devaapineraka [$]ternyata Choa itu pengikutnya banyak nih, dan ternyata orang yang sudah merealisasikan buda darma itu seperti Choa
anda mau tahu
inilah member-member senior dhamma-citta
jadi kalau ada praktisi "dhamma" yang dapat merealisasikan dengan hasil-hasil
yang di sebutkan di sutta "orang-orang semecan ini" yang disusupkan untuk
meng counter, agar dhamma yang sudah di praktekan itu tidak di terima secara
luas, karena agama mereka ini kalau di lapangan masuk ke ras (maaf) chinesse
lalu mereka bertanya;
agamamu apa
kalau di jawab buddhis,
mereka langsung menjawab; ooooooooooo masih buddhis,
inilah yang ingin mereka bangun bahwa buddhis agama nenek moyang yang
patut di tngalkan, ini bukan isapan jempol saja, sudah merupakan program
terinci di agama mereka untuk menarik, ras chinesse ke agama mereka
cilakanya dan menjijikan, mereka di terima dengan tangan terbuka di "web"
berbasis theravada, karena mereka dengan cepat belajar sutta dan umumnya
theravadin menolak hal-hal supra (indhi/abhinna) jadi mereka dapat memanupulasi umat lain yang sudah masuk di tahap realisasi dhamma di tolak
dengan sadar,
coba baca di thread dhammacitta yang notabena web berbasis theravada ada
moderatornya "menolak" bermeditasi dan terang-terangan bilang hasil meditasi adalah orang gila, mabok, sakau dll
suatu "kebodohan" nyata, jika pengelola web benar-benar buddhis seharusnya
moderator yang menulis begini berulang-ulang "harus di banned"
saya mempertanyakan apakah pengelola web dhammacitta memang umat buddhis atau malah umat lain,?
sesuatu yang harus kita pelajari, jika pengelolanya umat buddhis biarlah ini
teguran buat mereka
banyak yang dapat di pelajari di thread menyan beserta Choa, ada orang agama lain dengan getol menjatuhkan orang yang mengklaim sudah merealisasikan dhamma "tampa tendeng aling-aling" sampai nyasar disini.
saya berharap tulisan saya ini di copy paste oleh menyan ke dhammacitta.
ternyata Choa itu pengikutnya banyak nih, dan ternyata orang yang sudah merealisasikan buda darma itu seperti Choa
apakah ciri2 orang yang sudah merealisasikan buda dama?
bilang bodoh (mencontoh buda?)
bilang binatang (contoh merealisasikan buda dama?)
hasil dari meditasi apakah sehingga bisa memposting kata2 bodoh, binatang, BMA?
tehnik meditasi apakah yang diajarkan buda sehigga merealisasikan buda dama seperti choa?
saya berharap tulisan saya ini di copas oleh menyan di sono.
orang2 memang suka hal2 yang berbau kesaktian, dan si choa ini klaim dirinya bodhisatva guru para arahat(punya kesaktian), biasanya orang yang punya kesaktian banyak 'pengikut', contoh LSY. :))ehipassiko yang kebablasan, mereka percaya aja kalau ada orang yang "katanya" bisa melihat masa lalu, artinya sudah merealisasikan buda dama? kalau orang yang tidak pernah meditasi tidak praktek buda dama?
meditator yang suka menceritakan dan menklaim dirinya sudah mencapai hasil yang hebat/tinggi di tempat umum atau pengikutnya, tentunya ketahuan kualitas meditator itu :whistle:
Busettt baru baca neh g.asalnya dari sini :
Menurut g,kata2 tuh org salah deh.
Dari kemarin gak ad yg blg theravada gk bole meditasi
Ck..ck..ck..
Trus klo ditanya agama apa?! Ohh msh buddhist.. G pernah dgr diucapkan seseorang tapi lbh tptnya g ingat ini diucapkan oleh org ekayana (CMIIW)
Masalah penghujatan bodoh,BMA,dll itu yang mulai buka thread si KA,dg merujuk salah satu sutta dg statement tersebut maka kita kupas tuntas
Kenapa nyangsang di negeri seberang persepsi nya smua jadi beda ya?! (Bingung mode on)
Quote from: ryu on 23 December 2011, 08:43:13 PM
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?
yg dia tulis malah aku baru dgr..kemungkinan salah tangkap tuh....biasanya org klo terlanjur tak suka... selalu membaca dlm presepsi berbeda..
terlepas dari siapa yang ngomong, imo kalo buddhis tapi gak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
lebih parah lagi kalo buddhis tapi anti meditasi...
terlepas dari siapa yang ngomong, imo kalo buddhis tapi gak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...setidaknya perlu di pilah2 dulu tehnik meditasi apa yang dipelajari seseorang, apabila meditasi nya menghasilkan orang sekualitas Choa rasanya perlu di tinjau dahulu sebudhis apa dia sehingga hasil meditasinya begitu.
lebih parah lagi kalo buddhis tapi anti meditasi...
gua gk pernah tuh meditasi... Masih buddhist2 aje dan g rasa diblg gk nyumbang apa2 atau nyumbang apapun sih gak ngaruh. Back to your attitude, men...betul, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa-apa bagi perkembangan batinnya sendiri, jadinya sangat rugi sekali.
Buddhist anti meditasi knp parah??? emang semua orang yg meditasi pasti baik????!!! helllo.... tergantung tujuan dia meditasi apa kali....
setidaknya perlu di pilah2 dulu tehnik meditasi apa yang dipelajari seseorang, apabila meditasi nya menghasilkan orang sekualitas Choa rasanya perlu di tinjau dahulu sebudhis apa dia sehingga hasil meditasinya begitu.tersirat dari pernyataan yang saya komentari itu menggeneralisir meditasi sebagai sesuatu yg mengerikan, tidak bermanfaat dan bikin orang jadi tidak beres. padahal meditasi sangat dipuji dan dianjurkan oleh Sang Buddha sendiri. itu yang saya maksudkan. pernyataan yang menggeneralisir dan menjelek-jelekkan meditasi yg dilontarkan oleh buddhis sendiri saya nilai sebagai sangat parah dan tidak pada tempatnya.
apakah dengan meditasi seseorang bisa menyumbangkan sesuatu buat budis?
kebudisan seseorang dilihat dari seringnya meditasi?
betul, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa-apa bagi perkembangan batinnya sendiri, jadinya sangat rugi sekali.
mengenai buddhis anti meditasi, jelas sangat ironis sekali, karena guru besarnya --Buddha Gotama-- berkali2 menganjurkan dan memuji pengolahan batin.
masa muridnya malah anti meditasi dan menjelek-jelekkan meditasi? parah kan?
tersirat dari pernyataan yang saya komentari itu menggeneralisir meditasi sebagai sesuatu yg mengerikan, tidak bermanfaat dan bikin orang jadi tidak beres. padahal meditasi sangat dipuji dan dianjurkan oleh Sang Buddha sendiri. itu yang saya maksudkan. pernyataan yang menggeneralisir dan menjelek-jelekkan meditasi yg dilontarkan oleh buddhis sendiri saya nilai sebagai sangat parah dan tidak pada tempatnya.dan anda juga salah mengerti, apakah saya menjelekan meditasi yang diajarkan buda?
anda salah mengerti. yang saya maksud, tidak menyumbangkan apa2 buat dirinya sendiri, bagi perkembangan batinnya sendiri sehingga rugi besar.
peribahasanya ayam mati di lumbung.
emang perkembangan batin itu HARUS meditasi DOANG???tapi kalau orang udah tau tuh hasil kepotong pisau pasti sakit ngapain kita coba? mendingan menjauh ;D
emang gak bisa dengan cara lain???
Anti meditasi sih urusan tuh individual sendiri.. Menjelek2kan meditasi ceng li lah krn dia belum rasain. Dia rasain dulu baru komentar
Contoh:
Jari kita klo kepotong pisau sakit... tapi sakit gmn? keluar sakit sampe berdarah itu sakit, sakit gmn?
Susah kan ngomongnya klo kita gak mengalami langsung
Pasti jawabannya cuma SAKIT deh pokoknya. SEMUA orang jg tau kepotong pisau tajam sakit... Tapi sakitnya gmn?
Klo udah pernah kena kepotong pisau tajam maka tau rasa sakit nya gimana
emang perkembangan batin itu HARUS meditasi DOANG???sebelum saya jawab, apa sih arti meditasi bagi anda?
emang gak bisa dengan cara lain???
Anti meditasi sih urusan tuh individual sendiri.. Menjelek2kan meditasi ceng li lah krn dia belum rasain. Dia rasain dulu baru komentarbetul itu urusan individual, tapi kalo sikap anti meditasi itu dilontarkan seorang buddhis di sebuah forum buddhis untuk publik, maka itu wajar dan layak untuk saya komentari bahwa sikap seperti itu keblinger.
dan anda juga salah mengerti, apakah saya menjelekan meditasi yang diajarkan buda?kalo begitu, revisi pernyataan anda yang salah dan menggeneralisir.
tahukah anda ada meditasi yang malah menjauhkan dari tujuan ajaran buda?
apakah kalau ada meditasi yang menjauhkan ajaran buda kita harus memujinya? mencontohnya?
sebelum saya jawab, apa sih arti meditasi bagi anda?
betul itu urusan individual, tapi kalo sikap anti meditasi itu dilontarkan seorang buddhis di sebuah forum buddhis untuk publik, maka itu wajar dan layak untuk saya komentari bahwa sikap seperti itu keblinger.
kalo begitu, revisi pernyataan anda yang salah dan menggeneralisir.Memang meditasi itu dianjurkan tapi tidak MEMAKSA. Gua gk meditasi bukan berarti gua anti meditasi
yang harus anda kritik adalah meditasi yang salah, bukan seluruh praktik meditasi.
sangat berbahaya dan menyesatkan kalo seorang pemula membaca forumer yang sudah kawakan dan mungkin dijadikan panutan memberi pernyataan bahwa dia takut bermeditasi dan tidak mau bermeditasi karena melihat contoh2 yang jelek.
Buddha tidak mengajarkan orang bermeditasi untuk menjadi orang gila, miring ataupun menjerumuskan praktisinya.
bermeditasi itu sangat dianjurkan.
itu yang mau saya luruskan.
gua gk pernah tuh meditasi... Masih buddhist2 aje dan g rasa diblg gk nyumbang apa2 atau nyumbang apapun sih gak ngaruh. Back to your attitude, men...
Buddhist anti meditasi knp parah??? emang semua orang yg meditasi pasti baik? ??? !!! helllo.... tergantung tujuan dia meditasi apa kali....
kan saya belum pernah meditasi berarti anda tidak menyimak dengan baik postingan saya sebelumnyayg saya tanyakan adalah definisi meditasi menurut anda, bukan pengalaman meditasi anda.
Terus gmn saya bisa artiin meditasi? Makanya saya harus coba dulu tp saya gk ANTI meditasi
Anda emang wajar mengomentari tapi anda tidak wajar menghakimi. Emang anda hakim di beberapa alam??!! gak kan. Jadi yg berhak menghakimi seorang buddhist itu tidak layak mengucapkan anti meditasi, bukan anda dan bukan jg saya.menghakimi? itu bukan menghakimi, itu adalah opini saya. saya tulis di atas "imo" artinya in my opinion, bahwa buddhis yg gak bermeditasi itu kebuddhisannya gak menyumbangkan apa2 bagi perkembangan batinnya sendiri.
buddhist tapi tidak pernah meditasi, ibarat belajar program tanpa praktek... tidak akan memberikan manfaat apa2...
dan anda juga salah mengerti, apakah saya menjelekan meditasi yang diajarkan buda?
tahukah anda ada meditasi yang malah menjauhkan dari tujuan ajaran buda?
apakah kalau ada meditasi yang menjauhkan ajaran buda kita harus memujinya? mencontohnya?
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa
yg saya tanyakan adalah definisi meditasi menurut anda, bukan pengalaman meditasi anda.
anda berkali-kali menulis "meditasi" diposting2 sebelumnya, artinya anda tahu artinya meditasi kan? apa arti (baca: definisi) meditasi menurut anda?
menghakimi? itu bukan menghakimi, itu adalah opini saya. saya tulis di atas "imo" artinya in my opinion, bahwa buddhis yg gak bermeditasi itu kebuddhisannya gak menyumbangkan apa2 bagi perkembangan batinnya sendiri.
nah, kalau anda ingin melanjutkan pembahasannya, terangkan dulu definisi meditasi menurut anda, karena definisi ini penting untuk melanjutkan diskusinya...
menurut saya gak tuh
Saya belum kena arti meditasi buat saya
Karena saya sudah coba dan maaf belum berhasil dan belum nampar (bahasa kasar saya)
Saya mau meditasi dan akan saya coba tapi ntah kapan... Jadi gak mau gembar gembor dl
Klo kelakuan saya sendiri belum saya perbaiki, saya agak berat utk segalanya
Jadi saya lakukan dari hal kecil dl (yg jelas bukan meditasi)
Berbakti sama orangtua (cara kecil saya)
Nolongin nenek (walaupun ditipu)
Simple things that i can do beside meditation
Menurut saya, meditasi lebih ke arah batin kita agar kita gak grasak grusuk, perasaan kacau dan lebih konsentrasi
Itu yang saya tangkap untuk saat ini
mas bro, dato' sependapat ma morpheus, kalimat yg tertulis, memiki arti general..
Memang meditasi itu dianjurkan tapi tidak MEMAKSA. Gua gk meditasi bukan berarti gua anti meditasigiliran saya yang bilang: anda gak nyimak.
Gua misalnya anti meditasi bukan berarti batin g pasti kotorsaya gak mau mengomentari batin kotor atau bersih. seperti anda bilang, anti meditasi itu urusan masing2.
menurut saya gak tuhbagi saya, sikap mental seperti anda ini jauh lebih bagus daripada antipati dan menjelek-jelekkan meditasi.
Saya belum kena arti meditasi buat saya
Karena saya sudah coba dan maaf belum berhasil dan belum nampar (bahasa kasar saya)
Saya mau meditasi dan akan saya coba tapi ntah kapan... Jadi gak mau gembar gembor dl
Jadi saya lakukan dari hal kecil dl (yg jelas bukan meditasi)bagus sekali.
Berbakti sama orangtua (cara kecil saya)
Nolongin nenek (walaupun ditipu)
Simple things that i can do beside meditation
Menurut saya, meditasi lebih ke arah batin kita agar kita gak grasak grusuk, perasaan kacau dan lebih konsentrasi
Itu yang saya tangkap untuk saat ini
[at] morpheus: buat bro, maaf jika kata2 saya ada mengandung kekasaran, kesombongan dan acuh tak acuhsaya merasa kata2 anda biasa2 aja, gak ada yg perlu diminta maaf.
Tapi saya disini hanya belajar dan tidak ada niat atau apapun untuk menyakiti sesama member DC disni ^:)^ _/\_
kalo begitu, revisi pernyataan anda yang salah dan menggeneralisir.revisi yang mana? yang ini :
yang harus anda kritik adalah meditasi yang salah, bukan seluruh praktik meditasi.
sangat berbahaya dan menyesatkan kalo seorang pemula membaca forumer yang sudah kawakan dan mungkin dijadikan panutan memberi pernyataan bahwa dia takut bermeditasi dan tidak mau bermeditasi karena melihat contoh2 yang jelek.
Buddha tidak mengajarkan orang bermeditasi untuk menjadi orang gila, miring ataupun menjerumuskan praktisinya.
bermeditasi itu sangat dianjurkan.
itu yang mau saya luruskan.
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?
dagelan :DBukankah memberikan rasa 'angkuh' yang memuakkan? Seolah-olah praktek dari Ajaran Buddha hanya meditasi, meditasi, dan meditasi.
teori tanpa praktek
cermin cermin cermin
mas bro, dato' sependapat ma morpheus, kalimat yg tertulis, memiki arti general..soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?
meditasi yg baik memberikan kontribusi bagi perkembangan bathin, tp meditasi yg salah mengakibatkan pandangan salah... tp klo kita mengatakan meditasi, hal ini mencakup keseluruhan, baik yang benar maupun yg salah... just opinion...
pernyataan ini di sampaikan pada waktu pembahasan topik ym choa, harusnya bukan secara general tapi ditujukan kepada pengikut/pemirsa ym choa atau si choa sendiri, supaya mereka berpandangan lebih baik.
kecuali pernyataan ini disampaikan dengan topik tersendiri oleh bro ryu.
revisi yang mana? yang ini :apa yg tersirat di sana? anda tidak mau praktek meditasi apapun kan? tentunya termasuk meditasi yg diajarkan Sang Buddha.
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?
soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulu, secara melihat hasil2 produk dari meditasi seperti anda, MMD, LSY dll sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya, dan saya menanyakan anda praktek meditasi apa untuk catatan saya untuk tidak mempraktekannya, so boleh tahu anda mempraktekan meditasi seperti apa?
makanya baca jangan sepotong2 mas bro ;D
trus trang, dato' baca diskusi ryu dgn choa, agak kaget jg awal nya, setelah baca lg, baru dato' paham maksud ryu.harus memilih2 dulu gurunya, takut salah jalan ;D
karena kesan pertama yg muncul (kesan saya pribadi, mungkin salah baca/salah nangkap makna nya) adalah ada suatu hal yg membuat seseorang buddhist tidak mau praktek meditasi, berarti ada masalah dengan meditasi dan meditasi mempunyai efek samping yg menakutkan...
ini yg dato' katakan (pendapat saya pribadi) agak mengeneral, bahwa meditasi seperti itu... walau sebenarnya yg dimaksud oleh ryu adalah model meditasi yg keliru/salah yg diprakekan oleh Choa/LSY/MMD memberikan efek samping yg tidak benar pula, sehingga ryu tidak tertarik mempraktekan meditasi yg keliru/salah tersebut...
[at] Kainyn_Kuthoanda dari sebelah ya? kok cuma segitu kemampuannya?
sedikit sentilan dikatakan angkuh memuakan pdhal saya post dengan maklum tanpa cetana dosa, banyak bertebaran post yg merendahkan orang lain secara langsung disertai kebodohan batin tidak ada yg tegur bahkan follow up
pamit _/\_
Inti dari Ajaran Buddha tetap adalah meditasi, tapi bukan berarti yang tidak meditasi tidak bisa mendapatkan apa-apa dari Ajaran Buddha. Beberapa orang mengenal Ajaran Buddha, tentang hukum kamma, sila, dan kelahiran kembali, memiliki harapan dan mengubah cara hidupnya ke arah lebih baik. Di sini dia tidak meditasi, tapi tetap mendapat keuntungan dari Ajaran Buddha.
Coba lihat posting begini:Bukankah memberikan rasa 'angkuh' yang memuakkan? Seolah-olah praktek dari Ajaran Buddha hanya meditasi, meditasi, dan meditasi.
Inilah yang membuat orang yang belum kenal meditasi menjadi muak dengan kata meditasi, padahal meditasi itu sendiri sangat indah dan bermanfaat.
anda dari sebelah ya? kok cuma segitu kemampuannya?
apa yg tersirat di sana? anda tidak mau praktek meditasi apapun kan? tentunya termasuk meditasi yg diajarkan Sang Buddha.bukankah ada tulisan dahulu di belakang?
kenapa tidak mau praktek meditasi apapun? karena menurut anda produk2nya mengerikan...
itu yg pengen saya kritik dan saya anggap menyesatkan pembaca.
kalo anda spesifik "soal meditasi maaf saya tidak mau praktek meditasi metode anda" atau "soal meditasi, saya tidak mau karena takut tersesat meditasi yang salah", kan jelas artinya.
kalao ke bandung, kita gathering bareng lah...
dgn senang hati saya akan berdiskusi bersama anda,
dan meyelami kopi masing2.
:) semoga anda berbahagiaapa karena member disini dianggap BMA ya jadi hanya penggembira disini?
1. soal meditasi maaf saya tidak mau praktek dahulumungkin mas bro aa tono harus membaca lebih perlahan untuk mencerna postingan aye ;D
2. sepertinya menakutkan melihat efek samping dari meditasinya
itu kesan pertama yg muncul mas bro... klo dato' baca secara mendatar, diawal paragraf saja sudah memberikan makna lain (bagi dato' pribadi).
memang kita sebagai seorang buddhist perumah tangga tidak selalu harus berkutat dengan meditasi. mau berbuat baik cukup dengan mempraktekkan sila dan mempelajari dhamma, jika tertarik mengembang kan bathin kearah yg lebih berkualitas, bisa mempraktekan meditasi.setidaknya orang yang praktek meditasi tahu rambu2 arah tujuannya melakukan meditasi budis, banyak yang terjerumus semakin jauh karena merasa bisa punya kemampuan melihat arwah, masa lalu, ke surga dll yang bila tidak hati2 bisa menyesatkan, terlena akan kemampuan sehingga tidak memperoleh manfaat sama sekali terhadap meditasinya.
namun jika dikatakan meditasi tidak memberikan kontribusi bagi perkembangan bathin itu adalah hal yg keliru. memang kondisi saat ini banyak bermunculan tokoh2/pakar meditasi namun memiliki prilaku yg kurang baik, namun bukan berarti itu efek dr meditasi, namun karena murni kekotoran bathin nya dr si tokoh2/pakar meditasi. namun penilaian orang akan berbeda karena hanya melihat aktifitas meditasi nya saja. malah menimbulkan kesan, sudah meditasi saja masih begitu... ini jg pandangan yg keliru...
pernyataan mas bro kulup sebenarnya tidak la arogan dan memuakkan, itu disebabkan karena orientasi nya berbeda... ada orang yg belajar buddhist karena tertarik meditasi dan telah merasakan manfaat nya... ada pula orang yg belajar buddhist, karena tertarik dan cocok dengan nilai2 kebajikan yg diajarkan serta memberikan kebahagiaan dalam hidup nya...
ngajak dato' ya ? minum kopi luwak kah ? ada si brewok ga, klo ada tambah seru lg... ;Dkopi luwak yang white coffee =))
[at] Kainyn_Kuthokamu iri iya bro kulup ? apa artinya kulup ? kulup meditasi gak ?
sedikit sentilan dikatakan angkuh memuakan pdhal saya post dengan maklum tanpa cetana dosa, banyak bertebaran post yg merendahkan orang lain secara langsung disertai kebodohan batin tidak ada yg tegur bahkan follow up
pamit _/\_
mungkin mas bro aa tono harus membaca lebih perlahan untuk mencerna postingan aye ;D
ato mas bro yg harus menulis lebih jelas lg... biar orang yg membaca tidak salah paham... bukan kah yg ditulis devaapineraka merupakan efek dari kesalah pahaman yg muncul setelah membaca tulisan mas bro... ;Doh engga kok, devaapineraka sudah memilih berpihak kepada siapa sudah terlihat sehingga dia tidak objektif, dia setuju kok member di sini BMA karena yang mengatakannya choa yang notabene sudah praktek buda dama, mana didengarlah orang yang tidak pernah praktek seperti aye, kalau di bandingkan, sesama budis lebih percaya mana budis sama non budis? lebih percaya mana orang yang suka meditasi dengan yang tidak suka meditasi?
[at] Kainyn_KuthoJika anda tidak dapat melihat keangkuhan yang menilai orang lain sebagai dagelan, berarti anda memang harus berpraktik lebih keras.
sedikit sentilan dikatakan angkuh memuakan pdhal saya post dengan maklum tanpa cetana dosa, banyak bertebaran post yg merendahkan orang lain secara langsung disertai kebodohan batin tidak ada yg tegur bahkan follow up
pamit _/\_
memang kita sebagai seorang buddhist perumah tangga tidak selalu harus berkutat dengan meditasi. mau berbuat baik cukup dengan mempraktekkan sila dan mempelajari dhamma, jika tertarik mengembang kan bathin kearah yg lebih berkualitas, bisa mempraktekan meditasi.Ya, tentu saja saya tidak berpandangan bahwa meditasi tidak berkontribusi bagi perkembangan bathin ataupun menyebabkan orang berperilaku aneh. Bahkan saya katakan meditasi adalah intisari dari Ajaran Buddha.
namun jika dikatakan meditasi tidak memberikan kontribusi bagi perkembangan bathin itu adalah hal yg keliru. memang kondisi saat ini banyak bermunculan tokoh2/pakar meditasi namun memiliki prilaku yg kurang baik, namun bukan berarti itu efek dr meditasi, namun karena murni kekotoran bathin nya dr si tokoh2/pakar meditasi. namun penilaian orang akan berbeda karena hanya melihat aktifitas meditasi nya saja. malah menimbulkan kesan, sudah meditasi saja masih begitu... ini jg pandangan yg keliru...
pernyataan mas bro kulup sebenarnya tidak la arogan dan memuakkan, itu disebabkan karena orientasi nya berbeda... ada orang yg belajar buddhist karena tertarik meditasi dan telah merasakan manfaat nya... ada pula orang yg belajar buddhist, karena tertarik dan cocok dengan nilai2 kebajikan yg diajarkan serta memberikan kebahagiaan dalam hidup nya...
Ya, tentu saja saya tidak berpandangan bahwa meditasi tidak berkontribusi bagi perkembangan bathin ataupun menyebabkan orang berperilaku aneh. Bahkan saya katakan meditasi adalah intisari dari Ajaran Buddha.
Memang yang jadi masalah di sini adalah perilaku yang tidak sesuai, yang tidak baik dari orang yang disebut 'meditator'. Terlebih lagi biasanya praktisi yang berhasil, jarang mengungkapkan pengalaman meditasinya, sedangkan yang palsu sering gembar-gembor seperti tukang obat. Jadi adalah wajar yang sering dilihat orang adalah yang ngaco, otomatis meditasi malah jadi buruk di mata orang.
devaapineraka [$]:
6, saya rasa (pribadi) dia** sudah tidak ada "ego" seperti yang kamu punya (umat awam)
bukankah ada tulisan dahulu di belakang?saya bilang lagi, dari post anda ada makna tersirat kalo meditasi itu mengerikan dan bukan hanya saya sendiri yg membaca dan mendapat persepsi itu.
yang artinya tidak mau meditasi dahulu, bukan tidak meditasi selamanya khan?
mungkin nanti ada saatnya meditasi.
saya tidak mau makan dahulu, artinya tidak mau makan apapun? mengharamkan makan?
menurut komentarnya DAN, dia (Choa) udah tinggi ilmunya lho...perbedaan umat awam (UA) dengan yang tidak mempunyai ego (TME) :
udah gak ada egonya... gimana dgn posting2 dia disini nahhhhh
**Choa
saya rasa ?= saya yakin
saya bilang lagi, dari post anda ada makna tersirat kalo meditasi itu mengerikan dan bukan hanya saya sendiri yg membaca dan mendapat persepsi itu.mungkin yang salah stasiun penerimanya nih >:D
ditambah lagi selama berada di forum ini, anda berkali2 bilang gak mau mencoba bermeditasi apapun dengan alasan takut atau ngeri, salah satunya:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=3921.msg66450#msg66450
saya tidak mau pernyataan seperti ini meng-discourage mereka yang ingin mencobanya.
anggaplah saja anda gak bermaksud menjelek-jelekkan meditasi, tapi karena tulisan anda --seorang forumer senior-- bisa ditafsirkan seperti itu, dengan ini saya ingin menegaskan pada pembaca agar tidak takut mencoba meditasi dan malah menganjurkan untuk mencoba bermeditasi secara teratur. rugi sekali kalo sebagai buddhis tidak mencoba, menjauhi atau malah takut untuk bermeditasi.
ngajak dato' ya ? minum kopi luwak kah ? ada si brewok ga, klo ada tambah seru lg... ;Dbisa di atur
Inti dari Ajaran Buddha tetap adalah meditasi, tapi bukan berarti yang tidak meditasi tidak bisa mendapatkan apa-apa dari Ajaran Buddha. Beberapa orang mengenal Ajaran Buddha, tentang hukum kamma, sila, dan kelahiran kembali, memiliki harapan dan mengubah cara hidupnya ke arah lebih baik. Di sini dia tidak meditasi, tapi tetap mendapat keuntungan dari Ajaran Buddha.imo, yang anda sebut "keuntungan" di sana rata-rata sifatnya spekulatif atau juga semu, walau mungkin tidak semuanya.
perbedaan umat awam (UA) dengan yang tidak mempunyai ego (TME) :pembunuh: tusuk perut sampai keluar usus dan darah
UA : loe bego, tolol, babi, monyet dll (berkata2 dengan ego)
TME : loe bego, tolol, babi, monyet dll (berkata2 tanpa ego)
saya jadi bingung sekarangbanyak sekali thread meditasi di forum ini, bisa dibaca satu per satu.
Jadi apa gunanya meditasi?
Meditasi kan dibagi beberapa jenis
Yang gampang meditasi dengan objek pernafasan dan pusatkan pikiran ke nafas masuk dan keluar
Saya pernah mencoba meditasi dengan objek tersebut
Jadi selama 5 menit, itu susah konsen. Jadi pikiran masih mikir jemuran yg belum diangkat (jgn blg sblm ke vihara angkat dl jemuran), terus saya mkirin soal kerjaan, dll.
Ketika saya sadar, saya kembalikan ke objek pernafasan lagi, perhatikan pernafasan masuk dan keluar
Apakah cara meditasi tersebut sudah benar? Terus apa ada patokan berapa lama meditasi?
pembunuh: tusuk perut sampai keluar usus dan darahtentu masih banyak bedanya...
dokter bedah: tusuk perut sampai keluar usus dan darah
demikian pula dengan kata-kata keras dari orang tua (parents) dengan kata-kata keras dari musuh.
yang membedakan adalah niatnya.
berhubung saya gak bisa membaca niat seseorang dan mengetahui hasilnya, saya memilih untuk tidak menilai seseorang dari luar.
ini saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa.
tentu masih banyak bedanya...guna perumpamaan adalah untuk memberikan ilustrasi mengenai kesamaan dua hal pada satu aspek sesuai dengan maksud yg menyampaikannya.
pisaunya beda
kontaminasi pisau berbeda
tempat kejadian beda
stelir ruangan beda...
dan yg satu udah ditusuk tidak dijahit kembali, sedangkan yg lain ia... plus harus bayar mahal...
menurut bro morpheus, bro Choa mengatakan sekelompok orang BMA, itu tindakan bijaksana atau tidak ? dan kenapa ?bukankah sudah saya tulis, saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa...?
bro Choa disini beberapa hari aja, membuat begitu banyak orang tak sedang... sampai2 dia juga gak muncul,
sedangkan gw di forum tetangga sampai ini hari masih MENGHIBUR mereka, dan persahabatan berjalan terus...
kalau gw pikir secara pintas, ilmu nya gw beberapa level diatas choa.... (bukannya mau sombong lhooo)
apakah begitu ?
guna perumpamaan adalah untuk memberikan ilustrasi mengenai kesamaan dua hal pada satu aspek sesuai dengan maksud yg menyampaikannya.
tidak tepat membawa perumpamaan ke aspek2 lainnya, karena jelas maksud saya bukan pada aspek2 itu.
bukankah sudah saya tulis, saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa...?
Kalau diteliti lebih lanjut, sebenarnya tidak ada kesamaan akan dua hal tsb. tergantung seberapa orang tsb teliti melihat kejadiannya.
saya hanya mengomentari walaupun actionnya sama, bisa saja niatnya berbeda.
jangan selalu menilai dari actionnya saja.
hindarkan generalisir atau pukul rata.
itu aja.
Disinipun gw tidak setuju dgn bro morpheus,
Niat baik saja tidak cukup, kebijaksanaan dan etika/budaya/cara berpikir setempat harus dimengerti.
Orang Jepan menghormatin para pembicara adalah dgn postur menunduk, menutup mata dgn penuh perhatian mendengarkan. Sedangan bari sebagian besar orang barat, itu lebih kearah PENGHINAAN... hahahhaha...tatiyampi, saya berbicara di luar konteks om choa dan saya gak berminat untuk membicarakannya.
Jadi Niat bagi aja tidak cukup....
menurut bro morpheus, apakah Choa pengajar/penyebar dhamma yg baik atau tidak ? kenapa ?
adakah kesan angkuh dan sombong tentang Choa ini ? mohon rinciannya...
tatiyampi, saya berbicara di luar konteks om choa dan saya gak berminat untuk membicarakannya.
saya gak mengikuti thread2 heboh itu karena tidak berminat, jadi gak bisa menilai dan tidak mau menilai.
maaf kalo mengecewakan...
Orang Jepan menghormatin para pembicara adalah dgn postur menunduk, menutup mata dgn penuh perhatian mendengarkan. Sedangan bari sebagian besar orang barat, itu lebih kearah PENGHINAAN... hahahhaha...
Jadi Niat bagi aja tidak cukup....
menurut bro morpheus, apakah Choa pengajar/penyebar dhamma yg baik atau tidak ? kenapa ?
adakah kesan angkuh dan sombong tentang Choa ini ? mohon rinciannya...
_/\_ :x
imo, yang anda sebut "keuntungan" di sana rata-rata sifatnya spekulatif atau juga semu, walau mungkin tidak semuanya.Bukan 'spekulatif' sih, tapi 'relatif'. Karena kemampuan orang memahami adalah berbeda, jadi tidak semua bisa langsung dikenalkan pada meditasi. Itu juga sebabnya biasa sebelum Samadhi, Buddha membabarkan dana & sila. Siapapun yang tidak berdana dan tidak memiliki sila, ketika berlatih berdana dan menjalankan sila, otomatis sudah mendapat keuntungan dari ajaran itu, kendatipun belum ke samadhi.
pembunuh: tusuk perut sampai keluar usus dan darahBetul, memang tidak selalu bisa dilihat dari perbuatannya saja, tapi juga harus dilihat dari manfaat yang ada. Itu secara umum. Sekarang secara khusus, mungkin kapan2 bro morph mau tahan mual sedikit dan intip thread itu, sehingga punya gambaran sedikit, sebab topic ini -walaupun tentu tidak masalah bicara secara umum- tetap berkaitan dengan sepak terjang YM Choa di sini.
dokter bedah: tusuk perut sampai keluar usus dan darah
demikian pula dengan kata-kata keras dari orang tua (parents) dengan kata-kata keras dari musuh.
yang membedakan adalah niatnya.
berhubung saya gak bisa membaca niat seseorang dan mengetahui hasilnya, saya memilih untuk tidak menilai seseorang dari luar.
ini saya berbicara secara umum, terlepas dari konteks om choa.
at cumi
di DC banyak 'orang baik'/orang netral/pembicara, tapi ketika 'orang baik' disuruh bela yang benar, tidak mau.
tapi ketika tidak diminta, 'pendapat buanyak' dengan segala contoh yang umum malah kadang2 membingungkan, sedangkan ketika 'orang baik' diminta pendapat tentang objek yang dibahas tidak mau, lucu kan :)), aneh memang. ^-^
harap maklum, karna ada yang memang sejenis, dan sesama jenis tidak saling membicarakan ! =))
menurut bro morpheus, apakah Choa pengajar/penyebar dhamma yg baik atau tidak ? kenapa ?menurut gw bro Choa kurang sabar, kenapa sekarang dia gak mengajar disini lagi ?
ternyata Choa itu pengikutnya banyak nih, dan ternyata orang yang sudah merealisasikan buda darma itu seperti Choa
apakah ciri2 orang yang sudah merealisasikan buda dama?
bilang bodoh (mencontoh buda?)
bilang binatang (contoh merealisasikan buda dama?)
hasil dari meditasi apakah sehingga bisa memposting kata2 bodoh, binatang, BMA?
tehnik meditasi apakah yang diajarkan buda sehigga merealisasikan buda dama seperti choa?
saya berharap tulisan saya ini di copas oleh menyan di sono.
Kalau sudah bawa-bawa masalah di DC ini sampai ke luar forum atau ke tempat lain, menurut saya memang sudah menjadi "pikiran yang mengganggu" buat yang nulis di luar sana... awas lo dosa mula cittaUdah mampirin disana utk ramah tamah... dan
padahal pertanyaan gw umum2 aja.... kenapa bro morpheus tidak mau menilai ? forum adalah tempat ..... salah satunya mengutarakan pandangan dan menilai...Kalau menurut saya sih, bro morph hanya mau merespon bagian meditasi memberikan output orang2 gila, yang dikhawatirkan bikin orang yang membaca jadi tidak mau meditasi. Soal komedinya YM Choa itu, sejak awal memang tidak dibahas sama bro morph.
menurut gw bro Choa kurang sabar, kenapa sekarang dia gak mengajar disini lagi ?Tidak sabar, tidak terkendali, tidak memahami lawan bicara, tidak mampu mengajar. Itu kriteria lengkap untuk tidak menjadi seorang guru, dan dia lulus semuanya.
atau diganti dgn Djoa ?
Kalau menurut saya sih, bro morph hanya mau merespon bagian meditasi memberikan output orang2 gila, yang dikhawatirkan bikin orang yang membaca jadi tidak mau meditasi. Soal komedinya YM Choa itu, sejak awal memang tidak dibahas sama bro morph.anda BMA =))
Tidak sabar, tidak terkendali, tidak memahami lawan bicara, tidak mampu mengajar. Itu kriteria lengkap untuk tidak menjadi seorang guru, dan dia lulus semuanya.
anda BMA =))
si choa ceramah di sini, yang ngerti member di sono, makanya member di sini BMA.
kalau member di sono PMA.
PMA apa sih?
at cumisayakah yg anda maksud? kenapa gak sebut nama saja? gak perlu takut... :)
di DC banyak 'orang baik'/orang netral/pembicara, tapi ketika 'orang baik' disuruh bela yang benar, tidak mau.
tapi ketika tidak diminta, 'pendapat buanyak' dengan segala contoh yang umum malah kadang2 membingungkan, sedangkan ketika 'orang baik' diminta pendapat tentang objek yang dibahas tidak mau, lucu kan :)), aneh memang. ^-^
harap maklum, karna ada yang memang sejenis, dan sesama jenis tidak saling membicarakan ! =))
Bukan 'spekulatif' sih, tapi 'relatif'. Karena kemampuan orang memahami adalah berbeda, jadi tidak semua bisa langsung dikenalkan pada meditasi. Itu juga sebabnya biasa sebelum Samadhi, Buddha membabarkan dana & sila. Siapapun yang tidak berdana dan tidak memiliki sila, ketika berlatih berdana dan menjalankan sila, otomatis sudah mendapat keuntungan dari ajaran itu, kendatipun belum ke samadhi.imo, sila dan samadhi harus dijalankan berbarengan. saya kurang setuju kalau sila dikatakan sebagai level basic dan meditasi sebagai level advance.
sayakah yg anda maksud? kenapa gak sebut nama saja? gak perlu takut... :)
menurut saya, post di atas menunjukkan kekonyolannya sendiri.
dalam dunia hayalan om adi lim, semua orang harus "membela kebenaran" menurut dia. apabila ada yang memilih untuk tidak ikut2an rame2 mengeroyok forumer lain yang dicap sesat, om adi lim memilih untuk menyerang pribadinya dan menuduh ini itu.
maaf saja, saya tidak berminat ikut2an thread yang menurut saya tidak cerdas, tidak ada pembelajaran, tidak ada pertukaran pemikiran dan tidak ada pertukaran wawasan apa2. cukup membaca beberapa post saja, sudah terlihat itu akan berujung pada satu pihak ngomong putih, pihak lain ngomong hitam. morpheus tidak perlu ikut2an nambahin bilang hitam.
om adi lim bingung di saat morpheus memilih untuk membahas topik2 lain. yah, wajar saja, kalo memang ternyata selera dan minat kita berbeda, anda tidak perlu bingung dan memaksa saya supaya seleranya sama dengan anda. silakan anda teruskan thread2 yang sesuai dengan selera anda dan saya ikutan thread2 yang sesuai selera saya. boleh kan om?
apabila anda masih keberatan, mungkin anda bisa minta admin mengangkat anda untuk menjadi super global moderator sehingga anda bisa menggariskan agar semua forumer mengikuti selera menurut saya, post di atas menunjukkan kekonyolannya sendiri.
dalam dunia hayalan om adi lim, semua orang harus "membela kebenaran" menurut dia. apabila ada yang memilih untuk tidak ikut2an rame2 mengeroyok forumer lain yang dicap sesat, om adi lim memilih untuk menyerang pribadinya dan menuduh ini itu.
maaf saja, saya tidak berminat ikut2an thread yang menurut saya tidak cerdas, tidak ada pembelajaran, tidak ada pertukaran pemikiran dan tidak ada pertukaran wawasan apa2. cukup membaca beberapa post saja, sudah terlihat itu akan berujung pada satu pihak ngomong putih, pihak lain ngomong hitam. morpheus tidak perlu ikut2an nambahin bilang hitam.
om adi lim bingung di saat morpheus memilih untuk membahas topik2 lain. yah, wajar saja, kalo memang ternyata selera dan minat kita berbeda, anda tidak perlu bingung dan memaksa saya supaya seleranya sama dengan anda. silakan anda teruskan thread2 yang sesuai dengan selera anda dan saya ikutan thread2 yang sesuai selera saya. boleh kan om?
apabila anda masih keberatan, mungkin anda bisa minta admin mengangkat anda untuk menjadi super global moderator sehingga anda bisa menggariskan agar semua forumer mengikuti selera anda dan menge-ban morpheus... kalo anda tidak bisa menjadi super global moderator, terpaksa anda menahan segala luka di hati anda akibat membaca post dari morpheus. anda bisa skip saja setiap kali saya menulis, agar tidak "bingung" ataupun merasa "aneh".
pesan saya agar lain kali anda tidak usah main sindir, sebut aja namanya. saya nilai anda sebagai forumer yang paling gemar menyerang pribadi dan menuduh yang tidak-tidak, mengotorkan topik sehingga topik asli menjadi terkubur. saran saya dengan setulusnya agar anda menghentikan kegemaran anda ini, karena ini akan berakibat buruk pada perkembangan mental anda sendiri. terima kasih apabila anda mau memperhatikan saran saya ini, om...
anda dan menge-ban morpheus... kalo anda tidak bisa menjadi super global moderator, terpaksa anda menahan segala luka di hati anda akibat membaca post dari morpheus. anda bisa skip saja setiap kali saya menulis, agar tidak "bingung" ataupun merasa "aneh".
pesan saya agar lain kali anda tidak usah main sindir, sebut aja namanya. saya nilai anda sebagai forumer yang paling gemar menyerang pribadi dan menuduh yang tidak-tidak, mengotorkan topik sehingga topik asli menjadi terkubur. saran saya dengan setulusnya lain kali kalau anda kecewa, anda menghentikan kegemaran anda ini, karena ini akan berakibat buruk pada perkembangan mental anda sendiri. terima kasih apabila anda mau memperhatikan saran saya ini, om...
imo, sila dan samadhi harus dijalankan berbarengan. saya kurang setuju kalau sila dikatakan sebagai level basic dan meditasi sebagai level advance.Betul, hanya dana dan sila sebetulnya sangat sayang karena kalau hanya dua ini, di ajaran lain juga bisa ditemukan. Dana demi pamrih, sila berdasarkan pengekangan diri, bukan terkondisi dari 'pandangan benar'; namun orang tidak pernah berdana belajar berdana, orang tidak terkendali berusaha mengendalikan diri, menurut saya kalau bisa demikian pun sudah merupakan transformasi bathin.
sila menunjang meditasi dan meditasi menunjang sila.
apabila berhenti sampai pada dana dan sila saja, apalagi dengan motivasi pamrih karma baik dan surga yang didasari kepercayaan hukum karma dan tumimbal lahir, maka umumnya dana dan sila itu tidak lain adalah sebuah pengekangan dan pemaksaan diri saja, tanpa ada usaha ke arah terjadinya transformasi batin.
dengan dana dan sila memang lingkungan dan diri sendiri mendapat manfaat dan saya gak pengen discourage pelaksanaan dana dan sila. hanya saja praktik dana dan sila itu pincang tanpa meditasi. itulah kenapa saya ikut nimbrung di thread ini, karena saya melihat bahayanya pandangan buddhis yang menolak untuk bermeditasi dan mengatakan produk dari meditasi itu adalah kegilaan (walaupun dijelaskan maksudnya bukan seperti itu).
Betul, hanya dana dan sila sebetulnya sangat sayang karena kalau hanya dua ini, di ajaran lain juga bisa ditemukan. Dana demi pamrih, sila berdasarkan pengekangan diri, bukan terkondisi dari 'pandangan benar'; namun orang tidak pernah berdana belajar berdana, orang tidak terkendali berusaha mengendalikan diri, menurut saya kalau bisa demikian pun sudah merupakan transformasi bathin.dikatakan dana dama merupakan yang tertinggi (CMIIW), dengan meditasi "katanya" merealisasikan dama, tapi tidak mau mendanakan dama yang merupakan dana tertinggi ajaran buda?
Ya, soal produk meditasi = gila, saya pikir sekarang masing2 sudah jelas. Memang seorang meditator memiliki tanggung jawab yang cukup berat. Meditasi berhubungan langsung dengan bathin internal, tidak ada orang (biasa) lain yang tahu. Jika predikat 'meditator' telah melekat pada dirinya, hendaknya dia menjaga ucapan dan kelakuannya agar tidak membuat orang salah paham tentang meditasi. Donatur terbesar Buddhis masih penuh nafsu ... yah biasa, kedermawanan memang tidak ada hubungannya sama nafsu. Pembabar dhamma terkenal masih naik pitam maki-maki orang ... biasa juga, paling orang bilang 'cuma teori'. Meditator handal, praktisi yang konon sudah mencapai ini-itu, nafsunya tetap diumbar, perilaku dan ucapan tidak terkendali juga, congkak & pongah pun tetap jalan ... akan jadi pertanyaan: meditasi adalah berkenaan langsung dengan pengikisan noda bathin, kenapa meditator perilakunya begitu? Apakah faktor orangnya? Bukan, konon sudah 'berhasil', terkenal dan banyak muridnya. Nah, berdasarkan pemikiran logis, kalau bukan faktor orangnya, berarti meditasinya yang tidak bermanfaat.
Kalau saya pribadi, terlepas dari orang itu GM atau Admin di forum Buddhis, bebas saja dia mengkritik. Saya cukup yakin bro ryu ini tidak anti-meditasi, tapi seandainya pun dia menyerukan 'anti-meditasi', maka saya tidak akan menghalangi atau mengkritiknya karena berkata demikian, tapi merasa tertantang untuk menjelaskan manfaat dari meditasinya. Tapi sekali lagi, itu saya pribadi.
xenocross: Peringatan buat semua member
Hentikan pake kata bodoh, kecuali anda sudah arya. Karena mengatakan orang lain bodoh dengan pikiran yg diwarnai klesha akan menghasilkan karma terlahir jadi orang bodoh
dikatakan dana dama merupakan yang tertinggi (CMIIW), dengan meditasi "katanya" merealisasikan dama, tapi tidak mau mendanakan dama yang merupakan dana tertinggi ajaran buda?Secara singkat, berdasarkan realisasi dan pengajaran, ada 4 jenis orang:
*)T&C : ini ngomongin choa bukan keseluruhan.
Secara singkat, berdasarkan realisasi dan pengajaran, ada 4 jenis orang:justru belum berdana dama tapi seperti merasa sudah termasuk manusia yang point ke 1
1. Sudah merealisasi dhamma, juga pandai mengajar. Orang seperti ini selain bijaksana, juga bisa menyampaikan dan mengajar dengan baik sehingga yang mendengar bisa mendapatkan manfaat atau bahkan dibimbing merealisasi juga. Hanya orang type ini yang mampu berdana (Buddha-)dhamma.
2. Sudah merealisasi dhamma, tapi tidak bisa mengajar. Orang seperti ini bijaksana namun tidak mahir dalam mengajarkan atau membimbing orang lain terutama yang kecenderungannya berbeda. Walau tidak bisa mengajar, orang seperti ini pasti terkendali dalam pikiran, ucapan, dan perbuatan, tidak dikuasai nafsu dan egonya.
3. Belum merealisasi dhamma, tapi pandai mengajar. Orang seperti ini belum bijaksana, belum mulia, tapi apapun yang dicapainya, bisa dimengerti dan memberi manfaat bagi orang lain.
4. Belum merealisasi dhamma, tapi juga tidak pandai mengajar. Ada 2 sub-jenis orang begini:
a. yang tahu diri dan tidak mengaku-ngaku, juga tidak sok menggurui. Ini seperti orang awam normal kebanyakan saja.
b. yang tidak tahu diri, mengaku-ngaku, juga sok menggurui. Type ini gampang sekali dikenali: kehadirannya, ucapannya, tingkah lakunya saja meresahkan, tidak membawa kedamaian/pengertian buat orang lain, jadi boro-boro memberikan manfaat.
Type pertama, dari prestasinya, tanpa gembar-gembor apapun juga, tetap orang akan menduga-duga pencapaiannya. Type 4b, dimulai dulu dengan gembar-gembor pencapaian, tapi prestasinya nol besar.
Nah, dana dama yang dimaksud sama bro ryu ini, omong-omong disampaikan sama orang jenis berapa?
justru belum berdana dama tapi seperti merasa sudah termasuk manusia yang point ke 1Kalau begitu caranya, sama juga seperti orang mengatakan mau sumbang 1 T untuk pembangunan 500 vihara, tapi makan warteg aja ngutang 3 bulan.
devaapineraka [$]
anda mau tahu
inilah member-member senior dhamma-citta
jadi kalau ada praktisi "dhamma" yang dapat merealisasikan dengan hasil-hasil
yang di sebutkan di sutta "orang-orang semecan ini" yang disusupkan untuk
meng counter, agar dhamma yang sudah di praktekan itu tidak di terima secara
luas, karena agama mereka ini kalau di lapangan masuk ke ras (maaf) chinesse
lalu mereka bertanya;
agamamu apa
kalau di jawab buddhis,
mereka langsung menjawab; ooooooooooo masih buddhis,
inilah yang ingin mereka bangun bahwa buddhis agama nenek moyang yang
patut di tngalkan, ini bukan isapan jempol saja, sudah merupakan program
terinci di agama mereka untuk menarik, ras chinesse ke agama mereka
cilakanya dan menjijikan, mereka di terima dengan tangan terbuka di "web"
berbasis theravada, karena mereka dengan cepat belajar sutta dan umumnya
theravadin menolak hal-hal supra (indhi/abhinna) jadi mereka dapat memanupulasi umat lain yang sudah masuk di tahap realisasi dhamma di tolak
dengan sadar,
ngomong2 di DC ini ada yang ngomongin RAS gak? kok bisa2nya si devaspineraka bilang :
ngomong2 di DC ini ada yang ngomongin RAS gak? kok bisa2nya si devaspineraka bilang :Itu juga yang saya mau tahu, asalnya perbincangan SARA ini dari mana. Ini juga contoh dari pengikut 'yang katanya sudah merealisasi' lewat praktik, tapi bisa melakukan fitnah demikian?
Itu juga yang saya mau tahu, asalnya perbincangan SARA ini dari mana. Ini juga contoh dari pengikut 'yang katanya sudah merealisasi' lewat praktik, tapi bisa melakukan fitnah demikian?mugnkin dia membaca di bagian kesaksian choa :
Just want to share:Saya setuju sekali sama Bhante Girirakkhito. Beberapa waktu lalu, ada seorang sharing tentang hidup dan merasa bahwa seperti 'Tuhan tidak adil' karena dia sudah berbuat baik pada orang lain, tapi orang lain yang dibantunya itu malah 'menusuk dari belakang'. Masalah juga datang bertubi-tubi. Kemudian saya mengenalkan tentang konsep Buddhisme, kamma, tumimbal lahir, akar dari perbuatan (LDM), dan dia cocok. Dari situ dia puas dan menerimanya, tidak lagi muncul pikiran 'ketidak-adilan Tuhan', tidak mencari kambing-hitam, juga menahan diri karena takut akan kamma. Ini adalah manfaat nyata dari belajar konsep yang benar.
yang saya denger langsung:
Bhante Girirakkhito: Belajar Buddha Dhamma secara intelektual, maksimal hanya mampu mentranformasi bathin 30%. Hanya lewat meditasi mampu mentransformasi bathin secara maksimal.
Bhante Uttamo: Tanpa meditasi umat Buddha seperti ayam jantan tanpa janggar.
Dulu saya suka membaca, karena dari membaca saya MERASA mengerti Buddha Dhamma. Lebih suka mendapat pengertian, pemahaman daripada duduk diam mencari ketenangan. Pemahaman saya saat itu: meditasi buat menenangkan bathin. Sudah merasa cukup puas MERASA mengerti, ngga butuh ketenangan. :)
Ketika mendapat problem hidup, baru saya kelimpungan. Semua pemahaman intelektual itu hampir tidak mampu membantu. Dari sini bartu sadar, paham pentingnya meditasi. Pesan2 bhante akan pentingnya meditasi yg saya sepelekan, baru saya bisa sadari.
tapi.....
sejujurnya, walau sudah sadar akan pentingnya meditasi, sejujurnya saya akui: belum bisa rutin meditasi. :'(
Selalau ada alasan untuk menunda berlatih meditasi!!!
Padahal sudah beberapa kali ikut retret semingguan....
Pointnya: Selama belum mendapat problem hidup yg cukup keras, kita akan merasa cukup puas belajar secara intelektual saja.
_/\_
Saya setuju sekali sama Bhante Girirakkhito. Beberapa waktu lalu, ada seorang sharing tentang hidup dan merasa bahwa seperti 'Tuhan tidak adil' karena dia sudah berbuat baik pada orang lain, tapi orang lain yang dibantunya itu malah 'menusuk dari belakang'. Masalah juga datang bertubi-tubi. Kemudian saya mengenalkan tentang konsep Buddhisme, kamma, tumimbal lahir, akar dari perbuatan (LDM), dan dia cocok. Dari situ dia puas dan menerimanya, tidak lagi muncul pikiran 'ketidak-adilan Tuhan', tidak mencari kambing-hitam, juga menahan diri karena takut akan kamma. Ini adalah manfaat nyata dari belajar konsep yang benar.jadi artinya tanpa meditasi seseorang TIDAK MUNGKIN mentranformasikan batin secara maksimal?
Belakangan saya anjurkan untuk mulai meditasi sedikit-sedikit, latihan seadanya, tapi banyak alasan untuk tidak melakukannya. Dia juga mengatakan sudah cukup dengan mengerti konsepnya. Saya tidak paksa. Tapi beberapa lama kemudian, dia datang lagi dan cerita bahwa dirinya masih dikekang oleh kemarahan dan kebencian yang sewaktu-waktu bisa meledak, maka dia mulai menyadari betapa pentingnya meditasi tersebut. Saya katakan padanya bahwa ada hal yang bisa kita pahami lewat konsep dan logika, namun Lobha-Dosa-Moha, adalah hal yang tak terlogikakan. Dorongan tersebut tidak akan dapat dikenali oleh konsepsi pikiran, tapi bisa ditenangkan, dipahami, dan dikikis lewat meditasi. Sekarang dia sudah mulai berlatih.
Dari sini bisa dilihat bahwa tanpa meditasi, konsep Buddhisme bisa memberi manfaat dalam porsi kecil, yaitu sebatas kapasitas konsep juga. Tapi untuk mendapatkan intinya, meditasi tidak boleh diabaikan.
mugnkin dia membaca di bagian kesaksian choa :Bahkan saya tidak tahu dia anak ustadz. Saya anti-rasisme, maka tidak peduli perbedaan ras yang tak berarti itu. Sepertinya dia hanya berkelit saja di balik isu rasisme untuk memojokkan DC karena memang dia tidak mampu menunjukkan apa kesalahan DC yang tidak menerima dia. Sungguh perbuatan tercela.
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=21689.msg384219#msg384219
dan mungkin karena disini choa merasa tidak diterima oleh member gara2 anak ustadz?
atau gara pertanyaan dari johan mengenai sunat?
yang bikin bingung kok ada fitnah ras dari sini =))
jadi artinya tanpa meditasi seseorang TIDAK MUNGKIN mentranformasikan batin secara maksimal?Betul, tanpa meditasi, seorang tidak dapat mengalami transformasi bathin secara maksimal.
jadi artinya tanpa meditasi seseorang TIDAK MUNGKIN mentranformasikan batin secara maksimal?
bukan sekedar pada postur meditasi (duduk bersila dan tutup mata, atau meditasi jalan atau meditas berbaring, atau meditasi berdiri, ataupun meditasi setengah berbaring). sambil ngetik di DC sebenarynya bisa juga praktek SATI... AMAT-I gerak bathin... timbul tenggelam ... timbul tenggelam...nah makna meditasi yang "sebenar2nya" itu kek gimana?
jadi artinya tanpa meditasi seseorang TIDAK MUNGKIN mentranformasikan batin secara maksimal?
nah makna meditasi yang "sebenar2nya" itu kek gimana?
Kalau bisa tanpa meditasi, Buddha akan mengajarkan 6 Jalan Ariya , tanpa Konsentrasi Benar dan Samadhi Benar."Perhatian dan Samadhi" kali bro. ;D
;D ;D
nah makna meditasi yang "sebenar2nya" itu kek gimana?Makna meditasi itu ada di pikiran yang diam terpusat (samatha) atau perhatian yang kuat (satipatthana), bukan pada kegiatan yang tampak. Postur tubuh, misalnya, memang mengkondisikan dilakukannya konsentrasi, tapi intinya bukan di situ. Nah, seperti kata bro dtgvajra, dilakukan saja. Setiap orang pengalamannya berbeda, jadi 'gambaran' dari orang lain belum tentu cocok.
KK:seingat gw Hui Neng begitu mendengar seseorang membacakan sepotong syaring diamond sutta, dia langsung begitu tertarik... dan selama diperguruan, setau gw kerjanya hanya di dapur.. dan juga gak banyak belajar sutta, apalagi dia buta huruf, tapi koq malah jadi penerus ? adakah bukti bahwa dia juga banyak meditasi ?
Dari sini bisa dilihat bahwa tanpa meditasi, konsep Buddhisme bisa memberi manfaat dalam porsi kecil, yaitu sebatas kapasitas konsep juga. Tapi untuk mendapatkan intinya, meditasi tidak boleh diabaikan.
"Perhatian dan Samadhi" kali bro. ;D
Betul, hanya dana dan sila sebetulnya sangat sayang karena kalau hanya dua ini, di ajaran lain juga bisa ditemukan. Dana demi pamrih, sila berdasarkan pengekangan diri, bukan terkondisi dari 'pandangan benar'; namun orang tidak pernah berdana belajar berdana, orang tidak terkendali berusaha mengendalikan diri, menurut saya kalau bisa demikian pun sudah merupakan transformasi bathin.pendapat saya lebih ekstrim: tidak ada transformasi batin tanpa meditasi.
Kalau saya pribadi, terlepas dari orang itu GM atau Admin di forum Buddhis, bebas saja dia mengkritik. Saya cukup yakin bro ryu ini tidak anti-meditasi, tapi seandainya pun dia menyerukan 'anti-meditasi', maka saya tidak akan menghalangi atau mengkritiknya karena berkata demikian, tapi merasa tertantang untuk menjelaskan manfaat dari meditasinya. Tapi sekali lagi, itu saya pribadi.done that. sasaran saya sekarang adalah pembaca yang lain.
pendapat saya lebih ekstrim: tidak ada transformasi batin tanpa meditasi.saya melakukan kebajikan dengan harapan:
transformasi batin dalam arti dari lobha ke alobha, dosa ke adosa, moha ke amoha.
dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.
tidak ada transformasi batin di sana.
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
bukan sekedar pada postur meditasi (duduk bersila dan tutup mata, atau meditasi jalan atau meditas berbaring, atau meditasi berdiri, ataupun meditasi setengah berbaring). sambil ngetik di DC sebenarynya bisa juga praktek SATI... AMAT-I gerak bathin... timbul tenggelam ... timbul tenggelam...Yang saya tahu:
Secara singkat, berdasarkan realisasi dan pengajaran, ada 4 jenis orang:Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat. ;D
<<<del, maaf ngirit bandwidth>>>
saya melakukan kebajikan dengan harapan:Mungkinkah anak kecil mampu bersikap bijaksana?
"semoga dengan jasa kebajikan saya perbuat dapat membuat saya lebih cepat memahami dan merealisasi dhamma di masa yang akan datang"
apakah ini termasuk pamrih??
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat. ;D
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.
Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.
satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)
***
Soal pentingnya pencatatan, labeling atas apa yg kita sadari.
Pemula HARUS melakukan pecatatan bathin. Teman saya (Sdr. GSK), disuruh pulang saja, kalau tetap tidak mau melakukan pencatatan.
Tapi di tingkat lanjut: Pencatatan itu justru menjadi penghambat, yang mesti dilepas.
Chanmyay Sayadaw murid langsung Mahasi sayadaw. Konon di Myanmar beliau hanya mengajar yg sudah lanjut saja. tapi di Indonesia, beliau mengajar yg mau ikut retretnya.
***
Point pemahaman saya yg mau saya sharing,
= Sikap, tindakan seseorang BELUM TENTU bisa dipakai mengukur isi bathin seseorang.
= Instruksi vipassana bisa berbeda bahkan bertentangan, sesuai level meditator.
so, IMO:
yang sudah tingkat lanjut, silahkan beradu pendapat soal meditasi.
yang pemula, sebaiknya hanya menjadi penonton, tidak perlu ngotot.
_/\_
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat. ;DSaya tidak masalah dengan berbagai cara mengajar. Setahu saya bahkan dalam level yang sama pun, guru yang baik mengajarkan sesuai kecenderungan murid, jadi mengajarkah metode yang berbeda.
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.
Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.
satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)
[...]
Yang saya tahu:jadi artinya seseorang yang tidak mengetahui apa itu meditasi, tapi dia melakukan transformasi batinnya seperti perenungan, doa, sholat dll apakah termasuk dalam meditasi?
Meditasi itu proses bathin, bukan tubuh atau posisi tubuh jasmani. Menyadari gerak gerik bathin dan jasmani.
So, meditasi bisa dilakukan dalam semua posisi tubuh jasmani, bahkan dalam aktivitas sehari-hari.
Yup, saat ngetik keyboard, bisa jadi latihan meditasi. ;D ;D ;D
Menyadari emosi, niat, yg ada/muncul di bathin sendiri.
:)
Kalau kita lihat/baca di inet, yg sering2 meditasipun sering beda pendapat. ;Djadi artinya kalau ada meditator misalnya yang suka melihat paha mulus muridnya kita jangan menilai batinnya, siapa tau dia meditasi objek suba?
Kisah Chikung, sedikit menginspirasi saya pribadi. bahwa sikap dan tindakan seseorang belum tentu bisa dijadikan ukuran isi bathinnya.
Bila membaca perbedaan pendapat senior2 meditator, saya memilih diam, tidak berani berkomentar, apalagi ngotot.
Tapi dari teman darat (Sdr. Bing S. dapat dua jempol dari Chanmyay Sayadaw), yg sudah hampir 20 kali ikut retret di bawah bimbingan Sayadaw2 dari Myanmar, ia menyatakan: masing2 level mempunyai instruklsi yg berbeda-beda. Tidak bisa digeneralisir. Yg level pemula dan lanjut beda instruksinya. Bahkan mungkin bertentangan.
satu contoh:
Kebanyakan (bahkan yg seniorpun) menyatakan tidak perlu duduk lama2. satu jam cukup.
Tapi, Chanmyay Sayadaw sudah menginstruksikan pd sdr. Bing: jalan secukupnya, terus duduk selama mungkin (dalam kesadaran penuh). Ada tujuannya. (Cerita Sdr. Bing. Di Samatha sudah bisa duduk satu jam lebih, tapi dg perhatian penuh, rasa sakit semakin kuat, shg menjadi lebih singkat.)
***
Soal pentingnya pencatatan, labeling atas apa yg kita sadari.
Pemula HARUS melakukan pecatatan bathin. Teman saya (Sdr. GSK), disuruh pulang saja, kalau tetap tidak mau melakukan pencatatan.
Tapi di tingkat lanjut: Pencatatan itu justru menjadi penghambat, yang mesti dilepas.
Chanmyay Sayadaw murid langsung Mahasi sayadaw. Konon di Myanmar beliau hanya mengajar yg sudah lanjut saja. tapi di Indonesia, beliau mengajar yg mau ikut retretnya.
***
Point pemahaman saya yg mau saya sharing,
= Sikap, tindakan seseorang BELUM TENTU bisa dipakai mengukur isi bathin seseorang.
= Instruksi vipassana bisa berbeda bahkan bertentangan, sesuai level meditator.
so, IMO:
yang sudah tingkat lanjut, silahkan beradu pendapat soal meditasi.
yang pemula, sebaiknya hanya menjadi penonton, tidak perlu ngotot.
_/\_
Yang saya tahu:
Meditasi itu proses bathin, bukan tubuh atau posisi tubuh jasmani. Menyadari gerak gerik bathin dan jasmani.
So, meditasi bisa dilakukan dalam semua posisi tubuh jasmani, bahkan dalam aktivitas sehari-hari.
Yup, saat ngetik keyboard, bisa jadi latihan meditasi. ;D ;D ;D
Menyadari emosi, niat, yg ada/muncul di bathin sendiri.
:)
jadi artinya kalau ada meditator misalnya yang suka melihat paha mulus muridnya kita jangan menilai batinnya, siapa tau dia meditasi objek suba?Dan kalau meditator menganjurkan orang tidak meditasi, jangan terburu menilai. Mungkin sedang menguji keteguhan kita.
kalau ada meditator yang bicara kasar, kita jangan menilai dia, karena bisa jadi dia sedang mengetes batin kita?
dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi
pendapat saya lebih ekstrim: tidak ada transformasi batin tanpa meditasi.tetapi ada yang meditasi kemudian LDM nya malah semakin bertambah, transformasi batinnya benar2 berubah dari ingin menghilangkan malah LDM menjadi bertambah.
transformasi batin dalam arti dari lobha ke alobha, dosa ke adosa, moha ke amoha.
dalam contoh orang belajar berdana dan belajar mengendalikan diri itu (tanpa disertai meditasi) tidak lain untuk memperoleh sebuah pamrih.
tidak ada transformasi batin di sana.
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
meditasi (samma samadhi) adalah salah satu ruas dari Jalan Mulia Beruas 8, yang mana jika utk penembusan kesucian arahat, tentu-nya semua ruas harus bisa di-realisasikan.21. ‘Tetapi, Brāhmaṇa, jika seseorang mengabaikan salah satu dari dua itu, dapatkah ia dengan jujur menyatakan: “Aku adalah seorang Brāhmaṇa”?’ [124] ‘Tidak, Gotama. Karena kebijaksanaan dimurnikan oleh moralitas, dan moralitas dimurnikan oleh kebijaksanaan; jika yang satu ada, maka yang lain juga ada, orang yang bermoral adalah orang yang bijaksana, dan orang yang bijaksana adalah orang yang bermoral, dan kombinasi moralitas dan kebijaksanaan disebut yang tertinggi di dunia ini. Bagaikan satu tangan mencuci tangan lainnya, atau satu kaki mencuci kaki lainnya, demikian pula kebijaksanaan memurnikan moralitas dan kombinasi ini disebut yang tertinggi di dunia.’
Jadi clear bahwa semua ruas itu harus di-realisasi-kan... Mana yang lebih penting ? semua penting dan menjadi syarat pemenuhan.
Dan kalau meditator menganjurkan orang tidak meditasi, jangan terburu menilai. Mungkin sedang menguji keteguhan kita.ilmu belut? =))
Catatan penting: anda harus mengaku sebagai meditator dulu, maka semua hal yang anda lakukan akan cenderung benar.
ilmu belut? =))Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."
Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."kalau ada yang membela si meditator, apakah dia bisa melihat batin si meditator? ataukan sama juga spekulasi.
kalau ada yang membela si meditator, apakah dia bisa melihat batin si meditator? ataukan sama juga spekulasi.Yang pasti, jika tidak mampu objektif, dia tidak mampu melihat bathin sendiri.
kalau ada yang membela si meditator, apakah dia bisa melihat batin si meditator? ataukan sama juga spekulasi.
saya melakukan kebajikan dengan harapan:menurut saya, itu juga termasuk pamrih.
"semoga dengan jasa kebajikan saya perbuat dapat membuat saya lebih cepat memahami dan merealisasi dhamma di masa yang akan datang"
apakah ini termasuk pamrih??
kalau sudah ada pandangan benar, bisa saja berdana itu bukan untuk pamrih, yang belum tentu ada hubungannya dengan meditasi (baca : samadhi)mengenai pandangan benar, sudah didiskusikan habis di sini:
dalam Jalan Mulia Beruas 8, pandangan benar (samma ditthi) dan konsentrasi benar (samma samadhi) itu dua ruas. apakah memang benar tidak akan ada pandangan benar tanpa meditasi ?
menurut saya, itu juga termasuk pamrih.
mengenai pandangan benar, sudah didiskusikan habis di sini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=19745.msg333511#msg333511
kalo dari kesimpulan saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
pengertian intelektual --seberapapun kadar benarnya-- bukanlah pandangan benar.
tentunya yg lain boleh berbeda pendapat.
Menurut pendapat saya, pandangan benar apalagi yang merujuk pada "melihat apa adanya" (yathabutham nyanadasam) itu juga pandangan intelek. atau-kah bukan ?bagi saya itu sangat jelas sekali bukan intelek...
Apakah Chi-kung itu tokoh yang real? ato cuma donggeng..... saya rasa sangat tidak mungkin orang yg mabuk2an itu bisa menjadi suci....Saya bukan Mahayanist, sekedar sedikiit tahu cerita tsb., bro William. :)
Saya bukan Mahayanist, sekedar sedikiit tahu cerita tsb., bro William. :)
Karma, perbuatan ditentukan CETANA nya. Bukan dari KARMA, PERBUATAN itu sendiri, dan saya belum punya kemampuan membaca CETANA siapapun.
(Contohnya:
Seorang dewasa, menceples anak kecil, misalnya.
Kita jangan buru menilai. selidiki dulu lebih dalam.)
Terlepas itu real atau dongeng, saya cuma ambil yg patut saya jadikan pembelajaran.
_/\_
Saya tidak masalah dengan berbagai cara mengajar. Setahu saya bahkan dalam level yang sama pun, guru yang baik mengajarkan sesuai kecenderungan murid, jadi mengajarkah metode yang berbeda.Setuju, bro Kainyin.
Saya hanya mempermasalahkan orang yang tidak bisa mengajar hanya bisa banyak bacot.
Mengenai Chikung, yang saya tahu ia memang 'sengaja' berbuat urakan untuk memprotes 'kemunafikan' di kuil yang tampaknya baik2, tapi 'busuk' di dalam.
jadi artinya seseorang yang tidak mengetahui apa itu meditasi, tapi dia melakukan transformasi batinnya seperti perenungan, doa, sholat dll apakah termasuk dalam meditasi?Yang saya tahu:
jadi artinya kalau ada meditator misalnya yang suka melihat paha mulus muridnya kita jangan menilai batinnya, siapa tau dia meditasi objek suba?he he he
kalau ada meditator yang bicara kasar, kita jangan menilai dia, karena bisa jadi dia sedang mengetes batin kita?
tetapi ada yang meditasi kemudian LDM nya malah semakin bertambah, transformasi batinnya benar2 berubah dari ingin menghilangkan malah LDM menjadi bertambah.http://en.wikipedia.org/wiki/Water_intoxication
Saya bukan Mahayanist, sekedar sedikiit tahu cerita tsb., bro William. :)
Karma, perbuatan ditentukan CETANA nya. Bukan dari KARMA, PERBUATAN itu sendiri, dan saya belum punya kemampuan membaca CETANA siapapun.
(Contohnya:
Seorang dewasa, menceples anak kecil, misalnya.
Kita jangan buru menilai. selidiki dulu lebih dalam.)
Terlepas itu real atau dongeng, saya cuma ambil yg patut saya jadikan pembelajaran.
_/\_
meditasi (samma samadhi) adalah salah satu ruas dari Jalan Mulia Beruas 8, yang mana jika utk penembusan kesucian arahat, tentu-nya semua ruas harus bisa di-realisasikan.Sekedar mem"forward" ceramah Chanmay S."Saat Anda menjalani retret ini, berarti Anda sedang melaksanakan jalan mulia beruas delapan sekaligus."
Jadi clear bahwa semua ruas itu harus di-realisasi-kan... Mana yang lebih penting ? semua penting dan menjadi syarat pemenuhan.
Yang saya tahu:nah apakah seseorang berdoa disebut meditasi, kemudian apakah dia budis?
Doa sejenis meditasi.
Kalau dilanjut, ini bisa bicara (baca: debat) samatha vs Vipassana. ;D
Kalau pakai referensi Chanmay Sayadaw, meditator yg sudah beberapa kali ikut retretnya kebanyakan belum bervipassana. Baru di Tanyapanyati (moga ngga salah tulis).
_/\_
21. ‘Tetapi, Brāhmaṇa, jika seseorang mengabaikan salah satu dari dua itu, dapatkah ia dengan jujur menyatakan: “Aku adalah seorang Brāhmaṇa”?’ [124] ‘Tidak, Gotama. Karena kebijaksanaan dimurnikan oleh moralitas, dan moralitas dimurnikan oleh kebijaksanaan; jika yang satu ada, maka yang lain juga ada, orang yang bermoral adalah orang yang bijaksana, dan orang yang bijaksana adalah orang yang bermoral, dan kombinasi moralitas dan kebijaksanaan disebut yang tertinggi di dunia ini. Bagaikan satu tangan mencuci tangan lainnya, atau satu kaki mencuci kaki lainnya, demikian pula kebijaksanaan memurnikan moralitas dan kombinasi ini disebut yang tertinggi di dunia.’Sepengetahuan saya:
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_4:_So%E1%B9%87ada%E1%B9%87%E1%B8%8Da_Sutta
Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."yah bisa saja terjadi demikian...
Saya rasa masih ada yang kurang kalo kamma cuma ditentukan oleh cetana saja... kalo gitu bagaimana menjelaskan bahwa membunuh semut dan membunuh manusia, buah karmanya lebih besar dari membunuh manusia?... atau membunuh manusia biasa dibandingkan dengan membunuh para arya?...dimana cetananya sama2 membunuh....Setuju, thanks sudah dikoreksi.
Saya sendiri juga belum jelas dalam memahami hal ini... cuma menyampaikan opini saja..
he he heya, kita memang bukan buda yang bisa mencela yang pantas dicela, hanya buda yang boleh, kita tidak tahu mana yang harus dicela dan tidak karena tidak tahu motivasinya, hanya buda yang bisa melihat motivasi seseorang. begitukah?
yg namya "sudah sentiment", selalu punya argumen buat membantah, bro.
identik dg, kalau sudah cinta, pujaannya adalah wanita tercantik!
bagaimana kita mau mendebat kalau sudah perasaan kita ikut bermain?
saya maklum.
jawaban saya buat pertanyaan bro: Tidak bisa digeneralisir.
Untuk menuduh, menyimpulkan, kita butuh beberapa bukti dulu.
_/\_
nah apakah seseorang berdoa disebut meditasi, kemudian apakah dia budis?eh... setback itu, bro.
eh... setback itu, bro.budis itu artinya pengikut buda, nah kalau seseorang yang berdoa dia masuk nya murid buda bukan? sudah masuk ke ranah transformasi batin. (semisalnya dia itu tidak pernah mengenal ajaran buda tapi doanya selaras dengan transformasi batin)
Buddhis kan ngga butuh label, pembaptisan, inisiasi dlsb.
Yang menjalankan meditasi (baca: vipassana yg benar. sementara pakai standart Mahasi S.), ia adalah Buddhist.
Setelah ikut retret, ia dapat pengalaman, disana ia akan mendapat transformasi bathin. Tanpa disuruh, ia akan mampu memilih keyakinannya. Apa yg dialami sendiri versus apa kata orang.
Di Dhammadipa Arama, batu malang, dulu (ngga tahu sekarang) banyak non Buddhist ikut retret Vipassana.
_/\_
he he hekalau misalnya sudah ada bukti bagaimana?
yg namya "sudah sentiment", selalu punya argumen buat membantah, bro.
identik dg, kalau sudah cinta, pujaannya adalah wanita tercantik!
bagaimana kita mau mendebat kalau sudah perasaan kita ikut bermain?
saya maklum.
jawaban saya buat pertanyaan bro: Tidak bisa digeneralisir.
Untuk menuduh, menyimpulkan, kita butuh beberapa bukti dulu.
_/\_
ya, kita memang bukan buda yang bisa mencela yang pantas dicela, hanya buda yang boleh, kita tidak tahu mana yang harus dicela dan tidak karena tidak tahu motivasinya, hanya buda yang bisa melihat motivasi seseorang. begitukah?
budis itu artinya pengikut buda, nah kalau seseorang yang berdoa dia masuk nya murid buda bukan? sudah masuk ke ranah transformasi batin. (semisalnya dia itu tidak pernah mengenal ajaran buda tapi doanya selaras dengan transformasi batin)Secara formal, ya. Buddhist artinya penganut Buddha. Murid Sang Buddha.
Secara formal, ya. Buddhist artinya penganut Buddha. Murid Sang Buddha.maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?
maaf, saya kurang ngerti maksud tulisan Bro Ryu yg saya bold.
Yang jelas, sebagai Buddhist, yg saya maksud sebagai transformasi bathin adalah menurut versi sang Buddha. Bukan versi ajaran lain.
Kalau yg bro maksud Doa adalah cara berlatih diri-nya mampu mentransformasi bathin versi Buddhis (baca: mengurangi LDM), menurut saya pribadi: bagus-bagus saja. Tidak masalah.
Menurut bro, masalahnya dimana?
maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?Apakah gunanya sebutan formalitas: saya Buddhist atau saya bukan Buddhist, bro?
kalau misalnya sudah ada bukti bagaimana?Tadi saya lebih dulu post Reply #150, sebelum baca yg ini.
Apakah gunanya sebutan formalitas: saya Buddhist atau saya bukan Buddhist, bro?om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...
Si A Buddhist, dan si B bukan Buddhist?
kalau saya pribadi:
yg penting bagaimana LDM saya (atau seseorang) bisa terkikis.
yang penting: Apa latihan saya sudah selaras dengan ajaran sang Buddha?
Saya pribadi masih butuh lingkungan, teman2, bimbingan Buddhis.
Tapi kalau ada yg sudah merasa tidak butuh lingkungan, formalitas Buddhisme, itu urusannya dia sendiri, kan bro Ryu?
_/\_
NB. Contohnya, misalkan di satu negara Buddhisme dilarang. Apa harus pindah negara, atau ngaku bukan Buddhist tapi menjalankan ajaran Buddha? Ini pointnya.
maksud saya, kalau seseorang bisa mentransformasikan batinnya, tanpa ajaran buda, tanpa mengenal ajaran buda, tapi selaras dengan ajaran buda, dia bisa disebut budis atau tidak?Lanjutan Reply #153 di atas, saya tambah dikit agar lebih jelas.
om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...begini bro,
nah kalau seorang umat lain yang berdoa (meditasi?) --apapun cara doanya--, apakah dia menyumbangkan sesuatu bagi dirinya, dan apakah selaras dengan budhis?Soal apakah ajaran non Buddhis bener2 bisa mentranformasi bathin ala buddha, KITA TIDAK TAHU, DAN TAK BEGITU PENTING buat kita. itu urusan mereka sendiri, kan? ;D
begini bro,kita akan balik lagi kemasa lalu, apakah JMB8 satu2nya jalan?
cek pesan dua Bhante yg saya tulis di trit ini.
Anda setuju atau tidak dg pesan beliau?
kalau setuju, case closed.
Kalau tidak setuju, itu kita bahas dulu.
Soal apakah ajaran non Buddhis bener2 bisa mentranformasi bathin ala buddha, KITA TIDAK TAHU, DAN TAK BEGITU PENTING buat kita. itu urusan mereka sendiri, kan? ;D
Kalaupun kita mau bahas, itu sekedar sebagai selingan, berita tidak penting. Jadi tidak perlu diperdalam atau dituntaskan, diclearkan.
Sebab, untuk menilai dg tepat satu ajaran (baca: agama lain, ataupun sekte Buddha aliran lain), kita harus menyelami sedalamnya, prakteknya sampai puncak versinya. Padahal, mempraktekan ajaran Buddha, aliran sendiri saja kita belum tuntas, kekurangan waktu. Kalau hanya melihat, membaca sekilas ajaran atau aliran lain kemudian kita berani membuat kesimpulan, yah.... kurang bijak, namanya.
_/\_
om morph mengatakan seorang budis tidak meditasi --apapun cara meditasinya--, kebuddhisannya tidak menyumbangkan apa2...ayam goreng yang tidak pake garam --apapun merk garamnya--, rasanya gak enak.
nah kalau seorang umat lain yang berdoa (meditasi?) --apapun cara doanya--, apakah dia menyumbangkan sesuatu bagi dirinya, dan apakah selaras dengan budhis?
I have heard that at one time the Blessed One was staying at Vesali, in the Peaked Roof Hall in the Great Forest.singkatnya, apapun yg bisa mengarahkan orang ke ketanpa-nafsuan, kebebasan, pelepasan, tidak memperbesar ego, rasa puas, dsb dsb, itulah dhamma dan praktik dhamma.
Then Mahapajapati Gotami went to the Blessed One and, on arrival, having bowed down to him, stood to one side. As she was standing there she said to him: "It would be good, lord, if the Blessed One would teach me the Dhamma in brief such that, having heard the Dhamma from the Blessed One, I might dwell alone, secluded, heedful, ardent, & resolute."
"Gotami, the qualities of which you may know, 'These qualities lead to passion, not to dispassion; to being fettered, not to being unfettered; to accumulating, not to shedding; to self-aggrandizement, not to modesty; to discontent, not to contentment; to entanglement, not to seclusion; to laziness, not to aroused persistence; to being burdensome, not to being unburdensome': You may categorically hold, 'This is not the Dhamma, this is not the Vinaya, this is not the Teacher's instruction.'
"As for the qualities of which you may know, 'These qualities lead to dispassion, not to passion; to being unfettered, not to being fettered; to shedding, not to accumulating; to modesty, not to self-aggrandizement; to contentment, not to discontent; to seclusion, not to entanglement; to aroused persistence, not to laziness; to being unburdensome, not to being burdensome': You may categorically hold, 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teacher's instruction.'"
That is what the Blessed One said. Gratified, Mahapajapati Gotami delighted at his words.
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/an/an08/an08.053.than.html
dan juga tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
"menurut teori, kebajikan(sila) datang terlebih dahulu, lalu kemudian samadhi dan selanjutnya kebijaksanaan. namun ketika saya menelitinya sendiri, ternyata saya menemukan bahwa sesungguhnya kebijaksanaan merupakan landasan setiap aspek lain dari praktik. agar memahami sepenuhnya segala konsekuensi dari apa yang kita ucapkan dan lakukan-- khususnya yang merugikan-- kita perlu menggunakan kebijaksanaan guna menuntun, mengendalikan, dan menyelidiki bekerjanya sebab-akibat. ini akan memurnikan perbuatan dan ucapan kita. manakala kita menjadi terbiasa dengan tindakan etis dan tidak etis, kita mulai paham untuk berlatih. kitapun lalu meninggalkan apa yang buruk dan menumbuhkan apa yang baik. kita meninggalkan yang salah dan mengembangkan yang benar. inilah:kebajikan. dengan menjalankan ini, batin bertambah kokoh dan tabah. ketegaran serta kemampuan ini bebas dari kekhawatiran, rasa bersalah, keraguan dalam bertindak dan berbicara. inilah samadhi.
menurut saya, itu juga termasuk pamrih.
kutipan dari buku ajahn chah: damai tak tergoyahkan(unshakeable peace)sepertinya anda menafsirkan pandangan benar sebagai pengetahuan intelektual yang berisikan kepercayaan doktrinal yang didapat dari membaca buku2, mendengar ceramah dan mikir2 secara intelek. bagi saya, pandangan benar bukanlah pengetahuan intelek, melainkan sesuatu realisasi yang didapat dari meditasi, dari sebuah transformasi batin.
Q, What is the biggest problem for your new disciples?
A: Opinions. Views and ideas about all things, about themselves, about practice, about the teachings of the Buddha. Many of
those who come here have a high rank in the community. They are wealthy merchants, college graduates, teachers,
government officials. Their minds are filled with opinions about things, and they are too clever to listen to others. Those who
are too clever leave after a short time; they never learn. You must get rid of your cleverness. A cup filled with dirty, stale
water is useless. Only after the old water is thrown out can the cup become useful. You must empty your minds of opinions;
then you will see. Our practice goes beyond cleverness and stupidity. If you think, "I am clever, I am wealthy, I am
important, I understand all about Buddhism," you cover up the truth of anatta, or non-self. All you will see is self, I, mine.
But Buddhism is letting go of self-voidness, emptiness, Nirvana. If you think yourself better than others, you will only suffer
The Simple Path
Traditionally the Eightfold Path is taught with eight steps such as Right Understanding, Right Speech, Right Concentration,
and so forth. But the true Eightfold Path is within us-two eyes, two ears, two nostrils, a tongue, and a body. These eight
doors are our entire Path and the mind is the one that walks on the Path. Know these doors, examine them, and all the
dharmas will be revealed.
The heart of the path is SO simple. No need for long explanations. Give up clinging to love and hate, just rest with things as
they are. That is all I do in my own practice.
Do not try to become anything. Do not make yourself into anything. Do not be a meditator. Do not become enlightened.
When you sit, let it be. When you walk, let it be. Grasp at nothing. Resist nothing.
Of course, there are dozens of meditation techniques to develop samadhi and many kinds of vipassana. But it all comes back
to this-just let it all be. Step over here where it is cool, out of the battle.
Why not give it a try? Do you dare
Go Beyond Words: See for Yourself
In my own practice, I did not know or study much. I took the straightforward teachings the Buddha gave and simply began
to study my own mind according to nature. When you practice, observe yourself. Then gradually knowledge and vision will
arise of themselves. If you sit in meditation and want it to be this way or that, you had better stop right there. Do not bring
ideals or expectations to your practice. Take your studies, your opinions, and store them away.
You must go beyond all words, all symbols, all plans for your practice. Then you can see for yourself the truth, arising right
here. If you do not turn inward, you will never know reality. I took the first few years of formal Dharma text study, and when
I had the opportunity, I went to hear various scholars and masters teach, until such study became more of a hindrance than a
help. I did not know how, to listen to their sermons because I had not looked within.
The great meditation masters spoke about the truth within oneself. Practicing, I began to realize that it existed in my own
mind as well. After a long time, I realized that these teachers have really seen the truth and that if we follow their path, we
will encounter everything they have spoken about. Then we will be able to say, ''Yes, they were right. What else could there
be? Just this." When I practiced diligently, realization unfolded like that.
If you are interested in Dharma, just give up, just let go. Merely thinking about practice is like pouncing on the shadow and
missing the substance. You need not study much. If you follow the basics and practice accordingly, you will see the Dharma
for yourself. There must be more than merely hearing the words. Speak just with yourself, observe your own mind. If you cut
off this verbal, thinking mind, you will have a true standard for judging. Otherwise, your understanding will not penetrate
deeply. Practice in this way and the rest will follow.
lagipula dalam dhammacakka sutta, urutan jalan mulia berunsur delapan diurutkan seperti ini:seperti yg saya tulis di thread lain:
A. samma ditthi (pandangan benar)
B. samma sankappo (pikiran benar)
C. samma vaca (ucapan benar)
D. samma kammanto (perbuatan benar)
E. samma ajivo (mata pencaharian benar)
F. samma vayamo (usaha venar)
G. samma sati (perhatian benar)
H. samma samadhi (meditasi benar)
dalam urutan diatas, pandangan benar menempati posisi teratas, karena pandangan benar mendahului segalanya..
bagaimana bisa bermeditasi dengan benar, kalau tidak memiliki pandangan benar terlebih dahulu??
yang ada malah tersesat seperti si choa ini...
lalu, apakah tidak ada transformasi batin dalam perbuatan bak tersebut??tanpa meditasi? imo, tidak ada.
morpheus :
makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.
Lho? Betul 'kan? Kalau orang yang tidak mengaku meditator, memaki-maki, maka stigmanya adalah: "ah, dia mah cuma teori aja, berantem mulu kerjaannya." Nah kalau meditator memaki-maki, maka kemungkinan komentarnya adalah: "dia sedang mengajar, tapi dengan metode berbeda."
kayak 'koan'
kutipan dari buku ajahn chah: damai tak tergoyahkan(unshakeable peace)
lagipula dalam dhammacakka sutta, urutan jalan mulia berunsur delapan diurutkan seperti ini:
A. samma ditthi (pandangan benar)
B. samma sankappo (pikiran benar)
C. samma vaca (ucapan benar)
D. samma kammanto (perbuatan benar)
E. samma ajivo (mata pencaharian benar)
F. samma vayamo (usaha venar)
G. samma sati (perhatian benar)
H. samma samadhi (meditasi benar)
dalam urutan diatas, pandangan benar menempati posisi teratas, karena pandangan benar mendahului segalanya..
bagaimana bisa bermeditasi dengan benar, kalau tidak memiliki pandangan benar terlebih dahulu??
yang ada malah tersesat seperti si choa ini...
sepertinya anda menafsirkan pandangan benar sebagai pengetahuan intelektual yang berisikan kepercayaan doktrinal yang didapat dari membaca buku2, mendengar ceramah dan mikir2 secara intelek. bagi saya, pandangan benar bukanlah pengetahuan intelek, melainkan sesuatu realisasi yang didapat dari meditasi, dari sebuah transformasi batin.gak konyol kok, aye pernah langsung terjun ke air tanpa pengetahuan dll akhirnya malah tenggelam.
ajahn chah justru menegaskan bahwa pengetahuan intelek tidak diperlukan dalam praktik:seperti yg saya tulis di thread lain:
imo, dalam bermeditasi tidak diperlukan pengetahuan intelektual apapun. cukup mengetahui instruksi cara bermeditasinya dan temukan sendiri di dalam meditasi. di luar instruksi meditasi itu sudah terlalu banyak.
problem terlalu banyak teori itu adalah cara kerja pikiran (thought) yang sangat halus dan licin.
semakin kita mencoba mengatur dan mengarahkan pikiran sesuai teori tertentu, semakin kacau jadinya.
semakin dicoba untuk dijelaskan secara intelektual, semakin jauh dengan realita observasinya, malahan batin akan mengantisipasi dan mencocok-cocokkan teori dengan hasil observasinya.
makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.
menurut saya, dalam praktik meditasi kita tidak melakukan proses learning (intelektual), tapi justru melakukan proses de-learning, artinya melupakan semua teori yg sudah pernah dibaca, hanya melakukan pengamatan sejujur2nya, sepenuhnya berada di saat ini.
persis seperti yg dikatakan ajahn chah di atas.
om injulia mengatakan di atas bahwa kadang ajaran2 guru sering berbeda2 dan bertentangan. kalau anda melihat kontradiksi di sini, saya sarankan anda lakukan eksperimen, praktikkan dan temukan sendiri sampai anda melihat mana yang berhasil, mana yang gak berhasil. apa yang saya kutipkan di atas sesuai dengan pengalaman saya. entah dengan yg lain...
kayak 'koan'Kira-kira begitu.
saya pribadi juga sependapat bahwa pandangan benar itu menempati urutan pertama yang harus di-"bener"-in dahulu...Kalau terhadap JMB8 ini, menurut saya kita tidak harus 'memulai' di mana dulu, tapi itu adalah satu kesatuan. Jika satu terhambat, maka yang lain pun susah untuk maju.
gak konyol kok, aye pernah langsung terjun ke air tanpa pengetahuan dll akhirnya malah tenggelam.
dan sampai sekarang saya tidak mau belajar berenang dahulu. dari pengalaman tenggelam sangat tidak menyenangkan.
Kalau instrukturnya, cantik, manis, menyenangkan, murah senyum, meyakinkan, dan menjawab semua pertanyaan2 yg diragukan...kalau gitu aye tenggelam, trus dikasih napas buatan =))
gw yakin, tanpa diminta...
bro akan terjun kekomnya sendiri...
jadi sangat tergantung juga sama pengajarnya dehhh :))
gak konyol kok, aye pernah langsung terjun ke air tanpa pengetahuan dll akhirnya malah tenggelam.tenggelam karena meditasi?
dan sampai sekarang saya tidak mau belajar berenang dahulu. dari pengalaman tenggelam sangat tidak menyenangkan.
kalau gitu aye tenggelam, trus dikasih napas buatan =))
Kalau instrukturnya, cantik, manis, menyenangkan, murah senyum, meyakinkan, dan menjawab semua pertanyaan2 yg diragukan...kalo menurut saya, pembimbing yang baik itu hanya memberikan instrumen, pengkondisian dan menunjukkan jalan bagaimana agar si praktisi bisa melihat dan menyelesaikan sendiri masalahnya.
siapa tuh 'koan'? ???
kalau gitu aye tenggelam, trus dikasih napas buatan =))
tenggelam karena meditasi?secara pengalaman meditasi pertama adalah tehnik LSY, dan nothing happen, meybi tidak berbakat, dan salah jalan =))
di share dong, tenggelam gimana, meditasi yg gimana, berenang yg bagaimana...
secara pengalaman meditasi pertama adalah tehnik LSY, dan nothing happen, meybi tidak berbakat, dan salah jalan =))
tekadnya ndak bulat sih, coba terusin bisa jadi murid utama kesayangan LSY =))
tenggelam karena meditasi?btw tenggelam dalam berenang itu dalam artian sebenernya, aye tenggelam gara2 nyebur, tidak dicek dulu airnya dalem atau engga, tidak di cek dulu bakal tenggelam atau engga, pokoknya nyebur langsung.
di share dong, tenggelam gimana, meditasi yg gimana, berenang yg bagaimana...
secara pengalaman meditasi pertama adalah tehnik LSY, dan nothing happen, meybi tidak berbakat, dan salah jalan =))nothing happen = tenggelam?
nothing happen = tenggelam?secara menurut manual book, badan akan bergerak sendiri, trus roh akan keluar, bisa adventur dunia roh ;D
apakah ada kerugian materi atau kerugian mental / fisik?
kata orang kegagalan adalah keberhasilan menemukan cara yang gak sukses, sehingga gak mengulangi lagi ;D
btw tenggelam dalam berenang itu dalam artian sebenernya, aye tenggelam gara2 nyebur, tidak dicek dulu airnya dalem atau engga, tidak di cek dulu bakal tenggelam atau engga, pokoknya nyebur langsung.ooo ngarti owe sekarang...
morpheus:
makanya agak konyol kalo ada yang mencoba menanyakan dan mempelajari teori meditasi sampai sedetil-detilnya untuk menyakinkan dirinya sebelum mencoba memulai bermeditasi. seperti menolak tubuh basah, tapi pengen belajar berenang dari kursus tertulis.
ryu:
gak konyol kok, aye pernah langsung terjun ke air tanpa pengetahuan dll akhirnya malah tenggelam.
dan sampai sekarang saya tidak mau belajar berenang dahulu. dari pengalaman tenggelam sangat tidak menyenangkan.
secara menurut manual book, badan akan bergerak sendiri, trus roh akan keluar, bisa adventur dunia roh ;D
ooo ngarti owe sekarang...setidaknya pengalaman dua2nya pernah aye jalani ;D
lho, jadi gak nyambung deh...
di atas morpheus jelas2 ngomong konteksnya "meditasi" dan "teori yg sedetil2nya", dicoba disambung ryu dengan konteks air dalam beneran yg diterjunin sampe mau tenggelam... mana nyambung :|
setidaknya pengalaman dua2nya pernah aye jalani ;Dtadinya saya mengira bakal ada diskusi yang serius dan terarah, bukan asal kena dan bukan asal nyambung.
tadinya saya mengira bakal ada diskusi yang serius dan terarah, bukan asal kena dan bukan asal nyambung.mungkin sudah terlalu banyak thread ke arah sana dan patinya akan mengulang2 terus, sebaiknya hal ini di akhiri.
anyway, ini thread anda, up to you...
mungkin sudah terlalu banyak thread ke arah sana dan patinya akan mengulang2 terus, sebaiknya hal ini di akhiri.bagi saya yang penting adalah apa yg bisa dipahami dan disalahpahami oleh pembaca.
mungkin anda sudah paham apa yang ingin saya katakan, dan salah paham bisa di selesaikan.
bagi saya yang penting adalah apa yg bisa dipahami dan disalahpahami oleh pembaca.eloe, eloe..
biarlah anda melakukan apa yg anda anggap benar dan saya melakukan apa yang saya anggap benar.
tanpa meditasi? imo, tidak ada.agar dapat menyamakan pemikiran, lebih baik saya bertanya lebih dahulu, bagaimana defenisi transformasi batin menurut anda?? kalau bisa, tolong sekalian sertakan sebuah contoh kasus agar lebih dapat saya pahami..
seperti yg dikatakan ajahn chah di atas, transformasi batin bisa terjadi kalau segala motivasi, pamrih, perasaan dan segala yang terjadi di dalam batin sewaktu melakukan perbuatan baik tersebut disadari, atau dengan kata lain: meditasi.
Kalau terhadap JMB8 ini, menurut saya kita tidak harus 'memulai' di mana dulu, tapi itu adalah satu kesatuan. Jika satu terhambat, maka yang lain pun susah untuk maju.dalam hal ini saya agak kurang sependapat om...
JMB8 ini dikatakan beruas delapan, kalau saya umpamakan seperti kita ada dalam satu kereta kuda yang berat dan ditarik 8 ekor kuda. Delapan kuda ini saling mendukung satu sama lain, dan hambatan bagi satu kuda adalah hambatan bagi tujuh kuda lain. Jika satu terhambat, bisa jadi tujuh lain pun tidak maju sama sekali. Sebaliknya jika satu kuda menguat, maka memberikan kemudahan bagi 7 kuda lain untuk maju.
JMB8 ini BUKAN seperti kereta dengan delapan stasiun di mana stasiun 1 adalah pandangan benar, lalu ke pikiran benar, sampai stasiun 8 yaitu konsentrasi benar.
Dalam urutan umum, pertama adalah Sila yang dilakukan untuk mendukung Samadhi dan pada akhirnya menimbulkan Panna. Tapi Panna (JMB 1&2) juga mengondisikan Sila (JMB 3-6) dan Samadhi (JMB 7&8 ).
Menurut saya, itu sebabnya dikatakan 'beruas delapan' bukan 'bertahap delapan'.
dalam hal ini saya agak kurang sependapat om...Bro Will tentu ingat kisah Khema, Aggasavika dari Buddha Gotama. Terhadap Khema ini, Buddha tidak pakai pengertian ataupun basic, langsung 'diajak' Samma Sati ketidak-kekalan lewat gambaran wanita super cantik yang menua, mati, sampai jadi tulang.
kalau seandainya seseorang baru menjadi umat buddhis, maka yang ia harus mempelajari basicnya dulu, bukannya langsung disodorkan 8 jalan tersebut dihadapannya...
memang masing-masing dari 8 ruas ini saling memperkuat, tetapi pastinya harus ada landasan pertamanya terlebih dahulu..
ibaratnya seperti kawat per...
per mempunyai titik terbawah/pangkalnya baru kemudian ia berputar sepanjang jalur, dan makin lama makin tinggi posisinya hingga mencapai puncaknya..
bukannya per tersebut tidak punya dasar..
sebagai contoh, bagaimana mungkin seseorang mau bermeditasi, kalau ia tidak melihat manfaat dari bermeditasi??
tentunya ia harus mengetahui atau memahami terlebih dahulu, apa manfaat dari bermeditasi, apakah akan membawa kebahagiaan bagi dirinya, dst...
nah, disini tentunya harus ada pandangan benar sebagai landasannya...
dan dalam setiap aspek kebajikan lainnya juga harus ada pandangan benar sebagai penopangnya agar kebajikan tersebut bisa dilakukan...
Buat Bro Ryu,sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.
benarkah kamu benar2 memutuskan untuk tidak mau meditasi dulu? Sekadar pertanyaan konfirmasi. No offense :)
sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.Mungkin mau coba sendiri dulu aja secara 'kecil-kecilan' dan instruksi terbatas? :)
Mungkin mau coba sendiri dulu aja secara 'kecil-kecilan' dan instruksi terbatas? :)paling pas mau bobo, pikiran ga tenang trus meditabo lah ;D
Mungkin mau coba sendiri dulu aja secara 'kecil-kecilan' dan instruksi terbatas? :)
sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.
sekarang sih belum dulu, mungkin nanti kalau ada karma baik bertemu guru yang bisa membimbing mungkin itu saatnya.
eloe, eloe..ayam goreng pake garam...
gue, gue..
=atta??
agar dapat menyamakan pemikiran, lebih baik saya bertanya lebih dahulu, bagaimana defenisi transformasi batin menurut anda?? kalau bisa, tolong sekalian sertakan sebuah contoh kasus agar lebih dapat saya pahami..kalo anda cukup awas, di atas sudah saya sebut simpelnya: dari lobha jadi alobha, dari dosa jadi adosa, dari moha jadi amoha.
karena saya rasa ada perbedaan persepsi dalam memahami makna "transformasi batin" antara anda dengan saya..
"As for the qualities of which you may know, 'These qualities lead to dispassion, not to passion; to being unfettered, not to being fettered; to shedding, not to accumulating; to modesty, not to self-aggrandizement; to contentment, not to discontent; to seclusion, not to entanglement; to aroused persistence, not to laziness; to being unburdensome, not to being burdensome': You may categorically hold, 'This is the Dhamma, this is the Vinaya, this is the Teacher's instruction.'"mengarah pada kualitas2 itu, saya katakan transformasi batin...
[at] morpheussebelum saya jawab, kita samakan persepsi dulu, apa itu meditasi?
jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
Bro Will tentu ingat kisah Khema, Aggasavika dari Buddha Gotama. Terhadap Khema ini, Buddha tidak pakai pengertian ataupun basic, langsung 'diajak' Samma Sati ketidak-kekalan lewat gambaran wanita super cantik yang menua, mati, sampai jadi tulang.
Setiap orang, memiliki kecenderungan berbeda sehingga pendekatannya berbeda. Ada yang memulai dari Panna, ada yang memulai dari Sila-Samadhi. Buddha adalah Guru yang sempurna sehingga tahu keunggulan dan kekurangan orang lain. Kita tentu saja sama sekali tidak bisa dibandingkan, tapi setidaknya kita belajar jangan terlalu 'memaksakan' pandangan dulu ataupun samadhi dulu.
sebelum saya jawab, kita samakan persepsi dulu, apa itu meditasi?penyadaran..
penyadaran..wah, singkat sekali... ada definisi yg lebih panjang?
wah, singkat sekali... ada definisi yg lebih panjang?males jelasin panjang2, nguras otak... :)) :)) :))
sadar yg bagaimana? apakah seperti orang baru tahu dirinya kecopetan, sadar?
males jelasin panjang2, nguras otak... :)) :)) :))bagaimana halnya dengan kontemplasi dan perenungan?
penyadaran maksudnya sadar dalam segala tindak-tanduk yang diperbuatnya, baik berjalan, duduk, berdiri, berbaring, dll...
saya rasa dalam hal penyadaran, bro sudah bisa menangkap maksud saya...
paling pas mau bobo, pikiran ga tenang trus meditabo lah ;D;D Meditasi sebelum tidur ini biasanya memang rentan rasa kantuk, jadi kurang efisien. Tapi bisa juga memang meditasinya memang direncanakan jadi dilakukan sebelum mengantuk sama sekali. Mungkin waktunya bisa dipercepat, jadi tadinya 5 menit 'medit' langsung 'bo', dipanjangin jd 10 menit 'medit' baru 'bo', dst.
boleh mulai dengan 'dewa sakka' nya DCItu bukannya Asura yah? :P
baru 'turun' dari alam brahma. =))
;D Meditasi sebelum tidur ini biasanya memang rentan rasa kantuk, jadi kurang efisien. Tapi bisa juga memang meditasinya memang direncanakan jadi dilakukan sebelum mengantuk sama sekali. Mungkin waktunya bisa dipercepat, jadi tadinya 5 menit 'medit' langsung 'bo', dipanjangin jd 10 menit 'medit' baru 'bo', dst.memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D
Itu bukannya Asura yah? :P
berarti setidaknya ada donk yang menjadi awalnya.. ;D ;D ;DTidak ada 'awal'-nya, antara pengertian, moralitas, dan meditasi, semua berjalan selaras. Sebelum mencapai kesucian, kualitas kita ini senantiasa naik-turun. Guru yang baik bisa melihat keunggulan dan kelemahan muridnya sehingga mengetahui pemicu dari sisi mana yang terbaik dan efektif bagi muridnya itu.
dan bukan berarti harus ada samadhi dulu baru ada pandangan benar juga bukan??Pemicunya memang tidak selalu harus moralitas, pengertian (teori) ataupun meditasi. Tapi dalam proses pembelajarannya, sudah pasti harus memiliki harus mengembangkan ketiganya.
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D;D Pikiran ga berhenti sewaktu tidur, buktinya bisa mimpi.
Tidak ada 'awal'-nya, antara pengertian, moralitas, dan meditasi, semua berjalan selaras. Sebelum mencapai kesucian, kualitas kita ini senantiasa naik-turun. Guru yang baik bisa melihat keunggulan dan kelemahan muridnya sehingga mengetahui pemicu dari sisi mana yang terbaik dan efektif bagi muridnya itu.
Pemicunya memang tidak selalu harus moralitas, pengertian (teori) ataupun meditasi. Tapi dalam proses pembelajarannya, sudah pasti harus memiliki harus mengembangkan ketiganya.
Jadi misalnya Sariputta punya teori sebagai pemicu dan Khema punya perhatian sebagai pemicu, namun keduanya telah memiliki kematangan dalam moralitas, pengertian, dan meditasi yang cukup di masa lampau. Yang buat berbeda adalah kecenderungan masing-masing pribadi saja sehingga pemicunya juga beda-beda.
memang rencananya meditabo itu biar cepet2 tidur, agar pikiran berhenti ;D
;D Pikiran ga berhenti sewaktu tidur, buktinya bisa mimpi.nah itu dia, jarang sekali mimpi.
nah itu dia, jarang sekali mimpi.
menurut om kutho, sila dan samadhi yang dilakukan YM sariputta dan YM khema serta sang buddha sendiri sebelum mereka mencapai kesucian itu merupakan sila dan samadhi yang 'benar' seperti pada jmb8? ;DKalau bicara konteks kesucian, maka pandangan benar-nya itu adalah yang lokuttara, adi-duniawi, yang sudah di luar 62 pandangan dalam Brahmajalasutta. Dalam konteks ini, semua puthujjana termasuk Pangeran Siddhatta juga tidak berpandangan benar. Untuk menembus pandangan benar ini, tidak ada jalan lain kecuali penegakkan perhatian (satipatthana).
kalo menurut saya sih, harus memahami pandangan dan pikiran benar dulu baru bisa melakukan yang benar-benar lainnya ;D. karena sila dan samadhi yang dilakukan sebelumnya hanyalah jalan menuju panna yang benar sih kalo menurut saya ;D. nah setelah adanya panna yang benar ini, baru bisa memasuki sang jalan ;D. karena pandangan benar sendiri adalah pandangan yang benar tentang dukkha dan akhir dukkha itu sendiri ;D.
*edit:
contohnya seperti brahmajala sutta, dimana dibabarkan tentang sila yang dilakukan sang buddha dan pertapa lainnya ;D.
untuk sebagian orang yg gak punya otak, itu masih normal:hammer: :hammer: :hammer: :hammer:
bagaimana halnya dengan kontemplasi dan perenungan?:outoftopic:
bagaimana halnya dengan konsentrasi dan ketenangan?
[at] morpheus
jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
kembali ke pertanyaan awal..menurut saya sih, tanpa meditasi, gak ada transformasi batin. cmiiw
jadi, menurut bro, apakah tidak ada agama lain yang umatnya akan mengalami transformasi batin, kecuali agama tersebut ada mengajarkan meditasi terlebih dahulu??
menurut saya sih, tanpa meditasi, gak ada transformasi batin. cmiiwlalu, kenapa terkadang ada kasus, dimana seorang pembunuh berantai yang telah membunuh ratusan orang tiba-tiba bertobat dan bahkan menjadi biarawan karena mengalami suatu kejadian yang mengubah hidup dan cara pandangnya??
agar dapat menyamakan pemikiran, lebih baik saya bertanya lebih dahulu, bagaimana defenisi transformasi batin menurut anda?? kalau bisa, tolong sekalian sertakan sebuah contoh kasus agar lebih dapat saya pahami..Wah, dah page 15. kemarin kehabisan pulsa, inetku macet.
karena saya rasa ada perbedaan persepsi dalam memahami makna "transformasi batin" antara anda dengan saya..
Sekedar info, kebanyakan teori justru berbahaya!
Menurut saya, sebenarnya bro ryu pengetahuannya sudah cukup untuk memulai praktik meditasi. Dari beberapa diskusi saya dengan bro ryu, menurut saya Kekritisan bro ryu selama ini di forum terhadap praktik2 yang salah sudah cukup jadi benteng diri dari praktik yang salah. Kalau bro ryu sadar bahwa meditasi itu bukan untuk mencari2 pengalaman mistis, menurutku sikap ini saja bisa jadi salah satu modal untuk menjalani praktik yang benar (bukankah ini salah satu bentuk dari pandangan benar, cmiiw).
Saya dulu juga pernah terperosok dalam jalan praktik yang salah, kayak yang dikhawatirkan bro Ryu, tapi tidak seserem itu kok ;D Asal kita punya pengetahuan tentang Buddhadharma yang cukup baik, selalu bisa melakukan koreksi ulang atas praktik kita. Jangan tinggalkan membaca Tipitaka.
Lagipula, melakukan kesalahan dalam praktik itu lumrah. Saya banyak belajar dari kesalahan yang lalu2. Jadi, kadang2 kalau ada teman yang salah jalan saya bisa segera mengingatkan, karena pernah juga mengalami hal yang sama. Bodhisatta saja pernah menjalani praktik salah penyiksaan diri kan :)
By the way, saya menghormati pilihan bro ryu, apapun itu. Semoga kamu bisa menemukan guru yang sesuai.
lalu, kenapa terkadang ada kasus, dimana seorang pembunuh berantai yang telah membunuh ratusan orang tiba-tiba bertobat dan bahkan menjadi biarawan karena mengalami suatu kejadian yang mengubah hidup dan cara pandangnya??karena pertanyaannya tidak spesifik, jawabannya juga gak bisa spesifik.
kalau begitu, apakah itu termasuk transformasi batin yang ecek2(bohongan)??
Disaat santai, tak ada gangguan, kita bisa memahami agar jangan membalas kebencian dg kebencian. Tapi di saat muncul gangguan (dari masalah kecil sampai yg berat), di sinilah reaksinya ditentukan oleh besarnya transformasi bathin kita masing2. Bukan ditentukan pemahaman intelektual kita.nambahin...
Contoh lain yg lebih jelas, orang yg stress. Ini karena pikirannya tidak bisa melepas masalahnya, problemnya, kesedihannya, emosinya. selalau TERPIKIRKAN/TERBAWA-BAWA. Sudah disarankan agar lupakan, tapi walaupun berusaha untuk melupakan, IA TETAP MEMIKIRKANNYA. Kalau kita bisa melepas pikiran, emosi, kebencian, keserakahan sesuai kemauan kita, rasanya kita ngga perlu meditasi lagi... :)
Sekedar info, kebanyakan teori justru berbahaya!
Saya beberapa kali konflik dg pembimbing. :)
yah sok tahu!
Diberitahu, malah ngeyel. Terlalu banyak berpikir, membandingkan dg teori yg pernah saya baca.
hasilnya: kacau.
***
cerita Sdr. Bing.
Ada teman penterjemah banyak buku Buddhis (termasuk ttg Vipassana), ikut meditasi.
Saat wawancara dg Sayadaw (biasa 2-3 yogy datang di kuti saat wawancara, jd kedengar oleh Sdr. Bing), sayadawnya bilang: Nooooooooo!
yang ia laporkan bukan PENGALAMAN MEDITASInya, tapi TEORI MEDITASI!!!
Karena berulang-ulang demikian, Teman Sdr. Bing itu akhirnya tidak mau melakukan wawancara lagi.
Dan, yg menceritakan TEORI yg dibaca, bukannya PENGALAMAN meditasinya, ada beberapa orang.
dari kisah nyata ini, semoga tidak ada yg terpeleset, mau mendalami teorinya dulu baru ikut retret vipassana.
***
Sdr. Bing ini memang ngga suka baca teori buddhis yg lain, sukanya baca ttg Vipassana saja.
Kurang suka membahas teori Dhamma yg lain. Lain waktu, mungkin Sdr. Fabian (mereka saling kenal), berkenan memberikan konfirmasi.
_/\_
mahācattarisaka sutta.dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...
di dunia ini, memang ada yang otodidak, bisa berhasil (praktek) tanpa mempelajari teori. Tetapi statistik dan perjalanan panjang akan membuktikan bahwa mempelajari teori terlebih dahulu baru kemudian praktek bisa memberikan probabilitas untuk berhasil yang lebih besar dibandingkan dengan praktek langsung tanpa mempelajari teori.tergantung belajar apa dulu...
Jadi kalau di-arah-kan jawabannya, dan ketika sang meditator (yang memiliki banyak teori dan pengetahuan teori meditasi) berhasil meraih hasil-nya, saya yakin sang meditator akan lebih mahir / ahli di dalam menjelaskan tahapan2 meditasi, karena dia sudah menguasai banyak teori dan telah mengalam-i sendiri pengalaman meditasi.diarahkan jawabannya? meditasi bukan ujian kenaikan semester dengan minimum score 60 point :))
Kalau terhadap JMB8 ini, menurut saya kita tidak harus 'memulai' di mana dulu, tapi itu adalah satu kesatuan. Jika satu terhambat, maka yang lain pun susah untuk maju.
JMB8 ini dikatakan beruas delapan, kalau saya umpamakan seperti kita ada dalam satu kereta kuda yang berat dan ditarik 8 ekor kuda. Delapan kuda ini saling mendukung satu sama lain, dan hambatan bagi satu kuda adalah hambatan bagi tujuh kuda lain. Jika satu terhambat, bisa jadi tujuh lain pun tidak maju sama sekali. Sebaliknya jika satu kuda menguat, maka memberikan kemudahan bagi 7 kuda lain untuk maju.
JMB8 ini BUKAN seperti kereta dengan delapan stasiun di mana stasiun 1 adalah pandangan benar, lalu ke pikiran benar, sampai stasiun 8 yaitu konsentrasi benar.
Dalam urutan umum, pertama adalah Sila yang dilakukan untuk mendukung Samadhi dan pada akhirnya menimbulkan Panna. Tapi Panna (JMB 1&2) juga mengondisikan Sila (JMB 3-6) dan Samadhi (JMB 7&8 ).
Menurut saya, itu sebabnya dikatakan 'beruas delapan' bukan 'bertahap delapan'.
baru ingat ada sutta yang satu ini...
udah hampir kelupaan sih.. :P :P
dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...
27. ‘“Inilah pokok pembicaraan Brahmā Sanankumāra. Ia melanjutkan: ‘Bagaimanakah menurut Para Tiga-Puluh-Tiga Dewa? Seberapa baikkah Sang Buddha yang mengetahui dan melihat mengajarkan tujuh prasyarat konsentrasi, demi pengembangan konsentrasi sempurna dan kesempurnaan konsentrasi! Apakah itu? Yaitu, pandangan benar, pikiran benar, ucapan benar, perbuatan benar, penghidupan benar [217], usaha benar, perhatian benar.[35] Keterpusatan pikiran itu, yang dihasilkan tujuh faktor ini disebut konsentrasi benar Ariya dengan landasan dan prasyaratnya. Dari pandangan benar muncul pikiran benar, dari pikiran benar muncul ucapan benar, dari ucapan benar muncul perbuatan benar, dari perbuatan benar muncul penghidupan benar, dari penghidupan benar muncul usaha benar, dari usaha benar muncul perhatian benar, dari perhatian benar muncul konsentrasi benar, dari konsentrasi benar muncul pengetahuan benar,[36] dari pengetahuan benar muncul kebebasan benar.[37] Jika seseorang dengan jujur menyatakan: “Dhamma telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, tanpa batas waktu, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dipahami oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri,” mengatakan: “Terbukalah pintu keabadian,”[38] ia pasti berbicara sesuai dengan kebenaran tertinggi. Karena sesungguhnya, Tuan-tuan, Dhamma memang telah diajarkan dengan sempurna oleh Sang Bhagavā, terlihat di sini dan saat ini, tanpa batas waktu, mengundang untuk diselidiki, mengarah menuju kemajuan, untuk dipahami oleh para bijaksana untuk dirinya sendiri, dan juga, pintu menuju keabadian telah terbuka!’”’
tergantung belajar apa dulu...
kalo belajar programming komputer yg sifatnya intelektual, ya benar, mereka yang belajar teori mendalam mengenai data structure, design pattern, architecture, dsb akan mendapat kemajuan yang jauh lebih pesat ketimbang mereka yang gak mau belajar teori (itupun dengan catatan, mereka tetap harus praktik).
tapi kalo belajar skill, apalagi yg namanya meditasi, hal di atas tidak berlaku. kebanyakan teori malah menghambat dan ini sesuai dengan pengalaman teman2 meditator yang saya tanyai...
baru ingat ada sutta yang satu ini...Bro will, betul bahwa yang menyertai semua jalan tersebut adalah pandangan benar. Tapi jika dikatakan pandangan benar sebagai 'permulaan', apakah kondisi dari pandangan benar? Bagaimana ia muncul?
udah hampir kelupaan sih.. :P :P
dari paragraf yang pertama kali di bold, disana dengan jelas ditunjukkan bahwa konsentrasi benar membutuhkan 7 faktor lainnya sebagai pelengkap dan penopangnya, dan tidak bisa berdiri sendiri...
Jadi teringat yang diceritakan oleh bhante DSB mengenai mengajar orang yang pandai teori meditasi dan tidak tahu teori meditasi buddha dharma sama sekali, menurut beliau jauh lebih cepat kemajuan mengajar orang yang tidak tahu teori sama sekali dari pada yang tahu.pengalaman pribadi, pengalaman kevihara selama beberapa tahun, baca keng, baca sutra dll pun akhirnya masuk "tong sampah" semua gara2 ada DC ini.
Jika terlalu banyak teori malah menghambat kemajuan karena bila ada kesalahan pandangan, harus dihilangkan dulu pandangan salah itu dan biasanya memakan waktu, apalagi bila yang diajar merasa bahwa yang diketahuinya itu adalah benar, tidak salah dan melekat kuat pada pandangannya itu.
Kalau pengalaman pribadi sendiri sih, semua teori buddha dhamma yang saya pelajari selama 6,5 tahun (dari masa SMA sampai ketemu bhante) akhirnya masuk 'tong sampah' semua :) :) :)
bonus lagiKalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;D
http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27 (http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_18:_Janavasabha_Sutta#27)
Jadi teringat yang diceritakan oleh bhante DSB mengenai mengajar orang yang pandai teori meditasi dan tidak tahu teori meditasi buddha dharma sama sekali, menurut beliau jauh lebih cepat kemajuan mengajar orang yang tidak tahu teori sama sekali dari pada yang tahu.Kalau begitu kasusnya, mungkin yang perlu dipertanyakan adalah teorinya. Sepertinya itu teori salah yang disampaikan dengan salah, sehingga dipahami secara salah.
Jika terlalu banyak teori malah menghambat kemajuan karena bila ada kesalahan pandangan, harus dihilangkan dulu pandangan salah itu dan biasanya memakan waktu, apalagi bila yang diajar merasa bahwa yang diketahuinya itu adalah benar, tidak salah dan melekat kuat pada pandangannya itu.
Kalau pengalaman pribadi sendiri sih, semua teori buddha dhamma yang saya pelajari selama 6,5 tahun (dari masa SMA sampai ketemu bhante) akhirnya masuk 'tong sampah' semua :) :) :)
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;Dakting man, akting man
Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;Dasik dapet bonus…
Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?
asik dapet bonus…Berarti Samma Ditthi muncul dengan dikondisikan Miccha Samadhi? ;D
beliau kan dulu masuk jhana 1 dengan belum memiliki sammaditthi, jika ditilik dari urutan itu maka masih belum sammasamadhi.
Jika itu sammasamadhi, maka udah dapet sammananam lalu sammavimutti
unless… like stated by ryu ^
Berarti Samma Ditthi muncul dengan dikondisikan Miccha Samadhi? ;D
Yang ryu punya itu versi lain.
nambahin...nambahin, kalau di sutra2 gitu yang baca mantra dll, itu sifatnya apa? seperti baca amitabha, budho, palsu atau asli?
disitulah bedanya meditasi dengan nasehat2 self help. sering kita melihat "10 tips cara mengatasi kemarahan", "cara praktis menjadi orang sabar", "trik agar disayang pacar", dll. semua tips2 ini sifatnya mencoba memoles diri pada level intelek. do this, you will be that. do that, you will gain this. majalah atau buku2 self help mencoba memaksa, memanipulasi, mengekang, memoles bagaimana agar kita memiliki sifat2 baik, yg sukses, yg memiliki banyak teman, efisien walaupun berbeda dengan realitanya. sayangnya polesan intelek tidak akan membawa transformasi batin.
pikirannya hanya meloncat2 saja dari satu tips ke tips yg lain, dari satu polesan ke polesan yang lain, satu nasehat bijak ke nasehat bijak terkini...dengan kata lain: dukkha!
tanpa transformasi batin, ini sifatnya hanya dipermukaan, palsu...
Berarti Samma Ditthi muncul dengan dikondisikan Miccha Samadhi? ;D
Yang ryu punya itu versi lain.
nambahin, kalau di sutra2 gitu yang baca mantra dll, itu sifatnya apa? seperti baca amitabha, budho, palsu atau asli?imo, tujuan sebenarnya dari mantra dan meditasi buddho adalah transformasi batin, bukan untuk mengusir setan.
dan kalau buda membabarkan dama seperti di salekha sutta itu maksudnya ke sifatn yang hanya dipermukaan juga?Sallekha Sutta yg ini?
...
17. "Thus, Cunda, I have shown to you the instruction on effacement, I have shown to you the instruction on thought's arising, I have shown to you the instruction on avoidance, I have shown to you the instruction on the way upward, I have shown to you the instruction on quenching.
18. "What can be done for his disciples by a Master who seeks their welfare and has compassion and pity on them, that I have done for you, Cunda.[27] There are these roots of trees, there are empty places. Meditate, Cunda, do not delay, lest you later regret it. 'This is my message to you."
Bro will, betul bahwa yang menyertai semua jalan tersebut adalah pandangan benar. Tapi jika dikatakan pandangan benar sebagai 'permulaan', apakah kondisi dari pandangan benar? Bagaimana ia muncul?ada dua jenis pandangan benar muncul...
MN 43: Mahāvedalla Suttakomentar mengenai sutta ini:
imo, tujuan sebenarnya dari mantra dan meditasi buddho adalah transformasi batin, bukan untuk mengusir setan.Effacement
Sallekha Sutta yg ini?
http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.008.nypo.html (http://www.accesstoinsight.org/tipitaka/mn/mn.008.nypo.html)
berikut saya kutipkan akhir dari instruksi yg diberikan Sang Buddha kepada cunda yg menjawab pertanyaan anda:
Effacementapabila nasehat berhenti sampai di "jangan gini, jangan gitu" tanpa meditasi, maka itu sifatnya superfisial alias hanya dipermukaan saja.
12. "But herein, Cunda, effacement should be practiced by you:[16]
(1) Others will be harmful; we shall not be harmful here — thus effacement can be done.[17]
(2) Others will kill living beings; we shall abstain from killing living beings here — thus effacement can be done.
(3) Others will take what is not given; we shall abstain from taking what is not given here — thus effacement can be done.
(4) Others will be unchaste; we shall be chaste here — thus effacement can be done.
(5) Others will speak falsehood; we shall abstain from false speech here — thus effacement can be done.
yang diajarkan diatas itu sifatnya dipermukaan a.k.a palsu atau tidak?
Kalau gitu, bonus pertanyaan juga nih. ;Dsamma samadhi...
Waktu Bodhisatta duduk di bawah pohon Bodhi, sebelum mencapai penerangan sempurna, meditasinya termasuk samma samadhi ataukah miccha samadhi?
apabila nasehat berhenti sampai di "jangan gini, jangan gitu" tanpa meditasi, maka itu sifatnya superfisial alias hanya dipermukaan saja.kalau yang bilang buda sih pastinya gitu, coba waktu itu yang bilang si choa ke cunda pasti ngomong "aye gak mau meditasi dahulu. ngeri ah...."
perhatikan baik2 betapa nasehat di atas sebenarnya merupakan instruksi untuk berlatih...
dan Buddha tidak berhenti di sana, di akhir sutta Buddha menyuruh cunda:
"Meditate, Cunda, do not delay, lest you later regret it"
untungnya cunda gak ngeyel:
"aye gak mau meditasi dahulu. ngeri ah...."
samma samadhi artinya konsentrasi benar. bukan konsentrasi sempurna.Agreed. :)
jadi ada beberapa tingkatan sampai mencapai sempurna.
jadi bukan miccha samadhi.
I think...
kekna waktu pangeran siddattha itu kecil di bawah pohon itu, tidak muncul sammaditthi dehMaksudnya yang waktu Pangeran Siddhattha di bawah pohon Bodhi itu lho. Sebelom penerangan sempurna (sebelum pandangan benar), ia bermeditasi sampai muncul Tevijja. Berarti Samadhi itu mendahului pandangan benar yang timbul.
ada dua jenis pandangan benar muncul...Nah, itulah sebabnya saya katakan ada pandangan benar yang didahului perhatian/meditasi, disamping ada juga pandangan benar yang muncul dari instruksi orang lain/teori. Saya tidak pernah menafikkan salah satunya, maka saya juga katakan bukan samadhi dulu atau pandangan dulu, tapi kedua itu bisa saling mengkondisikan.
yang pertama melalui realisasi sendiri, seperti para samma sambuddha dan pacceka buddha..
yang kedua dengan mendengar dhamma dari orang lain...
mendengar dhamma dari orang lain ya termasuk teori juga...
kasih referensi sutta lagi ya... :P :P :P
komentar mengenai sutta ini:
samma samadhi...Bodhisatta tidak memakai pandangan dari mana-mana, bahkan ia BELUM TAHU jalan menuju 'nibbana', tapi lewat Samadhi, ia melihat kebenaran sejati, maka timbullah pandangan benar. Jadi prosesnya: Samadhi dulu, baru timbul pandangan benar.
tapi untuk membedakan mana samma samadhi, mana miccha samadhi ya kenanya kesana juga: pandangan benar
gimana bisa bedain yang mana salah yang mana benar kalau tidak punya pandangan??
kan udah ditulis di suttanya om.. ;D ;D
got it...betul, dari dulu saya sudah tidak sependapat mengenai hal ini dan sudah dibahas habis di thread lampau.
berarti sekarang masalahnya tinggal sama bro morpheus yang mengatakan "tidak ada pandangan benar tanpa meditasi" ;D
apabila nasehat berhenti sampai di "jangan gini, jangan gitu" tanpa meditasi, maka itu sifatnya superfisial alias hanya dipermukaan saja.
perhatikan baik2 betapa nasehat di atas sebenarnya merupakan instruksi untuk berlatih...
dan Buddha tidak berhenti di sana, di akhir sutta Buddha menyuruh cunda:
"Meditate, Cunda, do not delay, lest you later regret it"
untungnya cunda gak ngeyel:
"aye gak mau meditasi dahulu. ngeri ah ngeliat devadatta tersesat...."
Maksudnya yang waktu Pangeran Siddhattha di bawah pohon Bodhi itu lho. Sebelom penerangan sempurna (sebelum pandangan benar), ia bermeditasi sampai muncul Tevijja. Berarti Samadhi itu mendahului pandangan benar yang timbul.
betul, dari dulu saya sudah tidak sependapat mengenai hal ini dan sudah dibahas habis di thread lampau.bagi aye. seseorang dengan menjaga sila saja itu sudah termasuk pandangan benar.
bagi saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
kalau mau ditarik garis awal perbedaan pendapat ini adalah definisi pandangan benar itu sendiri.
bagi saya, pengertian intelektual bukanlah pandangan benar...
seberapapun benarnya teori dan doktrin yg anda dengar ataupun baca dari buku, itu tetaplah sebuah ide, bukan kebenaran, bukanlah dhamma.
betul, dari dulu saya sudah tidak sependapat mengenai hal ini dan sudah dibahas habis di thread lampau.lalu, bagaimana anda mengomentari referensi kedua sutta yang saya berikan sehubungan dengan pandangan benar??
bagi saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
kalau mau ditarik garis awal perbedaan pendapat ini adalah definisi pandangan benar itu sendiri.
bagi saya, pengertian intelektual bukanlah pandangan benar...
seberapapun benarnya teori dan doktrin yg anda dengar ataupun baca dari buku, itu tetaplah sebuah ide, bukan kebenaran, bukanlah dhamma.
bagi aye. seseorang dengan menjaga sila saja itu sudah termasuk pandangan benar.kalau orangnya hidup di penjara dan diberikan aturan-aturan yang mirip seperti sila, dan dipatuhi sama tahanan dengan terpaksa, apakah bisa disebut pandangan benar juga??
kalau orangnya hidup di penjara dan diberikan aturan-aturan yang mirip seperti sila, dan dipatuhi sama tahanan dengan terpaksa, apakah bisa disebut pandangan benar juga??baru level 0.000000000000000000001 =)) ;D
^:)^ ^:)^
lalu, bagaimana anda mengomentari referensi kedua sutta yang saya berikan sehubungan dengan pandangan benar??kalo saya pribadi sih memilih untuk skip sutta2 itu karena gak sesuai dengan pengertian saya.
dengan jelas dituliskan disana kalau pandangan benar itu datang dulu, baru ada samadhi...
kecuali kalau tingkatannya adalah pacceka dan samma sambuddha, maka yang berperan adalah samadhi..
berhubung tingkatan kita masih savaka/murid, maka seharusnya pandangan benar dulu baru muncul, baru ada samadhi...
"Right view, as explained in the commentary to the Sammaditthi Sutta, has a variety of aspects, but it might best be considered as twofold: conceptual right view, which is the intellectual grasp of the principles enunciated in the Buddha's teaching, and experiential right view, which is the wisdom that arises by direct penetration of the teaching. Conceptual right view, also called the right view in conformity with the truths (saccanulomika-sammaditthi), is a correct conceptual understanding of the Dhamma arrived at by study of the Buddha's teachings and deep examination of their meaning. Such understanding, though conceptual rather than experiential, is not dry and sterile. When rooted in faith in the Triple Gem and driven by a keen aspiration to realize the truth embedded in the formulated principles of the Dhamma, it serves as a critical phase in the development of wisdom (pañña), for it provides the germ out of which experiential right view gradually evolves.http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/nanamoli/wheel377.html
Experiential right view is the penetration of the truth of the teaching in one's own immediate experience. Thus it is also called right view that penetrates the truths (saccapativedha-sammaditthi). This type of right view is aroused by the practice of insight meditation guided by a correct conceptual understanding of the Dhamma. To arrive at direct penetration, one must begin with a correct conceptual grasp of the teaching and transform that grasp from intellectual comprehension to direct perception by cultivating the threefold training in morality, concentration and wisdom. If conceptual right view can be compared to a hand, a hand that grasps the truth by way of concepts, then experiential right view can be compared to an eye — the eye of wisdom that sees directly into the true nature of existence ordinarily hidden from us by our greed, aversion and delusion."
When the steps of the Eightfold Path are presented in a list, usually Right View is the first step (even though there is no "first" step). Right View supports wisdom. Wisdom in this sense is the understanding of things as they are, as explained in the teachings of the Four Noble Truths.ini saya sependapat...
This understanding is not mere intellectual understanding. It is instead a thorough penetration of the Four Noble Truths. Theravada scholar Wapola Rahula called this penetration "seeing a thing in its true nature, without name and label." (What the Buddha Taught, page 49)
betul, dari dulu saya sudah tidak sependapat mengenai hal ini dan sudah dibahas habis di thread lampau.Kalau kasus Sariputta, misalnya, yang hanya mendengar lalu menembus Sotapatti-phala, menurut bro morph gimana?
bagi saya, tidak ada pandangan benar tanpa meditasi.
kalau mau ditarik garis awal perbedaan pendapat ini adalah definisi pandangan benar itu sendiri.
bagi saya, pengertian intelektual bukanlah pandangan benar...
seberapapun benarnya teori dan doktrin yg anda dengar ataupun baca dari buku, itu tetaplah sebuah ide, bukan kebenaran, bukanlah dhamma.
Kalo yg pangeran siddhattha sih mencapai pencerahan itu, itu kekna kasus yg berbeda, itu kasus sebagai seorang sammasambuddha yang pada akhirnya mendapatkan kondisi "pas" dimana beliau mencapai sammasamadhi lalu mendapatkan tevijja itu.Ya, ada perbedaan dan kemiripan.. Dalam kasus Samma-sambuddha & Pacceka Buddha, tidak ada panduan dalam menuju lokuttara samma-ditthi, sedangkan kalau dalam kasus Savaka, biasa selalu dimulai dari panduan dulu, baru ditembus dalam Samadhi. Itu perbedaannya.
kalau kita kan masuk kasus savaka dimana dari pandangan benar yg mengkondisikan seterusnya itu. Kalau kita tidak dari pandangan benar, artinya nanti kita cuba-cuba utk mencapai kondisi seperti sammasambuddha.
bagi aye. seseorang dengan menjaga sila saja itu sudah termasuk pandangan benar.Belum tentu sih. Kalau orang menjaga sila karena takut disambar Zeus, itu jelas bukan pandangan benar. ;D
Kalau kasus Sariputta, misalnya, yang hanya mendengar lalu menembus Sotapatti-phala, menurut bro morph gimana?dengan asumsi cerita itu valid, walaupun ceritanya mengesankan bahwa sariputta mencapai sotapanna seketika setelah mendengar satu bait dari assaji, namun menurut saya ada proses meditasi di antaranya...
dengan asumsi cerita itu valid, walaupun ceritanya mengesankan bahwa sariputta mencapai sotapanna seketika setelah mendengar satu bait dari assaji, namun menurut saya ada proses meditasi di antaranya...OK, berarti senada dengan bro dilbert bahwa meditasi (satipatthana) adalah menyangkut kesadaran yang mengamati apa adanya, tidak hanya dilakukan dalam 'kegiatan' meditasi, namun sewaktu-waktu pun bisa dilakukan jika kondisinya mendukung. Bisa dibilang begitu?
Kalau kasus Sariputta, misalnya, yang hanya mendengar lalu menembus Sotapatti-phala, menurut bro morph gimana?
OK, berarti senada dengan bro dilbert bahwa meditasi (satipatthana) adalah menyangkut kesadaran yang mengamati apa adanya, tidak hanya dilakukan dalam 'kegiatan' meditasi, namun sewaktu-waktu pun bisa dilakukan jika kondisinya mendukung. Bisa dibilang begitu?
kita harus "se-kaliber" Sariputra untuk bisa seperti itu.... xixixixixixi;D Tentu saja begitu. Dari 80 Mahasavaka dan 13 Mahasavika, semuanya juga 'seram-seram', dan kita tidak tepat pakai pola mereka untuk diterapkan ke kita. Tapi setidaknya bisa dibuat pembelajaran, ibarat Juara se-RT mencontoh Juara Internasional.
Bahiya lebih mantap lagi... begitu Buddha selesai ber-khotbah, langsung merealisasikan Kesucian ARAHAT...Atau sekalian Channa dan Godhika yang gorok leher dan menembus Arahatta.
Culapanthaka gosok-gosok kain, mendapat dhamma-cakkhu (mata dhamma)
OK, berarti senada dengan bro dilbert bahwa meditasi (satipatthana) adalah menyangkut kesadaran yang mengamati apa adanya, tidak hanya dilakukan dalam 'kegiatan' meditasi, namun sewaktu-waktu pun bisa dilakukan jika kondisinya mendukung. Bisa dibilang begitu?dalam istilah saya, bukan kegiatan formal meditasi duduk memejamkan mata.
dalam istilah saya, bukan kegiatan formal meditasi duduk memejamkan mata.Iya, kira-kira pendapat saya juga demikian. Dan penembusan yang mudah seperti itu tidak akan terjadi tanpa sebelumnya (apakah di hidup itu atau di kehidupan lampau) dilatih dengan tekun.
semua contoh2 yg tercatat hanya "aha!" trus mencapai kesucian, saya merasa kejadian sebenarnya lebih panjang dari itu, ada proses meditasinya... secepat atau selama apa? gak tau dan hanya ada spekulasi...
kalo culapanthaka itu jelas sekali proses meditasinya...
24. “Dan apakah, Teman-teman, pandangan benar itu? Pengetahuan tentang penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan – ini disebut pandangan benar.Ya, sebatas pengetahuan, tapi itu pun belum tentu kita ketahui. Karena tidak mengetahui, maka kita masih mencari kesenangan, memperpanjang penderitaan ini.
============
bukannya sebatas pengetahuan kalau menurut sutta itu?
24. “Dan apakah, Teman-teman, pandangan benar itu? Pengetahuan tentang penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan – ini disebut pandangan benar.bukan pengetahuan intelektual.
============
bukannya sebatas pengetahuan kalau menurut sutta itu?
bukan pengetahuan intelektual.setidaknya itu mungkin sudah langkah pertama masuk pandangan benar dahulu, mengetahui apa itu Pengetahuan tentang penderitaan, pengetahuan tentang asal-mula penderitaan, pengetahuan tentang lenyapnya penderitaan, pengetahuan tentang jalan menuju lenyapnya penderitaan.
apakah hanya dengan membaca "sebab penderitaan adalah tanha" trus manggut2 mengerti lalu dapet stempel "pandangan benar"?
kagak.
Kalau bicara konteks kesucian, maka pandangan benar-nya itu adalah yang lokuttara, adi-duniawi, yang sudah di luar 62 pandangan dalam Brahmajalasutta. Dalam konteks ini, semua puthujjana termasuk Pangeran Siddhatta juga tidak berpandangan benar. Untuk menembus pandangan benar ini, tidak ada jalan lain kecuali penegakkan perhatian (satipatthana).
Nah, kalau transformasi bathin yang saya bicarakan ini, tentu masih dalam tahap duniawi (lokiya). Nah, semisalnya non-Buddhis, tidak tahu teori apapun, tapi dia menjalankan petapaan, kehidupan suci sampai mencapai jhana. Walaupun dia tidak merumuskan pelanggaran sila ke 3, misalnya, namun ia secara otomatis telah mengetahui bahaya dari kenikmatan indera dan menghindarinya. Tanpa perlu belajar Agama Buddha dan pancasila, dia telah punya pengertian benar tentang sila. Ini contoh yang saya maksud dengan dipicu dari Samadhi yang benar, membawa pada pandangan benar.