari kebodohan ataukah untuk menambah kebodohan kita?

Kita harus merenungkan. Ketika mata, telinga, hidung, lidah, jasmani, dan batin mengadakan kontak, kita seharusnya tenang dan berhati-hati. Ketika penderitaan timbul, siapakah yang menderita? Mengapa penderitaan itu timbul? Kepala vihara harus mengawasi banyak murid. Itu bisa merupakan penderitaan. Kita harus memahami penderitaan ketika ia muncul. Pahamilah penderitaan. Jika kita takut pada penderitaan dan tidak mau menghadapinya, di manakah kita akan memeranginya? Jika penderitaan timbul dan kita tidak mengetahuinya, bagaimana kita bisa menyelesaikannya? Ini teramat penting —kita harus mengenali penderitaan.

Melepaskan diri dari penderitaan berarti mengerti jalan keluar dari penderitaan itu, ia tidak berarti melarikan diri dari tempat di mana penderitaan itu muncul. Dengan melakukan hal itu berarti kalian membawa serta penderitaan kalian. Jika suatu ketika penderitaan timbul lagi kalian terpaksa harus melarikan diri lagi. Ini tidaklah mengatasi penderitaan, ini tidaklah memahami penderitaan.

Jika kalian ingin memahami penderitaan, kalian harus menyelidiki keadaan yang sedang dihadapi. Sang ajaran mengatakan bahwa ketika persoalan timbul ia harus diselesaikan di situ juga. Di mana ada penderitaan tepat di situ pula kebahagiaan akan timbul, ia berhenti di tempat ia muncul. Jika penderitaan timbul, kalian harus merenungkannya tepat di sana, kalian tidak harus melarikan diri. Kalian harus menyelesaikan persoalan tepat di tempatnya. Orang yang melarikan diri dari penderitaan karena takut adalah orang yang paling bodoh di antara semuanya. Ia hanya akan menambah kebodohan saja.

Kita harus mengerti: penderitaan tidak lain adalah Kesunyataan Mulia Pertama, bukankah begitu? Apakah kalian akan memandangnya sebagai sesuatu yang buruk? Dukkha sacca, samudaya sacca, nirodha sacca, magga sacca (Kesunyataan tentang Penderitaan, Kesunyataan tentang Sebabnya, Kesunyataan tentang Berhentinya, dan Kesunyataan tentang Sang Jalan (menuju berhentinya penderitaan): Empat Kesunyataan Mulia)..

bersambung...

217
Buddhisme untuk Pemula / JALAN BUDDHA YANG DINAMIS
« on: 13 July 2009, 09:12:44 AM »
JALAN BUDDHA YANG DINAMIS


“ Ikatan dari dalam, ikatan dari luar, umat manusia terjerat dalam ikatan. Aku bertanya, Gotama, siapakah yang melepaskan ikatan ini ?”

“ Ketika orang bijaksana mantap dalam moral kebajikan (sila), mengembangkan kosentrasi (citta – samadhi) dan kebijaksanaan (panna), maka sebagai seorang bhikkhu yang rajin dan bijaksana, ia membebaskan diri dari ikatan ini “.

Pertanyaan ini diajukan kepada Buddha oleh dewa tertentu, dan pernyataan berikutnya merupakan jawaban dari Buddha. Jawaban yang singkat tetapi penuh arti ini mengandung keseluruhan ajaran mengenai Jalan Mulia Berunsur Delapan, bagian akhir dari Empat Kebenaran Mulia yang dinyatakan oleh Buddha dalam khotbah-Nya yang pertama.

Jelas dari jawaban Buddha bahwa syarat utama agar terbebas dari ikatan adalah tiga jenis latihan ( sikkha ) , moral kebajikan ( sila ) , konsentrasi ( citta / samadhi ) dan kebijaksanaan ( panna ) .

Ikatan ( jata ) , dalam konteks ini berarti jaringan nafsu keinginan atau ketamakan. Sebab timbulnya ikatan ini berkenaan dengan diri seseorang dan lainnya, dan berkenaan dengan landasan internal dan eksternal, yang disebut ikatan dari dalam dan ikatan dari luar. Buddha telah menunjukkan dengan jelas bahwa ikatan ini merupakan belenggu utama yang secara terus menerus menyebabkan makhluk hidup terikat pada lingkaran kelahiran dan kematian yang berulang – ulang.

“ Para Bhikkhu, aku tidak melihat adanya belenggu lain yang menyebabkan makhluk hidup untuk waktu yang sangat lama mengembara dan pontang panting menjalani rangkaian kehidupan, seperti belenggu nafsu keinginan ( tanha samyojana ). Sesungguhnya, Bhikkhu, karena terikat pada belenggu nafsu keinginan ini, makhluk hidup menggembara dan pontang panting menjalani rangkaian kehidupan. “2

Dalam pemikiran Buddhis, nafsu keinginan itu terdiri atas tiga hal, yaitu keinginan akan kesenangan indra ( kama – tanha ), keinginan untuk melanjutkan kehidupan atau mempertahankan kelangsungan diri sendiri ( bhava – tanha ) dan keinginan untuk melenyapkan diri sendiri (vibhava – tanha).

Nafsu keinginan tersebut merupakan keinginan yang membutakan makhluk hidup ini, dan menjadi sebab kebencian dan segala penderitaan lainnya. Bukanlah, senjata nuklir namun keserakahan, kebencian dan kebodohan batin ( lobha, dosa, moha ) yang terutama menghancurkan manusia. Bom dan senjata diciptakan oleh nafsu manusia untuk menaklukkan dan menguasai, kebenciannya yang mengarah pada pembunuhan, kebodohan batinnya berkeinginan untuk menaklukkan dan menghancurkan. Keinginan kuat akan ketenaran, kekuatan dan kekuasaan telah menyebabkan penderitaan yang tak terhingga bagi umat manusia. Jika manusia tidak berusaha mengawasi keinginan yang selalu siap untuk menguasai pikirannya, maka ia akan menjadi budak dari keinginannya. Oleh sebab itulah ia tidak lagi lebih mulia dari binatang karena sama – sama makan, tidur dan melampiaskan nafsu birahi mereka. Namun, binatang tidak dapat berkembang secara spiritual, sementara manusia dapat. Manusia memiliki sifat – sifat laten yang dapat digunakan untuk mencapai kesejahteraan baginya sendiri maupun orang lain. Akan tetapi jika ia tidak mengawasi pikirannya sendiri, mengembangkan pikiran – pikiran yang baik dan menyingkirkan pikiran – pikiran yang buruk, kehidupannya tidak memiliki kemudi dan inspirasi.

Empat Kebenaran

Apa yang diajarkan oleh Buddha mencakup Empat Kebenaran Mulia, yaitu tentang dukha, penderitaan, konflik atau ketidakpuasan dalam kehidupan ; tentang timbulnya ; tentang lenyapnya ; dan jalan keluar dari keadaan yang tidak memuaskan ini. Seseorang yang berpikir secara medalam akan dapat menafsirkan kebenaran ini menyangkut seorang manusia dan tujuannya, pembebasan akhir ; yang merupakan intisari keseluruhan Empat Kebenaran Mulia.

Bagi mereka yang memandang dunia sadar dengan ketajaman yang netral satu hal akan menjadi sangat jelas ; bahwa hanya ada satu masalah di dunia ini, yaitu penderitaan, dukkha . Semua masalah lain baik yang diketahui maupun tidak termasuk di dalamnya, yang mencakup seluruh alam semesta. Seperti yang dikatakan oleh Buddha : “ Dunia dibentuk di atas penderitaan, didirikan di atas penderitaan “. ( dukkhe loko patitthito ).3 Jika sesuatu menjadi persoalan, pasti ada hubungannya dengan penderitaan, ketidakpuasan dan pertentangan ; pertentangan antara keinginan dan kenyataan dalam kehidupan. Tentu saja semua usaha keras yang kita lakukan adalah untuk memecahkan persoalan, melenyapkan ketidakpuasan, mengendalikan pertentangan. Usaha ini sendiri merupakan penderitaan, suatu keadaan pikiran yang tidak menyenangkan.

Masalah yang satu ini memiliki berbagai macam aspek ; ada aspek ekonomi, social, politik, psikologi dan bahkan masalah keagamaan. Bukankah semua berasal dari satu masalah itu, dukkha, ketidakpuasan ? Jika tidak ada ketidakpuasan, mengapa kita perlu berusaha untuk memecahkan persoalan – persoalan kita ? Bukankah dengan memecahkan persoalan secara tidak langsung kita mengurangi ketidakpuasan ? Semua persoalan menimbulkan ketidakpuasan, maka kita berusaha keras untuk mengakhirinya, tetapi keduanya saling berhubungan. Penyebabnya sering kali bukan berasal dari luar, melainkan dalam persoalan itu sendiri ; hal yang subjektif asalnya. Kita sering kali berpikir bahwa kita telah memecahkan persoalan memenuhi kepuasan yang diinginkan benar, tetapi persoalan ini sering kali muncul kembali dalam bentuk lain dan dalam bentuk yang berbeda. Kita terus menerus dihadapkan pada persoalan baru dan kita mengupayakan usaha – usaha baru untuk memecahkannya, sehingga persoalan dan pemecahan persoalan terus berlanjut tanpa henti. Demikianlah sifat penderitaan, ciri khusus yang universal dari kehidupan. Penderitaan timbul dan lenyap hanya untuk timbul kembali dalam bentuk lain. Semua bentuk penderitaan kalau bukan jasmaniah pastilah rohaniah, dan sebagian orang sanggup memikul penderitaan yang satu lebih dari yang lain.

Pengakuan atas fakta dalam alam semesta ini, penderitaan, bukanlah merupakan penyangkalan total terhadap kesenangan atau kebahagiaan. Buddha, Guru yang telah mengatasi penderitaan, tidak pernah memungkiri kebahagiaan dalam bentuk kehidupan ketika Beliau berbicara mengenai keuniversalan penderitaan. Dalam Angutara Nikaya ( I, 80 ) , salah satu dari kumpulan asli kitab suci berbahasa Pali, terdapat suatu daftar panjang mengenai kebahagiaan yang dinikmati oleh manusia.

Melalui panca – indranya, manusia tertarik pada objek – objek indrawi, senang terhadap objek – objek itu dan mendapat kesenangan darinya. Ini merupakan suatu kenyataan yang tidak dapat disangkal, karena hal ini dapat dialami. Objek – objek yang menyenangkan maupun kenikmatan tidaklah abadi. Semuanya mengalami perubahan. Makhluk hidup dan dunia empiris keduanya tidak pernah berhenti berubah. Mereka lahir ke dunia lalu meninggal dunia. Semuanya termasuk dalam pusaran ; tak ada yang dapat melarikan diri dari kepastian ini, perubahan tanpa henti ; dan karena sifat yang tidak kekal ini, tidak ada hal yang sesungguhnya menyenangkan. Ada kebahagiaan, tetapi itu hanya sementara ; yang akan lenyap bagai kepingan salju dan menimbulkan ketidakpuasan. Tidak ada ketenangan yang sesungguhnya di alam semesta ini ; namun lebih banyak kelelahan untuk mendapatkan ketenangan. Ketenangan yang sementara mungkin masih dapat diperoleh, tetapi tidak ketenangan yang mutlak. Ada kebahagiaan, namun itu merupakan suatu khayalan yang berlalu. Mata yang melihat, melihatnya berlalu bersama dengan timbulnya hal itu. Yang diinginkan tidak ada lagi ketika tangan yang diulurkan akan meraihnya, atau ada di sana dan teraih, namun kemudian lenyap.

Pemecahan terhadap persoalan dukkha, pertentangan, ketidakpuasan dalam kehidupan ini adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan yang dikemukakan oleh para Buddha atau Dia yang telah mencapai Penerangan Sempurna di segala zaman. Jalan ini, yang merupakan pengamalan dari ajaran agama Buddha, terbagi dalam tiga kelompok, moral kebajikan, konsentrasi dan kebijaksanaan.

Kedelapan unsur dari jalan itu, adalah :

Kelompok kebijaksanaan (panna)
1. Pengertian benar ( samma – ditthi )
2. Pikiran Benar ( samma – sankappa ) ( panna )

Kelompok moral kebajikan ( sila )
3. Ucapan Benar ( samma – vaca )
4. Perbuatan Benar ( samma – kammanta )
5. Mata Pencaharian Benar ( samma – ajiva )

Kelompok konsentrasi (samadhi)
6. Daya Upaya Benar ( samma – vayama )
7. Perhatian Benar ( samma – sati )
8. Konsentrasi Benar ( samma – samadhi ) ( samadhi )

Buddha, penemu jalan ini, jalan yang hanya dimiliki oleh agama Buddha, yang membedakannya dari setiap ajaran agama dan filsafat lain, menamakannya Jalan Tengah, karena jalan ini menghindari dua jalan ekstrem ; pemuasan diri dan penyiksaan diri.4 Harus selalu diingat bahwa istilah “ jalan “ itu hanya cara berbahasa. Walau secara konvensional kita mengatakan menempuh satu jalan, dalam arti pokoknya delapan langkah itu menandakan delapan unsur batin, yang kesemuanya saling bergantung dan saling berhubungan, dan pada titik tertinggi bekerja secara bersamaan ; jalan itu tidak diikuti dan dipratikkan satu persatu secara berurutan. Bahkan pada tingkat yang lebih rendah, setiap unsur seharusnya mengandung sebagian tingkatan dari Pengertian Benar ; karena itu adalah kunci utama dari ajaran agama Buddha. Pengertian Benar merupakan yang pertama dan mengepalai unsur – unsur dari jalan itu.

Tiga Jenis Latihan

Jalan mengenai moral kebajikan, konsentrasi ( meditasi ) dan kebijaksanaan berhubungan dengan ajaran mengenai tiga jenis latihan ( tividha – sikkha ). Ketiganya ini bersama – sama mendukung satu sama lain. Moral kebajikan atau perbuatan baik memperkuat meditasi, dan meditasi pada gilirannya mengembangkan kebijaksanaan. Kebijaksanaan membantu menyingkirkan pandangan salah mengenai segala sesuatu dan melihat kehidupan sebagaimana yang sebenarnya, yaitu melihat kehidupan dan segala sesuatu dalam kehidupan timbul dan lenyap.

“ Para Bhikkhu, konsentrasi ( meditasi ) yang didukung oleh moral kebajikan menghasilkan banyak buah, menghasilkan banyak keuntungan. Kebijaksanaan yang didukung oleh konsentrasi menghasilkan banyak buah, menghasilkan banyak keuntungan. Pikiran yang didukung oleh kebijaksanaan ( pengertian benar ) sepenuhnya dan seluruhnya terbebas dari mabuk keinginan hawa nafsu, dilahirkan kembali, pandangan salah dan kegelapan batin “. ( kama, bhava, ditthi, avijja )5

Sekarang mari kita bicarakan moral kebajikan ( sila ), yang pertama dari ketiga latihan. Peraturan moral yang diajarkan dalam agama Buddha begitu luas dan beraneka ragam. Namun fungsi dari kesusilaan Buddhis hanyalah satu, tidak banyak ; pengendali dari perbuatan yang dilakukan manusia melalui ucapan dan tindakannya, dengan kata lain, menyucikan perkataan dan perbuatan. Semua moral yang dinyatakan dalam agama Buddha terarah pada tujuan ini – tingkah laku yang berbudi luhur. Namun, moral kebajikan dengan sendirinya, bukanlah tujuan, tetapi merupakan sebuah sarana menuju samadhi, konsentrasi atau meditasi. Samadhi pada gilirannya merupakan sarana menuju panna, kebijaksanaan sejati, yang menuntun kita pada pembebasan pikiran ( ceto – vimutti ), tujuan akhir dari ajaran. Bila dilaksanakan secara bersamaan, moral kebajikan, konsentrasi dan kebijaksanaan akan menghasilkan perkembangan yang harmonis antara emosi dan akal budi seseorang. Untuk mencapai tujuan inilah Bhagawa mengarahkan para siswa – Nya.

Ucapan Benar

Tiga unsur dari Jalan Mulia Berunsur Delapan membentuk peraturan tingkah laku ( sila ) bagi umat Buddha, yang terdiri atas ucapan benar, perbuatan benar dan mata pencaharian benar. Ucapan benar (samma-vaca) adalah (a) menghindari dusta dan selalu berbicara jujur; (b) menghindari kebohongan yang menimbulkan perselisihan, pertentangan, dan sebaliknya berbicara hal yang menghasilkan kerukunan dan kedamaian; © menghindari caci maki dan ucapan kasar, dan sebaliknya berbicara dengan kata-kata yang halus dan sopan; dan (d) menghindari omong kosong, membual atau bergunjing dan sebaliknya berbicara hal yang berarti dan terpuji.

Berbicara adalah hal yang menakjubkan, hanya dengan sepatah kata dapat mengubah keseluruhan dari pandangan seseorang ke arah kebaikan dan kejahatan. Kita sungguh beruntung dengan kelebihan yang tidak dimiliki hewan ini. Namun hanya sedikit dari kita yang menggunakannya demi kesejahteraan kita sendiri maupun orang lain. Banyak kesulitan dan salah pengertian yang dapat dihindari bila orang-orang mau lebih bijaksana dan ramah tamah dalam berbicara, dan lebih cermat serta tulus dalam hal yang mereka tulis.

Berbicara adalah pemberian yang besar nilainya karena melalui kata- kata kita dapat berbagi pemikiran dan ide-ide kita dengan orang lain. Akan tetapi jika lidah yang tak bertulang ini menjadi sukar dikendalikan, dapat terjadi malapetaka. Bukankah lidah bertanggung jawab atas banyaknya percekcokan dan kesulitan yang timbul dalam pertengkaran antar-keluarga,dan dalam peperangan antar-negara? Jilca manusia dapat menjinakkan lidah dunia akan meniadi tempat yang jauh lebih baik untuk dihuni ?

Dalam berbicara seharusnya tidak dikuasai oleh pikiran-pikiran yang jahat seperti ketamakan, kemarahan, kecemburuan, kesombongan atau egoisme. Banyak pembicaraan sesungguhnya menghambat ketenangan dan pemikiran benar, dan selip lidah membawa kita pada semua jenis pemibcaraan yang salah. Buddha mengatakan: 'Para Biku, terdapat lima kerugian dan bahaya dalam ucapan yang salah: pembicara yang selip lidah mengeluarkan kata-kata dusta, fitnah, berbicara kasar dan omong kosong, dan setelah meninggal dunia nanti akan dilahirkan kembali di alam kehidupan yang menyedihkan”.6

(i) moral kebajikan pertama dalam ucapan benar adalah menghindari bicara dusta, dan berbicara jujur. Orang yang jujur sifatnya tulus, lurus dan dapat dipercaya. la tidak menyimpang dari kebenaran untuk mendapatkan kemasyuran atau untuk menyenangkan orang lain.

(ii) Fitnah atau gunjingan adalah kejahatan lain yang dapat dilakukan oleh lidah. Dalam bahasa Pali diartikan secara harfiah"memutuskan persahabatan”. Menfitnah orang lain adalah sangat kejam karena fitnah menghasilkan pernyataan yang tidak benar yang dimaksudkan untuk merusak nama baik seseorang. Penfitnah sering kali melakukan dua kejahatan secara bersamaan. Ia mengatakan apa yang tidak benar karena laporannya yang keliru, dan kemudian ia menfitnah.

Dalam puisi berbahasa Sanskerta, pemfitnah dapat disamakan dengan nyamuk, kecil namun membahayakan. Ia dating mendengung, hinggap padamu, menghisap darah dan mungkin menularkan malaria kepadamu. Mrilah kita hindari gunjingan dan fitnah yang menghancurkan persahabatan. Daripada membuat masalah marilah kita berbicara dengan kata-kata yang menghasilkan perdamaian dan kerukunan 7daripada menyebarkan benih perselisihan marilah kita bawa perdamaian dan persahabatn kepada mereka yang hidup dalam permusuhan dan kebencian. “ Bersatulah, jangan berkelahi” (samagga hotha mavivadatha) seru Buddha. “Perdamaian memang patut dihargai” (samavayo eva sadhu) ditulis diatas batu oleh Asoka, raja India . Karena kita tergantung satu sama lain, kita harus belajar untuk hidup bersama dalam perdamaian, persahabatan dan kerukunan.

(iii) Moral kebajikan lainnya adalah menghindari kata-kata kasar dan berbicara lembut serta sopan. Apa yang kita katakan dapat membawa keberhasilan atau kegagalan, nama baik atau nama buruk, pujian atau celaan, kegembiraan atau kesedihan.

Kata-kata yang lembut dapat meluluhkan hati yang paling perasa, sementara kata yang kasar dapat menyebabkan penderitaan yang tak terhingga. Oleh sebab itu kita harus berpikir dua kali sebelum berbicara buruk tentang siapa saja, karena hal ini akan merusak reputasi dan nama baik.

Kata-kata yang diucapkan seseorang sering kali menandakan sifatnya. Kata-kata kasar, sikap yang tidak menyenangkan., senyum yang sinis, dapat mengubah orang yang pada dasarnya baik menjadi orang yang jahat, seorang sahabat menjadi seorang musuh. Kata-kata yang menyenangkan, sopan dan menarik hati, merupakan modal yang tak ternilai dalam masyarakat, namun sering kali ternoda oleh kata-kata kasar. “ Berbahasa hati, bahasa yang datang dari sanubari, selalu sederhana, menarik dan penuh kekuatan."

(iv) Moral kebajikan yang keempat dan yang terakhir berkenaan dengan ucapan benar adalah menghindari ucapan yang tidak berguna atau bergunjing yang tidak menghasilkan keuntungan bagi siapa pun, dan dimana pun juga. Orang-orang sangat gemar omong kosong, dengan kejamnya memperolok-olok orang lain. Surat kabar dengan kolom gosipnya juga sama buruknya. Pria dan wanita mengisi waktunya sesuka hati dalam pembicaraan yang tiada habis-habisnya, menyenangkan diri mereka sendiri dengan mengorbankan orang lain. Seperti yang dikatakan oleh J.L. Hollard: “Gosip selalu merupakan pengakuan pribadi, baik kedengkian atau kedunguan. Hal itu merupakan perbuatan rendah, tidak berguna dan sering kali merupakan bisnis kotor yang menyebabkan sesama manusia saling bermusuhan selamanya."

Buddha sangat mencela omong kosong, skandal dan desas-desus, karena semuanya itu mengganggu ketenangan dan konsentrasi. "Daripada seribu kaliamt yang tida berarti, lebih baik sepatah kata yang bermanfaat, yang dapat memberi kedamaian kepada pendengarnya."8

Dalam bahasa Pali orang bijaksana kadang disebut "muni” yang seseorang yang tetap diam. Ya, "diam adalah emas". Jadi jangan berbicara kecuali kau yakin bahwa kau dapat meningkat dalam ketenangan.

bersambung...

218
KESAKSIAN BUDDHIST (BUDHA) MASUK kr****n : “IBU YEH”


( Diceritakan oleh : Pdt. I.M. Nordmo, Pemberita Injil di Tiongkok Utara)


Ibu Yeh dan suaminya adalah tokoh pimpinan agama Budha. Keduanya sangat menguasai agama itu, bahkan belum ada duanya yang dapat menguasai agama semacam itu saat itu. Selain itu mereka juga sangat setia dan melaksanakan dengan benar ajaran agama itu. Agama Budha telah mereka jalani selama bertahun-tahun. Untuk keahlian mereka ini mereka lalu diangkat menjadi pimpinan agama dan berkedudukan sebagai pemuka bagian dalam (orang-orang yang penting). Keduanya bercita-cita ingin mencapai tingkat kebahagiaan dunia yang setinggi-tingginya, dan menurut janji agama untuk mencapai tujuan itu, mereka tidak boleh lalai menjalankan syarat agama yaitu dengan mantera dan sedekah.

Suatu ketika, masyarakat digemparkan oleh adanya sesuatu yang belum pernah mereka lihat. Sebuah kemah didirikan di depan sebuah Kelenteng. Orang-orang kampung segera meninggalkan pekerjannya dan menuju tempat itu. Mereka ingin tahu apa isi kemah itu. Biasanya kemah semacam itu berisi macam-macam binatang untuk pertunjukkkan sirkus. Namun kemah yang satu ini nampaknya lain sekali. Dalam kemah tidak ada binatangnya. Yang ada adalah gambar-gambar yang dipasang di dinding kemah. Diatas kemah ada bendera putih yang bertuliskan “ KEMAH KABAR KESUKAAN”. Pengunjung ingin mengetahui apa arti dari tulisan ini ? Pastilah ada arti yang sangat istimewa, mereka segera berjejal masuk mengamati lebih dekat poster bergambar yang tergantung di dinding itu. Orang yang dapat membaca menjelaskan kepada orang-orang yang tidak tahu membaca, bahwa gambar itu adalah lambang kuasa dosa dan kegelapan atas manusia. Gambar lain adalah lukisan orang yang disebut Yesus. Dan Yesus adalah satu-satunya orang yang dapat membebaskan manusia dari belenggu dosa. Yesus adalah anak Allah sedangkan orang yang mengajar di dalam kemah menjelaskan tentang kuasa Yesus yang agung dan besar. Orang yang memberi penjelasan ini disebut “ Pekabar Injil”.

Kini orang-orang yang berkerumun di depan kemah dipersilahkan masuk, mereka akan diberi penjelasan lebih lanjut tentang Yesus oleh si Pekabar Injil. Diantara orang-orang yang duduk di dalam kemah terdapat ibu Yeh. Ibu Yeh berusaha menyembunyikan dirinya agar tidak ketahuan orang-orang yang dikenalnya. Betapa malunya kalau ia sampai ketahuan, bukankah masyarakat selama ini mengenalnya sebagai pemimpin yang sangat dikagumi masyarakat ? Ia sengaja duduk diantara petani-petani yang miskin, karena mereka kebanyakan tidak mengenal siapa ibu Yeh itu. Dan ia akan merasa aman kalau orang-orang itu tidak mengenalnya. Selama satu jam ia duduk di bangku yang keras dan mendengarkan kotbah sang Penginjil, betapa ia merasa sangat bodoh, ketika ia mendengar sang Penginjil menjelaskan tentang kesia-siaan kalau mereka meneruskan penyembahan mereka kepada dewa-dewa. Dengan berani Penginjil menjelaskan bahwa dewa-dewa adalah buatan manusia, tidak dapat makan, minum dan bicara, karena ia cuma patung. Sedang para imam mencari kesempatan untuk menambunkan perut mereka melalui persembahan-persembahan rakyat.

“Bohong !” teriak hati ibu Yeh, ia marah sekali mendengar tuduhan Penginjil itu. Ibu Yeh berusaha menekan kemarahannya, bibirnya gemetar, tak tahan ia terlalu lama duduk di tempat itu. Heran, mengapa Penginjil itu berkata sebodoh itu, ia toh sama dengan dia satu bangsa yaitu ia seorang Tionghoa. Mengapa ia tak bisa menghargai hal-hal yang baik dari sang Budha ? Ah..biar saja Budha menghukum dia, kata ibu Yeh dalam hati. Selama kebaktian berlangsung ia terus berdoa kepada sang Budha, ia berdoa agar Penginjil yang sembrono itu mendapat kutukan dan hukuman dari sang Budha, juga para dewa. Pastilah Penginjil itu sedang mabuk oleh obat orang asing itu, oleh karena itu perkataannya bagai orang yang tengah kehilangan ingatan.

Tanpa memperdulikan perasaan ibu Yeh, Penginjil terus saja berkotbah : “ Saudara-saudara, kehidupan saya tidak kukuh sebelum bertemu dengan Tuhan Yesus, sama dengan saudara-saudara saat ini”. Agama Budha memberi pelajaran, bahwa hati manusia tidak seburuk yang sebenarnya, kehidupan ini dapat kita hias, sehingga di waktu mendatang dalam kehidupan lain kita akan mendapatkan kedudukan yang lebih tinggi dan lebih baik. Namun saudara-saudara harus tahu semua pelajaran ini cuma semu dan tipuan, pelajaran ini membuat orang terlena dalam dosa-dosanya. Ketika saya percaya Yesus, kepercaaan saya yang lama habis terbakar bagai jerami kering yang dimakan habis oleh api cinta kasih Yesus. Ibu Yeh tahu benar apa arti dari kiasan yang dibawakan oleh pekabar Injil itu. Ia memakai jerami untuk memanaskan ruang tempat tidurnya apabila musim dingin tiba. Benarkah kepercayaannya dan agamanya dapat terbakar bagai jerami kering? Ia menjadi kecil hati, hal ini tak boleh jadi, kata ibu Yeh dalam hatinya.

“Kita harus diperbaharui oleh kuasa Roh Allah”. Tsao nama penginjil itu memperhatikan semua yang hadir lalu ia meneruskan khotbahnya, “ Jangan saudara-saudara membiarkan kehidupan yang lama berkembang tanpa tujuan “.“ Uh..apa itu hati yang baru ?” tanya ibu Yeh dalam hati. Barangkali benar kata pimpinan agama Budha, orang kulit putih itu telah membujuk orang-orang supaya masuk ke dalam bilik orang kulit putih, lalu hati mereka diambil dan diganti dengan hati si kulit putih. Orang kulit putih itu telah mengambil hati orang-orang Tionghoa untuk obat. Mereka pandai menyihir orang sehingga banyak orang Tionghoa mengikuti kemauan orang kulit putih, meraka diajak masuk bilik orang kulit putih kemudian disihirnya mereka, tanpa sadar mereka dijadikan umpan pembedahan agar hati mereka bisa diambil dan diganti dengan hati yang baru yaitu hati sikulit putih. Dan ketika mereka sadar kembali, mereka telah mempunyai hati yang baru, lalu mereka menjadi penganut agama asing. Ini tidak mengherankan, karena hati mereka telah diganti tanpa sadar.

Selesai kebaktian orang banyakpun pulang ke rumah mereka masing-masing. Keadaan mereka tidak menentu. Ada yang kurang bereaksi, ada yang marah-marah. Namun tak sedikit juga yang lalu memberikan respon secara positif, mereka lalu menghubungi Penginjil minta penjelasan lebih lanjut tentang khotbah pak Penginjil. Lalu orang-orang yang tak senang mendengarkan uraian si Penginjil bermusyawarah akan mencegah kebaktian secara bersama-sama.

Sikap ibu Yeh juga sama dengan penentang-penentang lainnya. Ibu Yeh merasa dewa-dewa mereka telah dihina secara terang-terangan oleh si Penginjil.Namun juga tak bisa disembunyikan ada peperangan kini dalam hatinya, seolah-olah suatu kebenaran telah menyelinap dalam sanubarinya. Perkataan Penginjil itu terus terngiang-ngiang di telingannya. Apa sebenarnya yang tengah terjadi ? Kekuasaan sang Budha yang terpukul atau kenangan itu memberi peringatan pada dirinya ? Ia tak boleh lemah dan menyerah pada pencobaan. Kalau ia menyerah, nama yang selama ini dikagumi masyarakat, akan musnah. Bahkan untuk masa mendatang ia tak akan lagi punya nama besar di mata masyarakat.

Ibu Yeh tidak mempunyai anak, bertahun-tahun ia dan suaminya berdoa kepada dewa-dewa agar dikaruniai seorang anak lelaki, namun doanya tidak pernah dijawab. Bahkan bertahun-tahun suaminya bertapa minta kepada dewa kemakmuran, seorang anak lelaki, namun dewa kemakmuran juga agaknya kurang mendengar permintaan kedua suami istri.

Salahkah doa mereka ataukah kurang persembahan yang disajikan pada dewa-dewa itu, sehingga dewa-dewa tetap membisu dan tidak memberikan jawaban atas doa-doa mereka ? Kalau begitu betulkah kata sang Penginjil dalam renungannya kemarin, bahwa dewa-dewa itu buatan manusia, terbuat dari batu atau kayu dan tak akan mungkin mereka bisa menjawab persoalan mereka ?.

Ibu Yeh mulai ragu-ragu, ia merasa benar-benar sial, mana yang harus dipercaya sekarang? Malam itu ibu Yeh tak bisa tidur, berkali-kali ia membolak-balikkan tubuhnya ke kiri dan ke kanan secara terus bergantian, ia nampak sangat gelisah. Kata-kata si Pengkhotbah terus mendengung dan tak mau berakhir. Suami ibu Yeh masih terus mendengkur tak tahu akan pergumulan istrinya. Dan ketika suaminya menarik nafas tinggi, ia tak tahan lagi, ia tak mau membiarkan pikirannya terus kacau. Ia bangun dan mengguncang tubuh suaminya sambil terus membaca mantera untuk melenyapkan kegelisahan hatinya, ia menunggu sampai suaminya terbangun.

“Tadi siang aku pergi ke kemah. Disana diceritakan tentang Yesus yang katanya Anak Allah. Dia katanya satu-satunya jalan keselamatan yang dapat menyelamatkan manusia dari segala dosa. Kalau kita tidak berhenti menyembah berhala serta tidak menerima Yesus sebagai Juru Selamat, maka kita akan masuk neraka selama-lamanya dan berkumpul dengan Iblis, kata-kata ini tidak dapat kuenyahkan dari pikiranku, selalu saja mendengung di telingaku, aku tak bisa tidur, kalau…..”

“Tidak ! Suaminya tersentak dari tidurnya dan merasa terganggu ocehan istrinya, matanya menyala-nyala dan wajahnya merah, kata-kata yang kasar menluncur dari mulutnya, sehingga ibu Yeh merasa takut kepada suaminya “. Hem..jadi kau telah mendengar banyak pelajaran orang asing terkutuk itu ya, itu pelajaran palsu dan penuh tipu muslihat, pelajaran menghina dewa-dewa keluarga kita. Ini sangat merusak bangsa Tionghoa , membunuh iman anak-anak. Orang dewasa terjebak dengan jerat orang putih, mereka akan diperbudak dan harus mematuhi semua perintah orang putih. Awas jangan kau ke sana lagi, Allah yang mereka ajarkan tidak sesuai dengan kebudayaan kita bangsa Tionghoa”.

bersambung......

219
KESAKSIAN  “BUDDHIST (BUDHA) “ Wang Ching Tao “

MASUK kr****n : “ TIGA PULUH SATU LAWAN SATU”


( Diceritakan oleh : Pdt. I.M. Nordmo, Pemberita Injil di Tiongkok Utara)


Si cantik Wang Ching Tao hidupnya sangat berbahagia, ia anak dari seorang petani yang kaya. Lalu ia menikah dengan seorang pemuda yang kaya-raya dan tampan. Keduanya saling mengasihi dan saling membagikan kebahagiaan, benar-benar pasangan yang serasi.

Dari tahun ketahun mereka benar-benar dapat menikmati kebahagiaan bersama, namun nampaknya kebahagiaan ini tak boleh berlangsung terlalu lama. Serangan penyakit melanda Wang, dan sakit Wang bukanlah suatu penyakit yang mudah diobati, melainkan suatu penyakit yang sulit diobati. Seisi rumah berdukacita untuk malapetaka yang menimpa kedua sejoli itu.

Dari dokter sampai ke dukun-dukun terkenal malah sampai ke nujum mereka berusaha mencarikan obat untuk penyembuhan penyakit Wang, namun nampaknya usaha mereka tetap sia-sia. Tak ada perubahan apa-apa yang terjadi dalam diri nyonya muda ini. Sedang kondisi Wang sendiri makin hari makin lemah, seolah-olah tidak ada harapan lagi untuk kesembuhan tubuhnya. Oleh karena itu seorang Biku Budha mendatangi keluarga Wang, dan ketika melihat penyakit Wang semakin parah ia menganjurkan agar Wang semakin menjauhkan diri dari kesukaan dunia, bertarak daging serta menjalankan pelajaran sang Budha dengan benar-benar. Petani yang masih muda ini kini telah kehilangan akal, apapun yang terasa baik ia jalankan menurut keyakinan batinnya juga termasuk usul dari Biku tersebut. Apa saja yang dianggap baik asalkan istrinya yang sangat ia cintai mendapatkan kesembuhan, ia rela menjalankannya.

Maka mulailah istrinya menjalankan kebatinan, sedikit demi sedikit ia masuk ke dalam filsafat agama Budha dan menghampakan diri dari segala keinginan duniawi, bertarak makan terutama daging. Jarang sekali orang mengerti hal Nirwana dan karma yang berbelit-belit itu, namun dalam waktu yang singkat Wang dapat memahaminya. Sedikit demi sedikit ilmunya mulai berkembang sampai pada akhir kalinya iapun harus memutuskan hubungannya dengan suaminya tercinta serta anak-anaknya. Ia ingin menyerahkan diri sepenuhnaya pada sang Budha. Betapa sedih suami dan anak-anaknya ketika Wang mengambil keputusan semacam itu, berarti mereka tidak lagi dapat berkumpul seperti waktu-waktu sebelumnya. Tak jauh dari rumahnya didirikan pura kecil, sebuah gedung baru khusus didirikan bagi sang Budha. Di tengah-tengah pura itulah didirikan patung dewa-dewa. Sedang patung patung lainnya membentuk lingkaran disekeliling ruangan itu, dan sebuah bilik kecil khusus bagi Wang sendiri. Di situlah ia menjalankan pertapaannya. Dalam bilik itu ada kang yang rendah dan sebuah meja kecil terbuat dari kayu. Sebuah kursi tak bercat semuanya berada dekat dinding sebelah utara, di meja kecil itu ada mangkuk tempat kemenyan.

Ketika semuanya telah siap, mulailah wanita itu menjalankan semedinya kurang lebih selama 10 tahun. Inilah permulaan hidup baru bagi Wang. Satu masa yang dipenuhi dengan perjuangan batin secara berturut-turut. Setiap kali ia menerima tantangan yang hebat, ia yakin ia dapat mengatasi atas bantuan roh sang Budha. Jiwanya terasa sangat lelah,berulangkali ia mengalami stres semacam itu. Segala keinginan hatinya ditekan sampai ia dapat mencapai tujuan yang hebat dan melakukan hal yang luar biasa. Dari tahun ketahun ia duduk bersila diatas kang, dan untuk pertama kalinya ia harus melayani diri sendiri, dalam pembakaran kemenyan, dan menaruh kemenyan ke meja kecil dalam puranya itu dan lain sebagainya.

Setelah beberapa waktu ia menjalankan sendiri, tak beberapa lama kemudian pura kecil itu ternyata bertambah penghuninya. Beberapa orang berkunjung ke Pura kecil itu, lalu beberapa di antara wanita-wanita itu akhirnya mengabdikan diri menjadi murid Wang. Wanita-wanita ini sangat mendambakan kesucian dan kehidupan secara hampa untuk mencapai Nirwana seperti halnya Wang sendiri. Wang mendapat julukan Chy yang suci karena pertapaanya telah mengundang perhatian banyak orang, mereka menyaksikan sendiri betapa khusuknya Chy dalam pertapaannya. Selain julukan di atas ia juga dianggap pimpinan yang keramat, bahkan pura itupun dianggap pura keramat. Kini tugasnya membakar kemenyan dan menyajikannya di meja pura dilaksanakan oleh murid-muridnya. Chy sendiri lebih khusuk bersila dalam pertapaannya dan memberikan filasafat kepada murid-muridnya. Dua puluh tahun lamanya ia bertapa semacam itu tanpa berbaring sedikitpun. Inilah cara untuk mendapatkan derajat yang tinggi, daging dan lemak tak pernah terselit di antara giginya malah telur ia pantang. Menurut dia makin banyak pantangan makin dekatlah ia pada sang Budha. Caranya ia menyiksa diri, benar-benar sangat menakjubkan. Dari 20 tahun. 17 tahun ia duduk bersila tanpa berbaring tidur sekejabpun. Orang datang dari mana-mana berjiarah ke pura keramat itu. Kemasyuran tersebar diberbagai wilayah, bahkan dari Propinsi ke Propinsi. Nampaknya masyarakat bangga punya orang suci semacam dia.

Saat yang bersamaan Injil pun berkembang ke wilayah Barat yaitu desa Kao Kia Chy kurang lebih 2,5 mil jauhnya dari rumah Wang. Banyak orang menerima ajaran baru dan membakar berhalanya serta menerima Kristus. Diantaranya ada beberapa cucu Wang sendiri. Mereka inilah yang kemudian membawa berita Injil ke rumah keluarga Wang. Kebaktian terus-menerus diadakan, lebih hari lebih banyak yang diselamatkan, orang-orang sakit disembuhkan, dan yang baru sama sekali dibimbing melangkah menuju iman yang baru. Cerita perkembangan Injil inipun sampai ke keluarga Wang.

Kurang lebih dua setengah tahun saat Injil diberitakan di daerah Wang, tiba-tiba Wang terserang sakit yang keras, tujuh hari tujuh malam ia berbaring seperti mayat. Kalau saja ia tidak sedang menggenggam sebuah cermin pastilah ia disangka telah mati, dan pastilah upacara secara besar-besaran diadakan untuk menghormati jenazahnya, seperti baiasa dilakukan upacara kematian terhadap orang-orang suci yang telah tiada, upacara air dan angin dan upacara keramat tertentu. Para imam dan murid-murid Wang berkumpul di depan pura kecil dekat bilik Wang, mereka membunyikan genta dan bunyi-bunyian lainnya sambil menghafal mantera. Dan beberapa kertas sembahyang di bakar untuk melunasi hutang yang telah mati atas perintah Yeh Wang ( si Raja Maut).

Inilah yang menentukan siksaan yang harus dijalankan oleh si mati, setelah siksaan selesai barulah manusia dapat menjalani hidup barunya. Namun pada hari ke tujuh tiba-tiba Wang bangkit lagi. Betapa gembiranya murid-murid Wang melihat guru yang dicintai hidup kembali. Mereka menganggap hutang telah terbayar dan telah terlunasi. Bagi Wang sendiri timbul keragu-raguan apa lagi ketika ia merasakan sakit sekali di bagian paha kanannya. “Barang kali pahamu diambil oleh Yeh Wang Chy”, kata para pemuka Budha. Pemujaan yang sangat membosankan terpaksa harus diulangi sekali lagi. Ia harus dengan semangat baru. Kertas-kertas sembahyang diletakkan dalam mangkuk sembahyang sebagi kurban sehingga apinya membumbung keseluruh ruangan. Matera-mantera diucapkan agar hutangnya cepat lunas. Dalam ucapan itu banyak biku Budha yang dirasuk roh-roh setan, mereka lalu mengadakan hubungan dengan dunia roh, udara menjadi pengap oleh bau dupa dan kertas sembahyang.

Penyakit Chy bukannya sembuh malah menjadi-jadi. Para Biku minta nasehat dewa-dewa. Dukun-dukun Prewangan yang telah siuman menyampaikan pesan dewa-dewa. Semua perintah dilaksanakan dengan sangat teliti namun penyakit Wang malah menjadi-jadi. Keluarga Wang berupaya mencari orang-orang pandai di segala penjuru untuk menolong Wang, namun semua usaha tetap sia-sia. Tak ada hasil yang dapat diharapkan. Karena lelahnya Wang sendiri terpaksa berdusta, ia katakan penyakitnya telah berkurang agar orang-orang itu pulang dan tidak terus membuat upacara-upacara yang membisingkan. Sepulang orang-orang itu Wang merasakan sakitnya tak tertahan lagi, ia sungguh-sungguh putus asa.

Seorang murid Wang memberanikan diri menghadap gurunya “ Chy yang mulia”, dapatkah Chy memanggil orang kr****n, mereka mempunyai Allah yang dapat menyembuhkan berbagai penyakit, kalau orang kr****n dipanggil saya yakin Chy akan sembuh.Banyak orang sakit sembuh oleh doa-doa mereka” pemudi itu menatap gurunya dan menunggu dengan harap-harap cemas, maukah gurunya ini menerima usulnya ? Mata Chy yang sayu menatap muridnya, ia malah ingin mendengar lebih bayak cerita mengenai orang kr****n itu, “ Teruskan ceritamu “ katanya serak.

“ Chy kenal si tukang kayu itu bukan ? Ia telah dikabarkan mati oleh banyak orang, bahkan anaknya yang datang dari jauh pulang khusus untuk menghadiri upacara kematian ayahnya. Namun betapa terkejutnya ia ketika menemukan ayahnya justru segar bugar dan berjalan-jalan di kebunnya” Pemudi itu diam sebentar menantikan reaksi gurunya, gurunya mengangguk-angguk dan dengan isyarat menyuruh muridnya meneruskan ceritanya.

“ Bahkan peti mati pun telah diserahkan kepada keluarganya untuk jenasah Kao, namun yang mati telah bangkit kembali berkat doa-doa yang dinaikkan orang-orang kr****n tersebut. Sekarang Kao dan anak buahnya sibuk mendirikan gedung milik orang kaya di sebelah Utara Gunung itu.

Cerita ini agaknya menyentuh hati Wang, memang muridnya yang satu ini pandai bercerita. Ia kenal siapa yang diceritakan muridnya ini, ia tukang kayu yang dikenal di wilayahnya, dan ia juga sudah mendengar tentang kematian si tukang kayu itu. Dan memang sangat mengherankan kalau sekarang ia hidup kembali.

“ Banyak orang sakit yang disembuhkan oleh doa-doa orang kr****n” Chy kata muridnya Chy. Pasti Chy lebih banyak tahu dari pada saya ini “ katanya pula merendah. Chy tentunya juga kenal Wang si penderita kanker itu, juga Tai Shin yang lumpuh itu, lalu Ho yang buta itu. Oh, guru yang tercinta, sudilah guru mendengarkan tutur kata anakmu ini”. Wang Chy mengangguk tanda setuju, ia kan mencobanya. Maka ia menyampaikan keputusannya pada suaminya. Mendengar keputusan itu, suaminya segera menyampaikan keputusan ini pada cucunya menjemput ibu Chen agar orang kr****n segera mendoakannya. Sebelum bertobat ibu Chen seorang ahli nujum, nujum ibu Chen terkenal sampai ke wilayah. Undangan itu diterima dengan senang hati oleh ibu Chen, ia lalu pergi dan berlutut di tepi tempat tidur Chy yang tengah sakit. Allah benar-benar menjawab doa ibu Chen, secara ajaib Wang disembuhkan, rasa sakit pada pahanya hilang sama sekali.

Namun tidak semudah itu ia lalu beralih ke agama asing itu. Wang yang sudah puluhan tahun mengabdi pada sang Budha telah terlanjur lelap dalam kebudayaanya. Oleh karena itu tak heran kalau kini ia mulai merasakan kebimbangan yang sangat setelah ia disembuhkan. Apalagi orang mulai ramai membicarakan halnya karena ia mulai berpaling pada Allah asing itu. Mereka merasa malu kalau Wang bersikap semacam itu. Mengapa Wang tidak menghormati dirinya sendiri dan mau saja disembuhkan oleh Allah asing itu? Ini benar-benar merupakan penghinaan bagi dewa-dewa. Oleh karena itu Wang Chy harus meredakan kemarahan dewa-dewa dan mencucikan Pura dengan asap dupa.Oleh desakan anak buahnya Wang sendiri tidak keberatan melaksanakan, ia telah sembuh jadi tak ada lagi urusan dengan Allah asing itu.

Wang lalu menyediakan gulungan kertas sembahyang sebanyak yang diperlukan untuk pencucian Puranya. Semua gulungan kertas diletakkan dalam mangkuk di meja persembahan. Pencucian dilaksanakan untuk membendung kemarahan dewa-dewa. Setelah selesai upacara pengikutnya pulang ke rumah meereka masing-masing dengan perasaan lega. Kehormatan mereka dan kehormatan pada Budha telah dipulihkan dan disucikan. Namun Wang sendiri setelah ditinggalkan, tiba-tiba merasakan kecemasan luar biasa. Rasa sakit pada pahanya kambuh lagi. Ia menyesali perbuatannya, mengapa ia begitu bodoh, ia telah menipu Allah orang kr****n. Jelas Allah tidak menghendaki persembahan dan penyembuhan pada berhala, karena hal semacam ini justru melawan Allah.

Sekali lagi Wu Tsung Chen diberi kabar, agar ia sudi datang lagi untuk mendoakan dirinya. Chen tidak menolak, ia datang kembali untuk mendoakan Wang yang sakit. Kasih Allah sangat besar. Allah kembali menjamah Wang. Setelah ia didoakan rasa sakitnya hilang. Namun ketika Chen pulang, murid-muridnya sekali lagi mendesaknya agar ia melakukan penyembahan dewa-dewa. Wang tak bisa menolak permintaan murid-muridnya, ia melaksanakan saja permintaan murid-muridnya. Namun baru saja melaksanakan pemujaan terhadap dewa-dewa rasa sakitnya kembali kambuh, dan rasa sakit yang sekarang nampaknya lebih hebat dari yang sudah-sudah. Wang kini insaf kepada Allah orang kr****n, ini sungguh besar kuasanya dan tak dapat dipermainkan. Ia merasa sangat bodoh, dan dengan rendah hati sekali ia mengundang Chen untuk mendoakannya. Ibu Chen yang merasa dipermainkan tak mau lagi datang. Wang tidak saja mempermainkan dirinya namun ia telah mempermainkan Allahnya dengan nyata-nyata. Oleh karena itu ia menolak mendoakan Wang sekali lagi.

Suami Wang tidak berputusasa, ia segera pergi ke Yaosi mendatangi Penginjil yang bekerja di daerah itu. Penginjil itupun tidak segera melaksanakan permintaan suami Wang, terlebih dahulu ia berdoa minta petunjuk Tuhan, apakah Tuhan Allah yang setiawan itu memperkenankan ia pergi mendoakan Wang. Allah menyuruh si Penginjil menemui, dan menyertakan Chen dalam pelayanan ini. Allah juga menyuruh mereka memberitakan berita keselamatan terlebih dahulu sebelum mereka mendoakan si sakit. Dan undangan untuk mengambil keputusan harus disampaikan dengan jelas.

Penginjil mentaati suara Tuhan, ia datang ke rumah ibu Chen dan mengajak ibu Chen untuk mendoakan Wang, semua perintah Allah mereka laksanakan. Wang ditantang apakah ia mau sembuh dan membuang semua berhalanya ataukah ia akan meneruskan pemujaan yang sia-sia yang terus akan menyiksanya ? Inilah kesempatan terakhir baginya untuk mengambil keputusan. “Allah sangat memperdulikan anak-anak-Nya bahwa sampai hal yang sekecil-kecilnya Allah akan memperhatikan” Ia bersabda : “ Barangsiapa mengikut Yesus dan percaya kepada-Nya ia tak akan dikecewakan, Ia sendiri akan menjadi jaminan dalam segala hal. Dan kalau Wang mau berdoa kepada Tuhan Yesus saja, apa yang diminta Wang akan dijawab Tuhan sesuai dengan kehendak-Nya.

Wang mulai memikirkan untung ruginya kalau ia mengikut Yesus. Ia telah punya Pura sendiri , murid-murinya cukup banyak, puluhan tahun ia mengabdikan diri pada sang Budha. Ia tak boleh salah pilih, menghindarkan diri dari pilihan tak mungkin baginya. Allah orang kr****n ini selalu tahu apa isi hatinya, ia tak berani lagi menipu Dia. Kini ia mulai merenungkan berhalanya, bahkan ratusan kertas telah dibakarnya, namun tak sebuah doapun dikabulkan oleh dewa-dewa itu. Beda sekali dengan Allah asing ini, ia tahu apa artinya bila ia memilih Yesus. Juga semua murid-muridnya akan dikembalikan pada kebijaksanaan sang Pencipta. Setelah merenungkan semua itu, akhirnya Chy memilih Yesus.

Mendengar keputusan ini kedua hamba Tuhan ini segera berlutut, mereka memohon belas kasihan Allah untuk Wang dan menyembuhkan penyakit Wang. Allah yang telah mempersiapkan hati wanita Budha ini segera bertindak. Dengan nyata Allah memberikan anugerah-Nya pada Wang. Wang sembuh seketika. Wang terharu oleh jamahan kasih Allah yang tak memandang dosanya. Ia tak mau lagi mengingkari janjinya, ia benar-benar bertobat, ia tak mau lagi mengulangi perbuatannya yang tolol seperti waktu-waktu lalu.

Duapuluh tahun ia telah terikat oleh pemujaan yang sia-sia, tubuhnya disiksa sehingga dimasa tuanya kondisinya sangat lemah. Oleh karena itu tak mungkin lagi ia berjalan. Maka setiap hari Minggu kalau ia ke gereja ia ditandu oleh keluarganya. Dalam sisa tuanya ia mengabdikan diri pada Kristus. Pura yang dulunya berisi gong dan berhala kini berubah menjadi tempat memuji Allah oleh anak-anak Allah. Kuasa dewa-dewa telah dipatahkan, berhala yang jumlahnya 31 buah itu dihancurkan oleh kuasa Tuhan Yesus Juruselamat. Rumah Wang kini dipakai untuk tempat kebaktian, banyak mujizat terjadi justru di rumah itu. Puji-pujian terus berkumandang siang dan malam di rumah itu. Allah benar-benar dipermuliakan.


Sumber : Kesaksian dan pengalaman Pdt. I. M. Nordmo yang telah bertahun-tahun tinggal dan bekerja sebagai Pemberita Injil di Tiongkok Utara, Indonesia di Kalimantan Barat dan Pulau Bangka. Dalam rangka pelayanan Pendeta Nordmo ingin mengungkapkan melalui bukunya (“Roh-Roh Jahat Terusir”), apakah akibatnya bila orang dikuasai Iblis.Dari berbagai pengalamannya Pendeta Nordmo menjelaskan lebih dalam betapa sengsaranya seseorang yang diikat kuasa iblis itu. Namun anugerah Kristus yang penuh Kuasa dan Pengasih senantiasa mengejar orang berdosa, manusia yang mau percaya dan mau menyerahkan dirinya kepada Kasih Kristus secara mutlak mereka akan dibebaskan. ( Yayasan Persekutuan Pekabaran Injil Indonesia (YPPII) Departemen Literatur, Jl. Trunojoyo 2 Batu Malang-Jatim ).

220
Kafe Jongkok / Daftar Makanan Gratis setelah mencontreng hari ini
« on: 08 July 2009, 01:58:35 PM »
- Starbucks
- Krispy Kreme
- Pizza Marziano
- Coldstone

[/spoiler]
"Starbucks": ShowHide

"Pizza Marzano": ShowHide

"Coldstone": ShowHide

"Krispy Kreme": ShowHide

221
Kafe Jongkok / (Vid) Stupid magician
« on: 07 July 2009, 07:43:19 AM »

223
Film / The Way Home (Jibeuro)
« on: 03 July 2009, 02:35:40 PM »


Kategori:     Korea
Sutradara:    Lee Jeong-Hyang
Penulis:    Lee Jeong-Hyang
Produksi:    Tube Pictures
Durasi:    87 Menit
Tgl. Rilis:    2002
Pemain:    Yoo Seung-Ho

Terbiasa hidup di dunia modern, Sang-woo bagai mendapat mimpi buruk ketika sang ibu memutuskan untuk menitipkannya ke rumah sang nenek yang telah berusia 77 tahun di sebuah desa terpencil demi mempermudah pencarian pekerjaan.

Yang membuat si bocah cilik berusia 7 tahun itu sebal, kediaman si nenek ternyata jauh dari yang dibayangkan mulai dari tiadanya listrik, air yang harus diambil dengan cara menimba, hingga kenyataan bahwa tidak ada satu hal pun yang bisa dikerjakan oleh anak seusianya disana.

Sikap buruk Sang-woo terhadap sang nenek yang bisu-tuli dan sudah bungkuk berlanjut dengan merengek minta dibelikan baterei permainannya yang sudah habis. Tidak cuma itu, si bocah juga marah-marah saat wanita tua itu, yang salah mengartikan permintaan cucunya untuk dibelikan ayam goreng, memasakkan ayam rebus.

Namun kekerasan hati itu perlahan-lahan mulai luntur saat sang nenek sakit, Sang-woo dengan telaten (meski berulang kali melakukan kesalahan) berusaha merawatnya. Hati si bocah semakin tersentuh karena diam-diam meski kekurangan uang, ibu dari wanita yang melahirkannya itu ternyata memberikannya sejumlah hadiah yang akan selalu terkenang.

Puncaknya terjadi saat Sang-woo harus kembali ke Seoul dan berpisah dengan neneknya. Sebelum pergi, ia memberikan sebuah paket kecil dan saat berada didalam bis bersama sang ibu yang menjemput, mengungkapkan permohonan maafnya lewat bahasa isyarat.

Dirilis pada 2002, The Way Home secara mengejutkan mampu menempatkan diri sebagai salah satu film terlaris Korea di tahun itu. Digarap oleh sutradara wanita Lee Jeong-Hyang, film yang punya judul lain Jibeuro ini menghadirkan sejumlah terobosan.

Salah satunya adalah menghadirkan Kim Eul-bun si pemeran sosok nenek yang ternyata belum punya pengalaman akting sama sekali dan dicomot sutradara Lee saat berada di sebuah desa kecil. Satu-satunya aktor yang tampil di film ini adalah Yoo Seung-ho, yang sempat tampil memukau di Sad Love Song.

Di tahun 2007, bocah cilik kelahiran 1993 itu hadir dalam dua serial sukses sekaligus yaitu The King and I dan The Legend sebagai pemeran Damdeok kecil. Yang pasti untuk penggemar film drama khususnya yang sudah bosan dengan tema cinta pria-wanita, kisah menyentuh satu ini dijamin bakal membuat Anda terpukau dan menitikkan air mata..............(mdL)

224
Lingkungan / Inilah Perokok Termuda di Dunia Yang Berusia 2 Tahun
« on: 30 June 2009, 10:27:39 PM »
Tahukah anda bahwa perokok termuda di dunia yang terdeteksi saat ini masih berusia 2 tahun?

Tong Liangliang (2), adalah anak dari seorang penduduk di Tianjin Cina. Pada saat dilahirkan oleh dokter ia divonis menderita penyakit hernia (turun perut) dan para dokter menolak untuk mengoperasi dirinya karena ia dianggap terlalu muda untuk menjalani proses operasi.

Untuk menanggulangi rasa sakit yang ia derita, ayahnya memberikan trik khusus kepadanya yakni dengan cara merokok.

Kebiasaan merokok yang dimulai sejak ia kecil membuatnya kini menghabiskan satu bungkus rokok setiap hari. Jika kedua orang tuanya menolak memberikan rokok kepadanya, maka seperti umumnya anak-anak kecil lainnya yang ditolak permintaannya, ia akan menangis dan menggulingkan badannya di lantai.

“Sang ayah sepertinya tidak menyadari betapa buruknya kebiasaan merokok ini, hingga akhirnya ia tersadar ketika menyadari bahwa konsumsi rokok yang diperlukan oleh bocah ini terus meningkat setiap harinya,” kata seorang petugas medis di daerah tersebut.

Meskipun tercatat sebagai perokok termuda di dunia, namun namanya tidak akan tercantum dalam Guinness Book karena hal ini merupakan salah satu ‘kebiasaan buruk yang merusak kesehatan’, salah satu hal yang terlarang dalam pencatatan rekor Guinness Book.



225
Film / PIXAR fun facts
« on: 29 June 2009, 07:11:16 AM »

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Pixar memiliki hobi tersendiri dalam menangani proyek2 nya.
Seperti pemunculan karakter-karakter pixar dari proyek2 lain.
Contoh paling baru adalah penempatan Wall-E pada logo Pixar pada semua teaser dan trailer internasional . Dimana luxo jr, memecahkan lampunya dan WALL•E datang menggantinya dengan lampu baru. so cute...
 

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved


Mari mulai dari proyek pertama pixar ketika masih berlabel dibawah LUCAS Theatre film:"The Adventures of André and Wally B" ...


Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Judul itu muncul pada susunan buku di rak "Toy Story"
 

Copyright 1995 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Berbicara tentang toy story, lampu luxo jr juga pernah muncul sebagai lampu meja di film toy story


Copyright 1995 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dengan cat terang berwarna merah :D :D

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Bahkan bola pada film pendek luxo jr, yg bertekstur kuning biru, melakukan pemunculan dimana2


Copyright 1995 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Pertama pada toy story pertama, muncul pada adegan dimana Buzz Lightyear meloncat dan secara “tidak sengaja” terbang, perhatikan warna dan teksturnya

Copyright 1995 Disney / Pixar. All Rights Reserved



Pixar mulai memasukkan lelucon2/ yg sering disebut easter egg, sejak tahun 1987! Sejak pembuatan film pendek “Red’s Dream” dimana mereka menyadari bahwa panggung sirkus yg dibuat perlu sebuah sentuhan fantasi yg lebih, dan mereka memasukkan tekstur dari bola Luxo jr sebagai warna lantai sirkus!
 

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dan sejalan waktu, para anggota Pixar setuju bahwa memasukkan sesuatu dari film animasi pixar lainnya ke film yg lain adalah sebuah ide brilian. Menunjukkan bahwa kedua film animasi ini memiliki hubungan
Well, sebenarnya cerita dibalik penempatan tekstur panggung, bahwa John Lasseter dan kawan kawan hendak menghemat waktu dan memasukkan sesuatu yg sudah pernah dibuat sebelumnya.. dan hal ini justru menimbulkan keunikan tersendiri....


Dan karena itulah, stasiun gas/ pom bensin dari film toy story,

Copyright 1995 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Menjadi sponsor pada film pixar lainnya CARS…

Copyright 2006 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Atau, kakek tua dari film pendek "Geri's Game" ...

Copyright 1997 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Ternyata adalah seorang ahli reparasi dan perawatan mainan anak-anak di "Toy Story 2."

Copyright 1999 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dan kadang2 pixar memasukkan hal ini hanya sekejap mata, seperti burung2 dari film pendek "For the Birds."

Copyright 2000 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Melakukan pemunculan super singkat pada film "Cars"

Copyright 2006 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Tidak liat? Hahaha, memang susah, burung2 ini memang muncul sekejap saja, dalam film cars ada adegan dimana Mac yg sedang berjalan di jalan raya sedang kecapekan. Perhatikan kabel-kabel listrik di sisi jalan, akan terlihat sekumpulan burung baru saja terbang :D:D

Copyright 2006 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Pixar sangat pintar memilih scene untuk kemunculan cameo/referensinya. Liat bagaimana bola dari luxo jr muncul lagi pada film pendek "Jack-Jack Attack" , film ini merupakan deleted scene dari The Incredibles, sewaktu jack-jack mulai memunculkan kekuatannya.

Copyright 2005 Disney / Pixar. All Rights Reserved

dan kemunculan mainan Tinn dari animasi pendek "Tin Toy”,

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dapat ditemukan pada animasi pendek pixar terbaru, yang mengawali film ratatouille, berjudul "Lifted." Tinny berada pada kolong ranjang :D

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved


Tentang kamar tidur, setting yg memunculkan referensi dua film sekaligus terdapat pada kamar Boo, dalam film "Monsters, Inc." Dimana, setelah Sulley mengembalikan Boo ke kamarnya di Bumi :D, kita bisa melihat mainan berserakan di lantai, termasuk bola dari luxo jr lagi!, di kanan bawah, dan mainan Jesse dari Toy Story 2 di atas meja…


Copyright 2001 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Yang kemudian dilanjutkan dengan adegan Boo memberikan mainan favoritnya kepada Sulley, tangan imut Boo menyerahkan mainan berbentuk ikan dengan warna2 yg sudah kita kenal :D sang ikan dari film "Finding Nemo." Artinya pixar tidak hanya memasukkan proyek terdahulunya, tetapi juga proyek mendatang, sebab Finding Nemo rilis 2 tahun setelah Monster Inc.

Copyright 2001 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Cara ini kemudian dimanfaatkan lagi sebagai promosi tersembunyi pixar terhadap proyek2 mereka berikutnya. Adegan di bawah adalah adegan dalam film Finding Nemo, pada ruang tunggu dokter gigi, tampak sang anak sedang membaca komik The Incredibles!

Copyright 2003 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Ini baru setengah perjalanan... di bawah masih banyak gambar2 cameo pixar...;)
Lebih lanjut, kita mendapat cameo Stanley dalam film pendek pixar lain, "Boundin"

Copyright 2003 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Siapa Stanley? Stanley adalah Stanley Steamer pendiri Radiator Springs. Patungnya adalah patung yang ditarik oleh Lightning McQueen ketika pertama sampai di kota ini.

Copyright 2006 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Ya ya , ga semua orang akan memperhatikannya. Namun pixar pun merasa ridak perlu mengumumkannya. Membiarkan lelucon mereka tetap menjadi lelucon sederhana, dan membiarkan kita mencari2 sendiri kesamaan2 dari setiap animasi.

Misalnya, dari film terbaru, ratatouille, sang tokoh utama Linguini…

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

... juga muncul sebagai laki2 yg hendak diculik pada animasi Gary Rydstrom "Lifted."

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Walaupun begitu, pixar sering menempatkan sesuatu dengan jelas untuk memuaskan fans2nya. seperti trailer yang memiliki lampu serangga di film "A Bug's Life" ...

Copyright 1998 Disney / Pixar. All Rights Reserved

... juga merupakan trailer yang sama ketika Randall akhirnya ”nyasar” ke dunia manusia di "Monsters, Inc." ?

Copyright 2001 Disney / Pixar. All Rights Reserved

ATAU, truk yg diparkir di samping trailer itu sebenarya adalah truk Pizza Planet?

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Yup, truk ini, dari Toy Story (model  Toyota HiLux) muncul pada hampir semua animasi besar Pixar/Disney, Truk yang ditumpangi Buzz dan Woody di toy story pertama dari pom bensin

Copyright 1995 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Juga merupakan truk yang “dicuri” buzz untuk menyusul woody ke bandara.

Copyright 1999 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dan juga pada Finding Nemo, ketika Gill menjelaskan cara melarikan diri pada anggota Tank Gang (akuarium dokter gigi, FYI, :o).

Copyright 2003 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Truk Pizza Planet juga muncul pada Piston Cup adegan dari "Cars." Muncul pada sebelah kiri foto di bawah, sebelah truk dengan gaya Elvis Presley.

Copyright 2006 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Di  "The Incredibles." Brad Bird's sebagai pemimpin baru Pixar, tidak begitu saja melanjutkan “kegilaan” Pixar, Bird memasukkan truk pizza planet pada adegan kebut-kebutan keluarga Parr di jalan tol, setelah meluncur dari roket

Copyright 2004 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dan hanya gambar blur pucat yang terlihat dari truk pizza planet :nohope:

Copyright 2004 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dan pada proyek terbaru Ratatouille, Bird, sudah mengerti :p dan memasukkan truk pizza planet dengan senang hati :D

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Walaupun begitu, Bird tidak membuat semudah itu menemukan truk pizza planet, Bird memasukkan truk di seberang jembatan pada adegan Remy dikejar dengan skuter.

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dan, hal aneh yg bisa ditemukan dari kerjaan iseng orang2 pixar dalam film Ratatouille, adalah kemunculan Bomb Voyage ( criminal jago bom dari the Incredibles)

Copyright 2004 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Muncul sebagai mime (badut) di paris dalam film "Ratatouille" ?
(sebelah kiri foto)

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dan, kekonyolan pixar termasuk woody yang bekerja sebagai pemegang clapper board pada adegan salah/behind the scenes “A Bug’s Life”

Copyright 1998 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Atau ketika Flik mengucapkan kata2 "To Infinity and Beyond" punya Buzz Lightyear daripada mengucapkan "For the Colony and oppressed bugs everywhere!"

Copyright 1998 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Atau pada adegan behind the scenes "Toy Story 2", ketika Flik memberi tahu Heimlich bahwa dia senang muncul di "A Bug's Life 2" ...

Copyright 1999 Disney / Pixar. All Rights Reserved

... dan ternyata mereka sebenarnya muncul di sekuel Pixar yang lain: "Toy Story 2."

Copyright 1999 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Bahkan Pixar memasukkan jokes2 ini ke layar intro DVD "Toy Story 2", dimana bola luxo jr menggelinding di latar belakang :o

Copyright 2000 Disney / Pixar. All Rights Reserved

 
Dan WALL•E muncul di Ratatouille? Tidak sepenuhnya, WALL•E muncul pada special feature dvd ratatouille, pada video lagu berjudul "Your Friend the Rat."
 

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Dimana WALL•E ?, kalo anda melihat vid youtube di bawah, muncul di menit 1:21, sebagai supir bus planet mars :D

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

Copyright 2007 Disney / Pixar. All Rights Reserved

[flash]https://www.youtube.com/v/wSk-p44Zr8Y[/flash]



semua tulisan dan gambar di ambil dan diterjemahkan langsung dari blog Jim Hill:
Code: [Select]
http://jimhillmedia.com/blogs/jim_hill/archive/2007/12/09/a-special-where-s-wall-e-edition-of-why-for.aspx

Pages: 1 ... 8 9 10 11 12 13 14 [15] 16 17 18 19 20 21 22 ... 27