Bagi saya Lobha Dosa dan Moha itu nyata... jika lobha, dosa dan moha eksis, maka padam-nya lobha, dosa dan moha itu menjadi logis.... bagi anda, sukhavati itu nyata ? pernah mengalami ?
Tentu, LDM nyata, orang melihat tuhan atau dewa juga nyata. Terus terang saya juga punya tante yang sering berkomunikasi dengan dewa (sesuai pengakuannya). Apa kita mau lancang mengatakan bahwa dewanya tidak nyata? Juga mengatakan mukjizatnya tidak nyata?
Kecuali tentunya kita bisa membuktikan bahwa mukjizat yang ia alami semata hanya karmanya yang berbuah.
Jika tidak, kita bisa dituduh menghina kepercayaannya (atau seringkali kita disebut tidak toleran terhadap kepercayaan lain).
Nah, kembali dalam kerangka berpikir Buddha Dharma, bagi saya:
Jangan meyakini sebuah kebenaran hanya karena tertulis di kitab suci, atau diyakini orang banyak.
Tapi yakinilah sesuatu karena Anda benar-benar sudah mengalami, sudah melihat dan membuktikan sendiri.
Bukan saya sok ehipassiko, tapi memang ini kerangka berpikir yang logis menurut saya.
Bila saya sudah melihat piramida, dan bentuknya seperti limas, baru akan saya katakan dan cerita pada orang sesuai dengan penglihatan dan pengalaman saya.
Jika saya baru baca buku tentang piramida, lalu lancang mendebat orang yang sudah lihat dan bahkan sudah masuk ke dalamnya (ikut tur atau studi), bukankah ini konyol?
Itu yang saya sering hadapi.
Mau bicara tentang sukhavati, nibbana, LDM, dll... semua mengacu pada buku. Ketika saya bilang kenyataannya tidak demikian, semua seolah tidak senang dan mendebat saya karena "kata-kata buku" tersebut.
Ini yang membuat saya enggan berbagi lagi terkadang.
Tapi ya begitu... katanya memang makhluk di sahaloka ini agak bebal... makanya sulit dimurnikan (dibebaskan mencapai nibbana). Jadi ya, saya sabar saja...
Demikian. Semoga bisa dipahami.
Salam perenungan dan semoga berbahagia.