//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kebenaran Objektif  (Read 38527 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #30 on: 09 May 2011, 03:36:03 PM »
menurut saya iya....

Kalau begitu ada yang dilahirkan tetapi  tidak mengalami tua, sakit dan kematian dong?

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #31 on: 09 May 2011, 03:40:56 PM »
Saya memang tidak membahas subjektifitas terhadap objektifitas. Saya hanya mengarahkan Bro ke arah jawaban yang sudah dijawab Bro The Ronald. Intinya, setiap orang merangkai informasi yang berbeda; sehingga melahirkan pendapat yang berbeda. Pendapat yang berbeda menunjukkan bahwa sebuah teori itu sangat subjektif.

Saya membahas topik tentang "teori", bukan membahas topik tentang "kebenaran".

iya. saya ngerti bro ... anda sedang membahas teori. dan saya sedikit membahas tentang "teori yang benar".  saya percaya, anda punya pemahaman yang bijak tentang segala sesuatunya. saya sekedar khawatir dengan pandangan umat yang seringkali berlebih-lebihan tentang relatifitas. sebagaimana Anda melihat contohnya secara langsung pada Bro Mahadeva. cara pandang seperti bro Mahadeva itulah yang saya sebut "Tafsiran yang keliru dan berlebihan tentang kebenaran relatif".

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #32 on: 09 May 2011, 03:48:35 PM »
iya. saya ngerti bro ... anda sedang membahas teori. dan saya sedikit membahas tentang "teori yang benar".  saya percaya, anda punya pemahaman yang bijak tentang segala sesuatunya. saya sekedar khawatir dengan pandangan umat yang seringkali berlebih-lebihan tentang relatifitas. sebagaimana Anda melihat contohnya secara langsung pada Bro Mahadeva. cara pandang seperti bro Mahadeva itulah yang saya sebut "Tafsiran yang keliru dan berlebihan tentang kebenaran relatif".

Benar Bro upasaka membahas tentang teori bukan kebenaran sejati.
Mahadeva menyamakan semuanya

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #33 on: 09 May 2011, 03:48:40 PM »
iya. saya ngerti bro ... anda sedang membahas teori. dan saya sedikit membahas tentang "teori yang benar".  saya percaya, anda punya pemahaman yang bijak tentang segala sesuatunya. saya sekedar khawatir dengan pandangan umat yang seringkali berlebih-lebihan tentang relatifitas. sebagaimana Anda melihat contohnya secara langsung pada Bro Mahadeva. cara pandang seperti bro Mahadeva itulah yang saya sebut "Tafsiran yang keliru dan berlebihan tentang kebenaran relatif".

;D Mengenai "teori yang benar", sebenarnya ini sangat menarik. Karena saya sangat yakin setiap hari kita selalu membuat teori yang salah. Ada komentar mengapa hal ini bisa terjadi?

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #34 on: 09 May 2011, 03:52:59 PM »
;D Mengenai "teori yang benar", sebenarnya ini sangat menarik. Karena saya sangat yakin setiap hari kita selalu membuat teori yang salah. Ada komentar mengapa hal ini bisa terjadi?

teori yang salah muncul karena cara berpikir yang salah.

cara berpikir yang salah karena kecenderungan mental yang salah.

kecenderungan mental yang salah karena nafsu keinginan

nafsu keinginan karena kemelekatan

dan kemelekatan timbul karena kebodohan batin

jadi, kebodohan batin itulah yang menjadi sebab munculnya teori yang salah


Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #35 on: 09 May 2011, 03:53:39 PM »

dan apa yang dijadikan alat ukur umat Buddha?

 oleh karena itu, bila ingin mengukur suatu kebenaran bersama-sama umat buddha, tentu terlebih dahulu kita harus membicarakan "Apa yang hendak dijadikan alat ukur kebenaran nya?" Apakah tipitaka, ataukah realita.


klo aku pribadi make ke 2-2nya tipitaka dan realita, so far ok -ok aja
...

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #36 on: 09 May 2011, 03:57:52 PM »
terima kasih atas jawabannya, bro Ronald.

jika itu yang dimaksud dengan kebenaran subjektif, maka saya bisa memahaminya.

tetapi, dalam kasus tersebut kemungkinan bahwa si A, B, C dan D menggunakan alat ukur yang berbeda mengenai "siapa yang akan masuk sorga". Tapi bila masing-masing menjelaskan dengan alat ukur apa ia menentukan seseorang akan masuk sorga dan masuk neraka, maka itu bukan kebenaran subjektif lagi, melainkan kebenaran objektif.

misalnya,

Umat Islam menjadikan alquran sebagai alat ukur kebenaran.

umat kr****n menjadikan injil sebagai alat ukur kebenaran.

dan apa yang dijadikan alat ukur umat Buddha?

tetapi, alQuran saja, atau injil saja tidak bisa dipercaya sebagai alat ukur kebenaran. mengapa? karena tafsirannya yang amat berbeda-beda. sehingga muncullah berbagai macam mazhab atau aliran yang beragam karena perbedaan tafsiran tersebut. oleh karena itu, kemudian harus ada alat ukur untuk menimbang kebenaran suatu tafsiran. alat ukur yang disepakati sangat mungkin berbeda-beda. jika "kebenaran realatif" itu disebut subjektif, karena alat ukur yang dipergunakan berbeda-beda, maka saya bisa menerima adanya kebenaran subjektif tersebut. tapi, dengan menggunakan alat ukur yang sama, tidak ada kebenaran subjektif disitu.

seperti misalnya, bila saya mengatakan "Allah itu esa". hal ini tidak bisa dan tidak boleh dibantah oleh umat Islam. kenapa? karena antara saya dengan umat Islam menggunakan alat ukur yang sama untuk menilai suatu kebenaran, yaitu alQuran. sedangkan di dalam alQuran sudah jelas-jelas dinyatakan "Huwa Allahu ahad" yang artinya "Allah itu esa". Tapi, tentu saja kebenaran hal itu boleh dibantah dan boleh tidak diterima oleh umat Buddha yang tidak menggunakan alquran sebagai alat ukur. oleh karena itu, bila ingin mengukur suatu kebenaran bersama-sama umat buddha, tentu terlebih dahulu kita harus membicarakan "Apa yang hendak dijadikan alat ukur kebenaran nya?" Apakah tipitaka, ataukah realita.

dari sekian alat ukur yang berbeda-beda, ada alat ukur yang lebih universal, yaitu alam semesta. seperti bila saya mengatakan "setiap benda memiliki bentuk". Maka tidak bisa dan tidak boleh seorangpun membantah kebenaran ini, karena alat ukur kebenaran ini bukanlah alquran, bukan injil dan bukan pula Tipitaka, tapi realitas alam semesta. seandainya ada orang yang mengingkari kebenaran pernyataan tersebut, maka sangat mungkin orang itu tidak waras atau terlalu idiot, atau terkena doktrin takhayul.

Masing - masing alat ukurnya harus diuji menggunakan ukuran yang universal dan objectif, seperti alat bbm yang harus di ukur ulang menggunakan satu ukuran.

Tinggal melihat apakah ukuran universal tersebut berlaku multlak atau tidak.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #37 on: 09 May 2011, 03:58:54 PM »

dan apa yang dijadikan alat ukur umat Buddha?
 oleh karena itu, bila ingin mengukur suatu kebenaran bersama-sama umat buddha, tentu terlebih dahulu kita harus membicarakan "Apa yang hendak dijadikan alat ukur kebenaran nya?" Apakah tipitaka, ataukah realita.





Setiap orang yang lahir, pasti mengalami tua, sakit dan mati
« Last Edit: 09 May 2011, 04:06:26 PM by djoe »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #38 on: 09 May 2011, 04:08:14 PM »
teori yang salah muncul karena cara berpikir yang salah.

cara berpikir yang salah karena kecenderungan mental yang salah.

kecenderungan mental yang salah karena nafsu keinginan

nafsu keinginan karena kemelekatan

dan kemelekatan timbul karena kebodohan batin

jadi, kebodohan batin itulah yang menjadi sebab munculnya teori yang salah

Jadi menurut Anda, ketika sudah tidak memiliki kebodohan batin; maka semua teori yang diutarakan tidak pernah ada yang salah lagi?

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #39 on: 09 May 2011, 04:14:20 PM »
Jadi menurut Anda, ketika sudah tidak memiliki kebodohan batin; maka semua teori yang diutarakan tidak pernah ada yang salah lagi?

betul.

o ya. tapi saya ingat, di dalam sebuah sutta ada diceritakan seorang bikkhu yang telah mencapai kesucian, tapi masih salah dalam memberikan bimbingan kepada seorang umat awam. Ia mengarahkan seorang pemuda pada objek meditasi yang tidak tepat. kemudian sang buddha menunjukan objek meditasi yang lebih tepat untuk sang pemuda.

saya tidak mengetahui, apakah dalam budhisme bikkhu tersebut masih digolongkan "memiliki kebodohan batin" atau tidak. tapi, dalam keyakinan saya pribadi, bila kebodohan batin itu telah lenyap sepenuhnya, maka pemikiran-pemikiran yang salah, atau teori-teori yang salah tidak bisa lagi muncul lagi.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #40 on: 09 May 2011, 04:17:36 PM »
klo aku pribadi make ke 2-2nya tipitaka dan realita, so far ok -ok aja

Ketika anda menggunakan tipitaka untuk berbicara kebenaran dengan umat agama lain, bukankah kita sama dengan umat lain, menggunakan kitab? Pasti tidak ada titik temu

Kalau realita pasti berlaku semua orang.
« Last Edit: 09 May 2011, 04:30:28 PM by djoe »

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #41 on: 09 May 2011, 04:29:38 PM »
betul.

o ya. tapi saya ingat, di dalam sebuah sutta ada diceritakan seorang bikkhu yang telah mencapai kesucian, tapi masih salah dalam memberikan bimbingan kepada seorang umat awam. Ia mengarahkan seorang pemuda pada objek meditasi yang tidak tepat. kemudian sang buddha menunjukan objek meditasi yang lebih tepat untuk sang pemuda.

saya tidak mengetahui, apakah dalam budhisme bikkhu tersebut masih digolongkan "memiliki kebodohan batin" atau tidak. tapi, dalam keyakinan saya pribadi, bila kebodohan batin itu telah lenyap sepenuhnya, maka pemikiran-pemikiran yang salah, atau teori-teori yang salah tidak bisa lagi muncul lagi.

Nah, itu dia. Saya juga mau mengungkit kisah ini tadinya... Dalam Buddhisme, seorang Arahanta tentu saja tidak memiliki kebodohan batin. Tapi seorang Arahanta masih bisa melakukan kesalahan: misalnya kesalahan dalam memberikan bimbingan teori ataupun penjelasan. Bahkan saya yakin seorang Arahanta tidak selalu lebih bijaksana daripada motivator-motivator yang sering Anda lihat di televisi itu.

Spoiler: ShowHide
Kebijaksanaan seorang Arahanta hanya dinilai dari ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #42 on: 09 May 2011, 04:34:25 PM »
Nah, itu dia. Saya juga mau mengungkit kisah ini tadinya... Dalam Buddhisme, seorang Arahanta tentu saja tidak memiliki kebodohan batin. Tapi seorang Arahanta masih bisa melakukan kesalahan: misalnya kesalahan dalam memberikan bimbingan teori ataupun penjelasan. Bahkan saya yakin seorang Arahanta tidak selalu lebih bijaksana daripada motivator-motivator yang sering Anda lihat di televisi itu.

Kebijaksanaan seorang Arahanta hanya dinilai dari ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.

Apa artinya kebijaksanaan motivator (masih melekat pada dunia dan nafsu indria) kadang bisa lebih atau sama atau kurang  dgn Arahanta (yg tidak melekat ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.)?

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #43 on: 09 May 2011, 04:41:35 PM »
Nah, itu dia. Saya juga mau mengungkit kisah ini tadinya... Dalam Buddhisme, seorang Arahanta tentu saja tidak memiliki kebodohan batin. Tapi seorang Arahanta masih bisa melakukan kesalahan: misalnya kesalahan dalam memberikan bimbingan teori ataupun penjelasan. Bahkan saya yakin seorang Arahanta tidak selalu lebih bijaksana daripada motivator-motivator yang sering Anda lihat di televisi itu.

Spoiler: ShowHide
Kebijaksanaan seorang Arahanta hanya dinilai dari ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.


Kembali ke Alat Ukur nya, Bro.

Kalo kita hendak menjadikan Sutta sebagai alat ukur kebenarannya, maka yang benar adalah "Seorang arahatapun masih bisa salah" Dan JIka benar seorang arahata sudah tidak memiliki kebodohan batin, maka salah bahwa seseorang yang sudah tidak memiliki kebodohan batin sudah tidak memunculkan teori yang salah lagi.

dan bila yang menjadi alat ukurnya adalah keyakinan kita masing-masing, maka yang benar adalah menurut pendapat kita masing-masing.

tetapi, di atas sutta dan diatas keyakinan kita masing-masing, ada kebenaran yang lebih universal, yaitu realitas. masalahnya, saya belumlah sampai pada kedudukan arahata, sehingga tidak dapat memastikan bagaimana sesungguhnya dari kondisi suatu arahata itu.

yang tertinggal sekarang, dari keseluruhan alat ukur adalah kebenaran logika, di mana premis-premisnya merupakan realitas-realitas yang bisa kita lihat secara langsung saat ini di sini, sebelum kita menjadi seorang arahata. artinya, untuk memahami bagaimana kondisi seorang arahata itu bisa dengan cara lain selain dengan langsung menjadi arahata itu sendiri. dengan cara apa? yaitu dengan logika akan hal-hal realistis. sesungguhnya dari logika itulah munculnya keyakinan saya.

tapi, masalahnya lagi. Logika adalah alat ukur kebenaran yang belum kita mufakati. Dengan demikian, pembahasan mengenai bagaimana sesungguhnya kondisi seorang arahata secara logika tidak akan dan tidak perlu saya bahas lebih lanjut. Bila, alat ukurnya belum dimufakati, maka nantinya akan muncul kebenaran-kebenaran yang berkesan "sangat subjektif".

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #44 on: 09 May 2011, 04:44:35 PM »
Apa artinya kebijaksanaan motivator (masih melekat pada dunia dan nafsu indria) kadang bisa lebih atau sama atau kurang  dgn Arahanta (yg tidak melekat ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.)?

Bukan demikian. Kebijaksanaan seorang Arahanta yakni ketika dia tidak lagi melekat pada hal-hal duniawi seperti nafsu keserakahan, nafsu kebencian. Kebijaksaan seorang motivator yakni ketika dia memahami solusi-solusi cerdas yang diperlukan dalam menghadapi masalah hidup dan karir. Seorang Arahanta mungkin tidak terampil dalam memberikan solusi kepada orang yang ingin sukses dalam karir. Begitupula seorang motivator mungkin tidak terampil dalam memberikan arahan kepada orang yang ingin mencapai Pencerahan.

Setiap orang memiliki areanya tersendiri. Tetapi, lagi-lagi ini menunjukkan adanya perbedaan pendapat di tiap orang.