//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pattidana hanya untuk org mati?  (Read 21119 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #15 on: 10 August 2013, 09:53:32 PM »
Parayana itu apa yah?

http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/thanissaro/parayanavagga.html

Juga ada di RAPB, buku 3 dalam riwayat Mogharāja Mahāthera (no.41)

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #16 on: 10 August 2013, 09:54:15 PM »
Parayana is
reading or recital of Puranas most of which r in
sloka or poetic forms.

ngawur banget deh

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #17 on: 11 August 2013, 12:00:23 AM »
Itu dari Dhammapada Atthakatha (komentar Dhammapada) sbb:

Kisah Ayuvaddhanakumara

Suatu waktu terdapat dua orang pertapa yang tinggal bersama, mempraktekkan pertapaan yang keras (tapacaranam) selama bertahun-tahun lamanya. Kemudian, satu di antara dua pertapa itu meninggalkan kehidupan bertapa dan menikah. Setelah seorang anak laki-lakinya lahir, keluarga tersebut mengunjungi pertapa tua temannya dan memberi hormat kepadanya. Kepada kedua orang tua anak itu, sang pertapa berkata “Semoga kalian panjang umur”, tetapi dia tidak berkata apa-apa kepada si anak.

Kedua orang tua tersebut bingung dan menanyakan kepada pertapa, apakah alasannya ia tidak berkata apa-apa kepada anak itu. Sang pertapa berkata kepada mereka bahwa anak tersebut hanya akan hidup tujuh hari lagi dan ia tidak tahu bagaimana untuk mencegah kematiannya, tetapi Buddha Gotama mungkin tahu bagaimana cara mencegahnya.

Kemudian orang tua tersebut membawa anaknya menghadap Sang Buddha, ketika mereka memberi hormat kepada Sang Buddha, Beliau juga berkata “Semoga kalian panjang umur” hanya kepada kedua orang tua itu dan tidak kepada anaknya. Sang Buddha juga memperkirakan kematian akan datang pada anak itu. Untuk mencegah kematiannya, Sang Buddha berkata kepada orang tua itu agar mereka membangun paviliun di depan pintu masuk rumahnya dan meletakkan anak tersebut pada dipan di dalam paviliun. Kemudian beberapa bhikkhu diundang ke sana untuk membaca paritta selama tujuh hari. Pada hari ketujuh Sang Buddha sendiri datang ke paviliun itu. Para dewa dari seluruh alam semesta juga datang. Pada waktu itu raksasa Avaruddhaka berada di pintu masuk, menunggu kesempatan membawa anak itu pergi. Tetapi kedatangan para dewa menyebabkan raksasa tersebut hanya dapat menunggu di suatu tempat yang jauhnya 2 yojana dari anak tersebut. Sepanjang malam, pembacaan paritta dilaksanakan tanpa henti, sehingga melindungi anak tersebut. Hari berikutnya, anak tersebut diambil dari dipan dan melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Pada kesempatan itu, Sang Buddha berkata “Semoga kamu panjang umur” kepada anak tersebut. Ketika ditanya berapa lama anak tersebut akan hidup, Sang Buddha menjawab bahwa ia akan hidup selama seratus dua puluh tahun. Kemudian anak itu diberi nama Ayuvaddhana.

Ketika anak tersebut remaja, ia pergi berkeliling negeri dengan disertai lima ratus orang pengikut. Suatu hari mereka datang ke Vihara Jetavana, para bhikkhu mengenalinya, dan bertanya kepada Sang Buddha, “Dengan melaksanakan apa seseorang bisa berumur panjang?” Sang Buddha menjawab, “Dengan menghormati dan menghargai yang lebih tua, yang memiliki kebijaksanaan serta kesucian, niscaya seseorang akan memperoleh tidak hanya umur panjang, tetapi juga keindahan, kebahagiaan, dan kekuatan.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 109 berikut:

Ia yang selalu menghormati dan menghargai orang yang lebih tua,
kelak akan memperoleh empat hal, yaitu:
umur panjang, kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan.

INI dia....!  :jempol:
Akhirnya bro Ariyakumara yang menemukan, sebenarnya ada juga kisahnya di sutta bro, hanya saya belum berhasil menemukan, ini berkaitan dengan thread saya yang menjawab bro Indra tentang paritta mampu menyelamatkan bayi yang seharusnya meninggal setelah berusia 7 thn. Kisah tentang bayi ini pula yang melatarbelakangi adanya tradisi pirith semalam suntuk, bagi keluarga kaya 7 hari nonstop.

Membuat Mandapa (membuat paviliun) didepan pintu atau di atas panggung untuk acara pembacaan pirith semalam suntuk menjadi tradisi yang sangat kental sekali disana hingga sekarang.
« Last Edit: 11 August 2013, 12:08:06 AM by Shasika »
I'm an ordinary human only

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #18 on: 11 August 2013, 01:22:45 AM »
terjawab sudah bahwa pelimpahan jasa utk mahluk hidup, manusia, deva, dan peta, tentunya mereka juga harus mengetahui dan turut mudita

Pengalaman saya justru tidak mengatakan demikian, mungkin bro-sis pernah mendengar istilah kias? Beberapa tahun belakangan ini nenek saya pergi ke paranormal untuk dikias, awalnya saya gak ngerti dikias itu apa, lalu ketika saya dan nenek saya pergi ke paranormal yang lainnya lagi, Paranormal yang kedua bilang bahwa nenek saya itu auranya cerah, doanya kuat (maksudnya doa yang dilakukan paranormal pertama) jadi saya melihat ini bukan faktor mudita saja, karena nenek saya juga pasti gak ngerti teknis kias bagaimana.

 _/\_

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #19 on: 11 August 2013, 11:59:36 AM »
Pengalaman saya justru tidak mengatakan demikian, mungkin bro-sis pernah mendengar istilah kias? Beberapa tahun belakangan ini nenek saya pergi ke paranormal untuk dikias, awalnya saya gak ngerti dikias itu apa, lalu ketika saya dan nenek saya pergi ke paranormal yang lainnya lagi, Paranormal yang kedua bilang bahwa nenek saya itu auranya cerah, doanya kuat (maksudnya doa yang dilakukan paranormal pertama) jadi saya melihat ini bukan faktor mudita saja, karena nenek saya juga pasti gak ngerti teknis kias bagaimana.

 _/\_
[ASK] apaan tu Kias ?
I'm an ordinary human only

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #20 on: 11 August 2013, 01:56:51 PM »
[ASK] apaan tu Kias ?
Istilah yang digunakan untuk menangkal ciong, begitu kira2

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #21 on: 11 August 2013, 03:09:05 PM »
Istilah yang digunakan untuk menangkal ciong, begitu kira2
IC, tolak bala gtu ya bro....Thanks bro Xan to. ;D
I'm an ordinary human only

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #22 on: 11 August 2013, 03:53:59 PM »
Anguttara Nikaya 7:53 Nandamātā

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Yang Mulia Sāriputta dan Yang Mulia Mahāmoggallāna sedang melakukan perjalanan di Dakkhiṇāgiri bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu. Pada saat itu umat awam perempuan Veḷukaṇṭakī Nandamātā,  setelah bangun tidur menjelang pagi, melafalkan Pārāyana.

Pada saat itu Raja [Deva] Vessavaṇa sedang melakukan perjalanan dari utara menuju selatan untuk suatu urusan. Ia mendengar umat awam perempuan Veḷukaṇṭakī Nandamātā melafalkan Pārāyana dan berdiri menunggu hingga pelafalan itu selesai. Ketika umat awam perempuan Nandamātā telah selesai, ia berdiam diri. Setelah mengetahui bahwa umat awam perempuan Nandamātā telah menyelesaikan pelafalannya, Raja [Deva] Vessavaṇa bersorak: “Bagus, saudari! Bagus, saudari!”

“Siapakah itu, sahabat?”

“Aku adalah saudaramu, Raja [Deva] Vessavaṇa, saudari.”

“Bagus, sahabat! Maka biarlah pembabaran Dhamma yang baru saja kulafalkan menjadi hadiah untuk tamu bagimu.”

“Bagus, saudari! Dan biarlah ini juga [64] menjadi hadiah untuk tamu bagiku. Besok, sebelum mereka sarapan pagi, Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna akan tiba di Veḷukaṇṭaka. Engkau harus melayani mereka dan mendedikasikan persembahan itu untukku. Itu akan menjadi hadiah untuk tamu darimu kepadaku.”

Kemudian ketika malam telah berlalu umat awam perempuan Nandamātā mempersiapkan berbagai makanan lezat di rumahnya. Kemudian, sebelum mereka sarapan pagi. Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna tiba di Veḷukaṇṭaka.

Kemudian umat awam perempuan Nandamātā berkata kepada seseorang: “Kemarilah, sahabat. Pergilah ke vihara dan umumkan waktunya kepada Saṅgha para bhikkhu, dengan mengatakan: ‘Sekarang adalah waktunya, Bhante, makanan telah siap di rumah Nyonya Nandamātā.’” Orang itu menjawab: “Baik, Nyonya,” dan ia pergi ke vihara dan menyampaikan pesannya. Kemudian Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna merapikan jubah, membawa mangkuk dan jubah mereka, dan pergi ke rumah umat awam perempuan Nandamātā, di mana mereka duduk di tempat duduk yang telah dipersiapkan.

Kemudian, dengan tangannya sendiri, umat awam perempuan Nandamātā melayani Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna dengan berbagai makanan lezat. Ketika Yang Mulia Sāriputta telah selesai makan dan telah menyimpan mangkuknya, ia duduk di satu sisi dan Yang Mulia Sāriputta bertanya kepadanya:

“Tetapi siapakah, Nandamātā, yang memberitahukan kepadamu bahwa Saṅgha para bhikkhu akan datang?”

(1) “Di sini, Bhante, setelah bangun menjelang pagi, aku melafalkan Parāyana … [65] [Di sini ia menceritakan, dalam posisi orang pertama, keseluruhan peristiwa seperti narasi di atas, diakhiri dengan kata-kata Vessavaṇa: “Dan itu akan menjadi hadiah untuk tamu darimu kepadaku.”] … Bhante, biarlah jasa apa pun yang kuperoleh melalui pemberian ini didedikasikan demi kebahagiaan Raja [Deva] Vessavaṇa.”
...
...
...


Hal yang sama tentang mendedikasikan kebajikan kepada para dewa disebutkan dalam DN 16 Mahaparinibbana Sutta:

1.31. Dan setelah mereka duduk, Sang Buddha mengucapkan terima kasih kepada mereka dalam syair berikut ini:

    ‘Di tempat mana pun para bijaksana bertempat tinggal, Ia harus memberi makanan kepada para pemimpin berbudi yang menjalani kehidupan suci. Para dewa di sana yang diberitakan persembahan ini, Mereka akan menghormatinya untuk hal ini. [89] Mereka menjaganya seperti seorang ibu terhadap putranya, Dan ia yang dijaga oleh para dewa akan berbahagia selamanya.’


http://dhammacitta.org/dcpedia/DN_16:_Mah%C4%81parinibb%C4%81na_Sutta

Atau terjemahan SP:

31. Demikianlah, Sang Bhagava mengutarakan rasa terima kasihnya dengan syair sebagai berikut :

“Di manapun ia berdiam, seorang yang bijaksana selalu melaksanakan kesucian serta kebajikan, dengan sikapnya ini ia membuat berkah jasanya telah mengikutsertakan para dewa setempat dan dengan penghormatan mereka yang meriah, sebaiknya mereka memberi anugrah dengan berkah dengan rahmat dan cinta kasih bagaikan seorang ibu bersikap terhadap putranya sendiri yang tunggal, demikianlah mereka menikmati rahmat para dewa dan ia mendapat banyak keberuntungan.”


http://www.samaggi-phala.or.id/tipitaka/maha-parinibbana-sutta/
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #23 on: 11 August 2013, 06:30:57 PM »
Dari 2 terjemahan di atas yg paling "kena" dgn versi palinya..yg mana?
...

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #24 on: 11 August 2013, 08:20:24 PM »
Dari 2 terjemahan di atas yg paling "kena" dgn versi palinya..yg mana?
bisakah di quote kan kalimat yang anda maksud "paling kena" dengan versi pali nya ? (DN 16 Mahaparinibbana sutta adl sutta amat amat sangat panjangggg sekali, maka sy minta bantuan anda utk bersedia kalimat palinya di quote kan)  ;D
I'm an ordinary human only

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #25 on: 11 August 2013, 08:39:05 PM »
Pengalaman saya justru tidak mengatakan demikian, mungkin bro-sis pernah mendengar istilah kias? Beberapa tahun belakangan ini nenek saya pergi ke paranormal untuk dikias, awalnya saya gak ngerti dikias itu apa, lalu ketika saya dan nenek saya pergi ke paranormal yang lainnya lagi, Paranormal yang kedua bilang bahwa nenek saya itu auranya cerah, doanya kuat (maksudnya doa yang dilakukan paranormal pertama) jadi saya melihat ini bukan faktor mudita saja, karena nenek saya juga pasti gak ngerti teknis kias bagaimana.

 _/\_

saya tidak tahu seberapa hebat ilmu paranormal yg meramal nenek anda
andaikan benar berarti ilmu paranormal diatas sutta2 nikaya !

yang pasti semuanya ada kondisi dan sebab2 yang menyebabkan berbuah kamma, bukan ilmu paranormal yg jitu
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #26 on: 11 August 2013, 08:49:11 PM »
let's we say, ini nampaknya agak aneh bagi saya, dr mana mereka (objek patidanna) dapat memgetahuinya?

dan katakan setelah mengetahui. namun mereka tdk mudita, so?

berarti bukankah hrs ada "kualitas2" yg...

mhn bantuannya

sesuai dengan sutta2 nikaya kanon pali, patidana tentunya bermanfaat bagi mahluk yang terkait serta mahluk lain yang turut mudita atas kebajikan yg dilakukan.

adalah kita sebagai umat awam tidak punya kemampuan mengatakan kamma yang berbuah dengan tepat dan benar, kecuali kualitas Sammasambuddha.

 
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #27 on: 11 August 2013, 09:04:18 PM »
bisakah di quote kan kalimat yang anda maksud "paling kena" dengan versi pali nya ? (DN 16 Mahaparinibbana sutta adl sutta amat amat sangat panjangggg sekali, maka sy minta bantuan anda utk bersedia kalimat palinya di quote kan)  ;D

Kalo gak salah yang ini:

‘‘Yasmiṃ padese kappeti, vāsaṃ paṇḍitajātiyo;
Sīlavantettha bhojetvā, saññate brahmacārayo [brahmacārino (syā.)].

‘‘Yā tattha devatā āsuṃ, tāsaṃ dakkhiṇamādise;
Tā pūjitā pūjayanti [pūjitā pūjayanti naṃ (ka.)], mānitā mānayanti naṃ.

‘‘Tato naṃ anukampanti, mātā puttaṃva orasaṃ;
Devatānukampito poso, sadā bhadrāni passatī’’ti.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #28 on: 11 August 2013, 09:43:22 PM »
saya tidak tahu seberapa hebat ilmu paranormal yg meramal nenek anda
andaikan benar berarti ilmu paranormal diatas sutta2 nikaya !

yang pasti semuanya ada kondisi dan sebab2 yang menyebabkan berbuah kamma, bukan ilmu paranormal yg jitu

Tentu saja ada sebab-sebabnya.... seperti cerita pada Ayuvaddhanakumara, anak itu selamat kan karena ada persembahan yang dilakukan kepada anggota sangha, sesuai dengan saran Sang Buddha, begitu juga Kias, ada dana nya sekian rupiah hehehehe........

Offline Shasika

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.152
  • Reputasi: 101
  • Gender: Female
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #29 on: 11 August 2013, 10:37:53 PM »
Tentu saja ada sebab-sebabnya.... seperti cerita pada Ayuvaddhanakumara, anak itu selamat kan karena ada persembahan yang dilakukan kepada anggota sangha, sesuai dengan saran Sang Buddha, begitu juga Kias, ada dana nya sekian rupiah hehehehe........
Dalam kias itu dia berdana BUKAN utk Sangha yang menjalani kehidupan suci, tetapi kepada Leluhur dia melalui perantara paranormal yang membantu kias tsb, begitukah ? apabila dia berdana utk leluhur saya rasa itu juga Patidana sehingga yang menolong nenek bukan paranormal nya tetapi KEBAJIKAN nenek yang telah berdana untuk leluhur.
I'm an ordinary human only