Namo Buddhaya,
Bro Triyana, hanya pandangan pribadi
Sutra Mahayana tidak bisa langsung diambil artinya secara literal. Kalau sutta pali kebanyakan bisa, tetapi sutra Mahayana tidak bisa begitu. Banyak kiasan dan perlambang, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa sastra njelimet tingkat tinggi
Dan Sutra Mahayana itu dikhotbahkan kepada mereka yang sudah siap. Siap disini artinya sudah menguasai ajaran Buddha yang umum (Theravada). Dan hanya kepada mereka yang mau jadi Buddha (Samma Sambuddha) dan mempunyai benih/ kecenderungan untuk itu.
Karena itu, membantah Sutta Theravada dengan Sutra Mahayana sebenarnya tidak tepat.
Jika belajar Lamrim (tahapan jalan pencerahan), salah satu poin yang diajarkan adalah bahwa sebenarnya ajaran Buddha tidak ada kontradiksi. Persepsi kontradiksi muncul karena pemahaman yang tidak sempurna terhadap ajaran Buddha.
Hal ini misalnya, jika anak SMP baca buku Fisika universitas, pasti dia bingung karena sepertinya Fisika Kuantum bertentangan dengan apa yang dia pelajari di sekolah, karena baru belajar mekanika gerak Newton. Apakah teori newtonian dan Einstein kontradiksi?
Tidak, keduanya benar, tetapi aplikasi dan sudut pandangnya berbeda.
aku akan cari soal Sanghyang Adi Buddha....
Bro Xeno yang baik,
Sutra Mahayana tidak bisa langsung diambil artinya secara literal. Kalau sutta pali kebanyakan bisa, tetapi sutra Mahayana tidak bisa begitu. Banyak kiasan dan perlambang, dan bahasa yang digunakan adalah bahasa sastra njelimet tingkat tinggi = Sepengetahuan saya memang dalam belajar Sutra-Sutra Mahayana ada pengelompokan-pengelompokan dalam hal tafsir, dalam Mahaparinirvana Sutra ia cukup jelas mengatakan bahwa ada Atman/Diri Buddha, pun dalam Chan/ Zen dikenal hal tersebut terutama Buddhisme Tiongkok dan Jepang yang cenderung menganut paham Yogacara selain Madhyamaka.
Dan Sutra Mahayana itu dikhotbahkan kepada mereka yang sudah siap. Siap disini artinya sudah menguasai ajaran Buddha yang umum (Theravada). Dan hanya kepada mereka yang mau jadi Buddha (Samma Sambuddha) dan mempunyai benih/ kecenderungan untuk itu. = Ya kita semua yang Mahayana memang menjalankan Jalan Bodhisattva baik anda siap atau tidak dan tujuannya adalah pencapaian Kebuddhaan, tetapi biasanya buat pemula dikenalkan dahulu dengan Agama Sutra yang memang memiliki kesamaan dengan Ajaran Theravada. Tetapi pada dasarnya Mahaparinirvana Sutra adalah Sutra bukan Tantra, yang boleh dibaca siapa saja tanpa memerlukan inisiasi tertentu dari seorang Guru (Lama atau Suhu).
Karena itu, membantah Sutta Theravada dengan Sutra Mahayana sebenarnya tidak tepat = Saya menanggapi pertanyaan dari bro Indra yang kekeh
, itu saja
pun cendekiawan Theravada yang cukup disegani Dr.Walpola Rahula Maha Thera mengatakan
Some people think that Voidness or Sunyata discussed by Nagarjuna is purely a Mahayana teaching. It is based on the idea of Anatta or non-self, on the Paticcasamuppada or the Dependent Origination, found in the original Theravada Pali texts. Once Ananda asked the Buddha, "People say the word Sunya. What is Sunya?" The Buddha replied, "Ananda, there is no self, nor anything pertaining to self in this world. Therefore, the world is empty." This idea was taken by Nagarjuna when he wrote his remarkable book, "Madhyamika Karika". Besides the idea of Sunyata is the concept of the store-consciousness in Mahayana Buddhism which has its seed in the Theravada texts.
The Mahayanists have developed it into a deep psychology and philosophy.http://www.urbandharma.org/udharma3/theramaya.htmlTentang Dr.Walpola Rahula Maha Thera :
http://en.wikipedia.org/wiki/Walpola_RahulaJika belajar Lamrim (tahapan jalan pencerahan), salah satu poin yang diajarkan adalah bahwa sebenarnya ajaran Buddha tidak ada kontradiksi. Persepsi kontradiksi muncul karena pemahaman yang tidak sempurna terhadap ajaran Buddha.
Hal ini misalnya, jika anak SMP baca buku Fisika universitas, pasti dia bingung karena sepertinya Fisika Kuantum bertentangan dengan apa yang dia pelajari di sekolah, karena baru belajar mekanika gerak Newton. Apakah teori newtonian dan Einstein kontradiksi?
Tidak, keduanya benar, tetapi aplikasi dan sudut pandangnya berbeda. = Memang benar dikatakan oleh Guru-Guru suci demikian