//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pattidana hanya untuk org mati?  (Read 21137 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Pattidana hanya untuk org mati?
« on: 07 August 2013, 06:54:17 PM »
Hallo teman2 ada yg ingin sy tanyakan. Menurut tradisi dikatakan Pattidana hanya bisa dilakukan kepada org yg telah meninggal apakah harus demikian? Tidak tidak bisakah kepada org yg masih hidup? Karena setahu saya pernah ada seorang ibu yg mempersembahkan dana kepada Sangha agar anaknya bisa berumur panjang.


Salam



Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #1 on: 07 August 2013, 08:39:00 PM »
sebenarnya patidana utk mahluk hidup juga, wong peta dan deva termasuk mahluk hidup kok ! :))
seorang berbuat kebajikan, jasanya boleh dilimpahkan kepada semua mahluk,
dan diharapkan mahluk lain ikut mudita atas kebajikan itu barulah bermanfaat.

Jika seorang ibu berbuat kebajikan, tetapi anaknya tidak tahu menahu atau tidak ikut mudita atas kebajikan, tentunya tidak akan bermanfaat bagi anak itu.
« Last Edit: 07 August 2013, 08:46:17 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #2 on: 07 August 2013, 09:35:59 PM »
Terus terang sy cukup ragu dgn kalimat diharapkan makhluk lain ikut mudita maka barulah bermanfaat, mengapa? seorg anak yg belum terlatih dalam meditasi mudita tentu sangat diragukan kekuatan muditanya bisa menyelamatkan dirinya dari umur pendek. Bahkan berdasarkan keterangan dari sutta, seingat saya dewa kematian tidak bisa mendekat karena pada saat itu Sang Buddha dan para Bhikkhu Arya sedang membacakan paritta.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #3 on: 08 August 2013, 06:28:30 AM »
Terus terang sy cukup ragu dgn kalimat diharapkan makhluk lain ikut mudita maka barulah bermanfaat, mengapa?

ndak apa2 kok ! anda berhak untuk ragu, bahkan boleh tidak percaya.

Quote
seorg anak yg belum terlatih dalam meditasi mudita tentu sangat diragukan kekuatan muditanya bisa menyelamatkan dirinya dari umur pendek.

emank ada meditasi mudita ?
turut mudita memang harus sering dilatih, karena batin yang sering muncul adalah irihati
dan umur panjang bukan hanya dilatih dengan ikut mudita, tapi banyak sebab atau kondisi.

Quote
Bahkan berdasarkan keterangan dari sutta, seingat saya dewa kematian tidak bisa mendekat karena pada saat itu Sang Buddha dan para Bhikkhu Arya sedang membacakan paritta.

dewa kematian apa hubungan dengan umur pendek ?
boleh minta referensi !
« Last Edit: 08 August 2013, 06:34:11 AM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Xan To

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 481
  • Reputasi: 16
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #4 on: 10 August 2013, 01:54:58 AM »
emank ada meditasi mudita ?


turut mudita memang harus sering dilatih, karena batin yang sering muncul adalah irihati
dan umur panjang bukan hanya dilatih dengan ikut mudita, tapi banyak sebab atau kondisi.

Saya berasumsi andaikan ada sekalipun. Alasan saya mengajukan pertanyaan ini karena selama ini Pattidana di identikan dengan pelimpahan jasa kepada sanak keluarga yang telah meninggal.

dewa kematian apa hubungan dengan umur pendek ?
boleh minta referensi !

Saya tidak tahu secara pasti ada disutta apa, yang saya tahu kisahnya sebagai berikut:
Seorang ibu mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makanan, lalu Ibu tersebut meletakan sebuah kain dipintu sambil menyatakan harapan apabila kain tersebut di injak oleh Sang Buddha maka anaknya berbahagia dan berumur panjang. Ketika Sang Buddha tiba, Beliau malah menyuruh Bhante Ananda mengangkat kain tersebut. Selesai makan si Ibu memberanikan diri untuk bertanya mengapa Sang Buddha mengangkat kain tersebut. Sang Buddha menjawab bahwa anak tersebut hanya akan hidup sampai 7 hari kedepan. Mendengar hal ini si Ibu bertanya apakah ada cara untuk menyelamatkan anaknya? Sang Buddha kemudian memberitahukan si Ibu untuk memberikan persembahan kepada Para Bhikkhu Arya berjumlah 500 Arahat 7 hari kemudian. Kira-kira demikian

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #5 on: 10 August 2013, 08:44:45 AM »
Saya tidak tahu secara pasti ada disutta apa, yang saya tahu kisahnya sebagai berikut:
Seorang ibu mengundang Sang Buddha untuk menerima dana makanan, lalu Ibu tersebut meletakan sebuah kain dipintu sambil menyatakan harapan apabila kain tersebut di injak oleh Sang Buddha maka anaknya berbahagia dan berumur panjang. Ketika Sang Buddha tiba, Beliau malah menyuruh Bhante Ananda mengangkat kain tersebut. Selesai makan si Ibu memberanikan diri untuk bertanya mengapa Sang Buddha mengangkat kain tersebut. Sang Buddha menjawab bahwa anak tersebut hanya akan hidup sampai 7 hari kedepan. Mendengar hal ini si Ibu bertanya apakah ada cara untuk menyelamatkan anaknya? Sang Buddha kemudian memberitahukan si Ibu untuk memberikan persembahan kepada Para Bhikkhu Arya berjumlah 500 Arahat 7 hari kemudian. Kira-kira demikian

Itu dari Dhammapada Atthakatha (komentar Dhammapada) sbb:

Kisah Ayuvaddhanakumara

Suatu waktu terdapat dua orang pertapa yang tinggal bersama, mempraktekkan pertapaan yang keras (tapacaranam) selama bertahun-tahun lamanya. Kemudian, satu di antara dua pertapa itu meninggalkan kehidupan bertapa dan menikah. Setelah seorang anak laki-lakinya lahir, keluarga tersebut mengunjungi pertapa tua temannya dan memberi hormat kepadanya. Kepada kedua orang tua anak itu, sang pertapa berkata “Semoga kalian panjang umur”, tetapi dia tidak berkata apa-apa kepada si anak.

Kedua orang tua tersebut bingung dan menanyakan kepada pertapa, apakah alasannya ia tidak berkata apa-apa kepada anak itu. Sang pertapa berkata kepada mereka bahwa anak tersebut hanya akan hidup tujuh hari lagi dan ia tidak tahu bagaimana untuk mencegah kematiannya, tetapi Buddha Gotama mungkin tahu bagaimana cara mencegahnya.

Kemudian orang tua tersebut membawa anaknya menghadap Sang Buddha, ketika mereka memberi hormat kepada Sang Buddha, Beliau juga berkata “Semoga kalian panjang umur” hanya kepada kedua orang tua itu dan tidak kepada anaknya. Sang Buddha juga memperkirakan kematian akan datang pada anak itu. Untuk mencegah kematiannya, Sang Buddha berkata kepada orang tua itu agar mereka membangun paviliun di depan pintu masuk rumahnya dan meletakkan anak tersebut pada dipan di dalam paviliun. Kemudian beberapa bhikkhu diundang ke sana untuk membaca paritta selama tujuh hari. Pada hari ketujuh Sang Buddha sendiri datang ke paviliun itu. Para dewa dari seluruh alam semesta juga datang. Pada waktu itu raksasa Avaruddhaka berada di pintu masuk, menunggu kesempatan membawa anak itu pergi. Tetapi kedatangan para dewa menyebabkan raksasa tersebut hanya dapat menunggu di suatu tempat yang jauhnya 2 yojana dari anak tersebut. Sepanjang malam, pembacaan paritta dilaksanakan tanpa henti, sehingga melindungi anak tersebut. Hari berikutnya, anak tersebut diambil dari dipan dan melakukan penghormatan kepada Sang Buddha. Pada kesempatan itu, Sang Buddha berkata “Semoga kamu panjang umur” kepada anak tersebut. Ketika ditanya berapa lama anak tersebut akan hidup, Sang Buddha menjawab bahwa ia akan hidup selama seratus dua puluh tahun. Kemudian anak itu diberi nama Ayuvaddhana.

Ketika anak tersebut remaja, ia pergi berkeliling negeri dengan disertai lima ratus orang pengikut. Suatu hari mereka datang ke Vihara Jetavana, para bhikkhu mengenalinya, dan bertanya kepada Sang Buddha, “Dengan melaksanakan apa seseorang bisa berumur panjang?” Sang Buddha menjawab, “Dengan menghormati dan menghargai yang lebih tua, yang memiliki kebijaksanaan serta kesucian, niscaya seseorang akan memperoleh tidak hanya umur panjang, tetapi juga keindahan, kebahagiaan, dan kekuatan.”

Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 109 berikut:

Ia yang selalu menghormati dan menghargai orang yang lebih tua,
kelak akan memperoleh empat hal, yaitu:
umur panjang, kecantikan, kebahagiaan, dan kekuatan.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #6 on: 10 August 2013, 10:57:17 AM »
pattidana..itu pelimpahan jasa..untuk mahluk peta, klo berbagi jasa.. (entah apa bahasa palinya)..itu bisa untuk sesama manusia , dewa juga
...

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #7 on: 10 August 2013, 01:50:25 PM »
saya rasa tidak usah terlalu terikat dgn judul dan kata2. esensi nya saha yg ditangkap.
Samma Vayama

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #8 on: 10 August 2013, 03:01:08 PM »
Anguttara Nikaya 7:53 Nandamātā

Demikianlah yang kudengar. Pada suatu ketika Yang Mulia Sāriputta dan Yang Mulia Mahāmoggallāna sedang melakukan perjalanan di Dakkhiṇāgiri bersama dengan sejumlah besar Saṅgha para bhikkhu. Pada saat itu umat awam perempuan Veḷukaṇṭakī Nandamātā,  setelah bangun tidur menjelang pagi, melafalkan Pārāyana.

Pada saat itu Raja [Deva] Vessavaṇa sedang melakukan perjalanan dari utara menuju selatan untuk suatu urusan. Ia mendengar umat awam perempuan Veḷukaṇṭakī Nandamātā melafalkan Pārāyana dan berdiri menunggu hingga pelafalan itu selesai. Ketika umat awam perempuan Nandamātā telah selesai, ia berdiam diri. Setelah mengetahui bahwa umat awam perempuan Nandamātā telah menyelesaikan pelafalannya, Raja [Deva] Vessavaṇa bersorak: “Bagus, saudari! Bagus, saudari!”

“Siapakah itu, sahabat?”

“Aku adalah saudaramu, Raja [Deva] Vessavaṇa, saudari.”

“Bagus, sahabat! Maka biarlah pembabaran Dhamma yang baru saja kulafalkan menjadi hadiah untuk tamu bagimu.”

“Bagus, saudari! Dan biarlah ini juga [64] menjadi hadiah untuk tamu bagiku. Besok, sebelum mereka sarapan pagi, Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna akan tiba di Veḷukaṇṭaka. Engkau harus melayani mereka dan mendedikasikan persembahan itu untukku. Itu akan menjadi hadiah untuk tamu darimu kepadaku.”

Kemudian ketika malam telah berlalu umat awam perempuan Nandamātā mempersiapkan berbagai makanan lezat di rumahnya. Kemudian, sebelum mereka sarapan pagi. Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna tiba di Veḷukaṇṭaka.

Kemudian umat awam perempuan Nandamātā berkata kepada seseorang: “Kemarilah, sahabat. Pergilah ke vihara dan umumkan waktunya kepada Saṅgha para bhikkhu, dengan mengatakan: ‘Sekarang adalah waktunya, Bhante, makanan telah siap di rumah Nyonya Nandamātā.’” Orang itu menjawab: “Baik, Nyonya,” dan ia pergi ke vihara dan menyampaikan pesannya. Kemudian Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna merapikan jubah, membawa mangkuk dan jubah mereka, dan pergi ke rumah umat awam perempuan Nandamātā, di mana mereka duduk di tempat duduk yang telah dipersiapkan.

Kemudian, dengan tangannya sendiri, umat awam perempuan Nandamātā melayani Saṅgha para bhikkhu yang dipimpin oleh Sāriputta dan Moggallāna dengan berbagai makanan lezat. Ketika Yang Mulia Sāriputta telah selesai makan dan telah menyimpan mangkuknya, ia duduk di satu sisi dan Yang Mulia Sāriputta bertanya kepadanya:

“Tetapi siapakah, Nandamātā, yang memberitahukan kepadamu bahwa Saṅgha para bhikkhu akan datang?”

(1) “Di sini, Bhante, setelah bangun menjelang pagi, aku melafalkan Parāyana … [65] [Di sini ia menceritakan, dalam posisi orang pertama, keseluruhan peristiwa seperti narasi di atas, diakhiri dengan kata-kata Vessavaṇa: “Dan itu akan menjadi hadiah untuk tamu darimu kepadaku.”] … Bhante, biarlah jasa apa pun yang kuperoleh melalui pemberian ini didedikasikan demi kebahagiaan Raja [Deva] Vessavaṇa.”
...
...
...

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #9 on: 10 August 2013, 04:55:29 PM »
Cieee..rujukan dari AN terbaru neh....
...

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #10 on: 10 August 2013, 06:00:06 PM »
Saya berasumsi andaikan ada sekalipun. Alasan saya mengajukan pertanyaan ini karena selama ini Pattidana di identikan dengan pelimpahan jasa kepada sanak keluarga yang telah meninggal.

terjawab sudah bahwa pelimpahan jasa utk mahluk hidup, manusia, deva, dan peta, tentunya mereka juga harus mengetahui dan turut mudita


« Last Edit: 10 August 2013, 06:09:07 PM by adi lim »
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #11 on: 10 August 2013, 08:28:17 PM »
terjawab sudah bahwa pelimpahan jasa utk mahluk hidup, manusia, deva, dan peta, tentunya mereka juga harus mengetahui dan turut mudita
let's we say, ini nampaknya agak aneh bagi saya, dr mana mereka (objek patidanna) dapat memgetahuinya?

dan katakan setelah mengetahui. namun mereka tdk mudita, so?

berarti bukankah hrs ada "kualitas2" yg...

mhn bantuannya
Samma Vayama

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #12 on: 10 August 2013, 09:08:20 PM »
Parayana itu apa yah?
...

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #13 on: 10 August 2013, 09:25:07 PM »
Parayana itu apa yah?

Parayana Vagga, bagian terakhir dari kitab Sutta Nipata....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: Pattidana hanya untuk org mati?
« Reply #14 on: 10 August 2013, 09:27:55 PM »
Parayana is
reading or recital of Puranas most of which r in
sloka or poetic forms.
Samma Vayama