//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kebenaran Objektif  (Read 38525 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #15 on: 09 May 2011, 02:54:37 PM »
aku coba jawab ya

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang

aku kasih contoh :
bagi si  A.. kebenaran bagi dia adalah klo kmu ga sholat ga puasa.. ga mungkin masuk surga (inilah teori yg dia terima dan dia anggap benar)
bagi si B kebenaran  bagi dia adalah, tampa perlu sholat dan puasa asalkan percaya pada suatu sosok maka akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)
bagi si C, tak perlu percaya pada suatu mahluk, asalkan berbuat baik akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)

saat si D bertanya pada ke 3 org itu dia menemukan bahwa..kebenaran utk masuk surga sangatlah subjektif, si A laen, si B laen, si C laen..semuanya tergantung individu

itu yg awal dolo

nah selanjutnya

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang. Mengapa? Karena setiap orang punya pengalaman hidup yang berbeda sejak kecil sampai saat ini, sehingga semua informasi yang ditangkap indrianya akan dilogikai sesuai dengan persepsinya. Makanya kita bisa bertemu orang-orang yang sangat yakin dengan suatu teori, meskipun teori itu tidak masuk akal bagi orang lainnya.

nah di sebelumnya sudah ada cotoh ttg subjektif... skrg ttg presepsi dlm kehidupannya sehari2
aku kasih contoh :

bagi org yg pernah melihat hantu (pengalaman hidup), dia yakin bahwa hantu itu ada...tp dia hanya bisa menjelaskan secara teori kpd org laen...dan bisa saja bagi org laen ini tdk masuk akal (krn seumur hidupnya dia tdk pernah lihat hantu)

hmm.. gemana?

Binggo! Selamat, kamu mendapat klik "THANK YOU". :D

Offline OBAMA

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 110
  • Reputasi: 0
  • Gender: Male
  • Glory for Truth
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #16 on: 09 May 2011, 02:54:42 PM »
hmm....relatif dengan yang relatif semuanya berinteraksi membangun seakan2 ada yang obyektif.....relatif tidk hilang karena sesungguhnya memang ga pernah ada

cuman ilusi semua....he2

Ilusi itu di persepsi.   :P
My Greatest Teacher is Buddha

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #17 on: 09 May 2011, 02:55:08 PM »
kalau begitu kapan dukkha muncul? menurut saya sendiri, sesuatu yang munculnya tidak dijelaskan oleh Buddha, akhirnya pun tidak begitu dibahas oleh Buddha.....bahkan menurut saya dukkha dan akhir dukkha itu cuma sekedar ilusi...

sebaliknya, ternyata dalam samyutta Nikaya, pembahasan mengenai 4KM ini mendapat porsi 4 dari 5 buku SN yg kira2 totalnya hampir 2000 halaman. bahkan sesungguhnya semua ajaran Buddha adalah membahas tentang dukkha dan lenyapnya dukkha ini. bagaimana mungkin anda bisa mengatakan tidak begitu dibahas oleh Buddha?

ilusi itu hanya dalam pandangan anda, jadi bukan kebenaran itu yg relatif.

misalnya kita tahu ada matahari bersinar di siang hari, tapi seseorang yg buta sejak lahir akan mengatakan bahwa tidak ada yg disebut matahari. anggapan si buta ini bukanlah disebut kebenaran bahkan kebenaran relatif pun tidak, tapi si buta itu disebut berpandangan salah. tapi matahari bersinar di siang hari adalah kebenaran, walaupun ini sifatnya masih relatif jika dibandingkan dengan 4KM.

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #18 on: 09 May 2011, 02:59:02 PM »
sebaliknya, ternyata dalam samyutta Nikaya, pembahasan mengenai 4KM ini mendapat porsi 4 dari 5 buku SN yg kira2 totalnya hampir 2000 halaman. bahkan sesungguhnya semua ajaran Buddha adalah membahas tentang dukkha dan lenyapnya dukkha ini. bagaimana mungkin anda bisa mengatakan tidak begitu dibahas oleh Buddha?

ilusi itu hanya dalam pandangan anda, jadi bukan kebenaran itu yg relatif.

misalnya kita tahu ada matahari bersinar di siang hari, tapi seseorang yg buta sejak lahir akan mengatakan bahwa tidak ada yg disebut matahari. anggapan si buta ini bukanlah disebut kebenaran bahkan kebenaran relatif pun tidak, tapi si buta itu disebut berpandangan salah. tapi matahari bersinar di siang hari adalah kebenaran, walaupun ini sifatnya masih relatif jika dibandingkan dengan 4KM.

Dalam pandangan manusia di Bumi, Matahari bersinar di siang hari. Dalam pandangan astronot yang melihat Matahari di angkasa luar, Matahari selalu bersinar; tidak peduli di Bumi siang atau malam. ;D

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #19 on: 09 May 2011, 03:00:44 PM »
Dalam pandangan manusia di Bumi, Matahari bersinar di siang hari. Dalam pandangan astronot yang melihat Matahari di angkasa luar, Matahari selalu bersinar; tidak peduli di Bumi siang atau malam. ;D

nah ini lah yg disebut dengan kebenaran relatif

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #20 on: 09 May 2011, 03:00:57 PM »
Kebenaran itu selalu objektif dan apa adanya tetapi persepsi yang membuat semua fenomena menjadi subjektif ataupun objektif.

Hampir benar. Tidak hanya persepsi, namun semua bentukan pikiran yang membuat semua hal sulit dilihat secara objektif.

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #21 on: 09 May 2011, 03:03:47 PM »
aku coba jawab ya

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang

aku kasih contoh :
bagi si  A.. kebenaran bagi dia adalah klo kmu ga sholat ga puasa.. ga mungkin masuk surga (inilah teori yg dia terima dan dia anggap benar)
bagi si B kebenaran  bagi dia adalah, tampa perlu sholat dan puasa asalkan percaya pada suatu sosok maka akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)
bagi si C, tak perlu percaya pada suatu mahluk, asalkan berbuat baik akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)

saat si D bertanya pada ke 3 org itu dia menemukan bahwa..kebenaran utk masuk surga sangatlah subjektif, si A laen, si B laen, si C laen..semuanya tergantung individu

itu yg awal dolo

terima kasih atas jawabannya, bro Ronald.

jika itu yang dimaksud dengan kebenaran subjektif, maka saya bisa memahaminya.

tetapi, dalam kasus tersebut kemungkinan bahwa si A, B, C dan D menggunakan alat ukur yang berbeda mengenai "siapa yang akan masuk sorga". Tapi bila masing-masing menjelaskan dengan alat ukur apa ia menentukan seseorang akan masuk sorga dan masuk neraka, maka itu bukan kebenaran subjektif lagi, melainkan kebenaran objektif.

misalnya,

Umat Islam menjadikan alquran sebagai alat ukur kebenaran.

umat kr****n menjadikan injil sebagai alat ukur kebenaran.

dan apa yang dijadikan alat ukur umat Buddha?

tetapi, alQuran saja, atau injil saja tidak bisa dipercaya sebagai alat ukur kebenaran. mengapa? karena tafsirannya yang amat berbeda-beda. sehingga muncullah berbagai macam mazhab atau aliran yang beragam karena perbedaan tafsiran tersebut. oleh karena itu, kemudian harus ada alat ukur untuk menimbang kebenaran suatu tafsiran. alat ukur yang disepakati sangat mungkin berbeda-beda. jika "kebenaran realatif" itu disebut subjektif, karena alat ukur yang dipergunakan berbeda-beda, maka saya bisa menerima adanya kebenaran subjektif tersebut. tapi, dengan menggunakan alat ukur yang sama, tidak ada kebenaran subjektif disitu.

seperti misalnya, bila saya mengatakan "Allah itu esa". hal ini tidak bisa dan tidak boleh dibantah oleh umat Islam. kenapa? karena antara saya dengan umat Islam menggunakan alat ukur yang sama untuk menilai suatu kebenaran, yaitu alQuran. sedangkan di dalam alQuran sudah jelas-jelas dinyatakan "Huwa Allahu ahad" yang artinya "Allah itu esa". Tapi, tentu saja kebenaran hal itu boleh dibantah dan boleh tidak diterima oleh umat Buddha yang tidak menggunakan alquran sebagai alat ukur. oleh karena itu, bila ingin mengukur suatu kebenaran bersama-sama umat buddha, tentu terlebih dahulu kita harus membicarakan "Apa yang hendak dijadikan alat ukur kebenaran nya?" Apakah tipitaka, ataukah realita.

dari sekian alat ukur yang berbeda-beda, ada alat ukur yang lebih universal, yaitu alam semesta. seperti bila saya mengatakan "setiap benda memiliki bentuk". Maka tidak bisa dan tidak boleh seorangpun membantah kebenaran ini, karena alat ukur kebenaran ini bukanlah alquran, bukan injil dan bukan pula Tipitaka, tapi realitas alam semesta. seandainya ada orang yang mengingkari kebenaran pernyataan tersebut, maka sangat mungkin orang itu tidak waras atau terlalu idiot, atau terkena doktrin takhayul.




Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #22 on: 09 May 2011, 03:04:44 PM »
hmm,,,saya punya pendapat demikian karena saya belum bisa membuktikan bahwa orang buta itu bener2 ada....bisa saja apa yang saya alami sehari2 hanya ciptaan pikiran saya.....seandainya ada orang lain yang bisa membuktikan bahwa memang dirinya ada, orang buta itu ada, matahari itu ada, pembuktian beserta orang yang membuktikan itu hanyalah ciptaan pikiran saya belaka...

pas saya mimpi berbicara dengan teman, saya sendiri tidak bisa menebak isi pikiran teman itu, padahal jelas2 isi pikiran dan dialog teman saya itu cuma bikinan pikiran saya....jadi hal itu saya kembangkan sampai di hidup sehari2.... ;D

yang saya maksud Buddha tidak menjelaskan kapan dukkha muncul, manusia pertama yang mengalami dukkha muncul, atau arahat pertama ada, atau juga keadaan arahat yang parinibbana bagaimana tidak diceritakan....kalau tentang cara2 untuk bahagia dan bebas dari dukkha menurut saya si bagus2 saja.....tapi tentang yang mutlak Buddha tidak pernah cerita...

tapi pak ntar saya baca2 lagi ttg 4 KM...di atas kan pendapat pribadi...hehe..thanks

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #23 on: 09 May 2011, 03:11:40 PM »
Sebelum membahas sampai kebenaran yang objektif atau subjektif, mari kita batasi pembahasan hanya sampai pada "dasar sebuah teori atau pendapat dapat diterima". Sebuah teori atau pendapat, hanyalah sebuah produk pikiran yang berusaha menjelaskan suatu proses atau fakta. Kemukakanlah teori atau pendapat Anda, dan saya serta teman-teman lainnya akan mengemukakan teori dan pendapat masing-masing. Coba periksa:
  • berapa banyak teori atau pendapat yang sejalan?
  • berapa banyak teori atau pendapat yang tidak sejalan?
  • berapa banyak teori atau pendapat yang sejalan, namun diskusi justru malah ricuh?
  • berapa banyak teori atau pendapat yang tidak sejalan, namun diskusi justru tidak ricuh?

Coba perhatikan bagaimana cara kerja pikiran manusia hingga bisa menghadirkan 4 poin di atas. Pendapat Anda di postingan selanjutnya akan saya hargai!

banyak teori yang sejalan
banyak teori yang tidak sejalan
banyak teori yang sejalan, tapi diskusi malah ricuh  << ini bukan disebabkan oleh subjektifitas, tapi karena kesalah fahaman akibat keterbatasn bahasa.
banyak teori yang tidak sejalan, tapi diskusi tidak ricuh << ini disebabkan oleh sikap toleransi atau sikap saling menghargai perbedaan pendapat, tidak ada kaitannya dengan subjektifitas atau objektifitas.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #24 on: 09 May 2011, 03:13:02 PM »
hmm,,,saya punya pendapat demikian karena saya belum bisa membuktikan bahwa orang buta itu bener2 ada....bisa saja apa yang saya alami sehari2 hanya ciptaan pikiran saya.....seandainya ada orang lain yang bisa membuktikan bahwa memang dirinya ada, orang buta itu ada, matahari itu ada, pembuktian beserta orang yang membuktikan itu hanyalah ciptaan pikiran saya belaka...

pas saya mimpi berbicara dengan teman, saya sendiri tidak bisa menebak isi pikiran teman itu, padahal jelas2 isi pikiran dan dialog teman saya itu cuma bikinan pikiran saya....jadi hal itu saya kembangkan sampai di hidup sehari2.... ;D

yang saya maksud Buddha tidak menjelaskan kapan dukkha muncul, manusia pertama yang mengalami dukkha muncul, atau arahat pertama ada, atau juga keadaan arahat yang parinibbana bagaimana tidak diceritakan....kalau tentang cara2 untuk bahagia dan bebas dari dukkha menurut saya si bagus2 saja.....tapi tentang yang mutlak Buddha tidak pernah cerita...

tapi pak ntar saya baca2 lagi ttg 4 KM...di atas kan pendapat pribadi...hehe..thanks

ketika sesuatu realitas terbentuk di depan kita, misalnya muncul seorang buta di hadapan kita, maka kita dapat mengatakan bahwa "orang buta teryata sungguh2 ada" dan tidak ada seorangpun yg dapat membantah pernyataan itu, karena hal itu adalah benar, pembuktian apa lagi yg anda butuhkan, jika fakta telah ada di hadapan anda? ingat ini adalah contoh kasus sederhana dari kebenaran, tidak perlu menggunakan filsafat yg rumit.

secara kebenaran konvensional bahwa Mahadeva ada, itu adalah fakta benar, kecuali anda adalah klonengan yg saya yakin bukan. dan kebenaran ini cukup objektif walaupun belum dapat dikatakan mutlak.

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #25 on: 09 May 2011, 03:21:12 PM »
ketika sesuatu realitas terbentuk di depan kita, misalnya muncul seorang buta di hadapan kita, maka kita dapat mengatakan bahwa "orang buta teryata sungguh2 ada" dan tidak ada seorangpun yg dapat membantah pernyataan itu, karena hal itu adalah benar, pembuktian apa lagi yg anda butuhkan, jika fakta telah ada di hadapan anda? ingat ini adalah contoh kasus sederhana dari kebenaran, tidak perlu menggunakan filsafat yg rumit.

secara kebenaran konvensional bahwa Mahadeva ada, itu adalah fakta benar, kecuali anda adalah klonengan yg saya yakin bukan. dan kebenaran ini cukup objektif walaupun belum dapat dikatakan mutlak.

semua orang setuju kalau orang buta itu ada juga ciptaan pikiran saya....saya juga belum bisa masuk ke pikiran orang yang setuju itu dan melihat dengan mata dan dilandasi kesadaran orang itu...(seandainya bisa pun, diri saya yang sebelumnya pun belum bisa dibuktikan ada bersamaan dengan orang itu)....hehe...

tapi saya mikir2 sendiri, lama2 gila juga kalau ide saya ini saya teruskan terus.....saya cek di wiki, solipsisme syndrome susah diobati dan banyak diderita astronot....(tapi belum dimasukan gangguan jiwa dalam DSM-IV kayaknya)

jadi ga seru kalau tau semuanya hanya ciptaan pikiran sendiri...(ketidak seruan itu pun ciptaan pikiran saya sendiri)

tapi Buddhisme itu seru kok....

Offline Nevada

  • Sebelumnya: Upasaka
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.445
  • Reputasi: 234
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #26 on: 09 May 2011, 03:22:58 PM »
banyak teori yang sejalan
banyak teori yang tidak sejalan
banyak teori yang sejalan, tapi diskusi malah ricuh  << ini bukan disebabkan oleh subjektifitas, tapi karena kesalah fahaman akibat keterbatasn bahasa.
banyak teori yang tidak sejalan, tapi diskusi tidak ricuh << ini disebabkan oleh sikap toleransi atau sikap saling menghargai perbedaan pendapat, tidak ada kaitannya dengan subjektifitas atau objektifitas.

Saya memang tidak membahas subjektifitas terhadap objektifitas. Saya hanya mengarahkan Bro ke arah jawaban yang sudah dijawab Bro The Ronald. Intinya, setiap orang merangkai informasi yang berbeda; sehingga melahirkan pendapat yang berbeda. Pendapat yang berbeda menunjukkan bahwa sebuah teori itu sangat subjektif.

Saya membahas topik tentang "teori", bukan membahas topik tentang "kebenaran".

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #27 on: 09 May 2011, 03:23:06 PM »
semua orang setuju kalau orang buta itu ada juga ciptaan pikiran saya....saya juga belum bisa masuk ke pikiran orang yang setuju itu dan melihat dengan mata dan dilandasi kesadaran orang itu...(seandainya bisa pun, diri saya yang sebelumnya pun belum bisa dibuktikan ada bersamaan dengan orang itu)....hehe...

tapi saya mikir2 sendiri, lama2 gila juga kalau ide saya ini saya teruskan terus.....saya cek di wiki, solipsisme syndrome susah diobati dan banyak diderita astronot....(tapi belum dimasukan gangguan jiwa dalam DSM-IV kayaknya)

jadi ga seru kalau tau semuanya hanya ciptaan pikiran sendiri...(ketidak seruan itu pun ciptaan pikiran saya sendiri)

tapi Buddhisme itu seru kok....

jika seorang buta muncul di hadapan anda dan anda bilang bahwa si buta itu adalah ciptaan anda, tentu saja anda akan di anggap sakit

Offline Mahadeva

  • Sebelumnya: raynoism
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 602
  • Reputasi: 10
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #28 on: 09 May 2011, 03:28:17 PM »
jika seorang buta muncul di hadapan anda dan anda bilang bahwa si buta itu adalah ciptaan anda, tentu saja anda akan di anggap sakit

haha....(termasuk yang menganggap saya sakit juga ciptaan pikiran saya)


Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #29 on: 09 May 2011, 03:31:41 PM »
haha....(termasuk yang menganggap saya sakit juga ciptaan pikiran saya)



kalau sudah ke tahap ini, sptnya sudah harus ke dokter