Secara praktis, seharusnya ilmu logika memang bisa menjadi satuan yang akurat untuk hal-hal dalam tataran lingual. Namun pada praktiknya, ilmu logika hanyalah sebuah alat (metode); sedangkan yang melakukan pengukuran atau pengujian adalah orang. Setiap orang bisa memiliki premisnya masing-masing. Kalau sudah terjadi begini, ini namanya "cape deh".
logika adalah alat pengukur kebenaran logic seperti halnya meteran yang digunakan untuk mengukur panjang. sebagaimana satuan menter, logika juga bertaraf internasional tetapi tidak terdaftar di dalam satuan ukur baku SI.
Masalahnya, pada saat ini, Logika masih merupakan "peralatan yang mahal dan langka". oleh karena itu, masih terlalu sulit menggunakan logika sebagai alat ukur. Jadi, bukan karena orang memiliki premi yang berbeda-beda yang menyebabkan "cape deh", tapi karena langka nya ilmu ini di dunia saat ini, utamanya di Indonesia.
banyak orang yang mengaku memiliki alat ukur logika, tetapi kebanyak palsu. Ini menjadi tambahan masalah. sudah langka, sekalinya ditemukan, palsu lagi. maka selanjutnya, yang saya tawarkan adalah "alat ukur logika" yang saya miliki dan yang saya klaim asli. Silahkan anda mencoba!
tetapi, saya akui bahwa menggunakan alat ukur logika untuk menguraikan kebenaran-kebenaran logic, kendatipun merupakan alat ukur logika yang asli, itu akan membawa orang pada praktik berpikir yang melelahkan. Logika akan mengajak seseorang untuk berpikir sangat detail, seperti detailnya kita mengamati segala sesuatu di dalam vippassana. oleh karena itu, alat ukur logika ini mustahil dapat digunakan oleh orang yang berkemampun mental rendah, melainkan mensyarakat sesorang yang memiliki kemampuan mental yang cukup tinggi, setidaknya memiliki ketenangan, kejernihan pikiran, kejujuran, serta kemampuan mengingat keterkaitan satu hal dengan hal lainnya.