Kalau kitab komentar memang menjelaskan setelah dikremasi tubuh Sang Buddha meninggalkan relik (dhātu). Dikatakan pula sebelum parinibbāna para Buddha biasanya akan bertekad terlebih dahulu apakah reliknya akan berbentuk satu gumpalan saja atau akan tercerai berai. Relik Buddha kassapa dikatakan berbentuk satu gumpalan saja, sedangkan relik Buddha Gotama tercerai berai. Kemudian apakah jenazah seorang Sotapanna, Sakadagami dan Anagami juga akan menghasilkan relik?
kata kuncinya bukan pada para Buddhanya, tapi orang yg bisa tahu isi pikiran para Buddha itu loh...
Kalau kitab komentar memang menjelaskan setelah dikremasi tubuh Sang Buddha meninggalkan relik (dhātu). Dikatakan pula sebelum parinibbāna para Buddha biasanya akan bertekad terlebih dahulu apakah reliknya akan berbentuk satu gumpalan saja atau akan tercerai berai. Relik Buddha kassapa dikatakan berbentuk satu gumpalan saja, sedangkan relik Buddha Gotama tercerai berai. Kemudian apakah jenazah seorang Sotapanna, Sakadagami dan Anagami juga akan menghasilkan relik?
pertanyaanya, buat apakah para Buddha bertekad mau gumpal atau tercerai berai? Namanya juga katanya :) menebak apa yg dipikiran para Buddha :|Kalau tidak salah, di masa umur manusia panjang, reliknya satu karena kesempatan lebih besar bagi orang untuk mengunjungi relik. Di masa umur manusia pendek, reliknya menyebar untuk menjangkau lebih banyak orang.
agak logis, umur manusia panjang karena sila pada waktu itu sangat kuat hingga membuat umur manusia menjadi panjang jadi tidak ada tuh keinginan untuk mencuri relik dll, kalau jaman sekarang relik nya cuma satu bisa jadi perang memperebutkan tuh relik sang buddha hingga lebih memperpendek umur manusia dan memperburuk sifat serakah atau lobha manusia.
boleh tahu sumbernya ?Di Cakkavatisihanada sutta ada tentang tingginya sila dan naiknya umur manusia. Soal mencuri relik, bahkan brahmana yang bertugas membagikan relik Buddha saja mencuri relik gigi taring dan menyembunyikan di sorbannya (tapi ketahuan sama Sakka, maka dicuri lagi dan dibawa ke Tavatimsa).
Kalau tidak salah, di masa umur manusia panjang, reliknya satu karena kesempatan lebih besar bagi orang untuk mengunjungi relik. Di masa umur manusia pendek, reliknya menyebar untuk menjangkau lebih banyak orang.
definisi relik saya agak berbeda. bagi saya, sisa2 tubuh orang suci itu namanya relik, bagaimanapun wujudnya.
Kisah Stupa Emas Buddha Kassapa
DHAMMAPADA XIV : 195, 196
Suatu saat, ketika Sang Buddha dan para pengikutnya sedang dalam perjalanan ke Baranasi mereka tiba di sebuah tanah lapang di mana terdapat sebuah stupa suci. Tidak jauh dari kuil tersebut, seorang brahmana sedang membajak ladang, melihat sang brahmana, Sang Buddha memanggilnya.
Ketika ia tiba, sang brahmana memberi penghormatan kepada stupa tersebut tetapi bukan kepada Sang Buddha.
Kepadanya Sang Buddha berkata, "Brahmana, dengan memberikan penghormatan kepada stupa tersebut engkau telah melakukan sebuah perbuatan yang terpuji".
Hal itu membuat sang brahmana gembira. Setelah membuat keadaan batinnya tenang, Sang Buddha dengan kemampuan batin luar biasa-Nya, memunculkan stupa emas Buddha Kassapa dan membuatnya tetap tampak di langit. Kemudian Sang Buddha menjelaskan kepada sang brahmana dan para bhikkhu yang hadir bahwa terdapat empat golongan orang yang patut dibuatkan stupa.
Mereka adalah: Para Buddha (Tathagata) yang patut dihormati dan telah mencapai Penerangan Sempurna dengan usahanya sendiri. Para Paccekabuddha, Para Murid-murid Ariya, dan Raja Dunia.
Beliau juga mengatakan kepada mereka tentang tiga macam stupa yang patut dibangun untuk menghormati empat golongan orang itu. Stupa-stupa tempat di mana relik sisa-sisa jasmani disimpan, dikenal dengan nama Sariradhatu-cetiya; stupa-stupa dan bentuk-bentuk yang dibuat menyerupai orang-orang tersebut di atas, dikenal dengan nama Uddissa-cetiya; dan stupa-stupa tempat menyimpan barang-barang seperti jubah, mangkuk, dan lain sebagainya dikenal dengan nama Paribhoga-cetiya. Pohon Bodhi juga termasuk dalam Paribhoga-cetiya. Sang Buddha menekankan pentingnya memberi penghormatan kepada mereka yang patut dihormati.
Kemudian Sang Buddha membabarkan syair 195 dan 196 berikut ini:
Ia yang menghormati mereka yang patut dihormati,
yakni Para Buddha atau siswa-siswa-Nya yang telah dapat mengatasi rintangan-rintangan,
akan bebas dari kesedihan dan ratap tangis.
Ia yang menghormati orang-orang suci yang telah menemukan kedamaian dan telah bebas dari ketakutan;
maka jasa perbuatannya tak dapat diukur dengan ukuran apapun.
Sang brahmana mencapai tingkat kesucian sotapatti setelah khotbah Dhamma itu berakhir.
Stupa Buddha Kassapa masih dengan jelas tertampak lebih dari tujuh hari, dan masyarakat tetap berdatangan ke stupa tersebut untuk memberikan penghormatan dan bersujud. Pada akhir hari ke tujuh, seperti yang telah dikatakan oleh Sang Buddha, stupa tersebut menghilang, dan di tempat di mana stupa tersebut tertampak dengan kekuatan batin, muncul keajaiban berupa sebuah stupa batu yang besar.
Sumber: http://www.w****a.com/forum/kumpulan-sutra-vinaya-buddhist/6010-kisah-kisah-dhammapada-bab-xiv-buddha-195-196-a.html
Di Cakkavatisihanada sutta ada tentang tingginya sila dan naiknya umur manusia. Soal mencuri relik, bahkan brahmana yang bertugas membagikan relik Buddha saja mencuri relik gigi taring dan menyembunyikan di sorbannya (tapi ketahuan sama Sakka, maka dicuri lagi dan dibawa ke Tavatimsa).
agak logis, umur manusia panjang karena sila pada waktu itu sangat kuat hingga membuat umur manusia menjadi panjang jadi tidak ada tuh keinginan untuk mencuri relik dll, kalau jaman sekarang relik nya cuma satu bisa jadi perang memperebutkan tuh relik sang buddha hingga lebih memperpendek umur manusia dan memperburuk sifat serakah atau lobha manusia.
atthakatha kan komentar juga... personally utk atthakatha dhammapada, i don't take that so seriously selain mencoba mengambil pesan/nilainya aja.
btw yg dipermasalahkan itu bukan masalah menghormati relik/sisa ama TS, tapi yg mengkristal jadi berwarna warni itu loh.
atthakatha kan komentar juga... personally utk atthakatha dhammapada, i don't take that so seriously selain mencoba mengambil pesan/nilainya aja.
btw yg dipermasalahkan itu bukan masalah menghormati relik/sisa ama TS, tapi yg mengkristal jadi berwarna warni itu loh.
Cunda Sutta
Once the Blessed One was dwelling at Savatthi, in Anathapindika's park. At that time the Venerable Sariputta was at Nalaka village in the Magadha country, and was sick, suffering, gravely ill. The Novice Cunda was his attendant.
And the Venerable Sariputta passed away finally through that very illness. Then the Novice Cunda took the almsbowl and robes of the Venerable Sariputta and went to Savatthi, to the Jeta Grove, Anathapindika's park. There he betook himself to the Venerable Ananda and, having saluted him, seated himself at one side. Thus seated, he spoke to the Venerable Ananda saying: "Venerable sir, the Venerable Sariputta has had his final passing away. These are his bowl and robes."
"On this matter, Cunda, we ought to see the Blessed One. Let us go, friend Cunda, and meet the Master. Having met him, we shall acquaint the Blessed One with that fact."
"Yes, Venerable sir," said the Novice Cunda.
They went to see the Blessed One, and having arrived there and saluted the Master, they seated themselves at one side. Then the Venerable Ananda addressed the Blessed One:
"O Lord, the Novice Cunda has told me this: 'The Venerable Sariputta has had his final passing away. These are his bowl and robes.' Then, O Lord, my own body became weak as a creeper; everything around became dim and things were no longer clear to me, when I heard about the final passing away of the Venerable Sariputta."
"How is this, Ananda? When Sariputta had his final passing away, did he take from you your portion of virtue, or your portion of concentration, or your portion of the knowledge and vision of deliverance?"
"Not so, Lord. When the Venerable Sariputta had his final passing away he did not take my portion of virtue... concentration... wisdom... deliverance, or my portion of the knowledge and vision of deliverance. But O Lord, the Venerable Sariputta has been to me a mentor, teacher, and instructor, one who rouses, inspires and gladdens, untiring in preaching Dhamma, a helper of his fellow monks. And we remember how vitalizing, enjoyable and helpful his Dhamma instruction was."
"Have I not taught you aforetime, Ananda, that it is the nature of all things near and dear to us that we must suffer separation from them, and be severed from them? Of that which is born, come to being, put together, and so is subject to dissolution, how should it be said that it should not depart? That, indeed, is not possible. It is, Ananda, as though from a mighty hardwood tree a large branch should break off, so has Sariputta now had his final passing away from this great and sound community of bhikkhus. Indeed, Ananda, of that which is born, come to being, put together, and so is subject to dissolution, how should it be said that it should not depart? This, indeed, is not possible.
"Therefore, Ananda, be ye an island unto yourself, a refuge unto yourself, seeking no external refuge; with the Teaching as your island, the Teaching your refuge, seeking no other refuge."
The Commentary takes up the narrative thus:
The Master stretched forth his hand, and taking the filter with the relics, placed it on his palm, and said to the monks:
"These, O monks, are the shell-colored relics of the bhikkhu who, not long ago, asked for permission to have his final passing away. He who fulfilled the Perfections for an incalculable aeon and a hundred thousand kalpas — this was that bhikkhu. He who obtained the seat next to me — this was that bhikkhu. He who, apart from me, had none to equal him in wisdom throughout the whole ten-thousandfold universe — this was that bhikkhu. Of great wisdom was this bhikkhu, of broad wisdom, bright wisdom, quick wisdom, of penetrative wisdom was this bhikkhu. Few wants had this bhikkhu; he was contented, bent on seclusion, not fond of company, full of energy, an exhorter of his fellow monks, censuring what is evil. He who went forth into homelessness, abandoning the great fortune obtained through his merits in five hundred existences — this was that bhikkhu. He who, in my Dispensation, was patient like the earth — this was that bhikkhu. Harmless like a bull whose horns had been cut — this was that bhikkhu. Of humble mind like a Candala boy — this was that bhikkhu.
"See here, O monks, the relics of him who was of great wisdom, of broad, bright, quick, keen and penetrative wisdom; who had few wants and was contented, bent on seclusion, not fond of company, energetic — see here the relics of him who was an exhorter of his fellow monks, who censured evil!"
Then the Buddha spoke the following verses in praise of his Great Disciple:
"To him who in five times a hundred lives
Went forth to homelessness, casting away
Pleasures the heart holds dear, from passion free,
With faculties controlled — now homage pay
To Sariputta who has passed away!
To him who, strong in patience like the earth,
Over his own mind had absolute sway,
Who was compassionate, kind, serenely cool,
And firm as earth withal — now homage pay
To Sariputta who has passed away!
Who, like an outcaste boy of humble mind,
Enters the town and slowly wends his way
From door to door with begging bowls in hand,
Such was this Sariputta — now homage pay
To Sariputta who has passed away!
One who in town or jungle, hurting none,
Lived like a bull whose horns are cut away,
Such was this Sariputta, who had won
Mastery of himself — now homage pay
To Sariputta who has passed away!"
Sumber: http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/nyanaponika/wheel090.html#cunda (http://www.accesstoinsight.org/lib/authors/nyanaponika/wheel090.html#cunda)
Tetapi agak janggal juga, teks Cunda Sutta hanya menyebutkan adanya jubah dan mangkuk YA Sariputta, tetapi dalam komentarnya dikatakan terdapat relik dari sang siswa utama.
Ven. Peacemind menanyakan sumber (referensi), saya memberikan referensi dari komentar Dhammapada yg secara tidak langsung menunjuk pada kemungkinan munculnya relik dari sisa kremasi para Ariya Puggala. Mungkin penafsiran komentar tsb terlalu dipaksakan y?
Btw, saya menemukan sumber lain dari buku Riwayat Hidup Sariputta, tepatnya Cunda Sutta dan komentarnya:
Tetapi agak janggal juga, teks Cunda Sutta hanya menyebutkan adanya jubah dan mangkuk YA Sariputta, tetapi dalam komentarnya dikatakan terdapat relik dari sang siswa utama.
sekarang relik Buddha Kassapa masih bisa dilihat? saya pernah baca, kok ada relik gigi Beliau? padahal kan sudah lama sekali.
ini linknya: http://sudhammacaro.blogspot.com/2010/05/relik-buddha-sisa-organ-jasmani.html
Ajahn Chah juga meninggalkan relik katanya.
saya baca, hasil kremasi juga tidak meninggalkan dna, jadi kalau mau dicek itu kristal dari makhluk hidup atau tidak, susah kayaknya...
jubah dan mangkuk juga termasuk dalam kategori relik
kekna bukan suhu tinggi aja, tapi perlu tekanan tinggi jg dimana tidak ada dalam kremasi biasa. Kan kalau pembuatan kristal/diamond itu harus sudah jadi abu dulu, lalu abunya di press dengan tekanan dan suhu tinggi lagi.
http://www.lifegem.com/kan prosesnya high pressure juga, kalau di kremasi mana ada hi pressure, apalagi jaman dahulu belum ditemukan teknologi beginian ;D
kan prosesnya high pressure juga, kalau di kremasi mana ada hi pressure, apalagi jaman dahulu belum ditemukan teknologi beginian ;D
mengunjungi relik manfaatnya apa?kira2 yg dipikirkan orang sewaktu melihat relik:
Kalau tidak salah, di masa umur manusia panjang, reliknya satu karena kesempatan lebih besar bagi orang untuk mengunjungi relik. Di masa umur manusia pendek, reliknya menyebar untuk menjangkau lebih banyak orang.
kira2 yg dipikirkan orang sewaktu melihat relik:
* wah bagus ya
* wah, keren juga. aku juga mau punya relik
* luar biasa. aku juga mau jadi relik kalo udah mati
* kata sutta menghormat relik bisa masup surga. paykui ah...
* apa iya ini relik asli?
* kok bisa ya berwarna-warni?
* luar biasa. sungguh hebat para suciwan. aku merasa kecil dibanding mereka.
manfaatnya... disimpulkan sendiri. ataukah ada pendapat lain?
no comment ah :)) :hammer:
mungkin high pressure 'bantuan 0:) dewa' 8->
;D
Maaf, OOT, org2 suci dr agama lain (misalnya para santo ka****k) jg meninggalkan relik stlh kremasi. Jd sepertinya sudah kepercayaan umum bhw mereka yg dianggap suci akan meninggalkan relik tubuh.
seharusnya relik Buddha Kassapa sudah lenyap..
konon katanya, nanti pada saat akhir Buddha sasana, seluruh relik berkumpul lagi sejenak, kemudian lenyap..
Yang dimaksud relik Sang Buddha Kassapa mungkin bukan sisa tubuh bro, tapi benda peninggalan lainnya. Di Shwe Dagon pagoda bukan hanya relik rambut Sang Buddha Gotama, tapi juga masih ada relik 3 Buddha lainnya sebelum Sang Buddha, tapi bukan sisa tubuh, tapi mangkuk, tongkat dll.
Yang dimaksud relik Sang Buddha Kassapa mungkin bukan sisa tubuh bro, tapi benda peninggalan lainnya. Di Shwe Dagon pagoda bukan hanya relik rambut Sang Buddha Gotama, tapi juga masih ada relik 3 Buddha lainnya sebelum Sang Buddha, tapi bukan sisa tubuh, tapi mangkuk, tongkat dll.
jadi inget film jaman dulu tentang ada orang yg membawa kalung salib berisi potongan kayu yg katanya potongan dari salib yg digunakan oleh yesus dan dia memegang dan menaruh kepercayaan pada benda itu. Dia ditanya bagaimana mungkin potongan kayu salib itu asli? Dia menjawab, hal itu tidak jadi masalah, yang penting bagaimana kita memberi nilai pada benda itu.
Jadi jika anda mau, sebutir batu kecil pun bisa jadi barang berharga dan dihormati oleh anda, jika anda mau mempercayai. :|
Menurut saya, relik (relic) adalah barang-barang/benda-benda peninggalan masa lalu.Setahu saya dalam arkeologi, benda-benda peninggalan kerajaan atau masyarakat lampau juga disebut relik. Dalam pengertian ini, kalau kita nanti mati, kita juga akan meninggalkan relik bagi generasi kita selanjutnya. Namun kemudian pengertian relik dipersempit ketika berkaitan dengan peninggalan orang yang dianggap suci. Yang tadinya seharusnya menggunakan istilah relik suci (kata "relik" + kata "suci") berkaitan dengan peninggalan orang suci, menjadi hanya kata "relik" saja. Kemudian dipersempit lagi dimana relik menjadi hanya berkaitan dengan tubuh/jasmani saja.
Dan celakanya ada yang mengklaim suci atau tidak suci suatu relik dari bentuknya dan langsung menyatakan orang yang meninggalkannya juga adalah orang suci. Saya pikir ini adalah pemikiran yang terbalik. Padahal predikat suci pada relik tersebut didapat karena perbuatan suci yang dilakukan oleh yang meninggalkannya. Jadi kita melihat perbuatan suci orang tersebut terlebih dahulu baru dapat menganggap/memberi predikat suci atau tidak pada reliknya.
Berkaitan dengan pertanyaan Samanera, saya juga belum menemukan sumber yang mengatakan mereka yang mencapai kesucian akan meninggalkan relik yang mengkristal. Jika benar mengkristal, lalu bagaimana dengan tulang jari yang konon katanya jari Sang Buddha, yang tersimpan di China, dimana dari fotonya nampak tidak mengkristal.(stttt..... konon katanya jari tersebut bukan tulang manusia tapi hewan) Mungkin juga bisa ditanya mereka yang pernah melihat "gigi Sang Buddha" di Sri Lanka apakah mengkristal atau tidak.
Fungsi relik sendiri saya rasa tergantung dari kondisi batin masing-masing individu, tapi menurut saya tidak terlalu penting untuk Pencerahan. Hal ini dapat dilihat dari nasihat Sang Buddha kepada para bhikkhu agar mereka lebih penting berlatih dari pada repot-repot mengurus relik-Nya dan perawatan diserahkan kepada umat awam saja. (Mahaparinibbana Sutta)
masalah relik harus sedikit memakai ilmu bukan pakai teori...
relik setiap para arahat yang pernah saya pegang semua nya memiliki energi pancaran yang berbeda...ada yang lembut ada yang keras, sy tidak tahu apa sebab nya tapi jika tangan anda peka, kita pasti tahu kalau benda tersebut bukan batu biasa.
kedua, bagaimana cara mengetahui relik siapa / bikkhu siapa?
di Thailand ada gambar gambar jenis relik....
nah dari karakteristik relik ini dapat di ketahui relik bikkhu siapa....
seperti sy katakan dulu, relik Ananda contoh nya...selalu berbentuk hati...
kemudian cara lain adalah memakai media makhluk...
nah biasa nya sebuah relik itu memiliki penjaga ^^... nah di tanya deh ini relik siapa gitu.
demikian yang saya tahu.
setiap relik memiliki energi, nah tentu yang dapat melakukan demikian bukanlah manusia biasa.
relik dari para santo itu umumnya berupa benda-benda yg dipakai oleh santo itu semasa hidup, dan jarang sekali para santo itu dikremasi, biasanya dikubur.
selain itu, jika ada para santo yg mencapai kesucian (dalam pengertian Buddhis, ie, sotapanna ... Arahat), tentu gelar santonya seketika dicabut dan dianggap murtad.
mang bro bisa rasain engergi ya?sy sendiri yang pegang dan saya sendiri yang merasakan, jadi tentu saya yakin kalau relik itu bukan benda biasa
sy sendiri yang pegang dan saya sendiri yang merasakan, jadi tentu saya yakin kalau relik itu bukan benda biasa
sy sendiri yang pegang dan saya sendiri yang merasakan, jadi tentu saya yakin kalau relik itu bukan benda biasamemancarkan energi gmn ya? kalau perasaan... sorry, namanya barang itu dah berkesan thd bro, relik gitu loh, makanya kerasa ada sesuatu gitu...
yang masih belem ketemu relik rambut sang Bodhisatva Sidartha Gautama.
bro berarti bukan 'orang biasa' dong ya?
ada di Pagoda Swedagon, Yangon, Myanmarbeneran nihh?
yang masih belem ketemu relik rambut sang Bodhisatva Sidartha Gautama.
relik rambut yang di pagoda itu ada fotonya? seperti rambut kita bentuknya?
pernah liat rambutkan ? ^-^
memancarkan energi gmn ya? kalau perasaan... sorry, namanya barang itu dah berkesan thd bro, relik gitu loh, makanya kerasa ada sesuatu gitu...pegang aja sendiri bro....ada terasa semacam sengatan listrik...ada juga semacam telapak tangan di keruk keruk....tergantung.
pegang aja sendiri bro....ada terasa semacam sengatan listrik...ada juga semacam telapak tangan di keruk keruk....tergantung.
teman aku aja yang agama islam langsung bisa tahu kalau itu bukan benda biasa.
kalau sehelai kan tipis sekali, Buddha memberinya sehelai saja? ada fotonya? asli ya?kalo tidak salah 7 helai rambut diberikan kpd upasaka Tapussa dan Bhalikka
imo, benda biasa kalau di "puja" kan jadi tidak "biasa" juga. cmiiwseperti air yang di doakan yak ;D
coba perhatikan baik2, siapa tau ada kabel halus yg terhubung ke stop kontak ;D;D nga ada lah...
kalo tidak salah 7 helai rambut diberikan kpd upasaka Tapussa dan Bhalikka
pernah baca 8 helai, dalam perjalanan pulang ke kotanya, kedua Upasaka juga dirampok sisa jadi 4 helaigak pernah dengar n baca .... kedua upasaka itu kena dirampok?
sumber mana yang benar ? boleh dibantu kalau ada sumber yang valid !
_/\_
pernah baca 8 helai, dalam perjalanan pulang ke kotanya, kedua Upasaka juga dirampok sisa jadi 4 helai
sumber mana yang benar ? boleh dibantu kalau ada sumber yang valid !
_/\_
pernah baca 8 helai, dalam perjalanan pulang ke kotanya, kedua Upasaka juga dirampok sisa jadi 4 helai
sumber mana yang benar ? boleh dibantu kalau ada sumber yang valid !
_/\_
pertanyaannya, sumber yg valid itu yg kek gimana bro?
aneh..kok rampok rambut ya? :P