Tentang Lima Kelompok Unsur Kehidupan (3)
Terjemahan Saṃyukta-āgama Kotbah 59 sampai 87
Bhikkhu Anālayo
Abstaksi
Artikel ini menerjemahkan jilid ketiga dari Saṃyukta-āgama, yang mengandung kotbah 59 sampai 87.<1>
59. [Kotbah tentang Muncul dan Lenyapnya]<2>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: “Terdapat lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati. Apakah lima hal itu? Mereka adalah kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati... perasaan... persepsi... bentukan... kelompok unsur kesadaran yang dilekati.
“[Para bhikkhu], renungkanlah lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati ini, sifatnya yang muncul dan lenyap, yaitu: ‘Inilah bentuk jasmani, inilah munculnya bentuk jasmani, inilah lenyapnya bentuk jasmani; inilah perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran, inilah munculnya kesadaran, inilah lenyapnya kesadaran.’
“Apakah munculnya bentuk jasmani? Apakah lenyapnya bentuk jasmani? Apakah munculnya perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran? Apakah lenyapnya perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran?
“Dengan munculnya ketagihan dan kenikmatan, bentuk jasmani muncul; dengan lenyapnya ketagihan dan kenikmatan, bentuk jasmani lenyap. Dengan munculnya kontak, perasaan... persepsi... bentukan muncul; dengan lenyapnya kontak, perasaan... persepsi... bentukan lenyap. Dengan munculnya nama-dan-bentuk, kesadaran muncul; dengan lenyapnya nama-dan-bentuk, kesadaran lenyap.
“Para bhikkhu, dengan cara ini bentuk jasmani muncul dan bentuk jasmani lenyap, inilah munculnya bentuk jasmani dan lenyapnya bentuk jasmani. Dengan cara ini perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran muncul dan perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran lenyap, inilah munculnya perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran dan lenyapnya perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran.”
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, para bhikkhu, yang mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan menerimanya dengan hormat.
60. [Kotbah tentang Tidak Menyenangi]<3>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: “Terdapat lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati. Apakah lima hal itu? Yaitu, mereka adalah kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati... perasaan... persepsi... bentukan... kelompok unsur kesadaran yang dilekati.
“Akan baik, para bhikkhu, jika kalian tidak menyenangi bentuk jasmani, tidak memuji bentuk jasmani, tidak melekat pada bentuk jasmani, tidak terikat pada bentuk jasmani. Akan baik, para bhikkhu, jika kalian tidak menyenangi perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran, tidak memuji kesadaran, tidak melekat pada kesadaran, tidak terikat pada kesadaran. Mengapa demikian?
“Jika seorang bhikkhu tidak menyenangi bentuk jasmani, tidak memuji bentuk jasmani, tidak melekat pada bentuk jasmani, tidak terikat pada bentuk jasmani, maka dengan tidak menyenangi bentuk jasmani pikirannya mencapai pembebasan. Dengan cara yang sama [jika ia] tidak menyenangi perasaan [15c]... persepsi... bentukan... tidak menyenangi kesadaran,<4> tidak memuji kesadaran, tidak melekat pada kesadaran, tidak terikat pada kesadaran, maka dengan tidak menyenangi kesadaran pikirannya mencapai pembebasan.
“Jika seorang bhikkhu tidak menyenangi bentuk jasmani dan pikirannya telah mencapai pembebasan... dengan cara yang sama [jika ia] tidak menyenangi perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran dan pikirannya telah mencapai pembebasan, [baginya] tidak ada kemusnahan dan tidak ada kemunculan [kembali], ia berkembang dalam keseimbangan yang stabil, dengan perhatian benar dan pemahaman benar.
“Bhikkhu itu, yang memahami seperti ini dan melihat seperti ini, selamanya telah melenyapkan pandangan tentang masa lampau tanpa sisa. Dengan pandangan tentang masa lampau yang selamanya telah dilenyapkan tanpa sisa, ia juga selamanya telah melenyapkan pandangan tentang masa depan tanpa sisa. Dengan pandangan masa depan yang selamanya telah dilenyapkan tanpa sisa, ia juga selamanya telah melenyapkan pandangan tentang masa sekarang tanpa sisa dan tidak melekat pada apa pun.
“Seseorang yang tidak melekat pada apa pun tidak terikat pada apa pun di seluruh dunia. Seseorang yang tidak terikat pada apa pun tidak mencari apa pun. Seseorang yang tidak mencari apa pun secara pribadi merealisasi Nirvāṇa, [dengan mengetahui]: ‘Kelahiran bagiku telah dilenyapkan, kehidupan suci telah dikembangkan, apa yang harus dilakukan telah dilakukan, aku sendiri mengetahui bahwa tidak akan ada kelangsung yang lebih jauh lagi.’”
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, para bhikkhu, yang mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan menerimanya dengan hormat.
61. [Kotbah tentang Analisis]<5>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: “Terdapat lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati. Apakah lima hal itu? Yaitu, terdapat kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati... perasaan... persepsi... bentukan... kelompok unsur kesadaran yang dilekati.
“Apakah kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati? Apa pun bentuk jasmani, semua darinya yang merupakan empat unsur dan bentuk yang terbentuk dari empat unsur. Ini disebut kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati.
“Selanjutnya, bentuk jasmani itu adalah tidak kekal,
dukkha, dan bersifat berubah-ubah. Jika kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati itu selamanya dilepaskan tanpa sisa, sepenuhnya dilepaskan, lenyap, memudar,<6> ditenangkan, dan hancur, dan lebih jauh [kemunculan] kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati dihentikan, tidak muncul, tidak timbul – [maka] ini disebut luhur, ini disebut damai, ini disebut ditinggalkannya sepenuhnya semua perolehan, lenyapnya ketagihan, lenyapnya nafsu, terhentinya, Nirvāṇa.
“Apakah kelompok unsur perasaan yang dilekati? Yaitu, terdapat enam kelompok perasaan. Apakah enam hal itu? Yaitu, terdapat perasaan yang muncul dari kontak-mata... [kontak]-telinga... [kontak]-hidung... [kontak]-lidah... [kontak]-badan... perasaan yang muncul dari kontak-pikiran. Ini disebut kelompok unsur perasaan yang dilekati. Selanjutnya, kelompok unsur perasan yang dilekati itu adalah tidak kekal,
dukkha, dan bersifat berubah-ubah...
sampai dengan... terhentinya, Nirvāṇa.
“Apakah kelompok unsur persepsi yang dilekati? Yaitu, terdapat enam kelompok persepsi. Apakah enam hal itu? Yaitu, terdapat persepsi yang muncul dari kontak-mata...
sampai dengan... persepsi yang muncul dari kontak-pikiran. Ini disebut kelompok unsur persepsi yang dilekati. Selanjutnya, kelompok unsur persepsi yang dilekati itu adalah tidak kekal, dukkha, dan bersifat berubah-ubah...
sampai dengan... terhentinya, Nirvāṇa.
“Apakah kelompok unsur bentukan yang dilekati? Yaitu, terdapat enam kelompok kehendak.<7> Apakah enam hal itu? Yaitu, terdapat kehendak yang muncul dari kontak-mata...
sampai dengan... kehendak yang muncul dari kontak-pikiran. [16a] Ini disebut kelompok unsur bentukan yang dilekati. Selanjutnya, kelompok unsur bentukan yang dilekati itu adalah tidak kekal, dukkha, dan bersifat berubah-ubah...
sampai dengan... terhentinya, Nirvāṇa.
“Apakah kelompok unsur kesadaran yang dilekati? Yaitu, terdapat enam kelompok kesadaran. Apakah enam hal itu? Yaitu, terdapat kelompok kesadaran-mata...
sampai dengan... kesadaran-pikiran. Ini disebut kelompok unsur kesadaran yang dilekati. Selanjutnya, kelompok unsur kesadaran yang dilekati itu adalah tidak kekal, dukkha, dan bersifat berubah-ubah...
sampai dengan... terhentinya, Nirvāṇa.
“Para bhikkhu, jika seseorang memberikan pengamatan dengan kebijaksanaan pada ajaran ini, menyelidikinya, menganalisisnya, dan menerimanya, [maka] ia disebut seorang pengikut-keyakinan, yang melampaui dan meninggalkan di belakang [lingkaran] kelahiran,<8> yang melampaui tingkat seorang duniawi, yang pasti akan mencapai buah pemasuk-arus dan tidak akan meninggal dunia di antaranya tanpa mencapai buah pemasuk-arus.
“Para bhikkhu, jika seseorang memberikan pengamatan dengan kebijaksanaan yang lebih tinggi pada ajaran ini, menyelidikinya, [menganalisisnya], dan menerimanya, [maka] ia disebut seorang pengikut-Dharma, yang melampaui dan meninggalkan di belakang [lingkaran] kelahiran, yang melampaui tingkat seorang duniawi, yang pasti akan mencapai buah pemasuk-arus dan tidak akan meninggal dunia di antaranya tanpa mencapai buah pemasuk-arus.
“Para bhikkhu, seseorang yang melihat ajaran ini sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar akan melenyapkan tiga belenggu, meninggalkannya dengan pengetahuan, yaitu, [tiga belenggu dari] pandangan personalitas, kemelekatan pada aturan-aturan, dan keragu-raguan. Para bhikkhu, ini disebut buah pemasuk-arus; tanpa jatuh ke [alam] tujuan yang buruk ia pasti akan maju dengan tepat menuju pencerahan sempurna, setelah [paling banyak] tujuh kehidupan terlahir sebagai seorang
deva atau manusia, ia akan kemudian [mencapai] akhir
dukkha sepenuhnya.
“Para bhikkhu, jika seseorang melihat ajaran ini sebagaimana adanya dengan kebijaksanaan benar dan tidak membangkitkan arus-arus [kekotoran batin] dalam pikiran, ia disebut seorang arahant, yang telah melenyapkan arus-arus [kekotoran batin], telah melakukan apa yang harus dilakukan, melepaskan beban berat, memperoleh manfaatnya sendiri, melenyapkan semua belenggu kehidupan, seseorang yang pikirannya dengan pemahaman benar telah mencapai pembebasan.”
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, para bhikkhu, yang mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan menerimanya dengan hormat.
62. [Kotbah tentang Kemelekatan yang Penuh Nafsu]
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: “Terdapat lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati, yaitu, kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati... perasaan... persepsi... bentukan... kelompok unsur kesadaran yang dilekati.
“Seorang duniawi dungu yang tidak terpelajar, yang bodoh dan tanpa kebijaksanaan, sehubungan dengan lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati memunculkan pandangan diri, yang adalah suatu ikatan dari kemelekatan dan kecenderungan batin pada belenggu yang memunculkan nafsu keinginan.<9>
“Para bhikkhu, seorang siswa mulia yang terpelajar, yang memiliki pengetahuan dan penglihatan sehubungan dengan lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati tidak memiliki pandangan diri, yang adalah suatu ikatan dari kemelekatan dan kecenderungan batin pada belenggu yang memunculkan nafsu keinginan.
“Bagaimanakah seorang duniawi dungu yang tidak terpelajar, yang bodoh dan tanpa kebijaksanaan, sehubungan dengan lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati memiliki pandangan diri, yang adalah suatu ikatan dari kemelekatan dan kecenderungan batin pada belenggu yang memunculkan nafsu keinginan?
“Para bhikkhu, seorang duniawi dungu yang tidak terpelajar, yang bodoh dan tanpa kebijaksanaan, melihat bentuk jasmani sebagai diri, sebagai berbeda dari diri [dalam pengertian dimiliki olehnya], sebagai ada [dalam diri, atau suatu diri] sebagai ada [di dalam bentuk jasmani]. Dengan cara yang sama [ia melihat] perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran sebagai diri, sebagai berbeda dari diri [dalam pengertian dimiliki olehnya], sebagai ada [dalam diri, atau suatu diri] sebagai ada [di dalam kesadaran]. Dengan cara ini seorang duniawi dungu yang tidak terpelajar, yang bodoh dan tanpa kebijaksanaan, sehubungan dengan lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati menyatakan suatu diri, yang adalah suatu ikatan dari kemelekatan dan kecenderungan batin pada belenggu yang memunculkan nafsu keinginan. [16b]
“Para bhikkhu, bagaimanakah seorang siswa mulia [yang terpelajar], yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan, tidak menyatakan suatu diri, yang adalah suatu ikatan dari kemelekatan dan kecenderungan batin pada belenggu yang memunculkan nafsu keinginan? Seorang siswa mulia [yang terpelajar] tidak melihat bentuk jasmani sebagai diri, sebagai berbeda dari diri [dalam pengertian dimiliki olehnya], sebagai ada [dalam diri, atau suatu diri] sebagai ada [di dalam bentuk jasmani]. Dengan cara yang sama ia tidak melihat perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran sebagai diri, sebagai berbeda dari diri [dalam pengertian dimiliki olehnya], sebagai ada [dalam diri, atau suatu diri] sebagai ada [di dalam kesadaran]. Dengan cara ini seorang siswa mulia yang terpelajar, yang memiliki pengetahuan dan kebijaksanaan, sehubungan dengan lima kelompok unsur kehidupan tidak memiliki pandangan diri, yang adalah suatu ikatan dari kemelekatan dan kecenderungan batin pada belenggu yang memunculkan nafsu keinginan.
“Apa pun bentuk jasmani, apakah masa lampau, masa depan atau masa sekarang, internal atau eksternal, kasar atau halus, indah atau menjijikkan, jauh atau dekat, semua [bentuk jasmani] demikian ia dengan benar merenungkannya semua sebagai sepenuhnya tidak kekal. Dengan cara yang sama [apa pun] perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran, apakah masa lampau, masa depan atau masa sekarang, internal atau eksternal, kasar atau halus, indah atau menjijikkan, jauh atau dekat, semua [kesadaran] demikian ia dengan benar merenungkannya semua sebagai sepenuhnya tidak kekal.”
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, para bhikkhu, yang mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan menerimanya dengan hormat.
63. [Kotbah tentang Jenis-Jenis Perenungan]<10>
Demikianlah telah kudengar. Pada suatu ketika Sang Buddha sedang berdiam di Sāvatthī di Hutan Jeta, Taman Anāthapiṇḍika.
Pada waktu itu Sang Bhagava berkata kepada para bhikkhu: “Terdapat lima kelompok unsur kehidupan yang dilekati, yaitu, kelompok unsur bentuk jasmani yang dilekati... perasaan... persepsi... bentukan... kelompok unsur kesadaran yang dilekati.
“Para bhikkhu, jika para pertapa dan brahmana berspekulasi tentang keberadaan diri, mereka semuanya berspekulasi tentang keberadaan diri sehubungan dengan lima kelompok unsur kehidupan ini.<11> Apakah lima hal itu?
“Para pertapa dan brahmana melihat bentuk jasmani sebagai diri, sebagai berbeda dari diri [dalam pengertian dimiliki olehnya], sebagai ada [dalam diri, atau suatu diri] sebagai ada [di dalam bentuk jasmani]. Dengan cara yang sama mereka melihat perasaan... persepsi... bentukan... kesadaran sebagai diri, sebagai berbeda dari diri [dalam pengertian dimiliki olehnya], sebagai ada [dalam diri, atau suatu diri] sebagai ada [di dalam kesadaran].
“Dengan cara ini seorang duniawi bodoh yang tidak terpelajar berspekulasi tentang diri, yang tidak tahu [bagaimana] membedakannya. Dengan merenungkannya seperti ini, ia tidak terpisahkan dari “milikku”. Seseorang yang tidak terpisahkan dari “milikku” terlibat dalam indera-indera.<12> Terlibatnya dalam indera-indera memunculkan kontak. [Melalui] enam kontak yang terlibat dengan kontak, kenikmatan dan penderitaan muncul dalam seorang duniawi bodoh yang tidak terpelajar, di mana jenis [pandangan] ini atau yang lain muncul, yaitu, [melalui] enam kelompok kontak. Apakah enam hal itu?
“Yaitu, terdapat landasan kontak-mata, [kontak-]telinga... [kontak-]hidung... [kontak-]lidah... [kontak-]badan... landasan [kontak-]pikiran. Para bhikkhu, terdapat unsur pikiran, unsur objek-pikiran dan unsur ketidaktahuan. Dengan dikontak oleh kontak yang bodoh, seorang duniawi dungu yang tidak terpelajar menyatakan keberadaan, menyatakan ketiadaan, menyatakan keberadaan-dan-ketiadaan, menyatakan bukan-keberadaan-ataupun-bukan-ketiadaan, menyatakan dirinya sebagai yang lebih tinggi, [menyatakan diri sebagai yang lebih rendah],<13> menyatakan dirinya sebagai sama, [dengan mengatakan:] ‘Aku mengetahuinya, aku melihatnya.’<14>
“Selanjutnya, para bhikkhu, seorang siswa mulia yang terpelajar, [selagi] berkembang dalam enam landasan kontak,<15> dapat menjadi kecewa dengan ketidaktahuan dan [dengan] munculnya pengetahuan ia tidak [menyatakan] keberadaan, tidak [menyatakan] ketiadaan, tidak [menyatakan] keberadaan-dan-ketiadaan, tidak [menyatakan] bukan-keberadaan-ataupun-bukan-ketiadaan, tidak [menyatakan] dirinya sebagai lebih tinggi, tidak [menyatakan] dirinya sebagai lebih rendah, [16c] tidak [menyatakan] dirinya sebagai sama, [dengan mengatakan:] ‘Aku mengetahuinya, aku melihatnya.’ Setelah menghasilkan pengetahuan seperti ini, penglihatan seperti ini, kontak yang sebelumnya muncul karena ketidaktahuan lenyap, sedangkan kontak karena pengetahuan muncul.”<16>
Ketika Sang Buddha telah mengucapkan kotbah ini, para bhikkhu, yang mendengarkan apa yang dikatakan Sang Buddha, bergembira dan menerimanya dengan hormat.