Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: ryu on 05 January 2012, 11:00:45 PM

Title: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 05 January 2012, 11:00:45 PM
Quote
devaapineraka [$]

anda mau tahu
inilah member-member senior dhamma-citta
jadi kalau ada praktisi "dhamma" yang dapat merealisasikan dengan hasil-hasil
yang di sebutkan di sutta "orang-orang semecan ini" yang disusupkan untuk
meng counter, agar dhamma yang sudah di praktekan itu tidak di terima secara
luas, karena agama mereka ini kalau di lapangan masuk ke ras (maaf) chinesse

lalu mereka bertanya;
agamamu apa
kalau di jawab buddhis,
mereka langsung menjawab; ooooooooooo masih buddhis,

inilah yang ingin mereka bangun bahwa buddhis agama nenek moyang yang
patut di tngalkan, ini bukan isapan jempol saja, sudah merupakan program
terinci di agama mereka untuk menarik, ras chinesse ke agama mereka

cilakanya dan menjijikan, mereka di terima dengan tangan terbuka di "web"
berbasis theravada, karena mereka dengan cepat belajar sutta dan umumnya
theravadin menolak hal-hal supra (indhi/abhinna) jadi mereka dapat memanupulasi umat lain yang sudah masuk di tahap realisasi dhamma di tolak
dengan sadar,

coba baca di thread dhammacitta yang notabena web berbasis theravada ada
moderatornya "menolak" bermeditasi dan terang-terangan bilang hasil meditasi adalah orang gila, mabok, sakau dll

suatu "kebodohan" nyata, jika pengelola web benar-benar buddhis seharusnya
moderator yang menulis begini berulang-ulang "harus di banned"

saya mempertanyakan apakah pengelola web dhammacitta memang umat buddhis atau malah umat lain,?

sesuatu yang harus kita pelajari, jika pengelolanya umat buddhis biarlah ini
teguran buat mereka
banyak yang dapat di pelajari di thread menyan beserta Choa, ada orang agama lain dengan getol menjatuhkan orang yang mengklaim sudah merealisasikan dhamma "tampa tendeng aling-aling" sampai nyasar disini.

saya berharap tulisan saya ini di copy paste oleh menyan ke dhammacitta.
ternyata Choa itu pengikutnya banyak nih, dan ternyata orang yang sudah merealisasikan buda darma itu seperti Choa

apakah ciri2 orang yang sudah merealisasikan buda dama?
bilang bodoh (mencontoh buda?)
bilang binatang (contoh merealisasikan buda dama?)
hasil dari meditasi apakah sehingga bisa memposting kata2 bodoh, binatang, BMA?
tehnik meditasi apakah yang diajarkan buda sehigga merealisasikan buda dama seperti choa?

saya berharap tulisan saya ini di copas oleh menyan di sono.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 05:37:15 AM
Busettt baru baca neh g.
Menurut g,kata2 tuh org salah deh.
Dari kemarin gak ad yg blg theravada gk bole meditasi
Ck..ck..ck..
Trus klo ditanya agama apa?! Ohh msh buddhist.. G pernah dgr diucapkan seseorang tapi lbh tptnya g ingat ini diucapkan oleh org ekayana  (CMIIW)
Masalah penghujatan bodoh,BMA,dll itu yang mulai buka thread si KA,dg merujuk salah satu sutta dg statement tersebut maka kita kupas tuntas
Kenapa nyangsang di negeri seberang persepsi nya smua jadi beda ya?! (Bingung mode on)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 06 January 2012, 05:43:02 AM
ternyata Choa itu pengikutnya banyak nih, dan ternyata orang yang sudah merealisasikan buda darma itu seperti Choa

apakah ciri2 orang yang sudah merealisasikan buda dama?
bilang bodoh (mencontoh buda?)
bilang binatang (contoh merealisasikan buda dama?)
hasil dari meditasi apakah sehingga bisa memposting kata2 bodoh, binatang, BMA?
tehnik meditasi apakah yang diajarkan buda sehigga merealisasikan buda dama seperti choa?

saya berharap tulisan saya ini di copas oleh menyan di sono.

orang2 memang suka hal2 yang berbau kesaktian, dan si choa ini klaim dirinya bodhisatva guru para arahat(punya kesaktian), biasanya orang yang punya kesaktian banyak 'pengikut', contoh LSY.   :))

meditator yang suka menceritakan dan menklaim dirinya sudah mencapai hasil yang  hebat/tinggi di tempat umum atau pengikutnya, tentunya ketahuan kualitas meditator itu  :whistle:
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 07:17:45 AM
orang2 memang suka hal2 yang berbau kesaktian, dan si choa ini klaim dirinya bodhisatva guru para arahat(punya kesaktian), biasanya orang yang punya kesaktian banyak 'pengikut', contoh LSY.   :))

meditator yang suka menceritakan dan menklaim dirinya sudah mencapai hasil yang  hebat/tinggi di tempat umum atau pengikutnya, tentunya ketahuan kualitas meditator itu  :whistle:
ehipassiko yang kebablasan, mereka percaya aja kalau ada orang yang "katanya" bisa melihat masa lalu, artinya sudah merealisasikan buda dama? kalau orang yang tidak pernah meditasi tidak praktek buda dama?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 07:33:44 AM
Menurut g,LSY itu gk punya kesaktian apa2 yg berarti. Biasa org sakti atau orang yg punya kemampuan gk bakal unjuk kemampuannya krn merupakan ancaman buat dia. Terus YM choa klo emg jago and lihai atau da sampe jhana ke 4 harusnya gak gembar gembor sana sini. Kesannya kemampuannya murahan banget gitu lho....
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 07:52:50 AM
Busettt baru baca neh g.
Menurut g,kata2 tuh org salah deh.
Dari kemarin gak ad yg blg theravada gk bole meditasi
Ck..ck..ck..
Trus klo ditanya agama apa?! Ohh msh buddhist.. G pernah dgr diucapkan seseorang tapi lbh tptnya g ingat ini diucapkan oleh org ekayana  (CMIIW)
Masalah penghujatan bodoh,BMA,dll itu yang mulai buka thread si KA,dg merujuk salah satu sutta dg statement tersebut maka kita kupas tuntas
Kenapa nyangsang di negeri seberang persepsi nya smua jadi beda ya?! (Bingung mode on)
asalnya dari sini :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21659.msg385172#msg385172

Quote
Quote from: ryu on 23 December 2011, 08:43:13 PM
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?

sunguh orang ini tidak ada cermin
berani berbicara tentang buah meditasi tetapi tidak meditasi

apakah segini bodohnya manusia di forum ini
 
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: The Ronald on 06 January 2012, 07:56:17 AM
yg dia tulis malah aku baru dgr..kemungkinan salah tangkap tuh....biasanya org klo terlanjur tak suka... selalu membaca dlm presepsi berbeda..
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 08:02:54 AM
yg dia tulis malah aku baru dgr..kemungkinan salah tangkap tuh....biasanya org klo terlanjur tak suka... selalu membaca dlm presepsi berbeda..

singaporean said he always negative thinking ah.... ::)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 09:50:38 AM
terlepas dari siapa yang ngomong, imo kalo buddhis tapi gak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
lebih parah lagi kalo buddhis tapi anti meditasi...

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 09:58:47 AM
terlepas dari siapa yang ngomong, imo kalo buddhis tapi gak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
lebih parah lagi kalo buddhis tapi anti meditasi...

gua gk pernah tuh meditasi... Masih buddhist2 aje dan g rasa diblg gk nyumbang apa2 atau nyumbang apapun sih gak ngaruh. Back to your attitude, men...

Buddhist anti meditasi knp parah??? emang semua orang yg meditasi pasti baik????!!! helllo.... tergantung tujuan dia meditasi apa kali....
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 10:14:08 AM
terlepas dari siapa yang ngomong, imo kalo buddhis tapi gak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
lebih parah lagi kalo buddhis tapi anti meditasi...


setidaknya perlu di pilah2 dulu tehnik meditasi apa yang dipelajari seseorang, apabila meditasi nya menghasilkan orang sekualitas Choa rasanya perlu di tinjau dahulu sebudhis apa dia sehingga hasil meditasinya begitu.

apakah dengan meditasi seseorang bisa menyumbangkan sesuatu buat budis?

kebudisan seseorang dilihat dari seringnya meditasi?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 10:23:16 AM
gua gk pernah tuh meditasi... Masih buddhist2 aje dan g rasa diblg gk nyumbang apa2 atau nyumbang apapun sih gak ngaruh. Back to your attitude, men...

Buddhist anti meditasi knp parah??? emang semua orang yg meditasi pasti baik????!!! helllo.... tergantung tujuan dia meditasi apa kali....
betul, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa-apa bagi perkembangan batinnya sendiri, jadinya sangat rugi sekali.

mengenai buddhis anti meditasi, jelas sangat ironis sekali, karena guru besarnya --Buddha Gotama-- berkali2 menganjurkan dan memuji pengolahan batin.
masa muridnya malah anti meditasi dan menjelek-jelekkan meditasi? parah kan?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 10:27:37 AM
setidaknya perlu di pilah2 dulu tehnik meditasi apa yang dipelajari seseorang, apabila meditasi nya menghasilkan orang sekualitas Choa rasanya perlu di tinjau dahulu sebudhis apa dia sehingga hasil meditasinya begitu.

apakah dengan meditasi seseorang bisa menyumbangkan sesuatu buat budis?

kebudisan seseorang dilihat dari seringnya meditasi?
tersirat dari pernyataan yang saya komentari itu menggeneralisir meditasi sebagai sesuatu yg mengerikan, tidak bermanfaat dan bikin orang jadi tidak beres. padahal meditasi sangat dipuji dan dianjurkan oleh Sang Buddha sendiri. itu yang saya maksudkan. pernyataan yang menggeneralisir dan menjelek-jelekkan meditasi yg dilontarkan oleh buddhis sendiri saya nilai sebagai sangat parah dan tidak pada tempatnya.

anda salah mengerti. yang saya maksud, tidak menyumbangkan apa2 buat dirinya sendiri, bagi perkembangan batinnya sendiri sehingga rugi besar.
peribahasanya ayam mati di lumbung.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 10:32:48 AM
betul, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa-apa bagi perkembangan batinnya sendiri, jadinya sangat rugi sekali.

mengenai buddhis anti meditasi, jelas sangat ironis sekali, karena guru besarnya --Buddha Gotama-- berkali2 menganjurkan dan memuji pengolahan batin.
masa muridnya malah anti meditasi dan menjelek-jelekkan meditasi? parah kan?

emang perkembangan batin itu HARUS meditasi DOANG???
emang gak bisa dengan cara lain???
Anti meditasi sih urusan tuh individual sendiri.. Menjelek2kan meditasi ceng li lah krn dia belum rasain. Dia rasain dulu baru komentar
Contoh:

Jari kita klo kepotong pisau sakit... tapi sakit gmn? keluar sakit sampe berdarah itu sakit, sakit gmn?
Susah kan ngomongnya klo kita gak mengalami langsung
Pasti jawabannya cuma SAKIT deh pokoknya. SEMUA orang jg tau kepotong pisau tajam sakit... Tapi sakitnya gmn?
Klo udah pernah kena kepotong pisau tajam maka tau rasa sakit nya gimana
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 10:37:28 AM
tersirat dari pernyataan yang saya komentari itu menggeneralisir meditasi sebagai sesuatu yg mengerikan, tidak bermanfaat dan bikin orang jadi tidak beres. padahal meditasi sangat dipuji dan dianjurkan oleh Sang Buddha sendiri. itu yang saya maksudkan. pernyataan yang menggeneralisir dan menjelek-jelekkan meditasi yg dilontarkan oleh buddhis sendiri saya nilai sebagai sangat parah dan tidak pada tempatnya.

anda salah mengerti. yang saya maksud, tidak menyumbangkan apa2 buat dirinya sendiri, bagi perkembangan batinnya sendiri sehingga rugi besar.
peribahasanya ayam mati di lumbung.

dan anda juga salah mengerti, apakah saya menjelekan meditasi yang diajarkan buda?
tahukah anda ada meditasi yang malah menjauhkan dari tujuan ajaran buda?
apakah kalau ada meditasi yang menjauhkan ajaran buda kita harus memujinya? mencontohnya?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 10:38:53 AM
emang perkembangan batin itu HARUS meditasi DOANG???
emang gak bisa dengan cara lain???
Anti meditasi sih urusan tuh individual sendiri.. Menjelek2kan meditasi ceng li lah krn dia belum rasain. Dia rasain dulu baru komentar
Contoh:

Jari kita klo kepotong pisau sakit... tapi sakit gmn? keluar sakit sampe berdarah itu sakit, sakit gmn?
Susah kan ngomongnya klo kita gak mengalami langsung
Pasti jawabannya cuma SAKIT deh pokoknya. SEMUA orang jg tau kepotong pisau tajam sakit... Tapi sakitnya gmn?
Klo udah pernah kena kepotong pisau tajam maka tau rasa sakit nya gimana
tapi kalau orang udah tau tuh hasil kepotong pisau pasti sakit ngapain kita coba? mendingan menjauh ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 10:39:05 AM
emang perkembangan batin itu HARUS meditasi DOANG???
emang gak bisa dengan cara lain???
sebelum saya jawab, apa sih arti meditasi bagi anda?

Anti meditasi sih urusan tuh individual sendiri.. Menjelek2kan meditasi ceng li lah krn dia belum rasain. Dia rasain dulu baru komentar
betul itu urusan individual, tapi kalo sikap anti meditasi itu dilontarkan seorang buddhis di sebuah forum buddhis untuk publik, maka itu wajar dan layak untuk saya komentari bahwa sikap seperti itu keblinger.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 10:44:44 AM
dan anda juga salah mengerti, apakah saya menjelekan meditasi yang diajarkan buda?
tahukah anda ada meditasi yang malah menjauhkan dari tujuan ajaran buda?
apakah kalau ada meditasi yang menjauhkan ajaran buda kita harus memujinya? mencontohnya?
kalo begitu, revisi pernyataan anda yang salah dan menggeneralisir.
yang harus anda kritik adalah meditasi yang salah, bukan seluruh praktik meditasi.
sangat berbahaya dan menyesatkan kalo seorang pemula membaca forumer yang sudah kawakan dan mungkin dijadikan panutan memberi pernyataan bahwa dia takut bermeditasi dan tidak mau bermeditasi karena melihat contoh2 yang jelek.

Buddha tidak mengajarkan orang bermeditasi untuk menjadi orang gila, miring ataupun menjerumuskan praktisinya.
bermeditasi itu sangat dianjurkan.
itu yang mau saya luruskan.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 10:52:14 AM
sebelum saya jawab, apa sih arti meditasi bagi anda?
betul itu urusan individual, tapi kalo sikap anti meditasi itu dilontarkan seorang buddhis di sebuah forum buddhis untuk publik, maka itu wajar dan layak untuk saya komentari bahwa sikap seperti itu keblinger.

kan saya belum pernah meditasi berarti anda tidak menyimak dengan baik postingan saya sebelumnya
Terus gmn saya bisa artiin meditasi? Makanya saya harus coba dulu tp saya gk ANTI meditasi

Anda emang wajar mengomentari tapi anda tidak wajar menghakimi. Emang anda hakim di beberapa alam??!! gak kan. Jadi yg berhak menghakimi seorang buddhist itu tidak layak mengucapkan anti meditasi, bukan anda dan bukan jg saya.


Kita harus selidiki dan cari tahu dulu sebelum mencap dan menghakimi seseorang dengan statement kita
Apa dasar mereka sbg umat buddhist anti meditasi?! makanya klo kita kuliah pasti diajarkan 5W dan 1H (whaty,why, where, when, who and how)

Neh saya kasi referensi menulis sebelum anda menulis lebih jauh:
http://www.sudutpandang.com/2008/03/menulis-itu-gampang-rumus-5w-1h/
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 10:56:13 AM
kalo begitu, revisi pernyataan anda yang salah dan menggeneralisir.
yang harus anda kritik adalah meditasi yang salah, bukan seluruh praktik meditasi.
sangat berbahaya dan menyesatkan kalo seorang pemula membaca forumer yang sudah kawakan dan mungkin dijadikan panutan memberi pernyataan bahwa dia takut bermeditasi dan tidak mau bermeditasi karena melihat contoh2 yang jelek.

Buddha tidak mengajarkan orang bermeditasi untuk menjadi orang gila, miring ataupun menjerumuskan praktisinya.
bermeditasi itu sangat dianjurkan.
itu yang mau saya luruskan.
Memang meditasi itu dianjurkan  tapi tidak MEMAKSA. Gua gk meditasi bukan berarti gua anti meditasi
Gua misalnya anti meditasi bukan berarti batin g pasti kotor

Semua emang balik ke orangnya masing2. Klo mau meditasi, sukur deh. Gak mau jg, gpp. itu kan urusan dia bukan kita
Iseng banget kita klo harus ngurusin semua umat buddhist di indonesia harus meditasi. ITu namanya BO KANG CO
At least, he/she is your best friend. You bole lah kasi saran dia atau menganjurkan atau gimanapun biar dia bisa meditasi dan menenangkan pikiran dan batin dia. Smua itu untuk kebaikan dia sendiri, bukan anda atau saya
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 11:14:51 AM
gua gk pernah tuh meditasi... Masih buddhist2 aje dan g rasa diblg gk nyumbang apa2 atau nyumbang apapun sih gak ngaruh. Back to your attitude, men...

Buddhist anti meditasi knp parah??? emang semua orang yg meditasi pasti baik? ??? !!! helllo.... tergantung tujuan dia meditasi apa kali....


buddhist tapi tidak pernah meditasi, ibarat belajar program tanpa praktek... tidak akan memberikan manfaat apa2...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 11:20:49 AM
kan saya belum pernah meditasi berarti anda tidak menyimak dengan baik postingan saya sebelumnya
Terus gmn saya bisa artiin meditasi? Makanya saya harus coba dulu tp saya gk ANTI meditasi
yg saya tanyakan adalah definisi meditasi menurut anda, bukan pengalaman meditasi anda.
anda berkali-kali menulis "meditasi" diposting2 sebelumnya, artinya anda tahu artinya meditasi kan? apa arti (baca: definisi) meditasi menurut anda?

Anda emang wajar mengomentari tapi anda tidak wajar menghakimi. Emang anda hakim di beberapa alam??!! gak kan. Jadi yg berhak menghakimi seorang buddhist itu tidak layak mengucapkan anti meditasi, bukan anda dan bukan jg saya.
menghakimi? itu bukan menghakimi, itu adalah opini saya. saya tulis di atas "imo" artinya in my opinion, bahwa buddhis yg gak bermeditasi itu kebuddhisannya gak menyumbangkan apa2 bagi perkembangan batinnya sendiri.

nah, kalau anda ingin melanjutkan pembahasannya, terangkan dulu definisi meditasi menurut anda, karena definisi ini penting untuk melanjutkan diskusinya...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 11:23:12 AM
buddhist tapi tidak pernah meditasi, ibarat belajar program tanpa praktek... tidak akan memberikan manfaat apa2...

menurut saya gak tuh
Saya belum kena arti meditasi buat saya
Karena saya sudah coba dan maaf belum berhasil dan belum nampar (bahasa kasar saya)
Saya mau meditasi dan akan saya coba tapi ntah kapan... Jadi gak mau gembar gembor dl
Klo kelakuan saya sendiri belum saya perbaiki, saya agak berat utk segalanya

Jadi saya lakukan dari hal kecil dl (yg jelas bukan meditasi)
Berbakti sama orangtua (cara kecil saya)
Nolongin nenek (walaupun ditipu)
Simple things that i can do beside meditation
Menurut saya, meditasi lebih ke arah batin kita agar kita gak grasak grusuk, perasaan kacau dan lebih konsentrasi
Itu yang saya tangkap untuk saat ini

 [at] morpheus: buat bro, maaf jika kata2 saya ada mengandung kekasaran, kesombongan dan acuh tak acuh
Tapi saya disini hanya belajar dan tidak ada niat atau apapun untuk menyakiti sesama member DC disni ^:)^ _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 11:23:32 AM
dan anda juga salah mengerti, apakah saya menjelekan meditasi yang diajarkan buda?
tahukah anda ada meditasi yang malah menjauhkan dari tujuan ajaran buda?
apakah kalau ada meditasi yang menjauhkan ajaran buda kita harus memujinya? mencontohnya?

mas bro, dato' sependapat ma morpheus, kalimat yg tertulis, memiki arti general..

Quote
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa

meditasi yg baik memberikan kontribusi bagi perkembangan bathin, tp meditasi yg salah mengakibatkan pandangan salah... tp klo kita mengatakan meditasi, hal ini mencakup keseluruhan, baik yang benar maupun yg salah... just opinion...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: klup on 06 January 2012, 11:28:37 AM
dagelan  :D
teori tanpa praktek
cermin cermin cermin
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 11:30:51 AM
yg saya tanyakan adalah definisi meditasi menurut anda, bukan pengalaman meditasi anda.
anda berkali-kali menulis "meditasi" diposting2 sebelumnya, artinya anda tahu artinya meditasi kan? apa arti (baca: definisi) meditasi menurut anda?
menghakimi? itu bukan menghakimi, itu adalah opini saya. saya tulis di atas "imo" artinya in my opinion, bahwa buddhis yg gak bermeditasi itu kebuddhisannya gak menyumbangkan apa2 bagi perkembangan batinnya sendiri.

nah, kalau anda ingin melanjutkan pembahasannya, terangkan dulu definisi meditasi menurut anda, karena definisi ini penting untuk melanjutkan diskusinya...

Please check posting saya dg quote datono,thanks
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 11:33:03 AM
menurut saya gak tuh
Saya belum kena arti meditasi buat saya
Karena saya sudah coba dan maaf belum berhasil dan belum nampar (bahasa kasar saya)
Saya mau meditasi dan akan saya coba tapi ntah kapan... Jadi gak mau gembar gembor dl
Klo kelakuan saya sendiri belum saya perbaiki, saya agak berat utk segalanya

Jadi saya lakukan dari hal kecil dl (yg jelas bukan meditasi)
Berbakti sama orangtua (cara kecil saya)
Nolongin nenek (walaupun ditipu)
Simple things that i can do beside meditation
Menurut saya, meditasi lebih ke arah batin kita agar kita gak grasak grusuk, perasaan kacau dan lebih konsentrasi
Itu yang saya tangkap untuk saat ini

dato' pribadi tidak pernah mengetahui klo meditasi cm membentuk bathin agar tidak grasak grusuk/perasaan gak kacau/konsentrasi kuat... menurut anda, apa meditasi itu ?

dato' lebih suka jika seseorang blum mendapatkan manfaat dr meditasi, lebih baik ia jangan berkomen bahwa meditasi tidak memberikan kontribusi apa2/tidak ngaruh dalam pribadi... tp cukup ketahui/belajar dan mencoba lg... itu hal tersimple.

ibarat kita belajar matematika, namun ketika kita tidak bs mengikuti pelajaran, maka kita mengatakan bahwa matematika itu tidak bermanfaat secara langsung bagi ku... ini secara tidak langsung menginformasikan bahwa matematika bs saja tidak bermanfaat, karena ada yg belajar namun tidak ada manfaat nya... itu dapat menimbulkan pandangan salah bagi orang lain yg baru mau mempelajari matematika...

sungguh disayangkan...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 11:36:14 AM
bagaimana berbuat baik belum tentu menyatakan bahwa bathin kita dapat lebih baik...
dengan menjadikan bathin yg lebih berkualitas secara otomatis menjadikan kita lebih baik...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 06 January 2012, 11:40:27 AM
mas bro, dato' sependapat ma morpheus, kalimat yg tertulis, memiki arti general..

pernyataan ini di sampaikan pada waktu pembahasan topik ym choa, harusnya bukan secara general tapi ditujukan kepada pengikut/pemirsa ym choa atau si choa sendiri, supaya mereka berpandangan lebih baik.

kecuali pernyataan ini disampaikan dengan topik tersendiri oleh bro ryu.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 06 January 2012, 11:43:02 AM
Mungkin perlu dibedakan antara "Buddhist tidak meditasi" dan "Buddhist anti-meditasi" yang tidak menyetujui meditasi. Tidak meditasi sama sekali tidak masalah, seperti Buddhist tidak menjalankan sila juga tidak masalah, hanya saja sayang sekali tidak mengambil keuntungan dari Ajaran Buddha tersebut. Kalau 'Buddhis anti-meditasi' itu sudah keliru karena pusat dari Ajaran Buddha itu adalah meditasi.

Tapi memang tidak bisa disalahkan juga, beberapa orang (terutama dari umat lain) sudah terprogram bahwa meditasi itu semacam ilmu kebathinan, berhubungan dengan alam lain, dan sebagainya. Lalu juga banyak tokoh meditasi yang katanya sudah mahir meditasi, tapi perilakunya amburadul, bahkan seperti orang schizophrenic (=gila), sehingga semakin membuat kabur makna dari meditasi Buddhisme. Jadi tidak heran kalau kemudian ada orang yang anti-meditasi, dan kalau bisa, kita perkenalkan makna sebenarnya dari meditasi.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 11:46:28 AM
Memang meditasi itu dianjurkan  tapi tidak MEMAKSA. Gua gk meditasi bukan berarti gua anti meditasi
giliran saya yang bilang: anda gak nyimak.
ndak ada yg bilang anda anti meditasi.

Gua misalnya anti meditasi bukan berarti batin g pasti kotor
saya gak mau mengomentari batin kotor atau bersih. seperti anda bilang, anti meditasi itu urusan masing2.
tapi kalo penyataan yg anti dan menjelek-jelekkan meditasi itu sudah masuk ke dalam ranah publik, saya mau mengoreksinya. itu aja.

menurut saya gak tuh
Saya belum kena arti meditasi buat saya
Karena saya sudah coba dan maaf belum berhasil dan belum nampar (bahasa kasar saya)
Saya mau meditasi dan akan saya coba tapi ntah kapan... Jadi gak mau gembar gembor dl
bagi saya, sikap mental seperti anda ini jauh lebih bagus daripada antipati dan menjelek-jelekkan meditasi.
paling gak anda punya pemikiran yg positif dan mau mencoba.

Jadi saya lakukan dari hal kecil dl (yg jelas bukan meditasi)
Berbakti sama orangtua (cara kecil saya)
Nolongin nenek (walaupun ditipu)
Simple things that i can do beside meditation
Menurut saya, meditasi lebih ke arah batin kita agar kita gak grasak grusuk, perasaan kacau dan lebih konsentrasi
Itu yang saya tangkap untuk saat ini
bagus sekali.
perlu dicatat, saya gak bilang gak bermeditasi berarti menjadi orang yg jahat ataupun jelek, hanya saja tanpa meditasi tidak terjadi perubahan batin atau transformasi batin. itu aja. apa yg anda lakukan itu baik sekali di luar konteks meditasi.

hanya saja, tanpa transformasi batin, kebaikan yg kita lakukan itu rata2 lahir dari pengekangan dan pemaksaan diri.

[at] morpheus: buat bro, maaf jika kata2 saya ada mengandung kekasaran, kesombongan dan acuh tak acuh
Tapi saya disini hanya belajar dan tidak ada niat atau apapun untuk menyakiti sesama member DC disni ^:)^ _/\_
saya merasa kata2 anda biasa2 aja, gak ada yg perlu diminta maaf.
kita fokus ke topiknya saja. ok?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 11:47:45 AM
kalo begitu, revisi pernyataan anda yang salah dan menggeneralisir.
yang harus anda kritik adalah meditasi yang salah, bukan seluruh praktik meditasi.
sangat berbahaya dan menyesatkan kalo seorang pemula membaca forumer yang sudah kawakan dan mungkin dijadikan panutan memberi pernyataan bahwa dia takut bermeditasi dan tidak mau bermeditasi karena melihat contoh2 yang jelek.

Buddha tidak mengajarkan orang bermeditasi untuk menjadi orang gila, miring ataupun menjerumuskan praktisinya.
bermeditasi itu sangat dianjurkan.
itu yang mau saya luruskan.

revisi yang mana? yang ini :

Quote
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?

???
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 06 January 2012, 11:51:03 AM
Inti dari Ajaran Buddha tetap adalah meditasi, tapi bukan berarti yang tidak meditasi tidak bisa mendapatkan apa-apa dari Ajaran Buddha. Beberapa orang mengenal Ajaran Buddha, tentang hukum kamma, sila, dan kelahiran kembali, memiliki harapan dan mengubah cara hidupnya ke arah lebih baik. Di sini dia tidak meditasi, tapi tetap mendapat keuntungan dari Ajaran Buddha.

Coba lihat posting begini:
dagelan  :D
teori tanpa praktek
cermin cermin cermin
Bukankah memberikan rasa 'angkuh' yang memuakkan? Seolah-olah praktek dari Ajaran Buddha hanya meditasi, meditasi, dan meditasi.

Inilah yang membuat orang yang belum kenal meditasi menjadi muak dengan kata meditasi, padahal meditasi itu sendiri sangat indah dan bermanfaat.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 11:52:44 AM
mas bro, dato' sependapat ma morpheus, kalimat yg tertulis, memiki arti general..

meditasi yg baik memberikan kontribusi bagi perkembangan bathin, tp meditasi yg salah mengakibatkan pandangan salah... tp klo kita mengatakan meditasi, hal ini mencakup keseluruhan, baik yang benar maupun yg salah... just opinion...
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?

makanya baca jangan sepotong2 mas bro ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 11:53:11 AM
pernyataan ini di sampaikan pada waktu pembahasan topik ym choa, harusnya bukan secara general tapi ditujukan kepada pengikut/pemirsa ym choa atau si choa sendiri, supaya mereka berpandangan lebih baik.

kecuali pernyataan ini disampaikan dengan topik tersendiri oleh bro ryu.

trus trang, dato' baca diskusi ryu dgn choa, agak kaget jg awal nya, setelah baca lg, baru dato' paham maksud ryu.

karena kesan pertama yg muncul (kesan saya pribadi, mungkin salah baca/salah nangkap makna nya) adalah ada suatu hal yg membuat seseorang buddhist tidak mau praktek meditasi, berarti ada masalah dengan meditasi dan meditasi mempunyai efek samping yg menakutkan...

ini yg dato' katakan (pendapat saya pribadi) agak mengeneral, bahwa meditasi seperti itu... walau sebenarnya yg dimaksud oleh ryu adalah model meditasi yg keliru/salah yg diprakekan oleh Choa/LSY/MMD memberikan efek samping yg tidak benar pula, sehingga ryu tidak tertarik mempraktekan meditasi yg keliru/salah tersebut...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 11:56:03 AM
revisi yang mana? yang ini :

soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?
apa yg tersirat di sana? anda tidak mau praktek meditasi apapun kan? tentunya termasuk meditasi yg diajarkan Sang Buddha.
kenapa tidak mau praktek meditasi apapun? karena menurut anda produk2nya mengerikan...
itu yg pengen saya kritik dan saya anggap menyesatkan pembaca.

kalo anda spesifik "soal meditasi maaf saya tidak mau praktek meditasi metode anda" atau "soal meditasi, saya tidak mau karena takut tersesat meditasi yang salah", kan jelas artinya.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 11:56:53 AM
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?

makanya baca jangan sepotong2 mas bro ;D

1. soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu

2. sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya

itu kesan pertama yg muncul mas bro... klo dato' baca secara mendatar, diawal paragraf saja sudah memberikan makna lain (bagi dato' pribadi).
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 11:57:12 AM
trus trang, dato' baca diskusi ryu dgn choa, agak kaget jg awal nya, setelah baca lg, baru dato' paham maksud ryu.

karena kesan pertama yg muncul (kesan saya pribadi, mungkin salah baca/salah nangkap makna nya) adalah ada suatu hal yg membuat seseorang buddhist tidak mau praktek meditasi, berarti ada masalah dengan meditasi dan meditasi mempunyai efek samping yg menakutkan...

ini yg dato' katakan (pendapat saya pribadi) agak mengeneral, bahwa meditasi seperti itu... walau sebenarnya yg dimaksud oleh ryu adalah model meditasi yg keliru/salah yg diprakekan oleh Choa/LSY/MMD memberikan efek samping yg tidak benar pula, sehingga ryu tidak tertarik mempraktekan meditasi yg keliru/salah tersebut...
harus memilih2 dulu gurunya, takut salah jalan ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: klup on 06 January 2012, 12:07:42 PM
 [at] Kainyn_Kutho
sedikit sentilan dikatakan angkuh memuakan pdhal saya post dengan maklum tanpa cetana dosa, banyak bertebaran post yg merendahkan orang lain secara langsung disertai kebodohan batin tidak ada yg tegur bahkan follow up

pamit  _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 12:10:49 PM
[at] Kainyn_Kutho
sedikit sentilan dikatakan angkuh memuakan pdhal saya post dengan maklum tanpa cetana dosa, banyak bertebaran post yg merendahkan orang lain secara langsung disertai kebodohan batin tidak ada yg tegur bahkan follow up

pamit  _/\_
anda dari sebelah ya? kok cuma segitu kemampuannya?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 12:16:00 PM
Inti dari Ajaran Buddha tetap adalah meditasi, tapi bukan berarti yang tidak meditasi tidak bisa mendapatkan apa-apa dari Ajaran Buddha. Beberapa orang mengenal Ajaran Buddha, tentang hukum kamma, sila, dan kelahiran kembali, memiliki harapan dan mengubah cara hidupnya ke arah lebih baik. Di sini dia tidak meditasi, tapi tetap mendapat keuntungan dari Ajaran Buddha.

Coba lihat posting begini:Bukankah memberikan rasa 'angkuh' yang memuakkan? Seolah-olah praktek dari Ajaran Buddha hanya meditasi, meditasi, dan meditasi.

Inilah yang membuat orang yang belum kenal meditasi menjadi muak dengan kata meditasi, padahal meditasi itu sendiri sangat indah dan bermanfaat.



memang kita sebagai seorang buddhist perumah tangga tidak selalu harus berkutat dengan meditasi. mau berbuat baik cukup dengan mempraktekkan sila dan mempelajari dhamma, jika tertarik mengembang kan bathin kearah yg lebih berkualitas, bisa mempraktekan meditasi.

namun jika dikatakan meditasi tidak memberikan kontribusi bagi perkembangan bathin itu adalah hal yg keliru. memang kondisi saat ini banyak bermunculan tokoh2/pakar meditasi namun memiliki prilaku yg kurang baik, namun bukan berarti itu efek dr meditasi, namun karena murni kekotoran bathin nya dr si tokoh2/pakar meditasi. namun penilaian orang akan berbeda karena hanya melihat aktifitas meditasi nya saja. malah menimbulkan kesan, sudah meditasi saja masih begitu... ini jg pandangan yg keliru...

pernyataan mas bro kulup sebenarnya tidak la arogan dan memuakkan, itu disebabkan karena orientasi nya berbeda... ada orang yg belajar buddhist karena tertarik meditasi dan telah merasakan manfaat nya... ada pula orang yg belajar buddhist, karena tertarik dan cocok dengan nilai2 kebajikan yg diajarkan serta memberikan kebahagiaan dalam hidup nya...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: andry on 06 January 2012, 12:24:36 PM
kalao ke bandung, kita gathering bareng lah...
dgn senang hati saya akan berdiskusi bersama anda,
dan meyelami kopi masing2.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: klup on 06 January 2012, 12:28:40 PM
anda dari sebelah ya? kok cuma segitu kemampuannya?

:) semoga anda berbahagia
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 12:32:21 PM
apa yg tersirat di sana? anda tidak mau praktek meditasi apapun kan? tentunya termasuk meditasi yg diajarkan Sang Buddha.
kenapa tidak mau praktek meditasi apapun? karena menurut anda produk2nya mengerikan...
itu yg pengen saya kritik dan saya anggap menyesatkan pembaca.

kalo anda spesifik "soal meditasi maaf saya tidak mau praktek meditasi metode anda" atau "soal meditasi, saya tidak mau karena takut tersesat meditasi yang salah", kan jelas artinya.

bukankah ada tulisan dahulu di belakang?
yang artinya tidak mau meditasi dahulu, bukan tidak meditasi selamanya khan?
mungkin nanti ada saatnya meditasi.

saya tidak mau makan dahulu, artinya tidak mau makan apapun? mengharamkan makan?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 12:36:11 PM
kalao ke bandung, kita gathering bareng lah...
dgn senang hati saya akan berdiskusi bersama anda,
dan meyelami kopi masing2.

ngajak dato' ya ? minum kopi luwak kah ? ada si brewok ga, klo ada tambah seru lg... ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 12:36:31 PM
:) semoga anda berbahagia
apa karena member disini dianggap BMA ya jadi hanya penggembira disini?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 12:38:21 PM
1. soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu

2. sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya

itu kesan pertama yg muncul mas bro... klo dato' baca secara mendatar, diawal paragraf saja sudah memberikan makna lain (bagi dato' pribadi).
mungkin mas bro aa tono harus membaca lebih perlahan untuk mencerna postingan aye ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 12:46:43 PM
memang kita sebagai seorang buddhist perumah tangga tidak selalu harus berkutat dengan meditasi. mau berbuat baik cukup dengan mempraktekkan sila dan mempelajari dhamma, jika tertarik mengembang kan bathin kearah yg lebih berkualitas, bisa mempraktekan meditasi.

namun jika dikatakan meditasi tidak memberikan kontribusi bagi perkembangan bathin itu adalah hal yg keliru. memang kondisi saat ini banyak bermunculan tokoh2/pakar meditasi namun memiliki prilaku yg kurang baik, namun bukan berarti itu efek dr meditasi, namun karena murni kekotoran bathin nya dr si tokoh2/pakar meditasi. namun penilaian orang akan berbeda karena hanya melihat aktifitas meditasi nya saja. malah menimbulkan kesan, sudah meditasi saja masih begitu... ini jg pandangan yg keliru...

pernyataan mas bro kulup sebenarnya tidak la arogan dan memuakkan, itu disebabkan karena orientasi nya berbeda... ada orang yg belajar buddhist karena tertarik meditasi dan telah merasakan manfaat nya... ada pula orang yg belajar buddhist, karena tertarik dan cocok dengan nilai2 kebajikan yg diajarkan serta memberikan kebahagiaan dalam hidup nya...
setidaknya orang yang praktek meditasi tahu rambu2 arah tujuannya melakukan meditasi budis, banyak yang terjerumus semakin jauh karena merasa bisa punya kemampuan melihat arwah, masa lalu, ke surga dll yang bila tidak hati2 bisa menyesatkan, terlena akan kemampuan sehingga tidak memperoleh manfaat sama sekali terhadap meditasinya.

penglihatan2 dari meditasi rasanya juga bisa menipu sama seperti kesaksian2 dalam ajaran tetangga yang katanya dibawa kesurga, melihat buda ada di neraka dll, kemudian versi buda katanya yesus ada di alam brahma, itu semua tidak bisa dibuktikan kalau hanya katanya, kita harus saring informasi2 seperti itu untuk dijadikan acuan2 apakah itu benar atau salah.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 12:47:38 PM
ngajak dato' ya ? minum kopi luwak kah ? ada si brewok ga, klo ada tambah seru lg... ;D
kopi luwak yang white coffee =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 06 January 2012, 12:58:43 PM
[at] Kainyn_Kutho
sedikit sentilan dikatakan angkuh memuakan pdhal saya post dengan maklum tanpa cetana dosa, banyak bertebaran post yg merendahkan orang lain secara langsung disertai kebodohan batin tidak ada yg tegur bahkan follow up

pamit  _/\_
kamu iri iya bro kulup ? apa artinya kulup ? kulup meditasi gak ?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dipasena on 06 January 2012, 01:01:16 PM
mungkin mas bro aa tono harus membaca lebih perlahan untuk mencerna postingan aye ;D

ato mas bro yg harus menulis lebih jelas lg... biar orang yg membaca tidak salah paham... bukan kah yg ditulis devaapineraka merupakan efek dari kesalah pahaman yg muncul setelah membaca tulisan mas bro... ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 01:07:02 PM
ato mas bro yg harus menulis lebih jelas lg... biar orang yg membaca tidak salah paham... bukan kah yg ditulis devaapineraka merupakan efek dari kesalah pahaman yg muncul setelah membaca tulisan mas bro... ;D
oh engga kok, devaapineraka sudah memilih berpihak kepada siapa sudah terlihat sehingga dia tidak objektif, dia setuju kok member di sini BMA karena yang mengatakannya choa yang notabene sudah praktek buda dama, mana didengarlah orang yang tidak pernah praktek seperti aye, kalau di bandingkan, sesama budis lebih percaya mana budis sama non budis? lebih percaya mana orang yang suka meditasi dengan yang tidak suka meditasi?

seakan2 orang yang meditasi lebih baik dari yang tidak pernah meditasi, orang yang meditasi lebih pintar dari yang tidak pernah meditasi, itulah pandangan member sebelah.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 06 January 2012, 01:39:46 PM
[at] Kainyn_Kutho
sedikit sentilan dikatakan angkuh memuakan pdhal saya post dengan maklum tanpa cetana dosa, banyak bertebaran post yg merendahkan orang lain secara langsung disertai kebodohan batin tidak ada yg tegur bahkan follow up

pamit  _/\_
Jika anda tidak dapat melihat keangkuhan yang menilai orang lain sebagai dagelan, berarti anda memang harus berpraktik lebih keras.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 06 January 2012, 01:47:04 PM
memang kita sebagai seorang buddhist perumah tangga tidak selalu harus berkutat dengan meditasi. mau berbuat baik cukup dengan mempraktekkan sila dan mempelajari dhamma, jika tertarik mengembang kan bathin kearah yg lebih berkualitas, bisa mempraktekan meditasi.

namun jika dikatakan meditasi tidak memberikan kontribusi bagi perkembangan bathin itu adalah hal yg keliru. memang kondisi saat ini banyak bermunculan tokoh2/pakar meditasi namun memiliki prilaku yg kurang baik, namun bukan berarti itu efek dr meditasi, namun karena murni kekotoran bathin nya dr si tokoh2/pakar meditasi. namun penilaian orang akan berbeda karena hanya melihat aktifitas meditasi nya saja. malah menimbulkan kesan, sudah meditasi saja masih begitu... ini jg pandangan yg keliru...

pernyataan mas bro kulup sebenarnya tidak la arogan dan memuakkan, itu disebabkan karena orientasi nya berbeda... ada orang yg belajar buddhist karena tertarik meditasi dan telah merasakan manfaat nya... ada pula orang yg belajar buddhist, karena tertarik dan cocok dengan nilai2 kebajikan yg diajarkan serta memberikan kebahagiaan dalam hidup nya...
Ya, tentu saja saya tidak berpandangan bahwa meditasi tidak berkontribusi bagi perkembangan bathin ataupun menyebabkan orang berperilaku aneh. Bahkan saya katakan meditasi adalah intisari dari Ajaran Buddha.

Memang yang jadi masalah di sini adalah perilaku yang tidak sesuai, yang tidak baik dari orang yang disebut 'meditator'. Terlebih lagi biasanya praktisi yang berhasil, jarang mengungkapkan pengalaman meditasinya, sedangkan yang palsu sering gembar-gembor seperti tukang obat. Jadi adalah wajar yang sering dilihat orang adalah yang ngaco, otomatis meditasi malah jadi buruk di mata orang.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 06 January 2012, 02:17:22 PM
Ya, tentu saja saya tidak berpandangan bahwa meditasi tidak berkontribusi bagi perkembangan bathin ataupun menyebabkan orang berperilaku aneh. Bahkan saya katakan meditasi adalah intisari dari Ajaran Buddha.

Memang yang jadi masalah di sini adalah perilaku yang tidak sesuai, yang tidak baik dari orang yang disebut 'meditator'. Terlebih lagi biasanya praktisi yang berhasil, jarang mengungkapkan pengalaman meditasinya, sedangkan yang palsu sering gembar-gembor seperti tukang obat. Jadi adalah wajar yang sering dilihat orang adalah yang ngaco, otomatis meditasi malah jadi buruk di mata orang.

dan merusak reputasi saya sebagai buddhism (only joke)
                                  =))      =))
Title: testimoni dari bro devaApiNeraka
Post by: cumi polos on 06 January 2012, 02:43:14 PM
Quote
devaapineraka [$]:
6, saya rasa (pribadi) dia** sudah tidak ada "ego" seperti yang kamu punya (umat awam)

menurut komentarnya DAN, dia (Choa) udah tinggi ilmunya lho...
udah gak ada egonya... gimana dgn posting2 dia disini nahhhhh

**Choa

saya rasa ?= saya yakin
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 02:53:00 PM
bukankah ada tulisan dahulu di belakang?
yang artinya tidak mau meditasi dahulu, bukan tidak meditasi selamanya khan?
mungkin nanti ada saatnya meditasi.

saya tidak mau makan dahulu, artinya tidak mau makan apapun? mengharamkan makan?
saya bilang lagi, dari post anda ada makna tersirat kalo meditasi itu mengerikan dan bukan hanya saya sendiri yg membaca dan mendapat persepsi itu.
ditambah lagi selama berada di forum ini, anda berkali2 bilang gak mau mencoba bermeditasi apapun dengan alasan takut atau ngeri, salah satunya:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg66450#msg66450

saya tidak mau pernyataan seperti ini meng-discourage mereka yang ingin mencobanya.

anggaplah saja anda gak bermaksud menjelek-jelekkan meditasi, tapi karena tulisan anda --seorang forumer senior-- bisa ditafsirkan seperti itu, dengan ini saya ingin menegaskan pada pembaca agar tidak takut mencoba meditasi dan malah menganjurkan untuk mencoba bermeditasi secara teratur. rugi sekali kalo sebagai buddhis tidak mencoba, menjauhi atau malah takut untuk bermeditasi.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 02:53:48 PM
menurut komentarnya DAN, dia (Choa) udah tinggi ilmunya lho...
udah gak ada egonya... gimana dgn posting2 dia disini nahhhhh

**Choa

saya rasa ?= saya yakin

perbedaan umat awam (UA) dengan yang tidak mempunyai ego (TME) :
UA : loe bego, tolol, babi, monyet dll    (berkata2 dengan ego)

TME :  loe bego, tolol, babi, monyet dll    (berkata2 tanpa ego)


mungkin bedanya setipis kertas sehingga hanya bisa dibedakan oleh pengikutnya saja (yang tanpa ego? ) ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 06 January 2012, 03:07:28 PM
saya bilang lagi, dari post anda ada makna tersirat kalo meditasi itu mengerikan dan bukan hanya saya sendiri yg membaca dan mendapat persepsi itu.
ditambah lagi selama berada di forum ini, anda berkali2 bilang gak mau mencoba bermeditasi apapun dengan alasan takut atau ngeri, salah satunya:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg66450#msg66450

saya tidak mau pernyataan seperti ini meng-discourage mereka yang ingin mencobanya.

anggaplah saja anda gak bermaksud menjelek-jelekkan meditasi, tapi karena tulisan anda --seorang forumer senior-- bisa ditafsirkan seperti itu, dengan ini saya ingin menegaskan pada pembaca agar tidak takut mencoba meditasi dan malah menganjurkan untuk mencoba bermeditasi secara teratur. rugi sekali kalo sebagai buddhis tidak mencoba, menjauhi atau malah takut untuk bermeditasi.

mungkin yang salah stasiun penerimanya nih >:D

terkadang saya malah ingin menegaskan, meluruskan, tujuan meditasi itu apa? bahkan sampai tujuan belajar ajaran buda itu apa?
apakah hasil dari meditasi hanya sebatas seperti "choa" yang katanya sudah merealisasikan buda dama?
apakah semakin menjauh dari buda dama atau mendekati?

bagi yang ingin meditasi silahkan, hanya perlu di ingatkan hati2 jangan sampai terjerumus seperti choa, LSY dll
pilih guru yang sesuai ucapan perbuatannya dengan ajaran buda yang benar2 bisa melepaskan duka, jangan malah nanti berbelok ke duka yang lain.

so jangan ada duka diantara kita ;D






*) tambahan :
dipikir2 jangan2 karena aye yang seorang UA, yang belum praktek, memang tidak akan di dengar, jangankan UA, orang yang meditasi aja belum tentu benar apalagi UA yang tidak pernah meditasi.

atau memang tidak ada kapasitas untuk meluruskan karena dirina sendiri memang belum lurus.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 06 January 2012, 03:16:18 PM
saya jadi bingung sekarang
Jadi apa gunanya meditasi?
Meditasi kan dibagi beberapa jenis
Yang gampang meditasi dengan objek pernafasan dan pusatkan pikiran ke nafas masuk dan keluar
Saya pernah mencoba meditasi dengan objek tersebut
Jadi selama 5 menit, itu susah konsen. Jadi pikiran masih mikir jemuran yg belum diangkat (jgn blg sblm ke vihara angkat dl jemuran), terus saya mkirin soal kerjaan, dll.
Ketika saya sadar, saya kembalikan ke objek pernafasan lagi, perhatikan pernafasan masuk dan keluar
Apakah cara meditasi tersebut sudah benar? Terus apa ada patokan berapa lama meditasi?
Please advise _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: andry on 06 January 2012, 03:17:25 PM
ngajak dato' ya ? minum kopi luwak kah ? ada si brewok ga, klo ada tambah seru lg... ;D
bisa di atur
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: wang ai lie on 06 January 2012, 05:26:07 PM
semua hanya ilusi .... :)) :)) :))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 10:24:39 PM
Inti dari Ajaran Buddha tetap adalah meditasi, tapi bukan berarti yang tidak meditasi tidak bisa mendapatkan apa-apa dari Ajaran Buddha. Beberapa orang mengenal Ajaran Buddha, tentang hukum kamma, sila, dan kelahiran kembali, memiliki harapan dan mengubah cara hidupnya ke arah lebih baik. Di sini dia tidak meditasi, tapi tetap mendapat keuntungan dari Ajaran Buddha.
imo, yang anda sebut "keuntungan" di sana rata-rata sifatnya spekulatif atau juga semu, walau mungkin tidak semuanya.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 10:35:14 PM
perbedaan umat awam (UA) dengan yang tidak mempunyai ego (TME) :
UA : loe bego, tolol, babi, monyet dll    (berkata2 dengan ego)
TME :  loe bego, tolol, babi, monyet dll    (berkata2 tanpa ego)
pembunuh: tusuk perut sampai keluar usus dan darah
dokter bedah: tusuk perut sampai keluar usus dan darah

demikian pula dengan kata-kata keras dari orang tua (parents) dengan kata-kata keras dari musuh.

yang membedakan adalah niatnya.
berhubung saya gak bisa membaca niat seseorang dan mengetahui hasilnya, saya memilih untuk tidak menilai seseorang dari luar.
ini saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 10:45:57 PM
saya jadi bingung sekarang
Jadi apa gunanya meditasi?
Meditasi kan dibagi beberapa jenis
Yang gampang meditasi dengan objek pernafasan dan pusatkan pikiran ke nafas masuk dan keluar
Saya pernah mencoba meditasi dengan objek tersebut
Jadi selama 5 menit, itu susah konsen. Jadi pikiran masih mikir jemuran yg belum diangkat (jgn blg sblm ke vihara angkat dl jemuran), terus saya mkirin soal kerjaan, dll.
Ketika saya sadar, saya kembalikan ke objek pernafasan lagi, perhatikan pernafasan masuk dan keluar
Apakah cara meditasi tersebut sudah benar? Terus apa ada patokan berapa lama meditasi?
banyak sekali thread meditasi di forum ini, bisa dibaca satu per satu.
saya dan teman2 yg lain pernah nulis di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=610.msg329226#msg329226
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 06 January 2012, 11:14:17 PM
pembunuh: tusuk perut sampai keluar usus dan darah
dokter bedah: tusuk perut sampai keluar usus dan darah

demikian pula dengan kata-kata keras dari orang tua (parents) dengan kata-kata keras dari musuh.

yang membedakan adalah niatnya.
berhubung saya gak bisa membaca niat seseorang dan mengetahui hasilnya, saya memilih untuk tidak menilai seseorang dari luar.
ini saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa.
tentu masih banyak bedanya...
   pisaunya beda
   kontaminasi pisau berbeda
   tempat kejadian beda
   stelir ruangan beda...

dan yg satu udah ditusuk tidak dijahit kembali, sedangkan yg lain ia... plus harus bayar mahal...

menurut bro morpheus, bro Choa mengatakan sekelompok orang BMA, itu tindakan bijaksana atau tidak ? dan kenapa ?

bro Choa disini beberapa hari aja, membuat begitu banyak orang tak sedang... sampai2 dia juga gak muncul,
sedangkan gw di forum tetangga sampai ini hari masih MENGHIBUR mereka,  dan persahabatan berjalan terus...

kalau gw pikir secara pintas, ilmu nya gw beberapa level diatas choa.... (bukannya mau sombong lhooo)

apakah begitu ?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 06 January 2012, 11:29:17 PM
tentu masih banyak bedanya...
   pisaunya beda
   kontaminasi pisau berbeda
   tempat kejadian beda
   stelir ruangan beda...

dan yg satu udah ditusuk tidak dijahit kembali, sedangkan yg lain ia... plus harus bayar mahal...
guna perumpamaan adalah untuk memberikan ilustrasi mengenai kesamaan dua hal pada satu aspek sesuai dengan maksud yg menyampaikannya.
tidak tepat membawa perumpamaan ke aspek2 lainnya, karena jelas maksud saya bukan pada aspek2 itu.

menurut bro morpheus, bro Choa mengatakan sekelompok orang BMA, itu tindakan bijaksana atau tidak ? dan kenapa ?

bro Choa disini beberapa hari aja, membuat begitu banyak orang tak sedang... sampai2 dia juga gak muncul,
sedangkan gw di forum tetangga sampai ini hari masih MENGHIBUR mereka,  dan persahabatan berjalan terus...

kalau gw pikir secara pintas, ilmu nya gw beberapa level diatas choa.... (bukannya mau sombong lhooo)

apakah begitu ?
bukankah sudah saya tulis, saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa...?
saya hanya mengomentari walaupun actionnya sama, bisa saja niatnya berbeda.
jangan selalu menilai dari actionnya saja.
hindarkan generalisir atau pukul rata.
itu aja.
Title: niat baik aja tidak cukup...
Post by: cumi polos on 07 January 2012, 06:20:17 AM
guna perumpamaan adalah untuk memberikan ilustrasi mengenai kesamaan dua hal pada satu aspek sesuai dengan maksud yg menyampaikannya.

tidak tepat membawa perumpamaan ke aspek2 lainnya, karena jelas maksud saya bukan pada aspek2 itu.
bukankah sudah saya tulis, saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa...?
Kalau diteliti lebih lanjut, sebenarnya tidak ada kesamaan akan dua hal tsb. tergantung seberapa orang tsb teliti melihat kejadiannya.



saya hanya mengomentari walaupun actionnya sama, bisa saja niatnya berbeda.
jangan selalu menilai dari actionnya saja.
hindarkan generalisir atau pukul rata.
itu aja.
Disinipun gw tidak setuju dgn bro morpheus,
Niat baik saja tidak cukup, kebijaksanaan dan etika/budaya/cara berpikir setempat harus dimengerti.

Orang Jepan menghormatin para pembicara adalah dgn postur menunduk, menutup mata dgn penuh perhatian mendengarkan. Sedangan bari sebagian besar orang barat, itu lebih kearah PENGHINAAN... hahahhaha...

Jadi Niat bagi aja tidak cukup....

menurut bro morpheus, apakah Choa pengajar/penyebar dhamma yg baik atau tidak ? kenapa ?
adakah kesan angkuh dan sombong tentang Choa ini ? mohon rinciannya...

 _/\_ :x
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 07 January 2012, 08:23:39 AM
Orang Jepan menghormatin para pembicara adalah dgn postur menunduk, menutup mata dgn penuh perhatian mendengarkan. Sedangan bari sebagian besar orang barat, itu lebih kearah PENGHINAAN... hahahhaha...

Jadi Niat bagi aja tidak cukup....

menurut bro morpheus, apakah Choa pengajar/penyebar dhamma yg baik atau tidak ? kenapa ?
adakah kesan angkuh dan sombong tentang Choa ini ? mohon rinciannya...
tatiyampi, saya berbicara di luar konteks om choa dan saya gak berminat untuk membicarakannya.
saya gak mengikuti thread2 heboh itu karena tidak berminat, jadi gak bisa menilai dan tidak mau menilai.
maaf kalo mengecewakan...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 07 January 2012, 09:32:31 AM
tatiyampi, saya berbicara di luar konteks om choa dan saya gak berminat untuk membicarakannya.
saya gak mengikuti thread2 heboh itu karena tidak berminat, jadi gak bisa menilai dan tidak mau menilai.
maaf kalo mengecewakan...

bukan karena kemampuannya ym choa 'melebihi' manusia awam, jadinya tidak bisa dinilai   :))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 07 January 2012, 09:42:21 AM
Orang Jepan menghormatin para pembicara adalah dgn postur menunduk, menutup mata dgn penuh perhatian mendengarkan. Sedangan bari sebagian besar orang barat, itu lebih kearah PENGHINAAN... hahahhaha...

Jadi Niat bagi aja tidak cukup....

menurut bro morpheus, apakah Choa pengajar/penyebar dhamma yg baik atau tidak ? kenapa ?
adakah kesan angkuh dan sombong tentang Choa ini ? mohon rinciannya...

 _/\_ :x

at cumi
di DC banyak 'orang baik'/orang netral/pembicara, tapi ketika 'orang baik' disuruh bela yang benar, tidak mau.
tapi ketika tidak diminta, 'pendapat buanyak' dengan segala contoh yang umum malah kadang2 membingungkan, sedangkan ketika 'orang baik' diminta pendapat tentang objek yang dibahas tidak mau, lucu kan  :)), aneh memang.  ^-^

harap maklum, karna ada yang memang sejenis, dan sesama jenis tidak saling membicarakan !  =))

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 07 January 2012, 09:52:08 AM
imo, yang anda sebut "keuntungan" di sana rata-rata sifatnya spekulatif atau juga semu, walau mungkin tidak semuanya.
Bukan 'spekulatif' sih, tapi 'relatif'. Karena kemampuan orang memahami adalah berbeda, jadi tidak semua bisa langsung dikenalkan pada meditasi. Itu juga sebabnya biasa sebelum Samadhi, Buddha membabarkan dana & sila. Siapapun yang tidak berdana dan tidak memiliki sila, ketika berlatih berdana dan menjalankan sila, otomatis sudah mendapat keuntungan dari ajaran itu, kendatipun belum ke samadhi.


pembunuh: tusuk perut sampai keluar usus dan darah
dokter bedah: tusuk perut sampai keluar usus dan darah

demikian pula dengan kata-kata keras dari orang tua (parents) dengan kata-kata keras dari musuh.

yang membedakan adalah niatnya.
berhubung saya gak bisa membaca niat seseorang dan mengetahui hasilnya, saya memilih untuk tidak menilai seseorang dari luar.
ini saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa.
Betul, memang tidak selalu bisa dilihat dari perbuatannya saja, tapi juga harus dilihat dari manfaat yang ada. Itu secara umum. Sekarang secara khusus, mungkin kapan2 bro morph mau tahan mual sedikit dan intip thread itu, sehingga punya gambaran sedikit, sebab topic ini -walaupun tentu tidak masalah bicara secara umum- tetap berkaitan dengan sepak terjang YM Choa di sini.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 07 January 2012, 10:35:43 AM
at cumi
di DC banyak 'orang baik'/orang netral/pembicara, tapi ketika 'orang baik' disuruh bela yang benar, tidak mau.
tapi ketika tidak diminta, 'pendapat buanyak' dengan segala contoh yang umum malah kadang2 membingungkan, sedangkan ketika 'orang baik' diminta pendapat tentang objek yang dibahas tidak mau, lucu kan  :)), aneh memang.  ^-^

harap maklum, karna ada yang memang sejenis, dan sesama jenis tidak saling membicarakan !  =))

padahal pertanyaan gw umum2 aja.... kenapa bro morpheus tidak mau menilai ? forum adalah tempat ..... salah satunya mengutarakan pandangan dan menilai...

Quote
menurut bro morpheus, apakah Choa pengajar/penyebar dhamma yg baik atau tidak ? kenapa ?
menurut gw bro Choa kurang sabar, kenapa sekarang dia gak mengajar disini lagi ?
atau diganti dgn Djoa ?

menurud bro adi Lim,... dia lucu ? hahahaha....
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 07 January 2012, 02:17:53 PM
ternyata Choa itu pengikutnya banyak nih, dan ternyata orang yang sudah merealisasikan buda darma itu seperti Choa

apakah ciri2 orang yang sudah merealisasikan buda dama?
bilang bodoh (mencontoh buda?)
bilang binatang (contoh merealisasikan buda dama?)
hasil dari meditasi apakah sehingga bisa memposting kata2 bodoh, binatang, BMA?
tehnik meditasi apakah yang diajarkan buda sehigga merealisasikan buda dama seperti choa?

saya berharap tulisan saya ini di copas oleh menyan di sono.

Kalau sudah bawa-bawa masalah di DC ini sampai ke luar forum atau ke tempat lain, menurut saya memang sudah menjadi "pikiran yang mengganggu" buat yang nulis di luar sana... awas lo dosa mula citta
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 07 January 2012, 03:00:32 PM
Kalau sudah bawa-bawa masalah di DC ini sampai ke luar forum atau ke tempat lain, menurut saya memang sudah menjadi "pikiran yang mengganggu" buat yang nulis di luar sana... awas lo dosa mula citta
Udah mampirin disana utk ramah tamah... dan
banyak mendptkan hadia BMA, cermin, dst, dst...

tapi bro Choa kelihatannya sibuk lagi meditasi,
jadi ya tak dpt ketemu langsung...

smoga ada hal-halyg dpt kita pelajarin dari segala kejadian...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 07 January 2012, 03:22:30 PM
padahal pertanyaan gw umum2 aja.... kenapa bro morpheus tidak mau menilai ? forum adalah tempat ..... salah satunya mengutarakan pandangan dan menilai...
Kalau menurut saya sih, bro morph hanya mau merespon bagian meditasi memberikan output orang2 gila, yang dikhawatirkan bikin orang yang membaca jadi tidak mau meditasi. Soal komedinya YM Choa itu, sejak awal memang tidak dibahas sama bro morph.


Quote
menurut gw bro Choa kurang sabar, kenapa sekarang dia gak mengajar disini lagi ?
atau diganti dgn Djoa ?
Tidak sabar, tidak terkendali, tidak memahami lawan bicara, tidak mampu mengajar. Itu kriteria lengkap untuk tidak menjadi seorang guru, dan dia lulus semuanya.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 07 January 2012, 05:01:05 PM
Samma Samadhi hanya merupakan salah satu ruas dalam Jalan Mulia Beruas Delapan... Jadi kalau "ahli di samadhi" tetapi nol besar di ruas yang lain saja... yah sama saja...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 07 January 2012, 05:34:56 PM
Kalau menurut saya sih, bro morph hanya mau merespon bagian meditasi memberikan output orang2 gila, yang dikhawatirkan bikin orang yang membaca jadi tidak mau meditasi. Soal komedinya YM Choa itu, sejak awal memang tidak dibahas sama bro morph.

Tidak sabar, tidak terkendali, tidak memahami lawan bicara, tidak mampu mengajar. Itu kriteria lengkap untuk tidak menjadi seorang guru, dan dia lulus semuanya.

anda BMA =))

si choa ceramah di sini, yang ngerti member di sono, makanya member di sini BMA.
kalau member di sono PMA.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 07 January 2012, 10:10:36 PM
anda BMA =))

si choa ceramah di sini, yang ngerti member di sono, makanya member di sini BMA.
kalau member di sono PMA.

PMA apa sih?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 07 January 2012, 10:52:45 PM
PMA apa sih?

Pemikirannya Memang Aneh

bukan

Pinternya Minta Ampun lho....

tapi gw lebih senang bilang

BELUT  :))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 08 January 2012, 12:07:13 AM
at cumi
di DC banyak 'orang baik'/orang netral/pembicara, tapi ketika 'orang baik' disuruh bela yang benar, tidak mau.
tapi ketika tidak diminta, 'pendapat buanyak' dengan segala contoh yang umum malah kadang2 membingungkan, sedangkan ketika 'orang baik' diminta pendapat tentang objek yang dibahas tidak mau, lucu kan  :)), aneh memang.  ^-^

harap maklum, karna ada yang memang sejenis, dan sesama jenis tidak saling membicarakan !  =))
sayakah yg anda maksud? kenapa gak sebut nama saja? gak perlu takut... :)

menurut saya, post di atas menunjukkan kekonyolannya sendiri.

dalam dunia hayalan om adi lim, semua orang harus "membela kebenaran" menurut dia. apabila ada yang memilih untuk tidak ikut2an rame2 mengeroyok forumer lain yang dicap sesat, om adi lim memilih untuk menyerang pribadinya dan menuduh ini itu.

maaf saja, saya tidak berminat ikut2an thread yang menurut saya tidak cerdas, tidak ada pembelajaran, tidak ada pertukaran pemikiran dan tidak ada pertukaran wawasan apa2. cukup membaca beberapa post saja, sudah terlihat itu akan berujung pada satu pihak ngomong putih, pihak lain ngomong hitam. morpheus tidak perlu ikut2an nambahin bilang hitam.

om adi lim bingung di saat morpheus memilih untuk membahas topik2 lain. yah, wajar saja, kalo memang ternyata selera dan minat kita berbeda, anda tidak perlu bingung dan memaksa saya supaya seleranya sama dengan anda. silakan anda teruskan thread2 yang sesuai dengan selera anda dan saya ikutan thread2 yang sesuai selera saya. boleh kan om?

apabila anda masih keberatan, mungkin anda bisa minta admin mengangkat anda untuk menjadi super global moderator sehingga anda bisa menggariskan agar semua forumer mengikuti selera anda dan menge-ban morpheus... kalo anda tidak bisa menjadi super global moderator, terpaksa anda menahan segala luka di hati anda akibat membaca post dari morpheus. anda bisa skip saja setiap kali saya menulis, agar tidak "bingung" ataupun merasa "aneh".

pesan saya agar lain kali anda tidak usah main sindir, sebut aja namanya. saya nilai anda sebagai forumer yang paling gemar menyerang pribadi dan menuduh yang tidak-tidak, mengotorkan topik sehingga topik asli menjadi terkubur. saran saya dengan setulusnya agar anda menghentikan kegemaran anda ini, karena ini akan berakibat buruk pada perkembangan mental anda sendiri. terima kasih apabila anda mau memperhatikan saran saya ini, om...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 08 January 2012, 01:42:46 AM
Bukan 'spekulatif' sih, tapi 'relatif'. Karena kemampuan orang memahami adalah berbeda, jadi tidak semua bisa langsung dikenalkan pada meditasi. Itu juga sebabnya biasa sebelum Samadhi, Buddha membabarkan dana & sila. Siapapun yang tidak berdana dan tidak memiliki sila, ketika berlatih berdana dan menjalankan sila, otomatis sudah mendapat keuntungan dari ajaran itu, kendatipun belum ke samadhi.
imo, sila dan samadhi harus dijalankan berbarengan. saya kurang setuju kalau sila dikatakan sebagai level basic dan meditasi sebagai level advance.
sila menunjang meditasi dan meditasi menunjang sila.

apabila berhenti sampai pada dana dan sila saja, apalagi dengan motivasi pamrih karma baik dan surga yang didasari kepercayaan hukum karma dan tumimbal lahir, maka umumnya dana dan sila itu tidak lain adalah sebuah pengekangan dan pemaksaan diri saja, tanpa ada usaha ke arah terjadinya transformasi batin.

dengan dana dan sila memang lingkungan dan diri sendiri mendapat manfaat dan saya gak pengen discourage pelaksanaan dana dan sila. hanya saja praktik dana dan sila itu pincang tanpa meditasi. itulah kenapa saya ikut nimbrung di thread ini, karena saya melihat bahayanya pandangan buddhis yang menolak untuk bermeditasi dan mengatakan produk dari meditasi itu adalah kegilaan (walaupun dijelaskan maksudnya bukan seperti itu).
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 08 January 2012, 06:34:20 AM
sayakah yg anda maksud? kenapa gak sebut nama saja? gak perlu takut... :)
menurut saya, post di atas menunjukkan kekonyolannya sendiri.

dalam dunia hayalan om adi lim, semua orang harus "membela kebenaran" menurut dia. apabila ada yang memilih untuk tidak ikut2an rame2 mengeroyok forumer lain yang dicap sesat, om adi lim memilih untuk menyerang pribadinya dan menuduh ini itu.

maaf saja, saya tidak berminat ikut2an thread yang menurut saya tidak cerdas, tidak ada pembelajaran, tidak ada pertukaran pemikiran dan tidak ada pertukaran wawasan apa2. cukup membaca beberapa post saja, sudah terlihat itu akan berujung pada satu pihak ngomong putih, pihak lain ngomong hitam. morpheus tidak perlu ikut2an nambahin bilang hitam.

om adi lim bingung di saat morpheus memilih untuk membahas topik2 lain. yah, wajar saja, kalo memang ternyata selera dan minat kita berbeda, anda tidak perlu bingung dan memaksa saya supaya seleranya sama dengan anda. silakan anda teruskan thread2 yang sesuai dengan selera anda dan saya ikutan thread2 yang sesuai selera saya. boleh kan om?

apabila anda masih keberatan, mungkin anda bisa minta admin mengangkat anda untuk menjadi super global moderator sehingga anda bisa menggariskan agar semua forumer mengikuti selera menurut saya, post di atas menunjukkan kekonyolannya sendiri.

dalam dunia hayalan om adi lim, semua orang harus "membela kebenaran" menurut dia. apabila ada yang memilih untuk tidak ikut2an rame2 mengeroyok forumer lain yang dicap sesat, om adi lim memilih untuk menyerang pribadinya dan menuduh ini itu.

maaf saja, saya tidak berminat ikut2an thread yang menurut saya tidak cerdas, tidak ada pembelajaran, tidak ada pertukaran pemikiran dan tidak ada pertukaran wawasan apa2. cukup membaca beberapa post saja, sudah terlihat itu akan berujung pada satu pihak ngomong putih, pihak lain ngomong hitam. morpheus tidak perlu ikut2an nambahin bilang hitam.

om adi lim bingung di saat morpheus memilih untuk membahas topik2 lain. yah, wajar saja, kalo memang ternyata selera dan minat kita berbeda, anda tidak perlu bingung dan memaksa saya supaya seleranya sama dengan anda. silakan anda teruskan thread2 yang sesuai dengan selera anda dan saya ikutan thread2 yang sesuai selera saya. boleh kan om?

apabila anda masih keberatan, mungkin anda bisa minta admin mengangkat anda untuk menjadi super global moderator sehingga anda bisa menggariskan agar semua forumer mengikuti selera anda dan menge-ban morpheus... kalo anda tidak bisa menjadi super global moderator, terpaksa anda menahan segala luka di hati anda akibat membaca post dari morpheus. anda bisa skip saja setiap kali saya menulis, agar tidak "bingung" ataupun merasa "aneh".

pesan saya agar lain kali anda tidak usah main sindir, sebut aja namanya. saya nilai anda sebagai forumer yang paling gemar menyerang pribadi dan menuduh yang tidak-tidak, mengotorkan topik sehingga topik asli menjadi terkubur. saran saya dengan setulusnya agar anda menghentikan kegemaran anda ini, karena ini akan berakibat buruk pada perkembangan mental anda sendiri. terima kasih apabila anda mau memperhatikan saran saya ini, om...
anda dan menge-ban morpheus... kalo anda tidak bisa menjadi super global moderator, terpaksa anda menahan segala luka di hati anda akibat membaca post dari morpheus. anda bisa skip saja setiap kali saya menulis, agar tidak "bingung" ataupun merasa "aneh".

pesan saya agar lain kali anda tidak usah main sindir, sebut aja namanya. saya nilai anda sebagai forumer yang paling gemar menyerang pribadi dan menuduh yang tidak-tidak, mengotorkan topik sehingga topik asli menjadi terkubur. saran saya dengan setulusnya lain kali kalau anda kecewa, anda menghentikan kegemaran anda ini, karena ini akan berakibat buruk pada perkembangan mental anda sendiri. terima kasih apabila anda mau memperhatikan saran saya ini, om...


langsung tatiyampi, saya tidak berbicara tentang om morpheus, tapi secara general, kalau om merasa tersindir boleh lapor ke moderator  ;D

topik asli kalau biasanya sudah terjawab, ternyata TS suka pakai ilmu belut dan suka ngeleyeh, tentunya banyak timbul 'pernyataan2' diluar topik itu mah udah lumrah. :))

saya saran, lain kali kalau anda kecewa dengan pernyataan2 siapapun yang diluar topik, ataupun ada sindirian terhadap anda(dutiyampi), boleh LAPOR ke pengawas DC moderator atau glomod atau tuhan DC.

hanya saya yang bisa menilai batin saya sendiri, bukan anda
jadi saran anda memang saya abaikan, karena bagi saya tidak menarik
maaf kalo mengecewakan ...  :)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 09:50:08 AM
imo, sila dan samadhi harus dijalankan berbarengan. saya kurang setuju kalau sila dikatakan sebagai level basic dan meditasi sebagai level advance.
sila menunjang meditasi dan meditasi menunjang sila.

apabila berhenti sampai pada dana dan sila saja, apalagi dengan motivasi pamrih karma baik dan surga yang didasari kepercayaan hukum karma dan tumimbal lahir, maka umumnya dana dan sila itu tidak lain adalah sebuah pengekangan dan pemaksaan diri saja, tanpa ada usaha ke arah terjadinya transformasi batin.

dengan dana dan sila memang lingkungan dan diri sendiri mendapat manfaat dan saya gak pengen discourage pelaksanaan dana dan sila. hanya saja praktik dana dan sila itu pincang tanpa meditasi. itulah kenapa saya ikut nimbrung di thread ini, karena saya melihat bahayanya pandangan buddhis yang menolak untuk bermeditasi dan mengatakan produk dari meditasi itu adalah kegilaan (walaupun dijelaskan maksudnya bukan seperti itu).

Betul, hanya dana dan sila sebetulnya sangat sayang karena kalau hanya dua ini, di ajaran lain juga bisa ditemukan. Dana demi pamrih, sila berdasarkan pengekangan diri, bukan terkondisi dari 'pandangan benar'; namun orang tidak pernah berdana belajar berdana, orang tidak terkendali berusaha mengendalikan diri, menurut saya kalau bisa demikian pun sudah merupakan transformasi bathin.

Ya, soal produk meditasi = gila, saya pikir sekarang masing2 sudah jelas. Memang seorang meditator memiliki tanggung jawab yang cukup berat. Meditasi berhubungan langsung dengan bathin internal, tidak ada orang (biasa) lain yang tahu. Jika predikat 'meditator' telah melekat pada dirinya, hendaknya dia menjaga ucapan dan kelakuannya agar tidak membuat orang salah paham tentang meditasi. Donatur terbesar Buddhis masih penuh nafsu ... yah biasa, kedermawanan memang tidak ada hubungannya sama nafsu. Pembabar dhamma terkenal masih naik pitam maki-maki orang ... biasa juga, paling orang bilang 'cuma teori'. Meditator handal, praktisi yang konon sudah mencapai ini-itu, nafsunya tetap diumbar, perilaku dan ucapan tidak terkendali juga, congkak & pongah pun tetap jalan ... akan jadi pertanyaan: meditasi adalah berkenaan langsung dengan pengikisan noda bathin, kenapa meditator perilakunya begitu? Apakah faktor orangnya? Bukan, konon sudah 'berhasil', terkenal dan banyak muridnya. Nah, berdasarkan pemikiran logis, kalau bukan faktor orangnya, berarti meditasinya yang tidak bermanfaat.

Kalau saya pribadi, terlepas dari orang itu GM atau Admin di forum Buddhis, bebas saja dia mengkritik. Saya cukup yakin bro ryu ini tidak anti-meditasi, tapi seandainya pun dia menyerukan 'anti-meditasi', maka saya tidak akan menghalangi atau mengkritiknya karena berkata demikian, tapi merasa tertantang untuk menjelaskan manfaat dari meditasinya. Tapi sekali lagi, itu saya pribadi.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 10:15:52 AM
 [at]  ryu

BMA itu apa yah? Ga mudeng nih...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 10:17:48 AM
Ga jadi, "Bodohnya Minta Ampun" yah? ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 09 January 2012, 10:37:06 AM
Betul, hanya dana dan sila sebetulnya sangat sayang karena kalau hanya dua ini, di ajaran lain juga bisa ditemukan. Dana demi pamrih, sila berdasarkan pengekangan diri, bukan terkondisi dari 'pandangan benar'; namun orang tidak pernah berdana belajar berdana, orang tidak terkendali berusaha mengendalikan diri, menurut saya kalau bisa demikian pun sudah merupakan transformasi bathin.

Ya, soal produk meditasi = gila, saya pikir sekarang masing2 sudah jelas. Memang seorang meditator memiliki tanggung jawab yang cukup berat. Meditasi berhubungan langsung dengan bathin internal, tidak ada orang (biasa) lain yang tahu. Jika predikat 'meditator' telah melekat pada dirinya, hendaknya dia menjaga ucapan dan kelakuannya agar tidak membuat orang salah paham tentang meditasi. Donatur terbesar Buddhis masih penuh nafsu ... yah biasa, kedermawanan memang tidak ada hubungannya sama nafsu. Pembabar dhamma terkenal masih naik pitam maki-maki orang ... biasa juga, paling orang bilang 'cuma teori'. Meditator handal, praktisi yang konon sudah mencapai ini-itu, nafsunya tetap diumbar, perilaku dan ucapan tidak terkendali juga, congkak & pongah pun tetap jalan ... akan jadi pertanyaan: meditasi adalah berkenaan langsung dengan pengikisan noda bathin, kenapa meditator perilakunya begitu? Apakah faktor orangnya? Bukan, konon sudah 'berhasil', terkenal dan banyak muridnya. Nah, berdasarkan pemikiran logis, kalau bukan faktor orangnya, berarti meditasinya yang tidak bermanfaat.

Kalau saya pribadi, terlepas dari orang itu GM atau Admin di forum Buddhis, bebas saja dia mengkritik. Saya cukup yakin bro ryu ini tidak anti-meditasi, tapi seandainya pun dia menyerukan 'anti-meditasi', maka saya tidak akan menghalangi atau mengkritiknya karena berkata demikian, tapi merasa tertantang untuk menjelaskan manfaat dari meditasinya. Tapi sekali lagi, itu saya pribadi.


dikatakan dana dama merupakan yang tertinggi (CMIIW), dengan meditasi "katanya" merealisasikan  dama, tapi tidak mau mendanakan dama yang merupakan dana tertinggi ajaran buda?

*)T&C : ini ngomongin choa bukan keseluruhan.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 09 January 2012, 11:08:01 AM
akhirnya ada (di foruma tetangga) yg kurang setuju dgn ceramah bro Choa.... hahahaha

Quote
xenocross: Peringatan buat semua member
Hentikan pake kata bodoh, kecuali anda sudah arya. Karena mengatakan orang lain bodoh dengan pikiran yg diwarnai klesha akan menghasilkan karma terlahir jadi orang bodoh

siapakah yg sudah arya ?
 _/\_ :x
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 09 January 2012, 11:24:36 AM
Just want to share:
yang saya denger langsung:

Bhante Girirakkhito: Belajar Buddha Dhamma secara intelektual, maksimal hanya mampu mentranformasi bathin 30%. Hanya lewat meditasi mampu mentransformasi bathin secara maksimal.

Bhante Uttamo: Tanpa meditasi umat Buddha seperti ayam jantan tanpa janggar.


Dulu saya suka membaca, karena dari membaca saya MERASA mengerti Buddha Dhamma. Lebih suka mendapat pengertian, pemahaman daripada duduk diam mencari ketenangan. Pemahaman saya saat itu: meditasi buat menenangkan bathin. Sudah merasa cukup puas MERASA mengerti, ngga butuh ketenangan. :)

Ketika mendapat problem hidup, baru saya kelimpungan. Semua pemahaman intelektual itu hampir tidak mampu membantu. Dari sini bartu sadar, paham pentingnya meditasi. Pesan2 bhante akan pentingnya meditasi yg saya sepelekan, baru saya bisa sadari.

tapi.....
sejujurnya, walau sudah sadar akan pentingnya meditasi, sejujurnya saya akui: belum bisa rutin meditasi. :'(
Selalau ada alasan untuk menunda berlatih meditasi!!!

Padahal sudah beberapa kali ikut retret semingguan....

Pointnya: Selama belum mendapat problem hidup yg cukup keras, kita akan merasa cukup puas belajar secara intelektual saja.

 _/\_



Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 09 January 2012, 11:34:50 AM
Sang Buddha mencapai pencerahan lewat meditasi, bukan lewat analisa filosofi, intelektual.

Setelah mencapai kebuddhaan, maka ini kemudian dicarikan, dibuatkan konsep, ajaran agar bisa dipahami dan diikuti orang banyak. Telunjuk.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 02:18:37 PM
dikatakan dana dama merupakan yang tertinggi (CMIIW), dengan meditasi "katanya" merealisasikan  dama, tapi tidak mau mendanakan dama yang merupakan dana tertinggi ajaran buda?

*)T&C : ini ngomongin choa bukan keseluruhan.
Secara singkat, berdasarkan realisasi dan pengajaran, ada 4 jenis orang:
1. Sudah merealisasi dhamma, juga pandai mengajar. Orang seperti ini selain bijaksana, juga bisa menyampaikan dan mengajar dengan baik sehingga yang mendengar bisa mendapatkan manfaat atau bahkan dibimbing merealisasi juga. Hanya orang type ini yang mampu berdana (Buddha-)dhamma.

2. Sudah merealisasi dhamma, tapi tidak bisa mengajar. Orang seperti ini bijaksana namun tidak mahir dalam mengajarkan atau membimbing orang lain terutama yang kecenderungannya berbeda. Walau tidak bisa mengajar, orang seperti ini pasti terkendali dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan, tidak dikuasai nafsu dan egonya.

3. Belum merealisasi dhamma, tapi pandai mengajar. Orang seperti ini belum bijaksana, belum mulia, tapi apapun yang dicapainya, bisa dimengerti dan memberi manfaat bagi orang lain.

4. Belum merealisasi dhamma, tapi juga tidak pandai mengajar. Ada 2 sub-jenis orang begini:
a. yang tahu diri dan tidak mengaku-ngaku, juga tidak sok menggurui. Ini seperti orang awam normal kebanyakan saja.
b. yang tidak tahu diri, mengaku-ngaku, juga sok menggurui. Type ini gampang sekali dikenali: kehadirannya, ucapannya, tingkah lakunya saja meresahkan, tidak membawa kedamaian/pengertian buat orang lain, jadi boro-boro memberikan manfaat.

Type pertama, dari prestasinya, tanpa gembar-gembor apapun juga, tetap orang akan menduga-duga pencapaiannya. Type 4b, dimulai dulu dengan gembar-gembor pencapaian, tapi prestasinya nol besar.

Nah, dana dama yang dimaksud sama bro ryu ini, omong-omong disampaikan sama orang jenis berapa?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 09 January 2012, 02:28:22 PM
Secara singkat, berdasarkan realisasi dan pengajaran, ada 4 jenis orang:
1. Sudah merealisasi dhamma, juga pandai mengajar. Orang seperti ini selain bijaksana, juga bisa menyampaikan dan mengajar dengan baik sehingga yang mendengar bisa mendapatkan manfaat atau bahkan dibimbing merealisasi juga. Hanya orang type ini yang mampu berdana (Buddha-)dhamma.

2. Sudah merealisasi dhamma, tapi tidak bisa mengajar. Orang seperti ini bijaksana namun tidak mahir dalam mengajarkan atau membimbing orang lain terutama yang kecenderungannya berbeda. Walau tidak bisa mengajar, orang seperti ini pasti terkendali dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan, tidak dikuasai nafsu dan egonya.

3. Belum merealisasi dhamma, tapi pandai mengajar. Orang seperti ini belum bijaksana, belum mulia, tapi apapun yang dicapainya, bisa dimengerti dan memberi manfaat bagi orang lain.

4. Belum merealisasi dhamma, tapi juga tidak pandai mengajar. Ada 2 sub-jenis orang begini:
a. yang tahu diri dan tidak mengaku-ngaku, juga tidak sok menggurui. Ini seperti orang awam normal kebanyakan saja.
b. yang tidak tahu diri, mengaku-ngaku, juga sok menggurui. Type ini gampang sekali dikenali: kehadirannya, ucapannya, tingkah lakunya saja meresahkan, tidak membawa kedamaian/pengertian buat orang lain, jadi boro-boro memberikan manfaat.

Type pertama, dari prestasinya, tanpa gembar-gembor apapun juga, tetap orang akan menduga-duga pencapaiannya. Type 4b, dimulai dulu dengan gembar-gembor pencapaian, tapi prestasinya nol besar.

Nah, dana dama yang dimaksud sama bro ryu ini, omong-omong disampaikan sama orang jenis berapa?
justru belum berdana dama tapi seperti merasa sudah termasuk manusia yang point ke 1
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 02:32:54 PM
justru belum berdana dama tapi seperti merasa sudah termasuk manusia yang point ke 1
Kalau begitu caranya, sama juga seperti orang mengatakan mau sumbang 1 T untuk pembangunan 500 vihara, tapi makan warteg aja ngutang 3 bulan.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 09 January 2012, 03:47:03 PM
ngomong2 di DC ini ada yang ngomongin RAS gak? kok bisa2nya si devaspineraka bilang :

Quote
devaapineraka [$]

anda mau tahu
inilah member-member senior dhamma-citta
jadi kalau ada praktisi "dhamma" yang dapat merealisasikan dengan hasil-hasil
yang di sebutkan di sutta "orang-orang semecan ini" yang disusupkan untuk
meng counter, agar dhamma yang sudah di praktekan itu tidak di terima secara
luas, karena agama mereka ini kalau di lapangan masuk ke ras (maaf) chinesse

lalu mereka bertanya;
agamamu apa
kalau di jawab buddhis,
mereka langsung menjawab; ooooooooooo masih buddhis,

inilah yang ingin mereka bangun bahwa buddhis agama nenek moyang yang
patut di tngalkan, ini bukan isapan jempol saja, sudah merupakan program
terinci di agama mereka untuk menarik, ras chinesse ke agama mereka

cilakanya dan menjijikan, mereka di terima dengan tangan terbuka di "web"
berbasis theravada, karena mereka dengan cepat belajar sutta dan umumnya
theravadin menolak hal-hal supra (indhi/abhinna) jadi mereka dapat memanupulasi umat lain yang sudah masuk di tahap realisasi dhamma di tolak
dengan sadar,
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: rooney on 09 January 2012, 04:03:37 PM
ngomong2 di DC ini ada yang ngomongin RAS gak? kok bisa2nya si devaspineraka bilang :

Fitnahnya kenceng euy, PARAH !
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 04:19:49 PM
ngomong2 di DC ini ada yang ngomongin RAS gak? kok bisa2nya si devaspineraka bilang :

Itu juga yang saya mau tahu, asalnya perbincangan SARA ini dari mana. Ini juga contoh dari pengikut 'yang katanya sudah merealisasi' lewat praktik, tapi bisa melakukan fitnah demikian?

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 09 January 2012, 04:49:29 PM
Itu juga yang saya mau tahu, asalnya perbincangan SARA ini dari mana. Ini juga contoh dari pengikut 'yang katanya sudah merealisasi' lewat praktik, tapi bisa melakukan fitnah demikian?


mugnkin dia membaca di bagian kesaksian choa :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21689.msg384219#msg384219

dan mungkin karena disini choa merasa tidak diterima oleh member gara2 anak ustadz?

atau gara pertanyaan dari johan mengenai sunat?

yang bikin bingung kok ada fitnah ras dari sini =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 04:53:25 PM
Just want to share:
yang saya denger langsung:

Bhante Girirakkhito: Belajar Buddha Dhamma secara intelektual, maksimal hanya mampu mentranformasi bathin 30%. Hanya lewat meditasi mampu mentransformasi bathin secara maksimal.

Bhante Uttamo: Tanpa meditasi umat Buddha seperti ayam jantan tanpa janggar.


Dulu saya suka membaca, karena dari membaca saya MERASA mengerti Buddha Dhamma. Lebih suka mendapat pengertian, pemahaman daripada duduk diam mencari ketenangan. Pemahaman saya saat itu: meditasi buat menenangkan bathin. Sudah merasa cukup puas MERASA mengerti, ngga butuh ketenangan. :)

Ketika mendapat problem hidup, baru saya kelimpungan. Semua pemahaman intelektual itu hampir tidak mampu membantu. Dari sini bartu sadar, paham pentingnya meditasi. Pesan2 bhante akan pentingnya meditasi yg saya sepelekan, baru saya bisa sadari.

tapi.....
sejujurnya, walau sudah sadar akan pentingnya meditasi, sejujurnya saya akui: belum bisa rutin meditasi. :'(
Selalau ada alasan untuk menunda berlatih meditasi!!!

Padahal sudah beberapa kali ikut retret semingguan....

Pointnya: Selama belum mendapat problem hidup yg cukup keras, kita akan merasa cukup puas belajar secara intelektual saja.

 _/\_
Saya setuju sekali sama Bhante Girirakkhito. Beberapa waktu lalu, ada seorang sharing tentang hidup dan merasa bahwa seperti 'Tuhan tidak adil' karena dia sudah berbuat baik pada orang lain, tapi orang lain yang dibantunya itu malah 'menusuk dari belakang'. Masalah juga datang bertubi-tubi. Kemudian saya mengenalkan tentang konsep Buddhisme, kamma, tumimbal lahir, akar dari perbuatan (LDM), dan dia cocok. Dari situ dia puas dan menerimanya, tidak lagi muncul pikiran 'ketidak-adilan Tuhan', tidak mencari kambing-hitam, juga menahan diri karena takut akan kamma. Ini adalah manfaat nyata dari belajar konsep yang benar.

Belakangan saya anjurkan untuk mulai meditasi sedikit-sedikit, latihan seadanya, tapi banyak alasan untuk tidak melakukannya. Dia juga mengatakan sudah cukup dengan mengerti konsepnya. Saya tidak paksa. Tapi beberapa lama kemudian, dia datang lagi dan cerita bahwa dirinya masih dikekang oleh kemarahan dan kebencian yang sewaktu-waktu bisa meledak, maka dia mulai menyadari betapa pentingnya meditasi tersebut. Saya katakan padanya bahwa ada hal yang bisa kita pahami lewat konsep dan logika, namun Lobha-Dosa-Moha, adalah hal yang tak terlogikakan. Dorongan tersebut tidak akan dapat dikenali oleh konsepsi pikiran, tapi bisa ditenangkan, dipahami, dan dikikis lewat meditasi. Sekarang dia sudah mulai berlatih.

Dari sini bisa dilihat bahwa tanpa meditasi, konsep Buddhisme bisa memberi manfaat dalam porsi kecil, yaitu sebatas kapasitas konsep juga. Tapi untuk mendapatkan intinya, meditasi tidak boleh diabaikan.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 09 January 2012, 04:57:50 PM
Saya setuju sekali sama Bhante Girirakkhito. Beberapa waktu lalu, ada seorang sharing tentang hidup dan merasa bahwa seperti 'Tuhan tidak adil' karena dia sudah berbuat baik pada orang lain, tapi orang lain yang dibantunya itu malah 'menusuk dari belakang'. Masalah juga datang bertubi-tubi. Kemudian saya mengenalkan tentang konsep Buddhisme, kamma, tumimbal lahir, akar dari perbuatan (LDM), dan dia cocok. Dari situ dia puas dan menerimanya, tidak lagi muncul pikiran 'ketidak-adilan Tuhan', tidak mencari kambing-hitam, juga menahan diri karena takut akan kamma. Ini adalah manfaat nyata dari belajar konsep yang benar.

Belakangan saya anjurkan untuk mulai meditasi sedikit-sedikit, latihan seadanya, tapi banyak alasan untuk tidak melakukannya. Dia juga mengatakan sudah cukup dengan mengerti konsepnya. Saya tidak paksa. Tapi beberapa lama kemudian, dia datang lagi dan cerita bahwa dirinya masih dikekang oleh kemarahan dan kebencian yang sewaktu-waktu bisa meledak, maka dia mulai menyadari betapa pentingnya meditasi tersebut. Saya katakan padanya bahwa ada hal yang bisa kita pahami lewat konsep dan logika, namun Lobha-Dosa-Moha, adalah hal yang tak terlogikakan. Dorongan tersebut tidak akan dapat dikenali oleh konsepsi pikiran, tapi bisa ditenangkan, dipahami, dan dikikis lewat meditasi. Sekarang dia sudah mulai berlatih.

Dari sini bisa dilihat bahwa tanpa meditasi, konsep Buddhisme bisa memberi manfaat dalam porsi kecil, yaitu sebatas kapasitas konsep juga. Tapi untuk mendapatkan intinya, meditasi tidak boleh diabaikan.

jadi artinya tanpa meditasi seseorang TIDAK MUNGKIN mentranformasikan batin secara maksimal?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 04:58:24 PM
mugnkin dia membaca di bagian kesaksian choa :
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21689.msg384219#msg384219

dan mungkin karena disini choa merasa tidak diterima oleh member gara2 anak ustadz?

atau gara pertanyaan dari johan mengenai sunat?

yang bikin bingung kok ada fitnah ras dari sini =))
Bahkan saya tidak tahu dia anak ustadz. Saya anti-rasisme, maka tidak peduli perbedaan ras yang tak berarti itu. Sepertinya dia hanya berkelit saja di balik isu rasisme untuk memojokkan DC karena memang dia tidak mampu menunjukkan apa kesalahan DC yang tidak menerima dia. Sungguh perbuatan tercela.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 05:01:33 PM
jadi artinya tanpa meditasi seseorang TIDAK MUNGKIN mentranformasikan batin secara maksimal?
Betul, tanpa meditasi, seorang tidak dapat mengalami transformasi bathin secara maksimal.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 09 January 2012, 05:01:44 PM
jadi artinya tanpa meditasi seseorang TIDAK MUNGKIN mentranformasikan batin secara maksimal?

bukan sekedar pada postur meditasi (duduk bersila dan tutup mata, atau meditasi jalan atau meditas berbaring, atau meditasi berdiri, ataupun meditasi setengah berbaring). sambil ngetik di DC sebenarynya bisa juga praktek SATI... AMAT-I gerak bathin... timbul tenggelam ... timbul tenggelam...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 09 January 2012, 05:07:17 PM
bukan sekedar pada postur meditasi (duduk bersila dan tutup mata, atau meditasi jalan atau meditas berbaring, atau meditasi berdiri, ataupun meditasi setengah berbaring). sambil ngetik di DC sebenarynya bisa juga praktek SATI... AMAT-I gerak bathin... timbul tenggelam ... timbul tenggelam...
nah makna meditasi yang "sebenar2nya" itu kek gimana?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Mokau Kaucu on 09 January 2012, 05:09:17 PM
jadi artinya tanpa meditasi seseorang TIDAK MUNGKIN mentranformasikan batin secara maksimal?

Kalau bisa tanpa meditasi, Buddha akan mengajarkan 6 Jalan Ariya ,  tanpa Konsentrasi Benar dan Samadhi Benar. 

 ;D ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Mokau Kaucu on 09 January 2012, 05:10:48 PM
nah makna meditasi yang "sebenar2nya" itu kek gimana?

Daripada menduga duga makna meditasi, mendingan ikut saja latihan meditasinya.

 ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 05:20:14 PM
Kalau bisa tanpa meditasi, Buddha akan mengajarkan 6 Jalan Ariya ,  tanpa Konsentrasi Benar dan Samadhi Benar. 

 ;D ;D
"Perhatian dan Samadhi" kali bro. ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 09 January 2012, 05:25:35 PM
nah makna meditasi yang "sebenar2nya" itu kek gimana?
Makna meditasi itu ada di pikiran yang diam terpusat (samatha) atau perhatian yang kuat (satipatthana), bukan pada kegiatan yang tampak. Postur tubuh, misalnya, memang mengkondisikan dilakukannya konsentrasi, tapi intinya bukan di situ. Nah, seperti kata bro dtgvajra, dilakukan saja. Setiap orang pengalamannya berbeda, jadi 'gambaran' dari orang lain belum tentu cocok. 
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 09 January 2012, 07:26:14 PM
Quote
KK:
Dari sini bisa dilihat bahwa tanpa meditasi, konsep Buddhisme bisa memberi manfaat dalam porsi kecil, yaitu sebatas kapasitas konsep juga. Tapi untuk mendapatkan intinya, meditasi tidak boleh diabaikan.
seingat gw Hui Neng begitu mendengar seseorang membacakan sepotong syaring diamond sutta, dia langsung begitu tertarik... dan selama diperguruan, setau gw kerjanya hanya di dapur.. dan juga gak banyak belajar sutta, apalagi dia buta huruf, tapi koq malah jadi penerus ? adakah bukti bahwa dia juga banyak meditasi ?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Mokau Kaucu on 09 January 2012, 08:19:09 PM
"Perhatian dan Samadhi" kali bro. ;D

Thanks, utk koreksinya.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 09 January 2012, 09:51:42 PM
Betul, hanya dana dan sila sebetulnya sangat sayang karena kalau hanya dua ini, di ajaran lain juga bisa ditemukan. Dana demi pamrih, sila berdasarkan pengekangan diri, bukan terkondisi dari 'pandangan benar'; namun orang tidak pernah berdana belajar berdana, orang tidak terkendali berusaha mengendalikan diri, menurut saya kalau bisa demikian pun sudah merupakan transformasi bathin.
pendapat saya lebih ekstrim: tidak ada transformasi batin tanpa meditasi.
transformasi batin dalam arti dari lobha ke alobha, dosa ke adosa, moha ke amoha.

dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.
tidak ada transformasi batin di sana.
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

Kalau saya pribadi, terlepas dari orang itu GM atau Admin di forum Buddhis, bebas saja dia mengkritik. Saya cukup yakin bro ryu ini tidak anti-meditasi, tapi seandainya pun dia menyerukan 'anti-meditasi', maka saya tidak akan menghalangi atau mengkritiknya karena berkata demikian, tapi merasa tertantang untuk menjelaskan manfaat dari meditasinya. Tapi sekali lagi, itu saya pribadi.
done that. sasaran saya sekarang adalah pembaca yang lain.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 09 January 2012, 10:12:33 PM
pendapat saya lebih ekstrim: tidak ada transformasi batin tanpa meditasi.
transformasi batin dalam arti dari lobha ke alobha, dosa ke adosa, moha ke amoha.

dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.
tidak ada transformasi batin di sana.
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
saya melakukan kebajikan dengan harapan:
"semoga dengan jasa kebajikan saya perbuat dapat membuat saya lebih cepat memahami dan merealisasi dhamma di masa yang akan datang"
apakah ini termasuk pamrih??
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 08:02:15 AM
bukan sekedar pada postur meditasi (duduk bersila dan tutup mata, atau meditasi jalan atau meditas berbaring, atau meditasi berdiri, ataupun meditasi setengah berbaring). sambil ngetik di DC sebenarynya bisa juga praktek SATI... AMAT-I gerak bathin... timbul tenggelam ... timbul tenggelam...
Yang saya tahu:

Meditasi itu proses bathin, bukan tubuh atau posisi tubuh jasmani. Menyadari gerak gerik bathin dan jasmani.
So, meditasi bisa dilakukan dalam semua posisi tubuh jasmani, bahkan dalam aktivitas sehari-hari.

Yup, saat ngetik keyboard, bisa jadi latihan meditasi.  ;D ;D ;D
Menyadari emosi, niat, yg ada/muncul di bathin sendiri.

 :)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 09:01:02 AM
Secara singkat, berdasarkan realisasi dan pengajaran, ada 4 jenis orang:
<<<del, maaf ngirit bandwidth>>>
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat.  ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.

Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.

satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)

***
Soal pentingnya pencatatan, labeling atas apa yg kita sadari.
Pemula HARUS melakukan pecatatan bathin. Teman saya (Sdr. GSK), disuruh pulang saja, kalau tetap tidak mau melakukan pencatatan.
Tapi di tingkat lanjut: Pencatatan itu justru menjadi penghambat, yang mesti dilepas.


Chanmyay Sayadaw murid langsung Mahasi sayadaw. Konon di Myanmar beliau hanya mengajar yg sudah lanjut saja. tapi di Indonesia, beliau mengajar yg mau ikut retretnya.

***
Point pemahaman saya yg mau saya sharing,
= Sikap, tindakan seseorang BELUM TENTU bisa dipakai mengukur isi bathin seseorang.
= Instruksi vipassana bisa berbeda bahkan bertentangan, sesuai level meditator.

so, IMO:
yang sudah tingkat lanjut, silahkan beradu pendapat soal meditasi.
yang pemula, sebaiknya hanya menjadi penonton, tidak perlu ngotot.

 _/\_



Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 09:09:45 AM
saya melakukan kebajikan dengan harapan:
"semoga dengan jasa kebajikan saya perbuat dapat membuat saya lebih cepat memahami dan merealisasi dhamma di masa yang akan datang"
apakah ini termasuk pamrih??
Mungkinkah anak kecil mampu bersikap bijaksana?
Mustahil lah.  :)

Demikian juga, selama kita  masih punya ego, maka mustahil (baca: sangat kecil kemungkinannya) untuk mempunyai sikap dan tindakan yg tanpa ego. HAMPIR selalu demi kepentingKU!

Kalau menurut saya, jawabanku: ya itu pamrih juga, bro. tapi pamrih yg lebih halus.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 10:15:07 AM
RALAT:

Tertulis : Chanmyay Sayadaw
mestinya: Chanmay Sayadaw

maaf...
_/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: William_phang on 10 January 2012, 10:17:14 AM
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat.  ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.

Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.

satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)

***
Soal pentingnya pencatatan, labeling atas apa yg kita sadari.
Pemula HARUS melakukan pecatatan bathin. Teman saya (Sdr. GSK), disuruh pulang saja, kalau tetap tidak mau melakukan pencatatan.
Tapi di tingkat lanjut: Pencatatan itu justru menjadi penghambat, yang mesti dilepas.


Chanmyay Sayadaw murid langsung Mahasi sayadaw. Konon di Myanmar beliau hanya mengajar yg sudah lanjut saja. tapi di Indonesia, beliau mengajar yg mau ikut retretnya.

***
Point pemahaman saya yg mau saya sharing,
= Sikap, tindakan seseorang BELUM TENTU bisa dipakai mengukur isi bathin seseorang.
= Instruksi vipassana bisa berbeda bahkan bertentangan, sesuai level meditator.

so, IMO:
yang sudah tingkat lanjut, silahkan beradu pendapat soal meditasi.
yang pemula, sebaiknya hanya menjadi penonton, tidak perlu ngotot.

 _/\_





Apakah Chi-kung itu tokoh yang real? ato cuma donggeng..... saya rasa sangat tidak mungkin orang yg mabuk2an itu bisa menjadi suci....
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 10 January 2012, 10:37:46 AM
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat.  ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.

Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.

satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)

[...]
Saya tidak masalah dengan berbagai cara mengajar. Setahu saya bahkan dalam level yang sama pun, guru yang baik mengajarkan sesuai kecenderungan murid, jadi mengajarkah metode yang berbeda.

Saya hanya mempermasalahkan orang yang tidak bisa mengajar hanya bisa banyak bacot.

Mengenai Chikung, yang saya tahu ia memang 'sengaja' berbuat urakan untuk memprotes 'kemunafikan' di kuil yang tampaknya baik2, tapi 'busuk' di dalam.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 10:43:23 AM
Yang saya tahu:

Meditasi itu proses bathin, bukan tubuh atau posisi tubuh jasmani. Menyadari gerak gerik bathin dan jasmani.
So, meditasi bisa dilakukan dalam semua posisi tubuh jasmani, bahkan dalam aktivitas sehari-hari.

Yup, saat ngetik keyboard, bisa jadi latihan meditasi.  ;D ;D ;D
Menyadari emosi, niat, yg ada/muncul di bathin sendiri.

 :)

jadi artinya seseorang yang tidak mengetahui apa itu meditasi, tapi dia melakukan transformasi batinnya seperti perenungan, doa, sholat dll apakah termasuk dalam meditasi?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 10:54:08 AM
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat.  ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.

Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.

satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)

***
Soal pentingnya pencatatan, labeling atas apa yg kita sadari.
Pemula HARUS melakukan pecatatan bathin. Teman saya (Sdr. GSK), disuruh pulang saja, kalau tetap tidak mau melakukan pencatatan.
Tapi di tingkat lanjut: Pencatatan itu justru menjadi penghambat, yang mesti dilepas.


Chanmyay Sayadaw murid langsung Mahasi sayadaw. Konon di Myanmar beliau hanya mengajar yg sudah lanjut saja. tapi di Indonesia, beliau mengajar yg mau ikut retretnya.

***
Point pemahaman saya yg mau saya sharing,
= Sikap, tindakan seseorang BELUM TENTU bisa dipakai mengukur isi bathin seseorang.
= Instruksi vipassana bisa berbeda bahkan bertentangan, sesuai level meditator.

so, IMO:
yang sudah tingkat lanjut, silahkan beradu pendapat soal meditasi.
yang pemula, sebaiknya hanya menjadi penonton, tidak perlu ngotot.

 _/\_




jadi artinya kalau ada meditator misalnya yang suka melihat paha mulus muridnya kita jangan menilai batinnya, siapa tau dia meditasi objek suba?

kalau ada meditator yang bicara kasar, kita jangan menilai dia, karena bisa jadi dia sedang mengetes batin kita?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 10 January 2012, 10:56:38 AM
Yang saya tahu:

Meditasi itu proses bathin, bukan tubuh atau posisi tubuh jasmani. Menyadari gerak gerik bathin dan jasmani.
So, meditasi bisa dilakukan dalam semua posisi tubuh jasmani, bahkan dalam aktivitas sehari-hari.

Yup, saat ngetik keyboard, bisa jadi latihan meditasi.  ;D ;D ;D
Menyadari emosi, niat, yg ada/muncul di bathin sendiri.

 :)


dalam hal ini, saya sependapat dengan anda...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 10 January 2012, 10:59:34 AM
jadi artinya kalau ada meditator misalnya yang suka melihat paha mulus muridnya kita jangan menilai batinnya, siapa tau dia meditasi objek suba?

kalau ada meditator yang bicara kasar, kita jangan menilai dia, karena bisa jadi dia sedang mengetes batin kita?
Dan kalau meditator menganjurkan orang tidak meditasi, jangan terburu menilai. Mungkin sedang menguji keteguhan kita.

Catatan penting: anda harus mengaku sebagai meditator dulu, maka semua hal yang anda lakukan akan cenderung benar.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 10 January 2012, 11:00:04 AM
dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.

kalau sudah ada pandangan benar, bisa saja berdana itu bukan untuk pamrih, yang belum tentu ada hubungannya dengan meditasi (baca : samadhi)


dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi

dalam Jalan Mulia Beruas 8, pandangan benar (samma ditthi) dan konsentrasi benar (samma samadhi) itu dua ruas. apakah memang benar tidak akan ada pandangan benar tanpa meditasi ?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 11:00:16 AM
pendapat saya lebih ekstrim: tidak ada transformasi batin tanpa meditasi.
transformasi batin dalam arti dari lobha ke alobha, dosa ke adosa, moha ke amoha.

dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.
tidak ada transformasi batin di sana.
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

tetapi ada yang meditasi kemudian LDM nya malah semakin bertambah, transformasi batinnya benar2 berubah dari ingin menghilangkan malah LDM menjadi bertambah.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 10 January 2012, 11:03:12 AM
meditasi (samma samadhi) adalah salah satu ruas dari Jalan Mulia Beruas 8, yang mana jika utk penembusan kesucian arahat, tentu-nya semua ruas harus bisa di-realisasikan.

Jadi clear bahwa semua ruas itu harus di-realisasi-kan... Mana yang lebih penting ?  semua penting dan menjadi syarat pemenuhan.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 11:09:56 AM
meditasi (samma samadhi) adalah salah satu ruas dari Jalan Mulia Beruas 8, yang mana jika utk penembusan kesucian arahat, tentu-nya semua ruas harus bisa di-realisasikan.

Jadi clear bahwa semua ruas itu harus di-realisasi-kan... Mana yang lebih penting ?  semua penting dan menjadi syarat pemenuhan.
21. ‘Tetapi, Brāhmaṇa, jika seseorang mengabaikan salah satu dari dua itu, dapatkah ia dengan jujur menyatakan: “Aku adalah seorang Brāhmaṇa”?’ [124] ‘Tidak, Gotama. Karena kebijaksanaan dimurnikan oleh moralitas, dan moralitas dimurnikan oleh kebijaksanaan; jika yang satu ada, maka yang lain juga ada, orang yang bermoral adalah orang yang bijaksana, dan orang yang bijaksana adalah orang yang bermoral, dan kombinasi moralitas dan kebijaksanaan disebut yang tertinggi di dunia ini. Bagaikan satu tangan mencuci tangan lainnya, atau satu kaki mencuci kaki lainnya, demikian pula kebijaksanaan memurnikan moralitas dan kombinasi ini disebut yang tertinggi di dunia.’

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_4:_So%E1%B9%87ada%E1%B9%87%E1%B8%8Da_Sutta
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 11:11:48 AM
Dan kalau meditator menganjurkan orang tidak meditasi, jangan terburu menilai. Mungkin sedang menguji keteguhan kita.

Catatan penting: anda harus mengaku sebagai meditator dulu, maka semua hal yang anda lakukan akan cenderung benar.
ilmu belut? =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 10 January 2012, 11:20:29 AM
ilmu belut? =))
Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 11:51:14 AM
Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."


kalau ada yang membela si meditator, apakah dia bisa melihat batin si meditator? ataukan sama juga spekulasi.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 10 January 2012, 11:54:31 AM
kalau ada yang membela si meditator, apakah dia bisa melihat batin si meditator? ataukan sama juga spekulasi.
Yang pasti, jika tidak mampu objektif, dia tidak mampu melihat bathin sendiri.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 10 January 2012, 12:07:50 PM
kalau ada yang membela si meditator, apakah dia bisa melihat batin si meditator? ataukan sama juga spekulasi.

kalau ramai-ramai argumen = bully-ing
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 10 January 2012, 12:25:38 PM
saya melakukan kebajikan dengan harapan:
"semoga dengan jasa kebajikan saya perbuat dapat membuat saya lebih cepat memahami dan merealisasi dhamma di masa yang akan datang"
apakah ini termasuk pamrih??
menurut saya, itu juga termasuk pamrih.

kalau sudah ada pandangan benar, bisa saja berdana itu bukan untuk pamrih, yang belum tentu ada hubungannya dengan meditasi (baca : samadhi)

dalam Jalan Mulia Beruas 8, pandangan benar (samma ditthi) dan konsentrasi benar (samma samadhi) itu dua ruas. apakah memang benar tidak akan ada pandangan benar tanpa meditasi ?
mengenai pandangan benar, sudah didiskusikan habis di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19745.msg333511#msg333511

kalo dari kesimpulan saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
pengertian intelektual --seberapapun kadar benarnya-- bukanlah pandangan benar.
tentunya yg lain boleh berbeda pendapat.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 10 January 2012, 01:15:39 PM
menurut saya, itu juga termasuk pamrih.
mengenai pandangan benar, sudah didiskusikan habis di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19745.msg333511#msg333511

kalo dari kesimpulan saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
pengertian intelektual --seberapapun kadar benarnya-- bukanlah pandangan benar.
tentunya yg lain boleh berbeda pendapat.


Menurut pendapat saya, pandangan benar apalagi yang merujuk pada "melihat apa adanya" (yathabutham nyanadasam) itu juga pandangan intelek. atau-kah bukan ?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 10 January 2012, 01:23:52 PM
Menurut pendapat saya, pandangan benar apalagi yang merujuk pada "melihat apa adanya" (yathabutham nyanadasam) itu juga pandangan intelek. atau-kah bukan ?
bagi saya itu sangat jelas sekali bukan intelek...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 01:48:41 PM
Apakah Chi-kung itu tokoh yang real? ato cuma donggeng..... saya rasa sangat tidak mungkin orang yg mabuk2an itu bisa menjadi suci....
Saya bukan Mahayanist, sekedar sedikiit tahu cerita tsb., bro William.  :)
Karma, perbuatan ditentukan CETANA nya. Bukan dari KARMA, PERBUATAN itu sendiri, dan saya belum punya kemampuan membaca CETANA siapapun.
(Contohnya:
Seorang dewasa, menceples anak kecil, misalnya.
Kita jangan buru menilai. selidiki dulu lebih dalam.)

Terlepas itu real atau dongeng, saya cuma ambil yg patut saya jadikan pembelajaran.
 _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: William_phang on 10 January 2012, 01:58:02 PM
Saya bukan Mahayanist, sekedar sedikiit tahu cerita tsb., bro William.  :)
Karma, perbuatan ditentukan CETANA nya. Bukan dari KARMA, PERBUATAN itu sendiri, dan saya belum punya kemampuan membaca CETANA siapapun.
(Contohnya:
Seorang dewasa, menceples anak kecil, misalnya.
Kita jangan buru menilai. selidiki dulu lebih dalam.)

Terlepas itu real atau dongeng, saya cuma ambil yg patut saya jadikan pembelajaran.
 _/\_


Saya rasa masih ada yang kurang kalo kamma cuma ditentukan oleh cetana saja... kalo gitu bagaimana menjelaskan bahwa membunuh semut dan membunuh manusia, buah karmanya lebih besar dari membunuh manusia?... atau membunuh manusia biasa dibandingkan dengan membunuh para arya?...dimana cetananya sama2 membunuh....

Saya sendiri juga belum jelas dalam memahami hal ini... cuma menyampaikan opini saja..
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 02:07:09 PM
Saya tidak masalah dengan berbagai cara mengajar. Setahu saya bahkan dalam level yang sama pun, guru yang baik mengajarkan sesuai kecenderungan murid, jadi mengajarkah metode yang berbeda.

Saya hanya mempermasalahkan orang yang tidak bisa mengajar hanya bisa banyak bacot.

Mengenai Chikung, yang saya tahu ia memang 'sengaja' berbuat urakan untuk memprotes 'kemunafikan' di kuil yang tampaknya baik2, tapi 'busuk' di dalam.
Setuju, bro Kainyin.


 _/\_

NB. Soal Chikung, buat yg suka berdebat, akan menyanggah "Protes kok malah dg melanggar vinaya (minum arak, makan daging). Sangat tidak masuk akal sehat."
Bahwa selalu adalah bahan untuk membantah. tapi saya tidak demikian, ya bro. Di point Chikung ini. :)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 02:15:27 PM
jadi artinya seseorang yang tidak mengetahui apa itu meditasi, tapi dia melakukan transformasi batinnya seperti perenungan, doa, sholat dll apakah termasuk dalam meditasi?
Yang saya tahu:
Doa sejenis meditasi.
Kalau dilanjut, ini bisa bicara (baca: debat) samatha vs Vipassana.  ;D

Kalau pakai referensi Chanmay Sayadaw, meditator yg sudah beberapa kali ikut retretnya kebanyakan belum bervipassana. Baru di Tanyapanyati (moga ngga salah tulis).

 _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 02:20:52 PM
jadi artinya kalau ada meditator misalnya yang suka melihat paha mulus muridnya kita jangan menilai batinnya, siapa tau dia meditasi objek suba?

kalau ada meditator yang bicara kasar, kita jangan menilai dia, karena bisa jadi dia sedang mengetes batin kita?
he he he
yg namya "sudah sentiment", selalu punya argumen buat membantah, bro.
identik dg, kalau sudah cinta, pujaannya adalah wanita tercantik!

bagaimana kita mau mendebat kalau sudah perasaan kita ikut bermain?
saya maklum.

jawaban saya buat pertanyaan bro: Tidak bisa digeneralisir.
Untuk menuduh, menyimpulkan, kita butuh beberapa bukti dulu.

 _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 10 January 2012, 02:23:54 PM
tetapi ada yang meditasi kemudian LDM nya malah semakin bertambah, transformasi batinnya benar2 berubah dari ingin menghilangkan malah LDM menjadi bertambah.
http://en.wikipedia.org/wiki/Water_intoxication
tetapi ada yang minum air kemudian malah meningggal.
jadi tidak dianjurkan untuk minum air? perlukan kita menggalakkan negative campaign terhadap minum air?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 10 January 2012, 02:26:13 PM
Saya bukan Mahayanist, sekedar sedikiit tahu cerita tsb., bro William.  :)
Karma, perbuatan ditentukan CETANA nya. Bukan dari KARMA, PERBUATAN itu sendiri, dan saya belum punya kemampuan membaca CETANA siapapun.
(Contohnya:
Seorang dewasa, menceples anak kecil, misalnya.
Kita jangan buru menilai. selidiki dulu lebih dalam.)

Terlepas itu real atau dongeng, saya cuma ambil yg patut saya jadikan pembelajaran.
 _/\_


konon katanya chi-kung itu gak bisa mabuk, "pura-pura" mabuk aja kelaku-annya, nyeleneh...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 02:36:03 PM
meditasi (samma samadhi) adalah salah satu ruas dari Jalan Mulia Beruas 8, yang mana jika utk penembusan kesucian arahat, tentu-nya semua ruas harus bisa di-realisasikan.

Jadi clear bahwa semua ruas itu harus di-realisasi-kan... Mana yang lebih penting ?  semua penting dan menjadi syarat pemenuhan.
Sekedar mem"forward" ceramah Chanmay S."Saat Anda menjalani retret ini, berarti Anda sedang melaksanakan jalan mulia beruas delapan sekaligus."

Saat denger itu, bathin saya ngeyel, meragukan,"Lho, kita kan tidak melakukan Mata Pencaharian, bagaimana bisa disebut ; Sedang melakukan Mata pencaharian benar?" Bingung, meragukan, ngga percaya....  ;D ;D ;D

Itu disebutkan: saat retret. Kalau sehabis retret, mungkin tidak demikian lagi, saya juga belum tahu.

menjawab pertanyaan bro, buat logika saya: jelas semua penting.

 _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 02:44:33 PM
Yang saya tahu:
Doa sejenis meditasi.
Kalau dilanjut, ini bisa bicara (baca: debat) samatha vs Vipassana.  ;D

Kalau pakai referensi Chanmay Sayadaw, meditator yg sudah beberapa kali ikut retretnya kebanyakan belum bervipassana. Baru di Tanyapanyati (moga ngga salah tulis).

 _/\_
nah apakah seseorang berdoa disebut meditasi, kemudian apakah dia budis?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 02:48:40 PM
21. ‘Tetapi, Brāhmaṇa, jika seseorang mengabaikan salah satu dari dua itu, dapatkah ia dengan jujur menyatakan: “Aku adalah seorang Brāhmaṇa”?’ [124] ‘Tidak, Gotama. Karena kebijaksanaan dimurnikan oleh moralitas, dan moralitas dimurnikan oleh kebijaksanaan; jika yang satu ada, maka yang lain juga ada, orang yang bermoral adalah orang yang bijaksana, dan orang yang bijaksana adalah orang yang bermoral, dan kombinasi moralitas dan kebijaksanaan disebut yang tertinggi di dunia ini. Bagaikan satu tangan mencuci tangan lainnya, atau satu kaki mencuci kaki lainnya, demikian pula kebijaksanaan memurnikan moralitas dan kombinasi ini disebut yang tertinggi di dunia.’

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_4:_So%E1%B9%87ada%E1%B9%87%E1%B8%8Da_Sutta
Sepengetahuan saya:
Kesadaran adalah moralitas tertinggi.
Apa ini disetujui atau tidak?


***
Kalau kesadaran seseorang sudah matang, ia tak butuh moralitas dari luar lagi. Semua kekotoran bathin, begitu akan muncul, sdh disadari dan seketika lenyap. Amoral terjadi karena ketidak sadaran, atau kesadaran kita belum cukup kuat, shg niat itu terus berkelanjutan.
Tapi yg kesadarannya belum matang, saya pikir, ia butuh bantuan moralitas. ;D
 _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 02:51:23 PM
Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."
yah bisa saja terjadi demikian...
tapi, tidak bisa digeneralisir, atau dipastikan : pasti demikian, kan?
 :)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 02:57:44 PM
Saya rasa masih ada yang kurang kalo kamma cuma ditentukan oleh cetana saja... kalo gitu bagaimana menjelaskan bahwa membunuh semut dan membunuh manusia, buah karmanya lebih besar dari membunuh manusia?... atau membunuh manusia biasa dibandingkan dengan membunuh para arya?...dimana cetananya sama2 membunuh....

Saya sendiri juga belum jelas dalam memahami hal ini... cuma menyampaikan opini saja..
Setuju, thanks sudah dikoreksi.
Yang paling menentukan akibat karma adalah CETANA.
jadi memang ada faktor lain yg ikut menentukan.

Sama, saya cuma nulis : konon, sesuai pemahaman pribadi saya.

Mana yg bener2 BENAR, saya juga tidak tahu.
 :)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 03:03:52 PM
he he he
yg namya "sudah sentiment", selalu punya argumen buat membantah, bro.
identik dg, kalau sudah cinta, pujaannya adalah wanita tercantik!

bagaimana kita mau mendebat kalau sudah perasaan kita ikut bermain?
saya maklum.

jawaban saya buat pertanyaan bro: Tidak bisa digeneralisir.
Untuk menuduh, menyimpulkan, kita butuh beberapa bukti dulu.

 _/\_
ya, kita memang bukan buda yang bisa mencela yang pantas dicela, hanya buda yang boleh, kita tidak tahu mana yang harus dicela dan tidak karena tidak tahu motivasinya, hanya buda yang bisa melihat motivasi seseorang. begitukah?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 03:12:03 PM
nah apakah seseorang berdoa disebut meditasi, kemudian apakah dia budis?
eh... setback itu, bro.
Buddhis kan ngga butuh label, pembaptisan, inisiasi dlsb.

Yang menjalankan meditasi (baca: vipassana yg benar. sementara pakai standart Mahasi S.), ia adalah Buddhist.

Setelah ikut retret, ia dapat pengalaman, disana ia akan mendapat transformasi bathin. Tanpa disuruh, ia akan mampu memilih keyakinannya. Apa yg dialami sendiri versus apa kata orang.

Di Dhammadipa Arama, batu malang, dulu (ngga tahu sekarang) banyak non Buddhist ikut retret Vipassana.

 _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 03:24:01 PM
eh... setback itu, bro.
Buddhis kan ngga butuh label, pembaptisan, inisiasi dlsb.

Yang menjalankan meditasi (baca: vipassana yg benar. sementara pakai standart Mahasi S.), ia adalah Buddhist.

Setelah ikut retret, ia dapat pengalaman, disana ia akan mendapat transformasi bathin. Tanpa disuruh, ia akan mampu memilih keyakinannya. Apa yg dialami sendiri versus apa kata orang.

Di Dhammadipa Arama, batu malang, dulu (ngga tahu sekarang) banyak non Buddhist ikut retret Vipassana.

 _/\_

budis itu artinya pengikut buda, nah kalau seseorang yang berdoa dia masuk nya murid buda bukan? sudah masuk ke ranah transformasi batin. (semisalnya dia itu tidak pernah mengenal ajaran buda tapi doanya selaras dengan transformasi batin)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 03:25:04 PM
he he he
yg namya "sudah sentiment", selalu punya argumen buat membantah, bro.
identik dg, kalau sudah cinta, pujaannya adalah wanita tercantik!

bagaimana kita mau mendebat kalau sudah perasaan kita ikut bermain?
saya maklum.

jawaban saya buat pertanyaan bro: Tidak bisa digeneralisir.
Untuk menuduh, menyimpulkan, kita butuh beberapa bukti dulu.

 _/\_
kalau misalnya sudah ada bukti bagaimana?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 03:34:54 PM
ya, kita memang bukan buda yang bisa mencela yang pantas dicela, hanya buda yang boleh, kita tidak tahu mana yang harus dicela dan tidak karena tidak tahu motivasinya, hanya buda yang bisa melihat motivasi seseorang. begitukah?

tadi keliling2 nemu:

[at] ryu
Kejahatan seseorang diungkapkan bukan dengan cara mencelanya, tetapi memberi tahunya.
Contoh mencela: "hai engkau penjahat kotor yg telah mencuri sepeda teman ku"
Contoh memberitahu, "hai sdr.xx, mencuri adalah perbuatan yang tercela" 

dari:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=15033.0;message=243734

=====
Kalau saya pribadi:

1. Menanyakan, mempertanyakan atau ajak diskusi dulu tentang sikap dan tindakan yg kita ANGGAP KELIRU. Dari sini kita bisa menggali lebih dalam permasalahannya. Pointnya: Mengingatkan, dulu serta mungkin kita sendiri yg salah tafsir atau pandangan.

2. Kalau sudah jelas sikap dan tindakannya tidak sesuai Dhamma:
2a. kalau tidak merugikan orang lain. kita sekedar mengingatkan, selesai. itu urusannya sendiri.
2b. Kalau merugikan orang banyak, (perlu tindakan yg lebih jauh.....  ;D . Pertanyakan ke atasannya. Bila atasannya juga diam, yah butuh tindakan lebih jauh lagi....
Referensi saya, Coba baca ini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21123.0;message=371007

***

Anda pakai istilah MENCELA, bro Morpheus pakai istilah MENGECAM.
Kalau saya pribadi, berusaha tidak mencela dan mengecam, cukup mempertanyakan, atau mengemukakan pendapat pribadi saja. Tapi kalau sampai mencela atau mengecam, itu keterpelesetan saya.

 _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 03:44:15 PM
budis itu artinya pengikut buda, nah kalau seseorang yang berdoa dia masuk nya murid buda bukan? sudah masuk ke ranah transformasi batin. (semisalnya dia itu tidak pernah mengenal ajaran buda tapi doanya selaras dengan transformasi batin)
Secara formal, ya. Buddhist artinya penganut Buddha. Murid Sang Buddha.

maaf, saya kurang ngerti maksud tulisan Bro Ryu yg saya bold.
Yang jelas, sebagai Buddhist, yg saya maksud sebagai transformasi bathin adalah menurut versi sang Buddha. Bukan versi ajaran lain.

Kalau yg bro maksud Doa adalah cara berlatih diri-nya mampu mentransformasi bathin versi Buddhis (baca: mengurangi LDM), menurut saya pribadi: bagus-bagus saja. Tidak masalah.

Menurut bro, masalahnya dimana?


Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 03:49:35 PM
Secara formal, ya. Buddhist artinya penganut Buddha. Murid Sang Buddha.

maaf, saya kurang ngerti maksud tulisan Bro Ryu yg saya bold.
Yang jelas, sebagai Buddhist, yg saya maksud sebagai transformasi bathin adalah menurut versi sang Buddha. Bukan versi ajaran lain.

Kalau yg bro maksud Doa adalah cara berlatih diri-nya mampu mentransformasi bathin versi Buddhis (baca: mengurangi LDM), menurut saya pribadi: bagus-bagus saja. Tidak masalah.

Menurut bro, masalahnya dimana?



maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 04:00:42 PM
maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?
Apakah gunanya sebutan formalitas: saya Buddhist atau saya bukan Buddhist, bro?
Si A Buddhist, dan si B bukan Buddhist?

kalau saya pribadi:
yg penting bagaimana LDM saya (atau seseorang) bisa terkikis.
yang penting: Apa latihan saya sudah selaras dengan ajaran sang Buddha?

Saya pribadi masih butuh lingkungan, teman2, bimbingan Buddhis.
Tapi kalau ada yg sudah merasa tidak butuh lingkungan, formalitas Buddhisme, itu urusannya dia sendiri, kan bro Ryu?

 _/\_

NB. Contohnya, misalkan di satu negara Buddhisme dilarang. Apa harus pindah negara, atau ngaku bukan Buddhist tapi menjalankan ajaran Buddha? Ini pointnya.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 04:16:02 PM
kalau misalnya sudah ada bukti bagaimana?
Tadi saya lebih dulu post  Reply #150, sebelum baca yg ini.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21796.0;message=387827

Coba baca itu dulu.
***

Masalah BUKTI.
Yang dimaksud bener2 BUKTI atau hanya KESIMPULAN???

Itu dua hal yg berbeda lho, bro.

Kalau yakin itu bener2 BUKTI (ataupun hanya KESIMPULAN), jawaban saya tetap sama dg yg di Reply #150.

 _/\_
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 04:16:07 PM
Apakah gunanya sebutan formalitas: saya Buddhist atau saya bukan Buddhist, bro?
Si A Buddhist, dan si B bukan Buddhist?

kalau saya pribadi:
yg penting bagaimana LDM saya (atau seseorang) bisa terkikis.
yang penting: Apa latihan saya sudah selaras dengan ajaran sang Buddha?

Saya pribadi masih butuh lingkungan, teman2, bimbingan Buddhis.
Tapi kalau ada yg sudah merasa tidak butuh lingkungan, formalitas Buddhisme, itu urusannya dia sendiri, kan bro Ryu?

 _/\_

NB. Contohnya, misalkan di satu negara Buddhisme dilarang. Apa harus pindah negara, atau ngaku bukan Buddhist tapi menjalankan ajaran Buddha? Ini pointnya.

om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
nah kalau seorang umat lain yang berdoa (meditasi?) --apapun cara doanya--, apakah dia menyumbangkan sesuatu bagi dirinya, dan apakah selaras dengan budhis?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 04:24:09 PM
maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?
Lanjutan Reply #153 di atas, saya tambah dikit agar lebih jelas.

Contoh negara yg melarang Buddhisme mungkin kelewat ekstrim.

Misalnya lingkungan si A tidak kondusif untuk umat Buddha. Atau ia keturunan dari keluarga Non buddhis yg fanatik.
Apa ia harus memaksakan diri ngaku Buddhis, dan tidak memperdulikan apa resikonya?
Atau ia tidak perlu ngaku buddhist terang2an, tapi menjalan Ajaran sang Buddha?

Semoga lebih jelas.
Thanks.






Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 10 January 2012, 04:43:05 PM
om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
begini bro,
cek pesan dua Bhante yg saya tulis di trit ini.
Anda setuju atau tidak dg pesan beliau?
kalau setuju, case closed.

Kalau tidak setuju, itu kita bahas dulu.

nah kalau seorang umat lain yang berdoa (meditasi?) --apapun cara doanya--, apakah dia menyumbangkan sesuatu bagi dirinya, dan apakah selaras dengan budhis?
Soal apakah ajaran non Buddhis bener2 bisa mentranformasi bathin ala buddha, KITA TIDAK TAHU, DAN TAK BEGITU PENTING buat kita. itu urusan mereka sendiri, kan?  ;D

Kalaupun kita mau bahas, itu sekedar sebagai selingan, berita tidak penting. Jadi tidak perlu diperdalam atau dituntaskan, diclearkan.

Sebab, untuk menilai dg tepat satu ajaran (baca: agama lain, ataupun sekte Buddha aliran lain), kita harus menyelami sedalamnya, prakteknya sampai puncak versinya. Padahal, mempraktekan ajaran Buddha, aliran sendiri saja kita belum tuntas, kekurangan waktu. Kalau hanya melihat, membaca sekilas ajaran atau aliran lain kemudian kita berani membuat kesimpulan, yah.... kurang bijak, namanya.

 _/\_



Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 10 January 2012, 04:50:06 PM
begini bro,
cek pesan dua Bhante yg saya tulis di trit ini.
Anda setuju atau tidak dg pesan beliau?
kalau setuju, case closed.

Kalau tidak setuju, itu kita bahas dulu.
Soal apakah ajaran non Buddhis bener2 bisa mentranformasi bathin ala buddha, KITA TIDAK TAHU, DAN TAK BEGITU PENTING buat kita. itu urusan mereka sendiri, kan?  ;D

Kalaupun kita mau bahas, itu sekedar sebagai selingan, berita tidak penting. Jadi tidak perlu diperdalam atau dituntaskan, diclearkan.

Sebab, untuk menilai dg tepat satu ajaran (baca: agama lain, ataupun sekte Buddha aliran lain), kita harus menyelami sedalamnya, prakteknya sampai puncak versinya. Padahal, mempraktekan ajaran Buddha, aliran sendiri saja kita belum tuntas, kekurangan waktu. Kalau hanya melihat, membaca sekilas ajaran atau aliran lain kemudian kita berani membuat kesimpulan, yah.... kurang bijak, namanya.

 _/\_




kita akan balik lagi kemasa lalu, apakah JMB8 satu2nya jalan?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 10 January 2012, 04:55:52 PM
om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
nah kalau seorang umat lain yang berdoa (meditasi?) --apapun cara doanya--, apakah dia menyumbangkan sesuatu bagi dirinya, dan apakah selaras dengan budhis?
ayam goreng yang tidak pake garam --apapun merk garamnya--, rasanya gak enak.
kalau babi kecap yang pake lada hitam --apapun merk ladanya--, apakah rasanya enak?

kayaknya kedua pernyataan itu gak nyambung deh...

mungkin yg dimaksudkan adalah yg ini:
Quote
I have heard that at one time the Blessed One was staying at Vesali, in the Peaked Roof Hall in the Great Forest.

Then Mahapajapati Gotami went to the Blessed One and, on arrival, having bowed down to him, stood to one side. As she was standing there she said to him: "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief such that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone, secluded, heedful, ardent, & resolute."

"Gotami, the qualities of which you may know, 'These qualities lead to passion, not to dispassion; to being fettered, not to being unfettered; to accumulating, not to shedding; to self-aggrandizement, not to modesty; to discontent, not to contentment; to entanglement, not to seclusion; to laziness, not to aroused persistence; to being burdensome, not to being unburdensome': You may categorically hold, 'This is not the Dhamma, this is not the Vinaya, this is not the Teacher's instruction.'

"As for the qualities of which you may know, 'These qualities lead to dispassion, not to passion; to being unfettered, not to being fettered; to shedding, not to accumulating; to modesty, not to self-aggrandizement; to contentment, not to discontent; to seclusion, not to entanglement; to aroused persistence, not to laziness; to being unburdensome, not to being burdensome': You may categorically hold, 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teacher's instruction.'"

That is what the Blessed One said. Gratified, Mahapajapati Gotami delighted at his words.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an08/an08.053.than.html
singkatnya, apapun yg bisa mengarahkan orang ke ketanpa-nafsuan, kebebasan, pelepasan, tidak memperbesar ego, rasa puas, dsb dsb, itulah dhamma dan praktik dhamma.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 10 January 2012, 05:38:01 PM
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

kutipan dari buku ajahn chah: damai tak tergoyahkan(unshakeable peace)
Quote
"menurut teori, kebajikan(sila) datang terlebih dahulu, lalu kemudian samadhi dan selanjutnya kebijaksanaan. namun ketika saya menelitinya sendiri, ternyata saya menemukan bahwa sesungguhnya kebijaksanaan merupakan landasan setiap aspek lain dari praktik. agar memahami sepenuhnya segala konsekuensi dari apa yang kita ucapkan dan lakukan-- khususnya yang merugikan-- kita perlu menggunakan kebijaksanaan guna menuntun, mengendalikan, dan menyelidiki bekerjanya sebab-akibat. ini akan memurnikan perbuatan dan ucapan kita. manakala kita menjadi terbiasa dengan tindakan etis dan tidak etis, kita mulai paham untuk berlatih. kitapun lalu meninggalkan apa yang buruk dan menumbuhkan apa yang baik. kita meninggalkan yang salah dan mengembangkan yang benar. inilah:kebajikan. dengan menjalankan ini, batin bertambah kokoh dan tabah. ketegaran serta kemampuan ini bebas dari kekhawatiran, rasa bersalah, keraguan dalam bertindak dan berbicara. inilah samadhi.

lagipula dalam dhammacakka sutta, urutan jalan  mulia berunsur delapan diurutkan seperti ini:
A. samma ditthi (pandangan benar)
B. samma sankappo (pikiran benar)
C. samma vaca (ucapan benar)
D. samma kammanto (perbuatan benar)
E. samma ajivo (mata pencaharian benar)
F.  samma vayamo (usaha venar)
G. samma sati (perhatian benar)
H. samma samadhi (meditasi benar)

dalam urutan diatas, pandangan benar menempati posisi teratas, karena pandangan benar mendahului segalanya..
bagaimana bisa bermeditasi dengan benar, kalau tidak memiliki pandangan benar terlebih dahulu??
yang ada malah tersesat seperti si choa ini...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 10 January 2012, 05:44:23 PM
menurut saya, itu juga termasuk pamrih.

lalu, apakah tidak ada transformasi batin dalam perbuatan bak tersebut??
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 10 January 2012, 11:49:40 PM
kutipan dari buku ajahn chah: damai tak tergoyahkan(unshakeable peace)
sepertinya anda menafsirkan pandangan benar sebagai pengetahuan intelektual yang berisikan kepercayaan doktrinal yang didapat dari membaca buku2, mendengar ceramah dan mikir2 secara intelek. bagi saya, pandangan benar bukanlah pengetahuan intelek, melainkan sesuatu realisasi yang didapat dari meditasi, dari sebuah transformasi batin.

ajahn chah justru menegaskan bahwa pengetahuan intelek tidak diperlukan dalam praktik:
Quote
Q, What is the biggest problem for your new disciples?
A: Opinions. Views and ideas about all things, about themselves, about practice, about the teachings of the Buddha. Many of
those who come here have a high rank in the community. They are wealthy merchants, college graduates, teachers,
government officials. Their minds are filled with opinions about things, and they are too clever to listen to others. Those who
are too clever leave after a short time; they never learn. You must get rid of your cleverness. A cup filled with dirty, stale
water is useless. Only after the old water is thrown out can the cup become useful. You must empty your minds of opinions;
then you will see. Our practice goes beyond cleverness and stupidity. If you think, "I am clever, I am wealthy, I am
important, I understand all about Buddhism," you cover up the truth of anatta, or non-self. All you will see is self, I, mine.
But Buddhism is letting go of self-voidness, emptiness, Nirvana. If you think yourself better than others, you will only suffer


The Simple Path
Traditionally the Eightfold Path is taught with eight steps such as Right Understanding, Right Speech, Right Concentration,
and so forth. But the true Eightfold Path is within us-two eyes, two ears, two nostrils, a tongue, and a body. These eight
doors are our entire Path and the mind is the one that walks on the Path. Know these doors, examine them, and all the
dharmas will be revealed.
The heart of the path is SO simple. No need for long explanations. Give up clinging to love and hate, just rest with things as
they are. That is all I do in my own practice.

Do not try to become anything. Do not make yourself into anything. Do not be a meditator. Do not become enlightened.
When you sit, let it be. When you walk, let it be. Grasp at nothing. Resist nothing.
Of course, there are dozens of meditation techniques to develop samadhi and many kinds of vipassana. But it all comes back
to this-just let it all be. Step over here where it is cool, out of the battle.
Why not give it a try? Do you dare


Go Beyond Words: See for Yourself
In my own practice, I did not know or study much. I took the straightforward teachings the Buddha gave and simply began
to study my own mind according to nature. When you practice, observe yourself. Then gradually knowledge and vision will
arise of themselves. If you sit in meditation and want it to be this way or that, you had better stop right there. Do not bring
ideals or expectations to your practice. Take your studies, your opinions, and store them away.
You must go beyond all words, all symbols, all plans for your practice. Then you can see for yourself the truth, arising right
here. If you do not turn inward, you will never know reality. I took the first few years of formal Dharma text study, and when
I had the opportunity, I went to hear various scholars and masters teach, until such study became more of a hindrance than a
help. I did not know how, to listen to their sermons because I had not looked within.
The great meditation masters spoke about the truth within oneself. Practicing, I began to realize that it existed in my own
mind as well. After a long time, I realized that these teachers have really seen the truth and that if we follow their path, we
will encounter everything they have spoken about. Then we will be able to say, ''Yes, they were right. What else could there
be? Just this." When I practiced diligently, realization unfolded like that.
If you are interested in Dharma, just give up, just let go. Merely thinking about practice is like pouncing on the shadow and
missing the substance. You need not study much. If you follow the basics and practice accordingly, you will see the Dharma
for yourself. There must be more than merely hearing the words. Speak just with yourself, observe your own mind.
If you cut
off this verbal, thinking mind, you will have a true standard for judging. Otherwise, your understanding will not penetrate
deeply. Practice in this way and the rest will follow.

lagipula dalam dhammacakka sutta, urutan jalan  mulia berunsur delapan diurutkan seperti ini:
A. samma ditthi (pandangan benar)
B. samma sankappo (pikiran benar)
C. samma vaca (ucapan benar)
D. samma kammanto (perbuatan benar)
E. samma ajivo (mata pencaharian benar)
F.  samma vayamo (usaha venar)
G. samma sati (perhatian benar)
H. samma samadhi (meditasi benar)

dalam urutan diatas, pandangan benar menempati posisi teratas, karena pandangan benar mendahului segalanya..
bagaimana bisa bermeditasi dengan benar, kalau tidak memiliki pandangan benar terlebih dahulu??
yang ada malah tersesat seperti si choa ini...
seperti yg saya tulis di thread lain:
imo, dalam bermeditasi tidak diperlukan pengetahuan intelektual apapun. cukup mengetahui instruksi cara bermeditasinya dan temukan sendiri di dalam meditasi. di luar instruksi meditasi itu sudah terlalu banyak.

problem terlalu banyak teori itu adalah cara kerja pikiran (thought) yang sangat halus dan licin.
semakin kita mencoba mengatur dan mengarahkan pikiran sesuai teori tertentu, semakin kacau jadinya.
semakin dicoba untuk dijelaskan secara intelektual, semakin jauh dengan realita observasinya, malahan batin akan mengantisipasi dan mencocok-cocokkan teori dengan hasil observasinya.

makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.

menurut saya, dalam praktik meditasi kita tidak melakukan proses learning (intelektual), tapi justru melakukan proses de-learning, artinya melupakan semua teori yg sudah pernah dibaca, hanya melakukan pengamatan sejujur2nya, sepenuhnya berada di saat ini.

persis seperti yg dikatakan ajahn chah di atas.

om injulia mengatakan di atas bahwa kadang ajaran2 guru sering berbeda2 dan bertentangan. kalau anda melihat kontradiksi di sini, saya sarankan anda lakukan eksperimen, praktikkan dan temukan sendiri sampai anda melihat mana yang berhasil, mana yang gak berhasil. apa yang saya kutipkan di atas sesuai dengan pengalaman saya. entah dengan yg lain...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 10 January 2012, 11:53:57 PM
lalu, apakah tidak ada transformasi batin dalam perbuatan bak tersebut??
tanpa meditasi? imo, tidak ada.

seperti yg dikatakan ajahn chah di atas, transformasi batin bisa terjadi kalau segala motivasi, pamrih, perasaan dan segala yang terjadi di dalam batin sewaktu melakukan perbuatan baik tersebut disadari, atau dengan kata lain: meditasi.
Title: apakah disuruh beli cermin ?
Post by: cumi polos on 10 January 2012, 11:58:59 PM
Quote
morpheus :
makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.

kalau murid ingin bertanya itu adalah hal yg baik dan wajar,..harus dilayanin dgn baik...

jangan dikit2.............. bercerminlah, bercerminlah....

utk murid yg pikiran kritis, pikir...ehhh jangan2 bapaknya punya toko kaca...
koq selalu mempromosikan cermin...

 _/\_ :))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 11 January 2012, 06:02:35 AM
Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."



kayak 'koan'
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 11 January 2012, 08:52:54 AM
kayak 'koan'

siapa tuh 'koan'? ???
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 11 January 2012, 09:47:17 AM
kutipan dari buku ajahn chah: damai tak tergoyahkan(unshakeable peace)
lagipula dalam dhammacakka sutta, urutan jalan  mulia berunsur delapan diurutkan seperti ini:
A. samma ditthi (pandangan benar)
B. samma sankappo (pikiran benar)
C. samma vaca (ucapan benar)
D. samma kammanto (perbuatan benar)
E. samma ajivo (mata pencaharian benar)
F.  samma vayamo (usaha venar)
G. samma sati (perhatian benar)
H. samma samadhi (meditasi benar)

dalam urutan diatas, pandangan benar menempati posisi teratas, karena pandangan benar mendahului segalanya..
bagaimana bisa bermeditasi dengan benar, kalau tidak memiliki pandangan benar terlebih dahulu??
yang ada malah tersesat seperti si choa ini...

saya pribadi juga sependapat bahwa pandangan benar itu menempati urutan pertama yang harus di-"bener"-in dahulu...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 09:54:39 AM
sepertinya anda menafsirkan pandangan benar sebagai pengetahuan intelektual yang berisikan kepercayaan doktrinal yang didapat dari membaca buku2, mendengar ceramah dan mikir2 secara intelek. bagi saya, pandangan benar bukanlah pengetahuan intelek, melainkan sesuatu realisasi yang didapat dari meditasi, dari sebuah transformasi batin.

ajahn chah justru menegaskan bahwa pengetahuan intelek tidak diperlukan dalam praktik:seperti yg saya tulis di thread lain:
imo, dalam bermeditasi tidak diperlukan pengetahuan intelektual apapun. cukup mengetahui instruksi cara bermeditasinya dan temukan sendiri di dalam meditasi. di luar instruksi meditasi itu sudah terlalu banyak.

problem terlalu banyak teori itu adalah cara kerja pikiran (thought) yang sangat halus dan licin.
semakin kita mencoba mengatur dan mengarahkan pikiran sesuai teori tertentu, semakin kacau jadinya.
semakin dicoba untuk dijelaskan secara intelektual, semakin jauh dengan realita observasinya, malahan batin akan mengantisipasi dan mencocok-cocokkan teori dengan hasil observasinya.

makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.

menurut saya, dalam praktik meditasi kita tidak melakukan proses learning (intelektual), tapi justru melakukan proses de-learning, artinya melupakan semua teori yg sudah pernah dibaca, hanya melakukan pengamatan sejujur2nya, sepenuhnya berada di saat ini.

persis seperti yg dikatakan ajahn chah di atas.

om injulia mengatakan di atas bahwa kadang ajaran2 guru sering berbeda2 dan bertentangan. kalau anda melihat kontradiksi di sini, saya sarankan anda lakukan eksperimen, praktikkan dan temukan sendiri sampai anda melihat mana yang berhasil, mana yang gak berhasil. apa yang saya kutipkan di atas sesuai dengan pengalaman saya. entah dengan yg lain...

gak konyol kok, aye pernah langsung terjun ke air tanpa pengetahuan dll akhirnya malah tenggelam.
dan sampai sekarang saya tidak mau belajar berenang dahulu. dari pengalaman tenggelam sangat tidak menyenangkan.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 11 January 2012, 10:11:54 AM
kayak 'koan'
Kira-kira begitu.
Kalau non-meditator membingungkan = kebanyakan teori.
Kalau meditator membingungkan = 'koan', harus diselami baru paham.

Kalau saya simple. Membingungkan dan mentok = ga bisa mengajar, teorinya seandainyapun benar, tidak disampaikan dengan baik. 
Tidak membingungkan, membangkitkan dorongan menyelidiki = bisa mengajar, teorinya disampaikan dengan baik.

Persetan dengan siapa orang itu dan apapun pencapaiannya.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 11 January 2012, 10:24:19 AM
saya pribadi juga sependapat bahwa pandangan benar itu menempati urutan pertama yang harus di-"bener"-in dahulu...
Kalau terhadap JMB8 ini, menurut saya kita tidak harus 'memulai' di mana dulu, tapi itu adalah satu kesatuan. Jika satu terhambat, maka yang lain pun susah untuk maju.

JMB8 ini dikatakan beruas delapan, kalau saya umpamakan seperti kita ada dalam satu kereta kuda yang berat dan ditarik 8 ekor kuda. Delapan kuda ini saling mendukung satu sama lain, dan hambatan bagi satu kuda adalah hambatan bagi tujuh kuda lain. Jika satu terhambat, bisa jadi tujuh lain pun tidak maju sama sekali. Sebaliknya jika satu kuda menguat, maka memberikan kemudahan bagi 7 kuda lain untuk maju.

JMB8 ini BUKAN seperti kereta dengan delapan stasiun di mana stasiun 1 adalah pandangan benar, lalu ke pikiran benar, sampai stasiun 8 yaitu konsentrasi benar.

Dalam urutan umum, pertama adalah Sila yang dilakukan untuk mendukung Samadhi dan pada akhirnya menimbulkan Panna. Tapi Panna (JMB 1&2) juga mengondisikan Sila (JMB 3-6) dan Samadhi (JMB 7&8 ).

Menurut saya, itu sebabnya dikatakan 'beruas delapan' bukan 'bertahap delapan'.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 11 January 2012, 12:03:14 PM
gak konyol kok, aye pernah langsung terjun ke air tanpa pengetahuan dll akhirnya malah tenggelam.
dan sampai sekarang saya tidak mau belajar berenang dahulu. dari pengalaman tenggelam sangat tidak menyenangkan.

Kalau instrukturnya, cantik, manis, menyenangkan, murah senyum, meyakinkan, dan menjawab semua pertanyaan2 yg diragukan...

gw yakin, tanpa diminta...

bro akan terjun kekomnya sendiri...

jadi sangat tergantung juga sama pengajarnya dehhh  :))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 12:21:38 PM
Kalau instrukturnya, cantik, manis, menyenangkan, murah senyum, meyakinkan, dan menjawab semua pertanyaan2 yg diragukan...

gw yakin, tanpa diminta...

bro akan terjun kekomnya sendiri...

jadi sangat tergantung juga sama pengajarnya dehhh  :))
kalau gitu aye tenggelam, trus dikasih napas buatan =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 12:23:00 PM
gak konyol kok, aye pernah langsung terjun ke air tanpa pengetahuan dll akhirnya malah tenggelam.
dan sampai sekarang saya tidak mau belajar berenang dahulu. dari pengalaman tenggelam sangat tidak menyenangkan.
tenggelam karena meditasi?
di share dong, tenggelam gimana, meditasi yg gimana, berenang yg bagaimana...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 11 January 2012, 01:11:42 PM
kalau gitu aye tenggelam, trus dikasih napas buatan =))

nah bayangkan bertapa besarnya peranan pengajar dan juga muridnya (yg nakal) !

berenang maupun meditasi bisa menarik...
sekali lagi tergantung pengajarnya...

 :)) ^:)^

kalau gw cuma berani pura2 kaki kram dan ditolong....
gak sampai nafas buatan... :P
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 02:09:54 PM
Kalau instrukturnya, cantik, manis, menyenangkan, murah senyum, meyakinkan, dan menjawab semua pertanyaan2 yg diragukan...
kalo menurut saya, pembimbing yang baik itu hanya memberikan instrumen, pengkondisian dan menunjukkan jalan bagaimana agar si praktisi bisa melihat dan menyelesaikan sendiri masalahnya.

pembimbing yang baik bukanlah pembimbing yang memanjakan praktisi dimana segala sesuatunya diterangkan dan disuapi langsung ke mulut, segala sesuatunya dibikin nyaman bagi sang murid...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 11 January 2012, 02:14:49 PM
siapa tuh 'koan'? ???

istilah zen mahayana
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 11 January 2012, 02:21:36 PM
kalau gitu aye tenggelam, trus dikasih napas buatan =))

pasti cowok =))

 :backtotopic:

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 02:40:09 PM
tenggelam karena meditasi?
di share dong, tenggelam gimana, meditasi yg gimana, berenang yg bagaimana...

secara pengalaman meditasi pertama adalah tehnik LSY, dan nothing happen, meybi tidak berbakat, dan salah jalan =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 11 January 2012, 02:47:45 PM
secara pengalaman meditasi pertama adalah tehnik LSY, dan nothing happen, meybi tidak berbakat, dan salah jalan =))

tekadnya ndak bulat sih, coba terusin bisa jadi murid utama kesayangan LSY =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Yani Puk on 11 January 2012, 02:48:33 PM
tekadnya ndak bulat sih, coba terusin bisa jadi murid utama kesayangan LSY =))

Mana tau bisa jadi YM juga kyk YM choa :P
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 03:17:16 PM
tenggelam karena meditasi?
di share dong, tenggelam gimana, meditasi yg gimana, berenang yg bagaimana...

btw tenggelam dalam berenang itu dalam artian sebenernya, aye tenggelam gara2 nyebur, tidak dicek dulu airnya dalem atau engga, tidak di cek dulu bakal tenggelam atau engga, pokoknya nyebur langsung.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 03:21:31 PM
secara pengalaman meditasi pertama adalah tehnik LSY, dan nothing happen, meybi tidak berbakat, dan salah jalan =))
nothing happen = tenggelam?
apakah ada kerugian materi atau kerugian mental / fisik?

kata orang kegagalan adalah keberhasilan menemukan cara yang gak sukses, sehingga gak mengulangi lagi  ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 03:24:04 PM
nothing happen = tenggelam?
apakah ada kerugian materi atau kerugian mental / fisik?

kata orang kegagalan adalah keberhasilan menemukan cara yang gak sukses, sehingga gak mengulangi lagi  ;D
secara menurut manual book, badan akan bergerak sendiri, trus roh akan keluar, bisa adventur dunia roh ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 03:27:40 PM
btw tenggelam dalam berenang itu dalam artian sebenernya, aye tenggelam gara2 nyebur, tidak dicek dulu airnya dalem atau engga, tidak di cek dulu bakal tenggelam atau engga, pokoknya nyebur langsung.
ooo ngarti owe sekarang...
lho, jadi gak nyambung deh...

Quote
morpheus:
makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.

ryu:
gak konyol kok, aye pernah langsung terjun ke air tanpa pengetahuan dll akhirnya malah tenggelam.
dan sampai sekarang saya tidak mau belajar berenang dahulu. dari pengalaman tenggelam sangat tidak menyenangkan.

di atas morpheus jelas2 ngomong konteksnya "meditasi" dan "teori yg sedetil2nya", dicoba disambung ryu dengan konteks air dalam beneran yg diterjunin sampe mau tenggelam... mana nyambung :|
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 11 January 2012, 03:33:42 PM
secara menurut manual book, badan akan bergerak sendiri, trus roh akan keluar, bisa adventur dunia roh ;D

=)) =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 03:49:51 PM
ooo ngarti owe sekarang...
lho, jadi gak nyambung deh...

di atas morpheus jelas2 ngomong konteksnya "meditasi" dan "teori yg sedetil2nya", dicoba disambung ryu dengan konteks air dalam beneran yg diterjunin sampe mau tenggelam... mana nyambung :|

setidaknya pengalaman dua2nya pernah aye jalani ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 04:01:31 PM
setidaknya pengalaman dua2nya pernah aye jalani ;D
tadinya saya mengira bakal ada diskusi yang serius dan terarah, bukan asal kena dan bukan asal nyambung.
anyway, ini thread anda, up to you...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 04:10:09 PM
tadinya saya mengira bakal ada diskusi yang serius dan terarah, bukan asal kena dan bukan asal nyambung.
anyway, ini thread anda, up to you...

mungkin sudah terlalu banyak thread ke arah sana dan patinya akan mengulang2 terus, sebaiknya hal ini di akhiri.

mungkin anda sudah paham apa yang ingin saya katakan, dan salah paham bisa di selesaikan.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 04:22:37 PM
mungkin sudah terlalu banyak thread ke arah sana dan patinya akan mengulang2 terus, sebaiknya hal ini di akhiri.

mungkin anda sudah paham apa yang ingin saya katakan, dan salah paham bisa di selesaikan.
bagi saya yang penting adalah apa yg bisa dipahami dan disalahpahami oleh pembaca.
biarlah anda melakukan apa yg anda anggap benar dan saya melakukan apa yang saya anggap benar.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 11 January 2012, 04:25:10 PM
bagi saya yang penting adalah apa yg bisa dipahami dan disalahpahami oleh pembaca.
biarlah anda melakukan apa yg anda anggap benar dan saya melakukan apa yang saya anggap benar.

eloe, eloe..
gue, gue..
=atta??
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 11 January 2012, 04:36:56 PM
tanpa meditasi? imo, tidak ada.

seperti yg dikatakan ajahn chah di atas, transformasi batin bisa terjadi kalau segala motivasi, pamrih, perasaan dan segala yang terjadi di dalam batin sewaktu melakukan perbuatan baik tersebut disadari, atau dengan kata lain: meditasi.
agar dapat menyamakan pemikiran, lebih baik saya bertanya lebih dahulu, bagaimana defenisi transformasi batin menurut anda?? kalau bisa, tolong sekalian sertakan sebuah contoh kasus agar lebih dapat saya pahami..
karena saya rasa ada perbedaan persepsi dalam memahami makna "transformasi batin" antara anda dengan saya..
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 11 January 2012, 04:43:13 PM
Kalau terhadap JMB8 ini, menurut saya kita tidak harus 'memulai' di mana dulu, tapi itu adalah satu kesatuan. Jika satu terhambat, maka yang lain pun susah untuk maju.

JMB8 ini dikatakan beruas delapan, kalau saya umpamakan seperti kita ada dalam satu kereta kuda yang berat dan ditarik 8 ekor kuda. Delapan kuda ini saling mendukung satu sama lain, dan hambatan bagi satu kuda adalah hambatan bagi tujuh kuda lain. Jika satu terhambat, bisa jadi tujuh lain pun tidak maju sama sekali. Sebaliknya jika satu kuda menguat, maka memberikan kemudahan bagi 7 kuda lain untuk maju.

JMB8 ini BUKAN seperti kereta dengan delapan stasiun di mana stasiun 1 adalah pandangan benar, lalu ke pikiran benar, sampai stasiun 8 yaitu konsentrasi benar.

Dalam urutan umum, pertama adalah Sila yang dilakukan untuk mendukung Samadhi dan pada akhirnya menimbulkan Panna. Tapi Panna (JMB 1&2) juga mengondisikan Sila (JMB 3-6) dan Samadhi (JMB 7&8 ).

Menurut saya, itu sebabnya dikatakan 'beruas delapan' bukan 'bertahap delapan'.
dalam hal ini saya agak kurang sependapat om...
kalau seandainya seseorang baru menjadi umat buddhis, maka yang ia harus mempelajari basicnya dulu, bukannya langsung disodorkan 8 jalan tersebut dihadapannya...
memang masing-masing dari 8 ruas ini saling memperkuat, tetapi pastinya harus ada landasan pertamanya terlebih dahulu..
ibaratnya seperti kawat per...
per mempunyai titik terbawah/pangkalnya baru kemudian ia berputar sepanjang jalur, dan makin lama makin tinggi posisinya hingga mencapai puncaknya..
bukannya per tersebut tidak punya dasar..

sebagai contoh, bagaimana mungkin seseorang mau bermeditasi, kalau ia tidak melihat manfaat dari bermeditasi??
tentunya ia harus mengetahui atau memahami terlebih dahulu, apa manfaat dari bermeditasi, apakah akan membawa kebahagiaan bagi dirinya, dst...

nah, disini tentunya harus ada pandangan benar sebagai landasannya...
dan dalam setiap aspek kebajikan lainnya juga harus ada pandangan benar sebagai penopangnya agar kebajikan tersebut bisa dilakukan...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 11 January 2012, 05:36:41 PM
dalam hal ini saya agak kurang sependapat om...
kalau seandainya seseorang baru menjadi umat buddhis, maka yang ia harus mempelajari basicnya dulu, bukannya langsung disodorkan 8 jalan tersebut dihadapannya...
memang masing-masing dari 8 ruas ini saling memperkuat, tetapi pastinya harus ada landasan pertamanya terlebih dahulu..
ibaratnya seperti kawat per...
per mempunyai titik terbawah/pangkalnya baru kemudian ia berputar sepanjang jalur, dan makin lama makin tinggi posisinya hingga mencapai puncaknya..
bukannya per tersebut tidak punya dasar..

sebagai contoh, bagaimana mungkin seseorang mau bermeditasi, kalau ia tidak melihat manfaat dari bermeditasi??
tentunya ia harus mengetahui atau memahami terlebih dahulu, apa manfaat dari bermeditasi, apakah akan membawa kebahagiaan bagi dirinya, dst...

nah, disini tentunya harus ada pandangan benar sebagai landasannya...
dan dalam setiap aspek kebajikan lainnya juga harus ada pandangan benar sebagai penopangnya agar kebajikan tersebut bisa dilakukan...
Bro Will tentu ingat kisah Khema, Aggasavika dari Buddha Gotama. Terhadap Khema ini, Buddha tidak pakai pengertian ataupun basic, langsung 'diajak' Samma Sati ketidak-kekalan lewat gambaran wanita super cantik yang menua, mati, sampai jadi tulang.

Setiap orang, memiliki kecenderungan berbeda sehingga pendekatannya berbeda. Ada yang memulai dari Panna, ada yang memulai dari Sila-Samadhi. Buddha adalah Guru yang sempurna sehingga tahu keunggulan dan kekurangan orang lain. Kita tentu saja sama sekali tidak bisa dibandingkan, tapi setidaknya kita belajar jangan terlalu 'memaksakan' pandangan dulu ataupun samadhi dulu.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: sobat-dharma on 11 January 2012, 06:25:33 PM
Buat Bro Ryu,
benarkah kamu benar2 memutuskan untuk tidak mau meditasi dulu? Sekadar pertanyaan konfirmasi. No offense :)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 06:51:52 PM
Buat Bro Ryu,
benarkah kamu benar2 memutuskan untuk tidak mau meditasi dulu? Sekadar pertanyaan konfirmasi. No offense :)
sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 11 January 2012, 07:10:01 PM
sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.
Mungkin mau coba sendiri dulu aja secara 'kecil-kecilan' dan instruksi terbatas? :)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 11 January 2012, 07:20:55 PM
Mungkin mau coba sendiri dulu aja secara 'kecil-kecilan' dan instruksi terbatas? :)
paling pas mau bobo, pikiran ga tenang trus meditabo lah ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: adi lim on 11 January 2012, 07:21:39 PM
Mungkin mau coba sendiri dulu aja secara 'kecil-kecilan' dan instruksi terbatas? :)

boleh mulai dengan 'dewa sakka' nya DC
baru 'turun' dari alam brahma. =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: cumi polos on 11 January 2012, 07:50:19 PM
sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.

Terus terang mengharapkan guru meditasi dgn ilmu tinggi, cantik manis, senyumnya manis, rambut panjang, suaranya merdu... duuuhhh itu kesempatan yg amat langkah bro Ryuuuu... tapi kalau ketemu gw daftar dehhhh, biarpun kaki sakit gak apa2 dehhh. Jangan belajar meditasi sama guru yg suka ribut... belum apa2 udah g****k (maksudnya Bodohnya Minta Ampun)....ichhhhhh, guru ini koq gak bisa jaga MULUTnya ya?....

hahahahaa :P :P :P :P :P
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: sobat-dharma on 11 January 2012, 08:25:12 PM
sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.


Menurut saya, sebenarnya bro ryu pengetahuannya sudah cukup untuk memulai praktik meditasi. Dari beberapa diskusi saya dengan bro ryu, menurut saya Kekritisan bro ryu selama ini di forum terhadap praktik2 yang salah sudah cukup jadi benteng diri dari praktik yang salah. Kalau bro ryu sadar bahwa meditasi itu bukan untuk mencari2 pengalaman mistis,  menurutku sikap ini saja bisa jadi salah satu modal untuk menjalani praktik yang benar (bukankah ini salah satu bentuk dari pandangan benar, cmiiw).

Saya dulu juga pernah terperosok dalam jalan praktik yang salah, kayak yang dikhawatirkan bro Ryu, tapi tidak seserem itu kok  ;D Asal kita punya pengetahuan tentang Buddhadharma yang cukup baik, selalu bisa melakukan koreksi ulang atas praktik kita. Jangan tinggalkan membaca Tipitaka.

Lagipula, melakukan kesalahan dalam praktik itu lumrah. Saya banyak belajar dari kesalahan yang lalu2.  Jadi, kadang2 kalau ada teman yang salah jalan saya bisa segera mengingatkan, karena pernah juga mengalami hal yang sama. Bodhisatta saja pernah menjalani praktik salah penyiksaan diri kan :)

By the way, saya menghormati pilihan bro ryu, apapun itu. Semoga kamu bisa menemukan guru yang sesuai.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 09:00:19 PM
eloe, eloe..
gue, gue..
=atta??
ayam goreng pake garam...
babi kecap pake lada...
=atta??

agar dapat menyamakan pemikiran, lebih baik saya bertanya lebih dahulu, bagaimana defenisi transformasi batin menurut anda?? kalau bisa, tolong sekalian sertakan sebuah contoh kasus agar lebih dapat saya pahami..
karena saya rasa ada perbedaan persepsi dalam memahami makna "transformasi batin" antara anda dengan saya..
kalo anda cukup awas, di atas sudah saya sebut simpelnya: dari lobha jadi alobha, dari dosa jadi adosa, dari moha jadi amoha.

kalo anda suka yg formal, saya sering memakai yg dibawah:
Quote
"As for the qualities of which you may know, 'These qualities lead to dispassion, not to passion; to being unfettered, not to being fettered; to shedding, not to accumulating; to modesty, not to self-aggrandizement; to contentment, not to discontent; to seclusion, not to entanglement; to aroused persistence, not to laziness; to being unburdensome, not to being burdensome': You may categorically hold, 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teacher's instruction.'"
mengarah pada kualitas2 itu, saya katakan transformasi batin...
terserah mau pake yg mana.

perlu dicatat, ada perbedaan besar antara dispassion dengan memaksa diri supaya terlihat dispassion, antara modesty dengan mengekang diri supaya terlihat modesty.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 11 January 2012, 09:18:00 PM
[at] morpheus

jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 09:24:20 PM
[at] morpheus

jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
sebelum saya jawab, kita samakan persepsi dulu, apa itu meditasi?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 11 January 2012, 09:25:38 PM
Bro Will tentu ingat kisah Khema, Aggasavika dari Buddha Gotama. Terhadap Khema ini, Buddha tidak pakai pengertian ataupun basic, langsung 'diajak' Samma Sati ketidak-kekalan lewat gambaran wanita super cantik yang menua, mati, sampai jadi tulang.

Setiap orang, memiliki kecenderungan berbeda sehingga pendekatannya berbeda. Ada yang memulai dari Panna, ada yang memulai dari Sila-Samadhi. Buddha adalah Guru yang sempurna sehingga tahu keunggulan dan kekurangan orang lain. Kita tentu saja sama sekali tidak bisa dibandingkan, tapi setidaknya kita belajar jangan terlalu 'memaksakan' pandangan dulu ataupun samadhi dulu.

berarti setidaknya ada donk yang menjadi awalnya.. ;D ;D ;D
dan bukan berarti harus ada samadhi dulu baru ada pandangan benar juga bukan??
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 11 January 2012, 09:26:42 PM
Quote
sebelum saya jawab, kita samakan persepsi dulu, apa itu meditasi?
penyadaran..
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 11 January 2012, 09:33:29 PM
penyadaran..
wah, singkat sekali... ada definisi yg lebih panjang?
sadar yg bagaimana? apakah seperti orang baru tahu dirinya kecopetan, sadar?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 11 January 2012, 09:37:13 PM
wah, singkat sekali... ada definisi yg lebih panjang?
sadar yg bagaimana? apakah seperti orang baru tahu dirinya kecopetan, sadar?

males jelasin panjang2, nguras otak...  :)) :)) :))

penyadaran maksudnya sadar dalam segala tindak-tanduk yang diperbuatnya, baik berjalan, duduk, berdiri, berbaring, dll...
saya rasa dalam hal penyadaran, bro sudah bisa menangkap maksud saya...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: klup on 12 January 2012, 08:16:09 AM
imo, yg i tahu Buddha Gautama kesehariannya hanya tidur sebentar, praktik kebihkkuan, dan meditasi....itu aja dah cukup buat saya untuk mencoba menjalankan meditasi,

saya yakin disini banyak yang pinter yang bisa menjabarkan lebih banyak manfaat maupun alasan2 yang mendukung meditasi wajib dilakukan, tapi banyak juga yg mencari alasan untuk tidak melakukan <-- anggap sebagai tantangan   :D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 12 January 2012, 09:01:35 AM
males jelasin panjang2, nguras otak...  :)) :)) :))

penyadaran maksudnya sadar dalam segala tindak-tanduk yang diperbuatnya, baik berjalan, duduk, berdiri, berbaring, dll...
saya rasa dalam hal penyadaran, bro sudah bisa menangkap maksud saya...
bagaimana halnya dengan kontemplasi dan perenungan?
bagaimana halnya dengan konsentrasi dan ketenangan?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 12 January 2012, 10:28:44 AM
paling pas mau bobo, pikiran ga tenang trus meditabo lah ;D
;D Meditasi sebelum tidur ini biasanya memang rentan rasa kantuk, jadi kurang efisien. Tapi bisa juga memang meditasinya memang direncanakan jadi dilakukan sebelum mengantuk sama sekali. Mungkin waktunya bisa dipercepat, jadi tadinya 5 menit 'medit' langsung 'bo', dipanjangin jd 10 menit 'medit' baru 'bo', dst.


boleh mulai dengan 'dewa sakka' nya DC
baru 'turun' dari alam brahma. =))
Itu bukannya Asura yah?  :P
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 12 January 2012, 10:38:37 AM
;D Meditasi sebelum tidur ini biasanya memang rentan rasa kantuk, jadi kurang efisien. Tapi bisa juga memang meditasinya memang direncanakan jadi dilakukan sebelum mengantuk sama sekali. Mungkin waktunya bisa dipercepat, jadi tadinya 5 menit 'medit' langsung 'bo', dipanjangin jd 10 menit 'medit' baru 'bo', dst.

Itu bukannya Asura yah?  :P
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 12 January 2012, 11:01:50 AM
berarti setidaknya ada donk yang menjadi awalnya.. ;D ;D ;D
Tidak ada 'awal'-nya, antara pengertian, moralitas, dan meditasi, semua berjalan selaras. Sebelum mencapai kesucian, kualitas kita ini senantiasa naik-turun. Guru yang baik bisa melihat keunggulan dan kelemahan muridnya sehingga mengetahui pemicu dari sisi mana yang terbaik dan efektif bagi muridnya itu.


Quote
dan bukan berarti harus ada samadhi dulu baru ada pandangan benar juga bukan??
Pemicunya memang tidak selalu harus moralitas, pengertian (teori) ataupun meditasi. Tapi dalam proses pembelajarannya, sudah pasti harus memiliki harus mengembangkan ketiganya.

Jadi misalnya Sariputta punya teori sebagai pemicu dan Khema punya perhatian sebagai pemicu, namun keduanya telah memiliki kematangan dalam moralitas, pengertian, dan meditasi yang cukup di masa lampau. Yang buat berbeda adalah kecenderungan masing-masing pribadi saja sehingga pemicunya juga beda-beda.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 12 January 2012, 11:04:20 AM
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D
;D Pikiran ga berhenti sewaktu tidur, buktinya bisa mimpi.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: bawel on 12 January 2012, 11:18:18 AM
Tidak ada 'awal'-nya, antara pengertian, moralitas, dan meditasi, semua berjalan selaras. Sebelum mencapai kesucian, kualitas kita ini senantiasa naik-turun. Guru yang baik bisa melihat keunggulan dan kelemahan muridnya sehingga mengetahui pemicu dari sisi mana yang terbaik dan efektif bagi muridnya itu.

Pemicunya memang tidak selalu harus moralitas, pengertian (teori) ataupun meditasi. Tapi dalam proses pembelajarannya, sudah pasti harus memiliki harus mengembangkan ketiganya.

Jadi misalnya Sariputta punya teori sebagai pemicu dan Khema punya perhatian sebagai pemicu, namun keduanya telah memiliki kematangan dalam moralitas, pengertian, dan meditasi yang cukup di masa lampau. Yang buat berbeda adalah kecenderungan masing-masing pribadi saja sehingga pemicunya juga beda-beda.

menurut om kutho, sila dan samadhi yang dilakukan YM sariputta dan YM khema serta sang buddha sendiri sebelum mereka mencapai kesucian itu merupakan sila dan samadhi yang 'benar' seperti pada jmb8? ;D

kalo menurut saya sih, harus memahami pandangan dan pikiran benar dulu baru bisa melakukan yang benar-benar lainnya ;D. karena sila dan samadhi yang dilakukan sebelumnya hanyalah jalan menuju panna yang benar sih kalo menurut saya ;D. nah setelah adanya panna yang benar ini, baru bisa memasuki sang jalan ;D. karena pandangan benar sendiri adalah pandangan yang benar tentang dukkha dan akhir dukkha itu sendiri ;D.

*edit:

contohnya seperti brahmajala sutta, dimana dibabarkan tentang sila yang dilakukan sang buddha dan pertapa lainnya ;D.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: sobat-dharma on 12 January 2012, 11:23:20 AM
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D

 :)) bener2 mirip pikiranku waktu kuliah dulu :)) memanfaatkan meditasi untuk tidur
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 12 January 2012, 11:39:12 AM
;D Pikiran ga berhenti sewaktu tidur, buktinya bisa mimpi.
nah itu dia, jarang sekali mimpi.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Indra on 12 January 2012, 11:44:42 AM
nah itu dia, jarang sekali mimpi.

untuk sebagian orang yg gak punya otak, itu masih normal
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 12 January 2012, 11:59:02 AM
menurut om kutho, sila dan samadhi yang dilakukan YM sariputta dan YM khema serta sang buddha sendiri sebelum mereka mencapai kesucian itu merupakan sila dan samadhi yang 'benar' seperti pada jmb8? ;D

kalo menurut saya sih, harus memahami pandangan dan pikiran benar dulu baru bisa melakukan yang benar-benar lainnya ;D. karena sila dan samadhi yang dilakukan sebelumnya hanyalah jalan menuju panna yang benar sih kalo menurut saya ;D. nah setelah adanya panna yang benar ini, baru bisa memasuki sang jalan ;D. karena pandangan benar sendiri adalah pandangan yang benar tentang dukkha dan akhir dukkha itu sendiri ;D.

*edit:

contohnya seperti brahmajala sutta, dimana dibabarkan tentang sila yang dilakukan sang buddha dan pertapa lainnya ;D.
Kalau bicara konteks kesucian, maka pandangan benar-nya itu adalah yang lokuttara, adi-duniawi, yang sudah di luar 62 pandangan dalam Brahmajalasutta. Dalam konteks ini, semua puthujjana termasuk Pangeran Siddhatta juga tidak berpandangan benar. Untuk menembus pandangan benar ini, tidak ada jalan lain kecuali penegakkan perhatian (satipatthana).

Nah, kalau transformasi bathin yang saya bicarakan ini, tentu masih dalam tahap duniawi (lokiya). Nah, semisalnya non-Buddhis, tidak tahu teori apapun, tapi dia menjalankan petapaan, kehidupan suci sampai mencapai jhana. Walaupun dia tidak merumuskan pelanggaran sila ke 3, misalnya, namun ia secara otomatis telah mengetahui bahaya dari kenikmatan indera dan menghindarinya. Tanpa perlu belajar Agama Buddha dan pancasila, dia telah punya pengertian benar tentang sila. Ini contoh yang saya maksud dengan dipicu dari Samadhi yang benar, membawa pada pandangan benar.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 12 January 2012, 12:16:15 PM
untuk sebagian orang yg gak punya otak, itu masih normal
:hammer: :hammer: :hammer: :hammer:
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 12 January 2012, 01:25:19 PM
bagaimana halnya dengan kontemplasi dan perenungan?
bagaimana halnya dengan konsentrasi dan ketenangan?
:outoftopic:
biar lebih mudah..
samatha: perenungan terhadap objek
vipassana: penyadaran terhadap batin-jasmani
ini cuma pandangan saya, mungkin saja salah...

kembali ke pertanyaan awal..
[at] morpheus

jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 12 January 2012, 02:11:31 PM
kembali ke pertanyaan awal..
jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
menurut saya sih, tanpa meditasi, gak ada transformasi batin. cmiiw
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 12 January 2012, 03:15:21 PM
menurut saya sih, tanpa meditasi, gak ada transformasi batin. cmiiw
lalu, kenapa terkadang ada kasus, dimana seorang pembunuh berantai yang telah membunuh ratusan orang tiba-tiba bertobat dan bahkan menjadi biarawan karena mengalami suatu kejadian yang mengubah hidup dan cara pandangnya??
kalau begitu, apakah itu termasuk transformasi batin yang ecek2(bohongan)??
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 12 January 2012, 03:46:21 PM
agar dapat menyamakan pemikiran, lebih baik saya bertanya lebih dahulu, bagaimana defenisi transformasi batin menurut anda?? kalau bisa, tolong sekalian sertakan sebuah contoh kasus agar lebih dapat saya pahami..
karena saya rasa ada perbedaan persepsi dalam memahami makna "transformasi batin" antara anda dengan saya..
Wah, dah page 15. kemarin kehabisan pulsa, inetku macet.
Sementara saya respon yg ini dulu, ya. dah mau pulang soalnya.

kita tahu saran baik begini: Balas kebencian dg cinta kasih.

Secara intelektual kita tahu apa yg mesti kita lakukan: jangan membenci, balas dg cinta kasih.
Tapi begitu mengalami, mendapat sikap kebencian dari pihak lain:

1. Yang satu: sudah mukul secara fisik duluan. setelahnya (1 detik, 1 jam, besoknya) baru sadar, menyesal kenapa ia kok memukul?
2. Ada yg sadar, ia ngga boleh main fisik, berusaha mengendalikan emosinya. hati memang panas, tapi mampu mengendalikan fisik. Sadar bathinnya panas, ada kebencian, sudah diamati dg penuh perhatian, tapi kebencian itu tetap ada.
3. Yang kesadarannya lebih maju, begitu muncul kebencian, ia SUDAH TAHU, SADAR akan kemunculannya. Di beri perhatian penuh, kebencian itu lumer, lenyap.
4. ini cerita teman saya, bahwa sebelum kebencian, emosi muncul, jidatnya terasa ada kedutan, ketegangan. Kalau meleng, lalai dikit, maka kebencian muncul dan membesar. tapi kalau penuh perhatian, maka kebencian itu menjadi lumer, buyar.  Semakin dini disadari, semakin mudah buyar.
5. (belum tahu....)

Disaat santai, tak ada gangguan, kita bisa memahami agar jangan membalas kebencian dg kebencian. Tapi di saat muncul gangguan (dari masalah kecil sampai yg berat), di sinilah reaksinya ditentukan oleh besarnya transformasi bathin kita masing2. Bukan ditentukan pemahaman intelektual kita.


Contoh lain yg lebih jelas, orang yg stress. Ini karena pikirannya tidak bisa melepas masalahnya, problemnya, kesedihannya, emosinya. selalau TERPIKIRKAN/TERBAWA-BAWA. Sudah disarankan agar lupakan, tapi walaupun berusaha untuk melupakan, IA TETAP MEMIKIRKANNYA. Kalau kita bisa melepas pikiran, emosi, kebencian, keserakahan sesuai kemauan kita, rasanya kita ngga perlu meditasi lagi...  :)

CMIIW, karena itu hanya pemahaman intelektual saya.


Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: inJulia on 12 January 2012, 04:15:18 PM

Menurut saya, sebenarnya bro ryu pengetahuannya sudah cukup untuk memulai praktik meditasi. Dari beberapa diskusi saya dengan bro ryu, menurut saya Kekritisan bro ryu selama ini di forum terhadap praktik2 yang salah sudah cukup jadi benteng diri dari praktik yang salah. Kalau bro ryu sadar bahwa meditasi itu bukan untuk mencari2 pengalaman mistis,  menurutku sikap ini saja bisa jadi salah satu modal untuk menjalani praktik yang benar (bukankah ini salah satu bentuk dari pandangan benar, cmiiw).

Saya dulu juga pernah terperosok dalam jalan praktik yang salah, kayak yang dikhawatirkan bro Ryu, tapi tidak seserem itu kok  ;D Asal kita punya pengetahuan tentang Buddhadharma yang cukup baik, selalu bisa melakukan koreksi ulang atas praktik kita. Jangan tinggalkan membaca Tipitaka.

Lagipula, melakukan kesalahan dalam praktik itu lumrah. Saya banyak belajar dari kesalahan yang lalu2.  Jadi, kadang2 kalau ada teman yang salah jalan saya bisa segera mengingatkan, karena pernah juga mengalami hal yang sama. Bodhisatta saja pernah menjalani praktik salah penyiksaan diri kan :)

By the way, saya menghormati pilihan bro ryu, apapun itu. Semoga kamu bisa menemukan guru yang sesuai.
Sekedar info, kebanyakan teori justru berbahaya!

Saya beberapa kali konflik dg pembimbing.   :)
yah sok tahu!
Diberitahu, malah ngeyel. Terlalu banyak berpikir, membandingkan dg teori yg pernah saya baca.
hasilnya: kacau.

***
cerita Sdr. Bing.
Ada teman penterjemah banyak buku Buddhis (termasuk ttg Vipassana), ikut meditasi.
Saat wawancara dg Sayadaw (biasa 2-3 yogy datang di kuti saat wawancara, jd kedengar oleh Sdr. Bing), sayadawnya bilang: Nooooooooo!
yang ia laporkan bukan PENGALAMAN MEDITASInya, tapi TEORI MEDITASI!!!
Karena berulang-ulang demikian, Teman Sdr. Bing itu akhirnya tidak mau melakukan wawancara lagi.

Dan, yg menceritakan TEORI yg dibaca, bukannya PENGALAMAN meditasinya, ada beberapa orang.

dari kisah nyata ini, semoga tidak ada yg terpeleset, mau mendalami teorinya dulu baru ikut retret vipassana.

***
Sdr. Bing ini memang ngga suka baca teori buddhis yg lain, sukanya baca ttg Vipassana saja.
Kurang suka membahas teori Dhamma yg lain. Lain waktu, mungkin Sdr. Fabian (mereka saling kenal), berkenan memberikan konfirmasi.


 _/\_


Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 12 January 2012, 04:20:43 PM
lalu, kenapa terkadang ada kasus, dimana seorang pembunuh berantai yang telah membunuh ratusan orang tiba-tiba bertobat dan bahkan menjadi biarawan karena mengalami suatu kejadian yang mengubah hidup dan cara pandangnya??
kalau begitu, apakah itu termasuk transformasi batin yang ecek2(bohongan)??
karena pertanyaannya tidak spesifik, jawabannya juga gak bisa spesifik.

gampang saja, om.

ada dua kemungkinan:

pertama, dia mengalami perubahan tanpa transformasi batin karena sesuatu yg dia dengar atau lihat atau baca, dia mengekang dirinya untuk menahan diri agar tidak membunuh dan menyakiti orang. secara laten di dalam batin, masih terdapat keinginan untuk membunuh, kemarahan dan kebengisan yg disuppress.

kedua, dia mengalami perubahan disebabkan oleh transformasi batin karena pada suatu waktu dia melakukan kontemplasi ataupun konsentrasi yg membawa batinnya ke kondisi yang sangat tenang yang menyebabkan terjadinya transformasi batin, merubah yg sebelumnya dosa menjadi adosa, atau minimal membuat dosanya tertekan jauh ke bawah. bisa juga sebuah inspirasi membawa batinnya kepada proses sadar, mengamati batinnya, menyadari dukkha ataupun kefanaan sehingga terjadi transformasi batin...

point saya, meditasi itu bukan hanya kegiatan formal buddhis duduk dan mengamati nafas keluar masuk. segala aktifitas yang membawa batin ke saat ini, mindful, aware ataupun tenang dan lepas, itu termasuk meditasi... biarpun agama lain secara formal tidak mengajarkan meditasi.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 12 January 2012, 05:11:19 PM
di dunia ini, memang ada yang otodidak, bisa berhasil (praktek) tanpa mempelajari teori. Tetapi statistik dan perjalanan panjang akan membuktikan bahwa mempelajari teori terlebih dahulu baru kemudian praktek bisa memberikan probabilitas untuk berhasil yang lebih besar dibandingkan dengan praktek langsung tanpa mempelajari teori.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 12 January 2012, 05:12:00 PM
Disaat santai, tak ada gangguan, kita bisa memahami agar jangan membalas kebencian dg kebencian. Tapi di saat muncul gangguan (dari masalah kecil sampai yg berat), di sinilah reaksinya ditentukan oleh besarnya transformasi bathin kita masing2. Bukan ditentukan pemahaman intelektual kita.

Contoh lain yg lebih jelas, orang yg stress. Ini karena pikirannya tidak bisa melepas masalahnya, problemnya, kesedihannya, emosinya. selalau TERPIKIRKAN/TERBAWA-BAWA. Sudah disarankan agar lupakan, tapi walaupun berusaha untuk melupakan, IA TETAP MEMIKIRKANNYA. Kalau kita bisa melepas pikiran, emosi, kebencian, keserakahan sesuai kemauan kita, rasanya kita ngga perlu meditasi lagi...  :)
nambahin...

disitulah bedanya meditasi dengan nasehat2 self help. sering kita melihat "10 tips cara mengatasi kemarahan", "cara praktis menjadi orang sabar", "trik agar disayang pacar", dll. semua tips2 ini sifatnya mencoba memoles diri pada level intelek. do this, you will be that. do that, you will gain this. majalah atau buku2 self help mencoba memaksa, memanipulasi, mengekang, memoles bagaimana agar kita memiliki sifat2 baik, yg sukses, yg memiliki banyak teman, efisien walaupun berbeda dengan realitanya. sayangnya polesan intelek tidak akan membawa transformasi batin.

pikirannya hanya meloncat2 saja dari satu tips ke tips yg lain, dari satu polesan ke polesan yang lain, satu nasehat bijak ke nasehat bijak terkini...dengan kata lain: dukkha!

tanpa transformasi batin, ini sifatnya hanya dipermukaan, palsu...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 12 January 2012, 05:13:42 PM
Sekedar info, kebanyakan teori justru berbahaya!

Saya beberapa kali konflik dg pembimbing.   :)
yah sok tahu!
Diberitahu, malah ngeyel. Terlalu banyak berpikir, membandingkan dg teori yg pernah saya baca.
hasilnya: kacau.

***
cerita Sdr. Bing.
Ada teman penterjemah banyak buku Buddhis (termasuk ttg Vipassana), ikut meditasi.
Saat wawancara dg Sayadaw (biasa 2-3 yogy datang di kuti saat wawancara, jd kedengar oleh Sdr. Bing), sayadawnya bilang: Nooooooooo!
yang ia laporkan bukan PENGALAMAN MEDITASInya, tapi TEORI MEDITASI!!!
Karena berulang-ulang demikian, Teman Sdr. Bing itu akhirnya tidak mau melakukan wawancara lagi.

Dan, yg menceritakan TEORI yg dibaca, bukannya PENGALAMAN meditasinya, ada beberapa orang.

dari kisah nyata ini, semoga tidak ada yg terpeleset, mau mendalami teorinya dulu baru ikut retret vipassana.

***
Sdr. Bing ini memang ngga suka baca teori buddhis yg lain, sukanya baca ttg Vipassana saja.
Kurang suka membahas teori Dhamma yg lain. Lain waktu, mungkin Sdr. Fabian (mereka saling kenal), berkenan memberikan konfirmasi.


 _/\_




itu berarti yang di-tanya oleh sayadaw itu salah memberikan jawaban... yang di-tanya adalah pengalaman-nya saat bermeditasi... jadi bukan masalah dia banyak tahu teori atau tidak.

Jadi kalau di-arah-kan jawabannya, dan ketika sang meditator (yang memiliki  banyak teori dan pengetahuan teori meditasi) berhasil meraih hasil-nya, saya yakin sang meditator akan lebih mahir / ahli di dalam menjelaskan tahapan2 meditasi, karena dia sudah menguasai banyak teori dan telah mengalam-i sendiri pengalaman meditasi.

Menurut saya, mengetahui banyak teori tidak berbahaya...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 12 January 2012, 08:32:59 PM
baru ingat ada sutta yang satu ini...
udah hampir kelupaan sih..  :P :P

Quote
mahācattarisaka sutta.
Spoiler: ShowHide
117  Mahācattarisaka Sutta
Empat Puluh Besar


1. DEMIKIANLAH YANG KUDENGAR. Pada suatu ketika Sang Bhagavā sedang menetap Di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika. Di sana Beliau memanggil para bhikkhu sebagai berikut: “Para bhikkhu.” – “Yang Mulia,” mereka menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

2. “Para bhikkhu, Aku akan mengajarkan kepada kalian tentang konsentrasi benar yang mulia dan pendukung serta perlengkapannya.  Dengarkan dan perhatikanlah pada apa yang akan Aku katakan.” – “Baik, Yang Mulia,” para bhikkhu menjawab. Sang Bhagavā berkata sebagai berikut:

3. “Apakah, para bhikkhu, konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta perlengkapannya, yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, dan perhatian benar? Keterpusatan pikiran yang dilengkapi dengan ketujuh faktor ini disebut konsentrasi benar yang mulia dengan pendukung serta perlengkapannya.

(PANDANGAN)

4. “Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama.  Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami pandangan salah sebagai pandangan salah dan pandangan benar sebagai pandangan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

5. “Dan apakah, para bhikkhu, pandangan salah? ‘Tidak ada yang diberikan, tidak ada yang dipersembahkan, tidak ada yang dikorbankan; tidak ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; tidak ada dunia ini, tidak ada dunia lain; tidak ada ibu, tidak ada ayah; tidak ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; tidak ada [72] para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan dunia ini dan dunia lain.’ Ini adalah pandangan salah.

6. “Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar? Pandangan benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan;  dan ada pandangan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

7. “Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? ‘Ada yang diberikan dan ada yang dipersembahkan dan ada yang dikorbankan; ada buah atau akibat dari perbuatan baik dan buruk; ada dunia ini dan dunia lain; ada ibu dan ayah; ada makhluk-makhluk yang terlahir kembali secara spontan; ada para petapa dan brahmana yang baik dan mulia di dunia ini yang telah menembus oleh diri mereka sendiri dengan pengetahuan langsung dan menyatakan dunia ini dan dunia lain.’ Ini adalah pandangan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan.

8. “Dan apakah, para bhikkhu, pandangan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Kebijaksanaan, indria kebijaksanaan, kekuatan kebijaksanaan, faktor pencerahan penyelidikan kondisi-kondisi, faktor sang jalan pandangan benar dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia:  ini adalah pandangan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan,

9. “Seseorang berusaha untuk meninggalkan pandangan salah dan memasuki pandangan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan pandangan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam pandangan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling pandangan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(KEHENDAK)

10.“Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami kehendak salah sebagai kehendak salah dan kehendak benar sebagai kehendak benar: ini adalah [73] pandangan benar seseorang.

11. “Dan apakah, para bhikkhu, kehendak salah? Kehendak keinginan indria, kehendak niat buruk, dan kehendak kekejaman: ini adalah kehendak salah.

12. “Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar? Kehendak benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan dan ada kehendak benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

13. “Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Kehendak meninggalkan keduniawian, kehendak tanpa niat buruk, dan kehendak tanpa kekejaman:  ini adalah kehendak benar yang terpengaruh oleh noda-noda ... matang dalam perolehan.

14. “Dan apakah, para bhikkhu, kehendak benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Pemikiran, pikiran, kehendak, pencerapan pikiran, ketetapan pikiran, pengarahan pikiran, bentukan ucapan dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia:  ini adalah kehendak benar yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

15. “Seseorang berusaha untuk meninggalkan kehendak salah dan memasuki kehendak benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan kehendak salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam kehendak benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling kehendak benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(UCAPAN)

16. “Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami ucapan salah sebagai ucapan salah dan ucapan benar sebagai ucapan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

17, “Dan apakah, para bhikkhu, ucapan salah? Kebohongan, ucapan jahat, ucapan kasar, dan gossip: ini adalah ucapan salah.

18. “Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar? Ucapan benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan dan ada [74] ucapan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

19. “Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Menghindari kebohongan, menghindari ucapan jahat, menghindari ucapan kasar, menghindari gosip: ini adalah ucapan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan.

20. “Dan apakah, para bhikkhu, ucapan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian dari empat jenis perilaku ucapan yang salah, penjauhan, penahanan diri, penghindaran dari perilaku ucapan yang salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia:  ini adalah ucapan benar yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

21. “Seseorang berusaha untuk meninggalkan ucapan salah dan memasuki ucapan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan ucapan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam ucapan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling ucapan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(PERBUATAN)

22. “Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami perbuatan salah sebagai perbuatan salah dan perbuatan benar sebagai perbuatan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

23, “Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan salah? Membunuh makhluk-makhluk hidup, mengambil apa yang tidak diberikan, dan perilaku salah dalam kenikmatan indria: ini adalah perbuatan salah.

24. “Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar? Perbuatan benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada perbuatan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan; dan ada perbuatan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

25. “Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria: ini adalah perbuatan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan.

26. “Dan apakah, para bhikkhu, perbuatan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian dari tiga jenis perilaku jasmani yang salah, penjauhan, penahanan diri, penghindaran dari perilaku jasmani yang salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia: ini adalah perbuatan  benar [75] yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.
 
27. “Seseorang berusaha untuk meninggalkan perbuatan salah dan memasuki perbuatan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan perbuatan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam perbuatan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling perbuatan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(PENGHIDUPAN)

28. “Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Seseorang memahami penghidupan salah sebagai penghidupan salah dan penghidupan benar sebagai penghidupan benar: ini adalah pandangan benar seseorang.

29, “Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan salah? Menipu, membujuk, mengisyaratkan, merendahkan, mengejar keuntungan dengan keuntungan: ini adalah penghidupan salah.

30. “Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar? penghidupan benar, Aku katakan, ada dua jenis: ada penghidupan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan; dan ada penghidupan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan.

31. “Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar yang terpengaruh oleh noda-noda, berhubungan dengan kebajikan, dan matang dalam perolehan? Di sini, para bhikkhu, seorang siswa mulia meninggalkan penghidupan salah dan memperoleh penghidupannya melalui penghidupan benar: ini adalah penghidupan benar yang terpengaruh oleh noda-noda ... matang dalam perolehan.

32. “Dan apakah, para bhikkhu, penghidupan benar yang mulia, tanpa noda, melampaui duniawi, sebuah faktor dari sang jalan? Pemberhentian dari penghidupan salah, penjauhan, penahanan diri, penghindaran dari penghidupan salah dalam diri seseorang yang pikirannya mulia, yang pikirannya tanpa noda, yang memiliki jalan mulia dan yang mengembangkan jalan mulia: ini adalah penghidupan benar yang mulia ... sebuah faktor dari sang jalan.

33. “Seseorang berusaha untuk meninggalkan penghidupan salah dan memasuki penghidupan benar: ini adalah usaha benar seseorang. Dengan penuh perhatian meninggalkan penghidupan salah, dengan penuh perhatian memasuki dan berdiam dalam penghidupan benar: ini adalah perhatian benar seseorang. Demikianlah ketiga kondisi ini berlangsung dan berputar di sekeliling penghidupan benar, yaitu, pandangan benar, usaha benar, dan perhatian benar.

(EMPAT PULUH BESAR)

34. “Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? [76] Pada seorang yang memiliki pandangan benar, muncul kehendak benar;  pada seorang yang memiliki kehendak benar, muncul ucapan benar; pada seorang yang memiliki ucapan benar, muncul perbuatan benar; pada seorang yang memiliki perbuatan benar, muncul penghidupan benar; pada seorang yang memiliki penghidupan benar, muncul usaha benar; pada seorang yang memiliki usaha benar, muncul perhatian benar; pada seorang yang memiliki perhatian benar, muncul konsentrasi benar; pada seorang yang memiliki konsentrasi benar, muncul pengetahuan benar; pada seorang yang memiliki pengetahuan benar, muncul pembebasan benar. Demikianlah, para bhikkhu, jalan dari siswa yang dalam latihan lebih tinggi memiliki delapan faktor, Arahant memiliki sepuluh faktor.

35. “Di sana, para bhikkhu, pandangan benar muncul dalam urutan pertama. Dan bagaimanakah pandangan benar muncul dalam urutan pertama? Pada seorang yang memiliki pandangan benar, pandangan salah dilenyapkan, dan banyak kondisi tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan pandangan salah sebagai kondisi juga dilenyapkan, dan banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan pandangan benar sebagai kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

“Pada seorang yang memiliki kehendak benar, kehendak salah dilenyapkan, dan banyak kondisi tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan kehendak salah sebagai kondisi juga dilenyapkan, dan banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan kehendak benar sebagai kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

“Pada seorang yang memiliki ucapan benar, ucapan salah dilenyapkan … Pada seorang yang memiliki perbuatan benar, perbuatan salah dilenyapkan … Pada seorang yang memiliki penghidupan benar, penghidupan salah dilenyapkan [77] … Pada seorang yang memiliki usaha benar, usaha salah dilenyapkan … Pada seorang yang memiliki perhatian benar, perhatian salah dilenyapkan … Pada seorang yang memiliki konsentrasi benar, konsentrasi salah dilenyapkan … Pada seorang yang memiliki pengetahuan benar, pengetahuan salah dilenyapkan … Pada seorang yang memiliki pembebasan benar, pembebasan salah dilenyapkan, dan banyak kondisi tidak bermanfaat yang berasal-mula dengan pembebasan salah sebagai kondisi juga dilenyapkan, dan banyak kondisi bermanfaat yang berasal-mula dengan pembebasan benar sebagai kondisi menjadi terpenuhi melalui pengembangan.

36. “Demikianlah, para bhikkhu, terdapat dua puluh faktor pada sisi tidak bermanfaat, dan terdapat dua puluh faktor pada sisi bermanfaat.  Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini telah diputar dan tidak dapat dihentikan oleh petapa atau brahmana atau dewa atau Māra atau Brahmā mana pun atau siapa pun di dunia.

37. “Para bhikkhu, jika petapa atau brahmana manapun berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak, maka ada sepuluh kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang memberikan dasar untuk mencela mereka di sini dan saat ini. Jika yang mulia itu mencela pandangan benar, maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki pandangan salah. Jika yang mulia itu mencela kehendak benar, [78] maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki kehendak salah. Jika yang mulia itu mencela ucapan benar … perbuatan benar … penghidupan benar … usaha benar … perhatian benar … konsentrasi benar … pengetahuan benar … pembebasan benar, maka ia tentu menghormati dan memuji para petapa dan brahmana yang memiliki pembebasan salah. jika petapa atau brahmana manapun berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak, maka ada sepuluh kesimpulan sah dari pernyataan mereka yang memberikan dasar untuk mencela mereka di sini dan saat ini.

38. “Para bhikkhu, bahkan para guru dari Okkala, Vassa dan Bhañña,  yang menganut doktrin non-kausaliotas, doktrin tidak-berbuat, dan doktrin nihilisme, tidak akan berpikir bahwa Khotbah Dhamma tentang Empat Puluh Besar ini harus dicela dan ditolak. Mengapakah? Karena takut disalahkan, diserang, dan dibantah.

Itu adalah apa yang dikatakan oleh Sang Bhagavā. Para bhikkhu merasa puas dan gembira mendengar kata-kata Sang Bhagavā.

dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 09:29:52 AM
di dunia ini, memang ada yang otodidak, bisa berhasil (praktek) tanpa mempelajari teori. Tetapi statistik dan perjalanan panjang akan membuktikan bahwa mempelajari teori terlebih dahulu baru kemudian praktek bisa memberikan probabilitas untuk berhasil yang lebih besar dibandingkan dengan praktek langsung tanpa mempelajari teori.
tergantung belajar apa dulu...
kalo belajar programming komputer yg sifatnya intelektual, ya benar, mereka yang belajar teori mendalam mengenai data structure, design pattern, architecture, dsb akan mendapat kemajuan yang jauh lebih pesat ketimbang mereka yang gak mau belajar teori (itupun dengan catatan, mereka tetap harus praktik).

tapi kalo belajar skill, apalagi yg namanya meditasi, hal di atas tidak berlaku. kebanyakan teori malah menghambat dan ini sesuai dengan pengalaman teman2 meditator yang saya tanyai...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 09:43:59 AM
Jadi kalau di-arah-kan jawabannya, dan ketika sang meditator (yang memiliki  banyak teori dan pengetahuan teori meditasi) berhasil meraih hasil-nya, saya yakin sang meditator akan lebih mahir / ahli di dalam menjelaskan tahapan2 meditasi, karena dia sudah menguasai banyak teori dan telah mengalam-i sendiri pengalaman meditasi.
diarahkan jawabannya? meditasi bukan ujian kenaikan semester dengan minimum score 60 point  :))
konsultasi meditasi hanyalah menceritakan apa yang dirasakan, apa yg dialami selama meditasi dengan jujur dan tanpa bias apapun.

menurut saya, sang meditator hanya bisa mendapat kemajuan kalo dia bisa melupakan segala teori yg sudah dipelajarinya dan melakukan pengamatan dengan jujur dan netral tanpa bias teori apapun. semua teori2 yg sudah dipelajarinya hanyalah sebuah ide sedangkan dalam meditasi dia harus berhadapan dan mengamati realita batinnya sendiri.
ide bukanlah realita...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Mokau Kaucu on 13 January 2012, 10:05:23 AM
Kalau terhadap JMB8 ini, menurut saya kita tidak harus 'memulai' di mana dulu, tapi itu adalah satu kesatuan. Jika satu terhambat, maka yang lain pun susah untuk maju.

JMB8 ini dikatakan beruas delapan, kalau saya umpamakan seperti kita ada dalam satu kereta kuda yang berat dan ditarik 8 ekor kuda. Delapan kuda ini saling mendukung satu sama lain, dan hambatan bagi satu kuda adalah hambatan bagi tujuh kuda lain. Jika satu terhambat, bisa jadi tujuh lain pun tidak maju sama sekali. Sebaliknya jika satu kuda menguat, maka memberikan kemudahan bagi 7 kuda lain untuk maju.

JMB8 ini BUKAN seperti kereta dengan delapan stasiun di mana stasiun 1 adalah pandangan benar, lalu ke pikiran benar, sampai stasiun 8 yaitu konsentrasi benar.

Dalam urutan umum, pertama adalah Sila yang dilakukan untuk mendukung Samadhi dan pada akhirnya menimbulkan Panna. Tapi Panna (JMB 1&2) juga mengondisikan Sila (JMB 3-6) dan Samadhi (JMB 7&8 ).

Menurut saya, itu sebabnya dikatakan 'beruas delapan' bukan 'bertahap delapan'.


Benar sekali bro KK
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Sumedho on 13 January 2012, 10:11:37 AM
baru ingat ada sutta yang satu ini...
udah hampir kelupaan sih..  :P :P
dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...

bonus lagi

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27 (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27)
Quote
27. ‘“Inilah pokok pembicaraan Brahmā Sanankumāra. Ia melanjutkan: ‘Bagaimanakah menurut Para Tiga-Puluh-Tiga Dewa? Seberapa baikkah Sang Buddha yang mengetahui dan melihat mengajarkan tujuh prasyarat konsentrasi, demi pengembangan konsentrasi sempurna dan kesempurnaan konsentrasi! Apakah itu? Yaitu, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar [217], usaha benar, perhatian benar.[35] Keterpusatan pikiran itu, yang dihasilkan tujuh faktor ini disebut konsentrasi benar Ariya dengan landasan dan prasyaratnya. Dari pandangan benar muncul pikiran benar, dari pikiran benar muncul ucapan benar, dari ucapan benar muncul perbuatan benar, dari perbuatan benar muncul penghidupan benar, dari penghidupan benar muncul usaha benar, dari usaha benar muncul perhatian benar, dari perhatian benar muncul konsentrasi benar, dari konsentrasi benar muncul pengetahuan benar,[36] dari pengetahuan benar muncul kebebasan benar.[37] Jika seseorang dengan jujur menyatakan: “Dhamma telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, tanpa batas waktu, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dipahami oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri,” mengatakan: “Terbukalah pintu keabadian,”[38] ia pasti berbicara sesuai dengan kebenaran tertinggi. Karena sesungguhnya, Tuan-tuan, Dhamma memang telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, tanpa batas waktu, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dipahami oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri, dan juga, pintu menuju keabadian telah terbuka!’”’
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: DragonHung on 13 January 2012, 10:18:02 AM
tergantung belajar apa dulu...
kalo belajar programming komputer yg sifatnya intelektual, ya benar, mereka yang belajar teori mendalam mengenai data structure, design pattern, architecture, dsb akan mendapat kemajuan yang jauh lebih pesat ketimbang mereka yang gak mau belajar teori (itupun dengan catatan, mereka tetap harus praktik).

tapi kalo belajar skill, apalagi yg namanya meditasi, hal di atas tidak berlaku. kebanyakan teori malah menghambat dan ini sesuai dengan pengalaman teman2 meditator yang saya tanyai...


Jadi teringat yang diceritakan oleh bhante DSB mengenai mengajar orang yang pandai teori meditasi dan tidak tahu teori meditasi buddha dharma sama sekali, menurut beliau jauh lebih cepat kemajuan mengajar orang yang tidak tahu teori sama sekali dari pada yang tahu.

Jika terlalu banyak teori malah menghambat kemajuan karena bila ada kesalahan pandangan, harus dihilangkan dulu pandangan salah itu dan biasanya memakan waktu, apalagi bila yang diajar merasa bahwa yang diketahuinya itu adalah benar, tidak salah dan melekat kuat pada pandangannya itu.


Kalau pengalaman pribadi sendiri sih, semua teori buddha dhamma yang saya pelajari selama 6,5 tahun (dari masa SMA sampai ketemu bhante) akhirnya masuk 'tong sampah' semua :) :) :)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 10:30:00 AM
baru ingat ada sutta yang satu ini...
udah hampir kelupaan sih..  :P :P
dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...
Bro will, betul bahwa yang menyertai semua jalan tersebut adalah pandangan benar. Tapi jika dikatakan pandangan benar sebagai 'permulaan', apakah kondisi dari pandangan benar? Bagaimana ia muncul?

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 10:45:19 AM
Jadi teringat yang diceritakan oleh bhante DSB mengenai mengajar orang yang pandai teori meditasi dan tidak tahu teori meditasi buddha dharma sama sekali, menurut beliau jauh lebih cepat kemajuan mengajar orang yang tidak tahu teori sama sekali dari pada yang tahu.

Jika terlalu banyak teori malah menghambat kemajuan karena bila ada kesalahan pandangan, harus dihilangkan dulu pandangan salah itu dan biasanya memakan waktu, apalagi bila yang diajar merasa bahwa yang diketahuinya itu adalah benar, tidak salah dan melekat kuat pada pandangannya itu.


Kalau pengalaman pribadi sendiri sih, semua teori buddha dhamma yang saya pelajari selama 6,5 tahun (dari masa SMA sampai ketemu bhante) akhirnya masuk 'tong sampah' semua :) :) :)
pengalaman pribadi, pengalaman kevihara selama beberapa tahun, baca keng, baca sutra dll pun akhirnya masuk "tong sampah" semua gara2 ada DC ini.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 10:50:57 AM
bonus lagi

http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27 (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27)
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;D

Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 11:01:19 AM
Jadi teringat yang diceritakan oleh bhante DSB mengenai mengajar orang yang pandai teori meditasi dan tidak tahu teori meditasi buddha dharma sama sekali, menurut beliau jauh lebih cepat kemajuan mengajar orang yang tidak tahu teori sama sekali dari pada yang tahu.

Jika terlalu banyak teori malah menghambat kemajuan karena bila ada kesalahan pandangan, harus dihilangkan dulu pandangan salah itu dan biasanya memakan waktu, apalagi bila yang diajar merasa bahwa yang diketahuinya itu adalah benar, tidak salah dan melekat kuat pada pandangannya itu.


Kalau pengalaman pribadi sendiri sih, semua teori buddha dhamma yang saya pelajari selama 6,5 tahun (dari masa SMA sampai ketemu bhante) akhirnya masuk 'tong sampah' semua :) :) :)
Kalau begitu kasusnya, mungkin yang perlu dipertanyakan adalah teorinya. Sepertinya itu teori salah yang disampaikan dengan salah, sehingga dipahami secara salah.

Berlawanan dengan pandangan umum yang melihat demikian murahannya teori seolah-olah teori itu hanya hafalan ataupun spekulasi belaka, teori yang disampaikan dengan benar dan dipahami dengan benar adalah sebuah instruksi bagi praktik beserta penjelasannya. Jika teori tidak dipahami dengan benar, maka praktiknya pasti ngaco; jika kemudian dengan metode lain, praktiknya berhasil, maka teori awal itu otomatis akan masuk tong sampah.

Sebaliknya jika teori yang benar dipahami dengan benar, maka itu TIDAK MEMBAWA PADA SPEKULASI, justru mengarah pada dorongan praktik sebagaimana adanya. Jika praktiknya tidak benar, maka teori tinggal teori, tapi jika praktiknya berhasil, maka kesinambungan teori dan praktik itu akan menjadi kekayaannya dan modalnya dalam membimbing orang lain.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 11:02:31 AM
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;D

Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?

akting man, akting man
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Sumedho on 13 January 2012, 11:23:29 AM
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;D

Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?

asik dapet bonus…

beliau kan dulu masuk jhana 1 dengan belum memiliki sammaditthi, jika ditilik dari urutan itu maka masih belum sammasamadhi.

Jika itu sammasamadhi, maka udah dapet sammananam lalu sammavimutti

unless… like stated by ryu ^
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 12:03:13 PM
asik dapet bonus…

beliau kan dulu masuk jhana 1 dengan belum memiliki sammaditthi, jika ditilik dari urutan itu maka masih belum sammasamadhi.

Jika itu sammasamadhi, maka udah dapet sammananam lalu sammavimutti

unless… like stated by ryu ^
Berarti Samma Ditthi muncul dengan dikondisikan Miccha Samadhi? ;D

Yang ryu punya itu versi lain.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: icykalimu on 13 January 2012, 12:35:16 PM
Berarti Samma Ditthi muncul dengan dikondisikan Miccha Samadhi? ;D

Yang ryu punya itu versi lain.

samma samadhi artinya konsentrasi benar. bukan konsentrasi sempurna.
jadi ada beberapa tingkatan sampai mencapai sempurna.
jadi bukan miccha samadhi.
I think...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 12:48:26 PM
nambahin...

disitulah bedanya meditasi dengan nasehat2 self help. sering kita melihat "10 tips cara mengatasi kemarahan", "cara praktis menjadi orang sabar", "trik agar disayang pacar", dll. semua tips2 ini sifatnya mencoba memoles diri pada level intelek. do this, you will be that. do that, you will gain this. majalah atau buku2 self help mencoba memaksa, memanipulasi, mengekang, memoles bagaimana agar kita memiliki sifat2 baik, yg sukses, yg memiliki banyak teman, efisien walaupun berbeda dengan realitanya. sayangnya polesan intelek tidak akan membawa transformasi batin.

pikirannya hanya meloncat2 saja dari satu tips ke tips yg lain, dari satu polesan ke polesan yang lain, satu nasehat bijak ke nasehat bijak terkini...dengan kata lain: dukkha!

tanpa transformasi batin, ini sifatnya hanya dipermukaan, palsu...

nambahin, kalau di sutra2 gitu yang baca mantra dll, itu sifatnya apa? seperti baca amitabha, budho, palsu atau asli?

dan kalau buda membabarkan dama seperti di salekha sutta itu maksudnya ke sifatn yang hanya dipermukaan juga?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Sumedho on 13 January 2012, 12:48:52 PM
Berarti Samma Ditthi muncul dengan dikondisikan Miccha Samadhi? ;D

Yang ryu punya itu versi lain.

kekna waktu pangeran siddattha itu kecil di bawah pohon itu, tidak muncul sammaditthi deh
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 12:59:46 PM
nambahin, kalau di sutra2 gitu yang baca mantra dll, itu sifatnya apa? seperti baca amitabha, budho, palsu atau asli?
imo, tujuan sebenarnya dari mantra dan meditasi buddho adalah transformasi batin, bukan untuk mengusir setan.

dan kalau buda membabarkan dama seperti di salekha sutta itu maksudnya ke sifatn yang hanya dipermukaan juga?
Sallekha Sutta yg ini?
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.008.nypo.html (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.008.nypo.html)

berikut saya kutipkan akhir dari instruksi yg diberikan Sang Buddha kepada cunda yg menjawab pertanyaan anda:
Quote
...
17. "Thus, Cunda, I have shown to you the instruction on effacement, I have shown to you the instruction on thought's arising, I have shown to you the instruction on avoidance, I have shown to you the instruction on the way upward, I have shown to you the instruction on quenching.

18. "What can be done for his disciples by a Master who seeks their welfare and has compassion and pity on them, that I have done for you, Cunda.[27] There are these roots of trees, there are empty places. Meditate, Cunda, do not delay, lest you later regret it. 'This is my message to you."
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 13 January 2012, 01:18:02 PM
Bro will, betul bahwa yang menyertai semua jalan tersebut adalah pandangan benar. Tapi jika dikatakan pandangan benar sebagai 'permulaan', apakah kondisi dari pandangan benar? Bagaimana ia muncul?
ada dua jenis pandangan benar muncul...
yang pertama melalui realisasi sendiri, seperti para samma sambuddha dan pacceka buddha..
yang kedua dengan mendengar dhamma dari orang lain...
mendengar dhamma dari orang lain ya termasuk teori juga...

kasih referensi sutta lagi ya...   :P :P :P

Quote
MN 43: Mahāvedalla Sutta

Spoiler: ShowHide
43  Mahāvedalla Sutta
Rangkaian panjang Tanya-Jawab

(PANDANGAN BENAR)

[294] 13. “Teman, berapakah kondisi bagi munculnya pandangan benar?”

“Teman, ada dua kondisi bagi munculnya pandangan benar: kata-kata orang lain dan perhatian bijaksana. Ini adalah dua kondisi bagi munculnya pandangan benar.”

komentar mengenai sutta ini:

Spoiler: ShowHide
440) MA: “Kata-kata orang lain” (purato ghosa) adalah ajaran Dhamma yang bermanfaat. Kedua kondisi ini adalah diperlukan bagi para siswa untuk sampai pada pandangan benar dari pandangan terang dan pandangan benar dari jalan lokuttara. Tetapi para Pacceka Buddha dan para Buddha yang tercerahkan sempurna dan maha tahu hanya bergantung pada perhatian bijaksana tanpa “kata-kata orang lain.”



Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 01:18:46 PM
imo, tujuan sebenarnya dari mantra dan meditasi buddho adalah transformasi batin, bukan untuk mengusir setan.
Sallekha Sutta yg ini?
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.008.nypo.html (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.008.nypo.html)

berikut saya kutipkan akhir dari instruksi yg diberikan Sang Buddha kepada cunda yg menjawab pertanyaan anda:
Effacement
12. "But herein, Cunda, effacement should be practiced by you:[16]

(1) Others will be harmful; we shall not be harmful here — thus effacement can be done.[17]
(2) Others will kill living beings; we shall abstain from killing living beings here — thus effacement can be done.
(3) Others will take what is not given; we shall abstain from taking what is not given here — thus effacement can be done.
(4) Others will be unchaste; we shall be chaste here — thus effacement can be done.
(5) Others will speak falsehood; we shall abstain from false speech here — thus effacement can be done.

yang diajarkan diatas itu sifatnya dipermukaan a.k.a palsu atau tidak?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 01:27:20 PM
Effacement
12. "But herein, Cunda, effacement should be practiced by you:[16]

(1) Others will be harmful; we shall not be harmful here — thus effacement can be done.[17]
(2) Others will kill living beings; we shall abstain from killing living beings here — thus effacement can be done.
(3) Others will take what is not given; we shall abstain from taking what is not given here — thus effacement can be done.
(4) Others will be unchaste; we shall be chaste here — thus effacement can be done.
(5) Others will speak falsehood; we shall abstain from false speech here — thus effacement can be done.

yang diajarkan diatas itu sifatnya dipermukaan a.k.a palsu atau tidak?
apabila nasehat berhenti sampai di "jangan gini, jangan gitu" tanpa meditasi, maka itu sifatnya superfisial alias hanya dipermukaan saja.
perhatikan baik2 betapa nasehat di atas sebenarnya merupakan instruksi untuk berlatih...

dan Buddha tidak berhenti di sana, di akhir sutta Buddha menyuruh cunda:
"Meditate, Cunda, do not delay, lest you later regret it"

untungnya cunda gak ngeyel:
"aye gak mau meditasi dahulu. ngeri ah ngeliat devadatta tersesat...."
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 13 January 2012, 01:30:00 PM
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;D

Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?
samma samadhi...
tapi untuk membedakan mana samma samadhi, mana miccha samadhi ya kenanya kesana juga: pandangan benar
gimana bisa bedain yang mana salah yang mana benar kalau tidak punya pandangan??
kan udah ditulis di suttanya om..  ;D ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 01:31:58 PM
apabila nasehat berhenti sampai di "jangan gini, jangan gitu" tanpa meditasi, maka itu sifatnya superfisial alias hanya dipermukaan saja.
perhatikan baik2 betapa nasehat di atas sebenarnya merupakan instruksi untuk berlatih...

dan Buddha tidak berhenti di sana, di akhir sutta Buddha menyuruh cunda:
"Meditate, Cunda, do not delay, lest you later regret it"

untungnya cunda gak ngeyel:
"aye gak mau meditasi dahulu. ngeri ah...."

kalau yang bilang buda sih pastinya gitu, coba waktu itu yang bilang si choa ke cunda pasti ngomong  "aye gak mau meditasi dahulu. ngeri ah...."
nasihat di atas bisa untuk seorang yang belum bisa berenang tapi mau mengajar berenang sama aja kek choa =))
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 02:56:27 PM
samma samadhi artinya konsentrasi benar. bukan konsentrasi sempurna.
jadi ada beberapa tingkatan sampai mencapai sempurna.
jadi bukan miccha samadhi.
I think...
Agreed. :)

Menurut saya memang semua itu 'bertingkat'. Secara sangat sederhana, pandangan benar level 1 mengkondisikan samadhi benar level 1, dan samadhi benar level 1 itu bisa membuka pandangan benar level 2, dst. Kadang keseluruhan unsur itu saling mengkondisikan, jadi tidak bisa dibilang mana dulu.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 02:58:03 PM
kekna waktu pangeran siddattha itu kecil di bawah pohon itu, tidak muncul sammaditthi deh
Maksudnya yang waktu Pangeran Siddhattha di bawah pohon Bodhi itu lho. Sebelom penerangan sempurna (sebelum pandangan benar), ia bermeditasi sampai muncul Tevijja. Berarti Samadhi itu mendahului pandangan benar yang timbul.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 03:00:01 PM
ada dua jenis pandangan benar muncul...
yang pertama melalui realisasi sendiri, seperti para samma sambuddha dan pacceka buddha..
yang kedua dengan mendengar dhamma dari orang lain...
mendengar dhamma dari orang lain ya termasuk teori juga...

kasih referensi sutta lagi ya...   :P :P :P
komentar mengenai sutta ini:

Spoiler: ShowHide
440) MA: “Kata-kata orang lain” (purato ghosa) adalah ajaran Dhamma yang bermanfaat. Kedua kondisi ini adalah diperlukan bagi para siswa untuk sampai pada pandangan benar dari pandangan terang dan pandangan benar dari jalan lokuttara. Tetapi para Pacceka Buddha dan para Buddha yang tercerahkan sempurna dan maha tahu hanya bergantung pada perhatian bijaksana tanpa “kata-kata orang lain.”

Nah, itulah sebabnya saya katakan ada pandangan benar yang didahului perhatian/meditasi, disamping ada juga pandangan benar yang muncul dari instruksi orang lain/teori. Saya tidak pernah menafikkan salah satunya, maka saya juga katakan bukan samadhi dulu atau pandangan dulu, tapi kedua itu bisa saling mengkondisikan.



samma samadhi...
tapi untuk membedakan mana samma samadhi, mana miccha samadhi ya kenanya kesana juga: pandangan benar
gimana bisa bedain yang mana salah yang mana benar kalau tidak punya pandangan??
kan udah ditulis di suttanya om..  ;D ;D
Bodhisatta tidak memakai pandangan dari mana-mana, bahkan ia BELUM TAHU jalan menuju 'nibbana', tapi lewat Samadhi, ia melihat kebenaran sejati, maka timbullah pandangan benar. Jadi prosesnya: Samadhi dulu, baru timbul pandangan benar.

Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 13 January 2012, 03:03:21 PM
got it...
berarti sekarang masalahnya tinggal sama bro morpheus yang mengatakan "tidak ada pandangan benar tanpa meditasi"  ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 03:17:03 PM
got it...
berarti sekarang masalahnya tinggal sama bro morpheus yang mengatakan "tidak ada pandangan benar tanpa meditasi"  ;D
betul, dari dulu saya sudah tidak sependapat mengenai hal ini dan sudah dibahas habis di thread lampau.
bagi saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

kalau mau ditarik garis awal perbedaan pendapat ini adalah definisi pandangan benar itu sendiri.
bagi saya, pengertian intelektual bukanlah pandangan benar...
seberapapun benarnya teori dan doktrin yg anda dengar ataupun baca dari buku, itu tetaplah sebuah ide, bukan kebenaran, bukanlah dhamma.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 13 January 2012, 03:23:19 PM
apabila nasehat berhenti sampai di "jangan gini, jangan gitu" tanpa meditasi, maka itu sifatnya superfisial alias hanya dipermukaan saja.
perhatikan baik2 betapa nasehat di atas sebenarnya merupakan instruksi untuk berlatih...

dan Buddha tidak berhenti di sana, di akhir sutta Buddha menyuruh cunda:
"Meditate, Cunda, do not delay, lest you later regret it"

untungnya cunda gak ngeyel:
"aye gak mau meditasi dahulu. ngeri ah ngeliat devadatta tersesat...."


Ada bhikkhu yang mencapai kesucian arahat ketika Buddha masih hidup, ada yang berhasil setelah buddha parinibbana... walaupun mungkin sama-sama melakukan meditasi ketika Buddha masih hidup (contoh mis : Ananda).
inti-nya TIADA KATA TERLAMBAT untuk BERMEDITASI, kalau sekarang bro RYU masih belum meditasi, mungkin suatu saat ketika bro RYU itu sudah meditasi, bisa mencapai tingkat kesucian lebih cepat pula daripada yang sudah melakukan meditasi jauh hari sebelum bro RYU lakukan. WHO KNOWS...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Sumedho on 13 January 2012, 03:35:57 PM
Maksudnya yang waktu Pangeran Siddhattha di bawah pohon Bodhi itu lho. Sebelom penerangan sempurna (sebelum pandangan benar), ia bermeditasi sampai muncul Tevijja. Berarti Samadhi itu mendahului pandangan benar yang timbul.

Kalo yg pangeran siddhattha sih mencapai pencerahan itu, itu kekna kasus yg berbeda, itu kasus sebagai seorang sammasambuddha yang pada akhirnya mendapatkan kondisi "pas" dimana beliau mencapai sammasamadhi lalu mendapatkan tevijja itu.

kalau kita kan masuk kasus savaka dimana dari pandangan benar yg mengkondisikan seterusnya itu. Kalau kita tidak dari pandangan benar, artinya nanti kita cuba-cuba utk mencapai kondisi seperti sammasambuddha.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 03:43:42 PM
betul, dari dulu saya sudah tidak sependapat mengenai hal ini dan sudah dibahas habis di thread lampau.
bagi saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

kalau mau ditarik garis awal perbedaan pendapat ini adalah definisi pandangan benar itu sendiri.
bagi saya, pengertian intelektual bukanlah pandangan benar...
seberapapun benarnya teori dan doktrin yg anda dengar ataupun baca dari buku, itu tetaplah sebuah ide, bukan kebenaran, bukanlah dhamma.

bagi aye. seseorang dengan menjaga sila saja itu sudah termasuk pandangan benar.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 13 January 2012, 03:45:41 PM
betul, dari dulu saya sudah tidak sependapat mengenai hal ini dan sudah dibahas habis di thread lampau.
bagi saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

kalau mau ditarik garis awal perbedaan pendapat ini adalah definisi pandangan benar itu sendiri.
bagi saya, pengertian intelektual bukanlah pandangan benar...
seberapapun benarnya teori dan doktrin yg anda dengar ataupun baca dari buku, itu tetaplah sebuah ide, bukan kebenaran, bukanlah dhamma.
lalu, bagaimana anda mengomentari referensi kedua sutta yang saya berikan sehubungan dengan pandangan benar??
dengan jelas dituliskan disana kalau pandangan benar itu datang dulu, baru ada samadhi...
kecuali kalau tingkatannya adalah pacceka dan samma sambuddha, maka yang berperan adalah samadhi..

berhubung tingkatan kita masih savaka/murid, maka seharusnya pandangan benar dulu baru muncul, baru ada samadhi...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: will_i_am on 13 January 2012, 03:48:28 PM
bagi aye. seseorang dengan menjaga sila saja itu sudah termasuk pandangan benar.
kalau orangnya hidup di penjara dan diberikan aturan-aturan yang mirip seperti sila, dan dipatuhi sama tahanan dengan terpaksa, apakah bisa disebut pandangan benar juga??

 ^:)^ ^:)^
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 04:22:18 PM
Bahan bacaan :
The Editor   

Bhikkhu Bodhi is a Buddhist monk of American nationality, born in New York City in 1944. After completing a doctorate in philosophy at Claremont Graduate School, he came to Sri Lanka in 1972, and was ordained the same year under the eminent scholar-monk, Ven. Balangoda Ananda Maitreya. Since 1984 he has been Editor for the Buddhist Publication Society, and its President since 1988.

 Bhikkhus, just as the dawn is the forerunner and first indication of the rising of the sun, so is right view the forerunner and first indication of wholesome states.
For one of right view, bhikkhus, right intention springs up. For one of right intention, right speech springs up. For one of right speech, right action springs up. For one of right action, right livelihood springs up. For one of right livelihood, right effort springs up. For one of right effort, right mindfulness springs up. For one of right mindfulness, right concentration springs up. For one of right concentration, right knowledge springs up. For one of right knowledge, right deliverance springs up.

Anguttara Nikaya 10:121

Introduction   

The Sammaditthi Sutta, the Discourse on Right View, is the ninth sutta of the Majjhima Nikaya, the Collection of Middle Length Discourses. Its expositor is the Venerable Sariputta Thera, the Buddha's chief disciple and the foremost of the Master's bhikkhu disciples in the exercise of the faculty of wisdom. The Buddha declared that next to himself, it was the Venerable Sariputta who excelled in turning the incomparable Wheel of the Dhamma, in expounding in depth and in detail the Four Noble Truths realized with the attainment of enlightenment. In the Sammaditthi Sutta the great disciple bears ample testimony to the Buddha's words of praise, bequeathing upon us a discourse that has served as a primer of Buddhist doctrine for generations of monks in the monasteries of South and Southeast Asia.

As its title suggests, the subject of the Sammaditthi Sutta is right view. The analysis of right view undertaken in the sutta brings us to the very core of the Dhamma, since right view constitutes the correct understanding of the central teachings of the Buddha, the teachings which confer upon the Buddha's doctrine its own unique and distinctive stamp. Though the practice of right mindfulness has rightly been extolled as the crest jewel of the Buddha's teaching, it cannot be stressed strongly enough that the practice of mindfulness, or any other approach to meditation, only becomes an effective instrument of liberation to the extent that it is founded upon and guided by right view. Hence, to confirm the importance of right view, the Buddha places it at the very beginning of the Noble Eightfold Path. Elsewhere in the Suttas the Buddha calls right view the forerunner of the path (pubbangama), which gives direction and efficacy to the other seven path factors.

Right view, as explained in the commentary to the Sammaditthi Sutta, has a variety of aspects, but it might best be considered as twofold: conceptual right view, which is the intellectual grasp of the principles enunciated in the Buddha's teaching, and experiential right view, which is the wisdom that arises by direct penetration of the teaching. Conceptual right view, also called the right view in conformity with the truths (saccanulomika-sammaditthi), is a correct conceptual understanding of the Dhamma arrived at by study of the Buddha's teachings and deep examination of their meaning. Such understanding, though conceptual rather than experiential, is not dry and sterile. When rooted in faith in the Triple Gem and driven by a keen aspiration to realize the truth embedded in the formulated principles of the Dhamma, it serves as a critical phase in the development of wisdom (pañña), for it provides the germ out of which experiential right view gradually evolves.

Experiential right view is the penetration of the truth of the teaching in one's own immediate experience. Thus it is also called right view that penetrates the truths (saccapativedha-sammaditthi). This type of right view is aroused by the practice of insight meditation guided by a correct conceptual understanding of the Dhamma. To arrive at direct penetration, one must begin with a correct conceptual grasp of the teaching and transform that grasp from intellectual comprehension to direct perception by cultivating the threefold training in morality, concentration and wisdom. If conceptual right view can be compared to a hand, a hand that grasps the truth by way of concepts, then experiential right view can be compared to an eye — the eye of wisdom that sees directly into the true nature of existence ordinarily hidden from us by our greed, aversion and delusion.

The Discourse on Right View is intended to elucidate the principles that are to be comprehended by conceptual right view and penetrated by experiential right view. The Venerable Sariputta expounds these principles under sixteen headings: the wholesome and the unwholesome, the four nutriments of life, the Four Noble Truths, the twelve factors of dependent arising, and the taints as the condition for ignorance. It will be noted that from the second section to the end of the sutta, all the expositions are framed in accordance with the same structure, which reveals the principle of conditionality as the scaffolding for the entire teaching. Each phenomenon to be comprehended by right view is expounded in terms of its individual nature, its arising, its cessation, and the way leading to its cessation. The grasp of this principle thus makes it clear that any entity taken for examination is not an isolated occurrence with its being locked up in itself, but part of a web of conditionally arisen processes that can be terminated by understanding and eliminating the cause that gives it being.

The right view arrived at by penetrating any of the sixteen subjects expounded in the sutta is discussed in terms of two aspects, both aspects of supramundane penetration. The first is the initial penetration of the supramundane path that transforms a person from a worldling (puthujjana) into a stream-enterer (sotapanna), a noble disciple who has entered irreversibly upon the stream to liberation. This aspect of right view is indicated by the words that open each section, "(one) who has perfect confidence in the Dhamma and has arrived at this true Dhamma." These qualities are attributes only of the stream-enterer and those of higher attainment along the path. The description thus applies to the trainee (sekha), the disciple who has entered the path but has not yet reached its end. The words signify right view as a transformative vision which has revealed the ultimate truths underlying our existence, but which must still be developed further to complete the full transformation it is capable of effecting.

The second aspect of supramundane right view is indicated by the closing words of each section, from "he entirely abandons the underlying tendency to lust" to "he here and now makes an end of suffering." This description is fully applicable only to the arahant, the liberated one, and thus indicates that the right view conceptually grasped by the wise worldling, and transformed into direct perception with the attainment of stream-entry, reaches its consummation with the arrival at the teaching's final goal, the attainment of complete emancipation from suffering.


The translation of the Sammaditthi Sutta and its commentary presented here has been adapted from manuscripts left behind by Bhikkhu Ñanamoli. The translation of the sutta has been adapted from Ven. Ñanamoli's complete translation of the Majjhima Nikaya. The version used has been taken from the edition of the complete Majjhima Nikaya translation that I prepared for publication by Wisdom Publications in the United States. This version, tentatively scheduled for release in late 1992, employs extensive substitution of Ven. Ñanamoli's own technical terminology with my own preferred renderings of Pali doctrinal terms.

The commentary to the Sammaditthi Sutta is from the Papañcasudani, Acariya Buddhaghosa's complete commentary (atthakatha) to the Majjhima Nikaya. The translation of the commentary has also been adapted from a rendering by Ven. Ñanamoli, contained in a notebook of his that was discovered only a few years ago at Island Hermitage. The terminology used in the notebook version suggests that it was one of Ven. Ñanamoli's earliest attempts at translation from the Pali; it certainly preceded his translation of the Visuddhimagga, The Path of Purification, first completed at the end of 1953. In adapting the translation, I have naturally replaced the technical terminology used in the notebook version with that used in the sutta. In places I also decided to translate directly from the Pali text rather than adhere to Ven. Ñanamoli's rendering, which sometimes tended to be literal to the point of awkwardness. A few passages from the commentary that are concerned solely with linguistic clarification have been omitted from the translation.

Passages in the commentarial section enclosed in square brackets are taken from the subcommentary to the Sammaditthi Sutta, by Acariya Dhammapala. Passages in parenthesis are additions either by Ven. Ñanamoli or by myself. The paragraph numbering of the commentarial section follows that of the sutta. The phrases of the sutta that are selected for comment have been set in boldface [Not in this transcription — JTB]. The backnotes are entirely my own.

Bhikkhu Bodhi

http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/nanamoli/wheel377.html
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 04:23:53 PM
kalau orangnya hidup di penjara dan diberikan aturan-aturan yang mirip seperti sila, dan dipatuhi sama tahanan dengan terpaksa, apakah bisa disebut pandangan benar juga??

 ^:)^ ^:)^
baru level 0.000000000000000000001 =)) ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 04:29:56 PM
lalu, bagaimana anda mengomentari referensi kedua sutta yang saya berikan sehubungan dengan pandangan benar??
dengan jelas dituliskan disana kalau pandangan benar itu datang dulu, baru ada samadhi...
kecuali kalau tingkatannya adalah pacceka dan samma sambuddha, maka yang berperan adalah samadhi..

berhubung tingkatan kita masih savaka/murid, maka seharusnya pandangan benar dulu baru muncul, baru ada samadhi...
kalo saya pribadi sih memilih untuk skip sutta2 itu karena gak sesuai dengan pengertian saya.

btw, menurut bhikkhu bodhi:
Quote
"Right view, as explained in the commentary to the Sammaditthi Sutta, has a variety of aspects, but it might best be considered as twofold: conceptual right view, which is the intellectual grasp of the principles enunciated in the Buddha's teaching, and experiential right view, which is the wisdom that arises by direct penetration of the teaching. Conceptual right view, also called the right view in conformity with the truths (saccanulomika-sammaditthi), is a correct conceptual understanding of the Dhamma arrived at by study of the Buddha's teachings and deep examination of their meaning. Such understanding, though conceptual rather than experiential, is not dry and sterile. When rooted in faith in the Triple Gem and driven by a keen aspiration to realize the truth embedded in the formulated principles of the Dhamma, it serves as a critical phase in the development of wisdom (pañña), for it provides the germ out of which experiential right view gradually evolves.

Experiential right view is the penetration of the truth of the teaching in one's own immediate experience. Thus it is also called right view that penetrates the truths (saccapativedha-sammaditthi). This type of right view is aroused by the practice of insight meditation guided by a correct conceptual understanding of the Dhamma. To arrive at direct penetration, one must begin with a correct conceptual grasp of the teaching and transform that grasp from intellectual comprehension to direct perception by cultivating the threefold training in morality, concentration and wisdom. If conceptual right view can be compared to a hand, a hand that grasps the truth by way of concepts, then experiential right view can be compared to an eye — the eye of wisdom that sees directly into the true nature of existence ordinarily hidden from us by our greed, aversion and delusion."
http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/nanamoli/wheel377.html

yah, udah keduluan om ryu...  :)

saya sendiri menganggap pandangan benar hanyalah experiential right view...


pendapat lainnya:
Quote
When the steps of the Eightfold Path are presented in a list, usually Right View is the first step (even though there is no "first" step). Right View supports wisdom. Wisdom in this sense is the understanding of things as they are, as explained in the teachings of the Four Noble Truths.

This understanding is not mere intellectual understanding. It is instead a thorough penetration of the Four Noble Truths. Theravada scholar Wapola Rahula called this penetration "seeing a thing in its true nature, without name and label." (What the Buddha Taught, page 49)
ini saya sependapat...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 04:33:46 PM
betul, dari dulu saya sudah tidak sependapat mengenai hal ini dan sudah dibahas habis di thread lampau.
bagi saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.

kalau mau ditarik garis awal perbedaan pendapat ini adalah definisi pandangan benar itu sendiri.
bagi saya, pengertian intelektual bukanlah pandangan benar...
seberapapun benarnya teori dan doktrin yg anda dengar ataupun baca dari buku, itu tetaplah sebuah ide, bukan kebenaran, bukanlah dhamma.
Kalau kasus Sariputta, misalnya, yang hanya mendengar lalu menembus Sotapatti-phala, menurut bro morph gimana?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 04:44:00 PM
Kalo yg pangeran siddhattha sih mencapai pencerahan itu, itu kekna kasus yg berbeda, itu kasus sebagai seorang sammasambuddha yang pada akhirnya mendapatkan kondisi "pas" dimana beliau mencapai sammasamadhi lalu mendapatkan tevijja itu.

kalau kita kan masuk kasus savaka dimana dari pandangan benar yg mengkondisikan seterusnya itu. Kalau kita tidak dari pandangan benar, artinya nanti kita cuba-cuba utk mencapai kondisi seperti sammasambuddha.
Ya, ada perbedaan dan kemiripan.. Dalam kasus Samma-sambuddha & Pacceka Buddha, tidak ada panduan dalam menuju lokuttara samma-ditthi, sedangkan kalau dalam kasus Savaka, biasa selalu dimulai dari panduan dulu, baru ditembus dalam Samadhi. Itu perbedaannya.

Persamaan yang saya ambil di sini adalah dalam ranah lokiya, sebelum lokuttara, kita semua bisa mendapatkan pandangan benar lewat teori yang dipahami, juga lewat pengalaman pribadi (tanpa arahan/ajaran dari orang lain) dalam meditasi, atau perenungan fenomena yang dipersepsi.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 04:46:03 PM
bagi aye. seseorang dengan menjaga sila saja itu sudah termasuk pandangan benar.
Belum tentu sih. Kalau orang menjaga sila karena takut disambar Zeus, itu jelas bukan pandangan benar. ;D
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 04:53:51 PM
Kalau kasus Sariputta, misalnya, yang hanya mendengar lalu menembus Sotapatti-phala, menurut bro morph gimana?
dengan asumsi cerita itu valid, walaupun ceritanya mengesankan bahwa sariputta mencapai sotapanna seketika setelah mendengar satu bait dari assaji, namun menurut saya ada proses meditasi di antaranya...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 04:57:11 PM
dengan asumsi cerita itu valid, walaupun ceritanya mengesankan bahwa sariputta mencapai sotapanna seketika setelah mendengar satu bait dari assaji, namun menurut saya ada proses meditasi di antaranya...

OK, berarti senada dengan bro dilbert bahwa meditasi (satipatthana) adalah menyangkut kesadaran yang mengamati apa adanya, tidak hanya dilakukan dalam 'kegiatan' meditasi, namun sewaktu-waktu pun bisa dilakukan jika kondisinya mendukung. Bisa dibilang begitu?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 13 January 2012, 04:57:30 PM
Kalau kasus Sariputta, misalnya, yang hanya mendengar lalu menembus Sotapatti-phala, menurut bro morph gimana?

kita harus "se-kaliber" Sariputra untuk bisa seperti itu.... xixixixixixi
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: dilbert on 13 January 2012, 04:58:23 PM
OK, berarti senada dengan bro dilbert bahwa meditasi (satipatthana) adalah menyangkut kesadaran yang mengamati apa adanya, tidak hanya dilakukan dalam 'kegiatan' meditasi, namun sewaktu-waktu pun bisa dilakukan jika kondisinya mendukung. Bisa dibilang begitu?

Bahiya lebih mantap lagi... begitu Buddha selesai ber-khotbah, langsung merealisasikan Kesucian ARAHAT...

Culapanthaka gosok-gosok kain, mendapat dhamma-cakkhu (mata dhamma)
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 05:03:23 PM
kita harus "se-kaliber" Sariputra untuk bisa seperti itu.... xixixixixixi

;D Tentu saja begitu. Dari 80 Mahasavaka dan 13 Mahasavika, semuanya juga 'seram-seram', dan kita tidak tepat pakai pola mereka untuk diterapkan ke kita. Tapi setidaknya bisa dibuat pembelajaran, ibarat Juara se-RT mencontoh Juara Internasional.


Bahiya lebih mantap lagi... begitu Buddha selesai ber-khotbah, langsung merealisasikan Kesucian ARAHAT...

Culapanthaka gosok-gosok kain, mendapat dhamma-cakkhu (mata dhamma)
Atau sekalian Channa dan Godhika yang gorok leher dan menembus Arahatta.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 05:10:39 PM
OK, berarti senada dengan bro dilbert bahwa meditasi (satipatthana) adalah menyangkut kesadaran yang mengamati apa adanya, tidak hanya dilakukan dalam 'kegiatan' meditasi, namun sewaktu-waktu pun bisa dilakukan jika kondisinya mendukung. Bisa dibilang begitu?
dalam istilah saya, bukan kegiatan formal meditasi duduk memejamkan mata.

semua contoh2 yg tercatat hanya "aha!" trus mencapai kesucian, saya merasa kejadian sebenarnya lebih panjang dari itu, ada proses meditasinya... secepat atau selama apa? gak tau dan hanya ada spekulasi...

kalo culapanthaka itu jelas sekali proses meditasinya...
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 05:26:24 PM
24. “Dan apakah, Teman-teman, pandangan benar itu? Pengetahuan tentang penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan – ini disebut pandangan benar.

============
bukannya sebatas pengetahuan kalau menurut sutta itu?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 05:34:26 PM
dalam istilah saya, bukan kegiatan formal meditasi duduk memejamkan mata.

semua contoh2 yg tercatat hanya "aha!" trus mencapai kesucian, saya merasa kejadian sebenarnya lebih panjang dari itu, ada proses meditasinya... secepat atau selama apa? gak tau dan hanya ada spekulasi...

kalo culapanthaka itu jelas sekali proses meditasinya...
Iya, kira-kira pendapat saya juga demikian. Dan penembusan yang mudah seperti itu tidak akan terjadi tanpa sebelumnya (apakah di hidup itu atau di kehidupan lampau) dilatih dengan tekun.

Kalau Culapanthaka memang sebetulnya tidak instant, gosok2 kain sampai kotor, lalu ada perenungan di sana, mendapat sesuatu, lalu dinasihati lagi, baru terakhir direalisasi. Tapi memang menurut ceritanya, hanya dalam waktu singkat, jadi kesannya 'instant'. 
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: K.K. on 13 January 2012, 05:36:14 PM
24. “Dan apakah, Teman-teman, pandangan benar itu? Pengetahuan tentang penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan – ini disebut pandangan benar.

============
bukannya sebatas pengetahuan kalau menurut sutta itu?
Ya, sebatas pengetahuan, tapi itu pun belum tentu kita ketahui. Karena tidak mengetahui, maka kita masih mencari kesenangan, memperpanjang penderitaan ini.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: morpheus on 13 January 2012, 05:44:21 PM
24. “Dan apakah, Teman-teman, pandangan benar itu? Pengetahuan tentang penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan – ini disebut pandangan benar.

============
bukannya sebatas pengetahuan kalau menurut sutta itu?
bukan pengetahuan intelektual.

apakah hanya dengan membaca "sebab penderitaan adalah tanha" trus manggut2 mengerti lalu dapet stempel "pandangan benar"?
kagak.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: ryu on 13 January 2012, 05:50:32 PM
bukan pengetahuan intelektual.

apakah hanya dengan membaca "sebab penderitaan adalah tanha" trus manggut2 mengerti lalu dapet stempel "pandangan benar"?
kagak.

setidaknya itu mungkin sudah langkah pertama masuk pandangan benar dahulu, mengetahui apa itu Pengetahuan tentang penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan.

kalau diurut dari awal :

8. “Di Benares, Teman-teman, di Taman Rusa di Isipatana Sang Tathāgata, yang sempurna dan tercerahkan sempurna, memutar Roda Dhamma yang tiada bandingnya …  dan memperlihatkan Empat Kebenaran Mulia. Apakah empat ini?

3. ”Mengumumkan … dan memperlihatkan kebenaran mulia penderitaan ... kebenaran mulia asal-mula penderitaan … kebenaran mulia lenyapnya penderitaan … kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

10. “Dan apakah, Teman-teman, kebenaran mulia penderitaan? Kelahiran adalah penderitaan; penuaan adalah penderitaan; kematian adalah penderitaan; dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan adalah penderitaan; tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan; singkatnya, kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan adalah penderitaan.

11. “Dan apakah, Teman-teman, kelahiran itu?  Kelahiran makhluk-makhluk adalah berbagai urutan penjelmaan, akan terlahir, berdiam [dalam rahim], pembentukan, perwujudan kelompok-kelompok unsur kehidupan, memperoleh landasan-landasan kontak – ini disebut kelahiarn.

12. “Dan apakah, Teman-teman, penuaan itu? Penuaan makhluk-makhluk dalam berbagai urutan penjelmaan, usia tua, gigi tanggal, rambut memutih, kulit keriput, kehidupan menurun, indria-indria melemah – ini disebut penuaan.

13. “Dan apakah, Teman-teman, kematian itu? Berlalunya makhluk-makhluk dalam berbagai urutan makhluk-makhluk, kematiannya, terputusnya, lenyapnya, sekarat, selesainya waktu, hancurnya kelompok-kelompok unsur kehidupan, terbaringnya tubuh – ini disebut kematian.

14. “Dan apakah, Teman-teman, dukacita itu? Dukacita, menyedihkan, kesedihan, dukacita batin, kesedihan batin, dari seseorang yang mengalami kemalangan atau diakibatkan oleh kondisi-kondisi menyakitkan – ini disebut dukacita.

15. “Dan apakah, Teman-teman, ratapan itu? mengeluh dan meratap, mengeluhkan dan meratapi, [250] keluhan dan ratapan, dari seseorang yang mengalami kemalangan atau diakibatkan oleh kondisi-kondisi menyakitkan – ini disebut ratapan.

16. “Dan apakah, Teman-teman, kesakitkan itu? Kesakitan jamani, ketidak-nyamanan jasmani, sakit, perasaan tidak menyenangkan yang muncul dari kontak jasmani – ini disebut kesakitan.

17. “Dan apakah, Teman-teman, kesedihan itu? kesedihan batin, ketidak-nyemanan batin, perasaan tidak menyenangkan yang muncul dari kontak batin – ini disebut kesedihan.

18. “Dan apakah, Teman-teman, keputus-asaan itu? Kesulitan dan keputus-asaan, kesulitan besar dan kehilangan harapan, dari seseorang yang mengalami kemalangan atau diakibatkan oleh kondisi-kondisi menyakitkan – ini disebut keputus-asaan.

19. “Dan apakah, Teman-teman, ‘tidak memperolah apa yang diinginkan adalah penderitaan adalah penderitaan’? Bagi makhluk-makhluk yang tunduk pada kelahiran muncul keinginan: ‘Oh, semoga kami tidak tunduk pada kelahiran! Semoga kelahiran tidak terjadi pada kami!’ Tetapi hal ini tidak diperoleh dengan cara menginginkan, dan tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan. Bagi makhluk-makhluk yang tunduk pada penuaan … tunduk pada penyakit … tunduk pada kematian … tunduk pada dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan, muncul keinginan: ‘Oh, semoga kami tidak tunduk pada dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan! Semoga dukacita, ratapan, kesakitan, kesedihan, dan keputus-asaan tidak terjadi pada kami!’ Tetapi hal ini tidak diperoleh dengan cara menginginkan, dan tidak memperoleh apa yang diinginkan adalah penderitaan.

20. “Dan apakah, Teman-teman, kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan, secara singkat, adalah penderitaan? Yaitu: kelompok unsur bentuk materi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur perasaan yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur persepsi yang terpengaruh oleh kemelekatan, kelompok unsur bentukan-bentukan yang terpengaruh oleh kemelekatan, dan kelompok unsur kesadaran yang terpengaruh oleh kemelekatan. Ini adalah kelima kelompok unsur kehidupan yang terpengaruh oleh kemelekatan, secara singkat, adalah penderitaan. Ini disebut kebenaran mulia penderitaan.

21. “Dan apakah, Teman-teman, kebenaran mulia asal-mula penderitaan? Adalah keinginan, yang membawa penjelmaan baru, yang disertai dengan kesenangan dan nafsu, dan kesenangan dalam ini dan itu; yaitu, keinginan akan kenikmatan indria, keinginan untuk menjelma, [251] keinginan untuk tidak menjelma. Ini disebut kebenaran mulia asal-mula penderitaan.

22. “Dan apakah, Teman-teman, kebenaran mulia lenyapnya penderitaan? Adalah peluruhan tanpa sisa dan lenyapnya, berhentinya, lepasnya, membiarkan, dan menolak keinginan yang sama ini. Ini disebut kebenaran mulia lenyapnya penderitaan.

23. “Dan apakah, Teman-teman, kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan? Adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan ini; yaitu, pandangan benar, kehendak benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar, usaha benar, perhatian benar, dan konsentrasi benar.

24. “Dan apakah, Teman-teman, pandangan benar itu? Pengetahuan tentang penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan – ini disebut pandangan benar.

25. “Dan apakah, Teman-teman, kehendak benar itu? Kehendak meninggalkan keduniawian, kehendak tanpa niat buruk, dan kehendak tanpa kekejaman – ini disebut kehendak benar.

26. “Dan apakah, Teman-teman, ucapan benar itu? Menghindari kebohongan, menghindari ucapan jahat, menghindari ucapan kasar, dan menghindari obrolan tanpa tujuan – ini disebut ucapan benar.

27. “Dan apakah, Teman-teman, perbuatan benar itu? Menghindari membunuh makhluk-makhluk hidup, menghindari mengambil apa yang tidak diberikan, dan menghindari perilaku salah dalam kenikmatan indria – ini disebut perbuatan benar.

28. “Dan apakah, Teman-teman, penghidupan benar itu? Di sini seorang siswa mulia, setelah meninggalkan penghidupan salah, mencari penghidupannya melalui penghidupan benar – ini disebut penghidupan benar.

29. “Dan apakah, Teman-teman, usaha benar itu? Di sini seorang bhikkhu membangkitkan semangat untuk tidak memunculkan kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat yang belum muncul, dan ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengerahkan pikirannya, dan berupaya. Ia membangkitkan semangat untuk meninggalkan kondisi-kondisi jahat yang tidak bermanfaat yang telah muncul … Ia membangkitkan semangat untuk memunculkan kondisi-kondisi yang bermanfaat yang belum muncul, [252] dan ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengerahkan pikirannya, dan berupaya. Ia membangkitkan semangat untuk mempertahankan kelangsungan, ketidak-lenyapan, memperkuat, meningkatkan, dan memenuhi dengan pengembangan atas kondisi-kondisi yang bermanfaat yang telah muncul, dan ia berusaha, membangkitkan kegigihan, mengerahkan pikirannya, dan berupaya.

30. “Dan apakah, Teman-teman, perhatian benar? Di sini seorang bhikkhu berdiam dengan merenungkan jasmani sebagai jasmani, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Ia berdiam dengan merenungkan perasaan sebagai perasaan, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Ia berdiam dengan merenungkan pikiran sebagai pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. … Ia berdiam dengan merenungkjan obyek-obyek pikiran sebagai obyek-obyek pikiran, tekun, penuh kewaspadaan, dan penuh perhatian, setelah menyingkirkan ketamakan dan kesedihan terhadap dunia. Ini disebut perhatian benar.

31. “Dan apakah, Teman-teman, konsentrasi benar itu? Di sini, dengan cukup terasing dari kenikmatan indria, terasing dari kondisi-kondisi tidak bermanfaat, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna pertama yang disertai dengan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari keterasingan. Dengan menenangkan awal pikiran dan kelangsungan pikiran, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke dua, yang memiliki keyakinan-diri dan keterpusatan pikiran tanpa awal pikiran dan kelangsungan pikiran, dengan kegembiraan dan kenikmatan yang muncul dari konsentrasi. Dengan meluruhnya kegembiraan, ia berdiam dalam keseimbangan, dan penuh perhatian dan penuh kewaspadaan, masih merasakan kenikmatan pada jasmani, ia masuk dan berdiam dalam jhāna ke tiga, yang dikatakan oleh para mulia: ‘Ia memiliki kediaman yang menyenangkan yang memiliki keseimbangan dan penuh perhatian.’ Dengan meninggalkan kenikmatan dan kesakitan, dan dengan pelenyapan sebelumnya kegembiraan dan kesedihan, seorang bhikkhu masuk dan berdiam dalam jhāna ke empat, yang memiliki bukan-menyakitkan-juga-bukan-menyenangkan dan kemurnian perhatian karena keseimbangan. Ini disebut konsentrasi benar.

“Ini disebut kebenaran mulia jalan menuju lenyapnya penderitaan.

http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=18173.msg305187#msg305187

=======================

kalau tanpa ada pengetahuan 4KM, trus pandangan benar dulu sepertinya sulit untuk mengetahui kelanjutannya.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: Sumedho on 13 January 2012, 06:45:37 PM
kalau ngomong masuk pandangan benar, nanti ranahnya masuk ke sotapanna, nah kan ada magga dan phala. apakah mau dicucokan kesana? pengetahuan vs realisasi?
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: bawel on 13 January 2012, 09:58:26 PM
Kalau bicara konteks kesucian, maka pandangan benar-nya itu adalah yang lokuttara, adi-duniawi, yang sudah di luar 62 pandangan dalam Brahmajalasutta. Dalam konteks ini, semua puthujjana termasuk Pangeran Siddhatta juga tidak berpandangan benar. Untuk menembus pandangan benar ini, tidak ada jalan lain kecuali penegakkan perhatian (satipatthana).

Nah, kalau transformasi bathin yang saya bicarakan ini, tentu masih dalam tahap duniawi (lokiya). Nah, semisalnya non-Buddhis, tidak tahu teori apapun, tapi dia menjalankan petapaan, kehidupan suci sampai mencapai jhana. Walaupun dia tidak merumuskan pelanggaran sila ke 3, misalnya, namun ia secara otomatis telah mengetahui bahaya dari kenikmatan indera dan menghindarinya. Tanpa perlu belajar Agama Buddha dan pancasila, dia telah punya pengertian benar tentang sila. Ini contoh yang saya maksud dengan dipicu dari Samadhi yang benar, membawa pada pandangan benar.

menurut saya, dia belum memiliki pengertian yang benar dan benar-benar yang lainnya, yang ada hanyalah parami saja ;D. sehingga panna, sila dan samadhi yang dilakukannya sebelum mengetahui pandangan benar adalah tidak lengkap, oleh karena itu belum bisa disebut samadhi benar, hanya parami saja ;D. nah.. tabungan parami ini lah yang nantinya akan membawa dia pada pandangan benar yang sesungguhnya, baik diberi tahu maupun direalisasikan sendiri ;D.

*maksud saya dengan brahmajala sutta itu adalah untuk memperlihatkan perbedaan menjalankan sila antara sila pertapa lain (sila parami) dan sila sang buddha dan murid-muridnya (sila yang benar). begitu pula dengan samadhi yang benar dengan nekkhama parami dan juga panna yang benar dan panna parami ;D. kira-kira parami itu, menurut saya adalah unsur-unsur dari jmb8 yang bisa dijalankan 1 bagian atau beberapa bagian saja tidak seperti menjalankan jmb8 yang pasti menjalankan semuanya ;D.
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: icykalimu on 15 January 2012, 04:45:39 PM
tdk ada org yg bisa menyucikan org lain.
"ini adalah pandangan benar. kalau org mengetahui ini pandangannya akan jadi benar."
tentunya tdk bisa seperti itu. hrs dibuktikan / direalisasikan sendiri.
tapi membaca sutta tetap penting. karena kita akan tahu apa yg akan kita selidiki. supaya tercapai "sutta maya panna"
Title: Re: weleh2 dari tetangga nih ngomongin aye
Post by: sobat-dharma on 16 January 2012, 12:32:21 PM
MN 43.13-14

Dua kondisi bagi munculnya pandangan benar: 1. suara orang lain; 2. perhatian yang bijaksana.

5 Faktor pandangan benar: 1. kesusilaan, 2. belajar, 3. diskusi, 4. ketenangan, 5. kebijaksanaan.

MN 44. 11.
Ucapan benar, tindakan benar, penghidupan benar masuk dalam kelompok Moralitas (Vinaya)
Usaha bena, kewaspadaan benar, konsentrasi benar masuk dalam kelompok Konsentrasi (Samadhi).
Pandangan benar dan niat benar, masuk dalam kelompok Kebijaksanaan (Panna)