//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Kebenaran Objektif  (Read 38458 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #105 on: 11 May 2011, 12:47:24 PM »
"Diri adalah yang tidak ada" itu kesimpulannya.
Alasannya karena apa? karena unsur padat dan unsur mental yang bro sebutkan?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #106 on: 11 May 2011, 02:08:04 PM »
Nah, ini postingan bro. Yang mana dari postingan bro itu yang disebut kesimpulan? Supaya saya tidak salah.

OH, saya mohon maaf. tadi saya buru-buru karena dipanggil oleh direktur sehingga saya memberikan jawaban yang salah. kesimpulan saya di dalam postingan tersebut adalah "Pernyataan sang Buddha tersebut benar".

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #107 on: 11 May 2011, 02:19:43 PM »
OH, saya mohon maaf. tadi saya buru-buru karena dipanggil oleh direktur sehingga saya memberikan jawaban yang salah. kesimpulan saya di dalam postingan tersebut adalah Pernyataan sang Buddha tersebut benar  .

Ok...  :)
Dari manakah bro bisa membenarkan?

1. Dari pengetahuan tentang jasmani, mental dan diri?
2. Dari penyusunan kalimat-nya? atau
3. Dari 22-nya.

Defenisi jasmani dan mental sudah bro terangkan. Bisakah bro terangkan defenisi diri ?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #108 on: 11 May 2011, 02:30:56 PM »
Ok...  :)
Dari manakah bro bisa membenarkan?

1. Dari pengetahuan tentang jasmani, mental dan diri?
2. Dari penyusunan kalimat-nya? atau
3. Dari 22-nya.

Defenisi jasmani dan mental sudah bro terangkan. Bisakah bro terangkan defenisi diri ?

Jika pernyataan sang buddha adalah "Jasmani adalah bukan diri", sedangkan kita tau bahwa diri adalah "yang tiada", maka dari pernyataan sang Buddha dapat disimpulkan bahwa Jasmani itu bukan "yang tiada". (kesimpulan1)

mana berikut ini yang benar

a. jasmani itu ada
b. jasmani itu tidak ada

Jika jasmani itu ada adalah benar. maka, "jasmani adalah tidak ada" merupakan pernyataan yang salah. Karena ia tidak bisa sama-sama benar dengan pernyataan yang kontradiktif dengannya. Dengan demikian pernyataan "jasmani itu ada" sama dengan jasmani itu bukan "yang tiada" (kesimpulan2). Isi kesimpulan1 sama dengan isi kesimpulan2. Jika isi kesimpulan2 benar, maka isi kesimpulan1 juga benar. Dan ternyata isi kesipulan2 benar, maka isi kesimpulan1 pun benar. karena diri adalah "yang tiada", maka benar jasmani itu bukan diri.


Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #109 on: 11 May 2011, 02:50:22 PM »
Jika pernyataan sang buddha adalah "Jasmani adalah bukan diri", sedangkan kita tau bahwa diri adalah "yang tiada", maka dari pernyataan sang Buddha dapat disimpulkan bahwa Jasmani itu bukan "yang tiada". (kesimpulan1)

mana berikut ini yang benar

a. jasmani itu ada
b. jasmani itu tidak ada

Jika jasmani itu ada adalah benar. maka, "jasmani adalah tidak ada" merupakan pernyataan yang salah. Karena ia tidak bisa sama-sama benar dengan pernyataan yang kontradiktif dengannya. Dengan demikian pernyataan "jasmani itu ada" sama dengan jasmani itu bukan "yang tiada" (kesimpulan2). Isi kesimpulan1 sama dengan isi kesimpulan2. Jika isi kesimpulan2 benar, maka isi kesimpulan1 juga benar. Dan ternyata isi kesipulan2 benar, maka isi kesimpulan1 pun benar. karena diri adalah "yang tiada", maka benar jasmani itu bukan diri.


Bro, tolong lihat huruf yang saya tebalkan diatas. Bukankah menurut langkah yang bro berikan sejak awal, kita harus tahu dulu defenisi kata-nya.
Dan saya bertanya pada bro apakah defenisi kata diri, bagaimana kita bisa memutuskan diri adalah yang tiada jika kita belum tahu defenisinya?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #110 on: 11 May 2011, 06:04:12 PM »
silahkan anda mengomentari hal-hal yang sesuai dengan pengetahuan yang anda miliki!

waduh saya tidak bisa berpikir dengan logika.. cuma bisanya secara nalar  ;D  , ilmu saya masih cetek gak setinggi bro.. makanya saya nonton aja
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #111 on: 11 May 2011, 06:33:03 PM »
Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh para ahli, yang secara umum memiliki banyak persamaan. Beberapa pendapat tersebut antara lain:

The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menyebutkan: Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning).[1]

Menurut Mundiri dalam bukunya tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.[2]

Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (fikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut dengan logika saja.[3]

Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.

Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan  sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.

Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang  dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.
[1] Gie, the Liang, Kamus logika (Dictionary of Logic), Nur Cahaya 1975 Yogyakarta

[2] Mundiri. Logika, Rajawali Press, cet.ke-4 2000, Semarang

[3] Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika, Asas-asas penalaran sistematis, cet.ke-1 1996, Kanisius Yogyajakta
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #112 on: 11 May 2011, 06:45:13 PM »
Logika, Penalaran dan Analisis Definisi

Pengertian Logika

Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.

Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.

Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.

Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti.

Bahasa Logika

Spoiler: ShowHide
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Dan khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian secara benar dan jelas. Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu, yang dibedakan antara bahasa istilahi dan bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.

Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia karena bahasa mempunyai 3 fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur emotif.

Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernyataan analitik dan pernyataan sintetik.

Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi atau pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara 3 macam, yakni proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk.

Tiga macam proposisi atau pernyataan di atas yang sebagai dasar penalaran adalah proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk dalam penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk.


DASAR-DASAR PENALARAN

[spoiler]Konsep dan term

Akal manusia apabila menangkap sesuatu terwujud dengan membuat konsep atau ide atau juga pengertian. Dengan demikian, buah atau hasil dari tangkapan akal disebut dengan istilah “konsep”. Jadi ide dan konsep dalam logika adalah sama artinya. Konsep atau ide atau juga pengertian adalah bersifat kerohanian dan dapat diungkapkan ke dalam bentuk kata atau istilah atau juga beberapa kata. Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau istilah disebut dengan “term”.

Term sebagai ungkapan konsep jika terdiri atas satu kata atau satu istilah maka term itu dinamakan term sederhana atau term simpel, dan jika terdiri atas beberapa kata maka term itu dinamakan term komposit atau term kompleks. Dan kata sebagai suatu simbol untuk menyatakan konsep dibedakan antara dua macam, yaitu kata kategorimatis dan kata sinkategorimatis.

Setiap term mempunyai konotasi atau isi. Konotasi adalah keseluruhan arti yang dimaksudkan oleh suatu term, yaitu kesatuan antara unsur dasar atau term yang lebih luas dengan sifat pembeda yang bersama-sama membentuk suatu pengertian. Konotasi secara singkat dapat dinyatakan merupakan suatu uraian tentang pembatasan arti atau definisi sehingga konotasi term adalah suatu definisi karena menunjukkan genus (jenis) dengan sifat pembeda.

Setiap term mempunyai denotasi atau lingkungan. Denotasi adalah keseluruhan hal yang ditunjuk oleh term atau keseluruhan hal sejauh mana term itu dapat diterapkan. Denotasi atau lingkungan atau sering juga disebut dengan luas, adalah mencakup semua hal yang dapat ditunjuk atau lingkungan yang dimaksudkan oleh term.

Denotasi term ini menunjukkan adanya suatu himpunan karena sejumlah hal-hal yang ditunjuk itu menjadi satu kesatuan dengan ciri tertentu (sifat-sifat tertentu). Jadi, dengan adanya sifat-sifat yang diuraikan oleh konotasi (isi term) maka dapatlah dihimpun beberapa hal tertentu menjadi satu kesatuan. Dan dengan menunjukkan beberapa hal maka denotasi berhubungan dengan kuantitas.

Konotasi dan denotasi term, mempunyai hubungan yang erat tidak dapat terlepaskan, berbentuk hubungan berbalikan (dasar balik) jika yang satu bertambah maka yang lain akan berkurang, demikian sebaliknya. Dalam hal ini terdapat 4 kemungkinan sebagai berikut. (1) Makin bertambah konotasi makin berkurang denotasi. (2) Makin berkurang konotasi makin bertambah denotasi. (3) Makin bertambah denotasi makin berkurang konotasi. (4) Makin berkurang denotasi makin bertambah konotasi.


Pelbagai Macam Term

Term maupun konsep banyak sekali macam-macamnya demikian juga pembagiannya. Berbagai macam dikelompokkan atas 4 macam, yakni pembagian term menurut konotasinya, pembagian term menurut denotasinya, pembagian menurut cara beradanya sesuatu, dan pembagian menurut cara menerangkan sesuatu.

Berdasarkan konotasi, term dibedakan atas term konkret dan term abstrak. Di samping itu keduanya ada yang berada dalam lingkungan hakikat, dan ada yang berada dalam lingkungan sifat.

    Hakikat konkret: yaitu menunjuk ke-”hal”-nya suatu kenyataan yang berkualitas dan bereksistensi.

    Hakikat abstrak: menyatakan suatu kualitas yang tidak bereksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu.

    Sifat konkret: yaitu menunjuk pen-”sifatan”-nya suatu kenyataan yang berkualitas dan bereksistensi.

    Sifat abstrak: yaitu menyatakan pensifatan yang terlepas dari eksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu.

Berdasarkan denotasi term, dapat dibedakan term umum dan term khusus. Term umum dibedakan atas 2 macam sebagai berikut. (1) Universal, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. (2) Kolektif, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya menunjuk suatu kelompok tertentu sebagai kesatuan. Term khusus juga dibedakan atas dua macam sebagai berikut. (1) Partikular, yaitu sifat khusus yang berlaku hanya menunjuk sebagian tidak tertentu. (2) Singular, yaitu sifat khusus hanya menunjuk pada satu hal atau suatu himpunan yang mempunyai hanya satu anggota.

Predikamen yang dimaksudkan ialah cara beradanya sesuatu. Term yang paling luas adalah term “ada” atau term “yang ada”. Term “ada” selanjutnya dibagi dalam 2 macam, yaitu ada yang tidak terbatas dan ada yang terbatas. Sesuatu yang ada (ada terbatas) pasti ada unsur hakikat dan unsur sifat atau menurut filsafat dinyatakan secara singkat terdiri atas substansi dan aksidensia. Substansi adalah hakikat sesuatu yang adanya terdapat di dalam diri sendiri sebagai pendukung sifat-sifat. Aksidensia merupakan kumpulan sifat zat, yang ada sembilan sifat, yaitu kuantitas, kualitas, aksi, pasi, relasi, ruang, waktu, posisi, keadaan.

Predikabel yang dimaksudkan ialah cara menerangkan sesuatu. Term ditinjau cara menjelaskan dibedakan menjadi 5 macam, yaitu genus, spesies, diferensia, propium, dan aksiden. Genus ialah himpunan golongan-golongan menunjukkan hakikat yang berbeda bentuk tetapi terpadu oleh persamaan sifat. Spesies ialah himpunan sesuatu yang menunjukkan hakikat bersamaan bentuk maupun sifatnya sehingga dapat memisahkan dari lain-lain golongan. Diferensia ialah sifat pembeda yang menunjukkan hakikat suatu golongan sehingga terwujud kelompok diri. Propium ialah sifat khusus sebagai predikat yang niscaya terlekat pada hakikat sesuatu diri sehingga dimiliki oleh seluruh anggota golongan. Aksiaden ialah sifat kebetulan sebagai predikat yang tidak bertalian dengan hakikat sesuatu diri sehingga tidak dimiliki oleh seluruh anggota golongan.

Dengan dasar lima predikabel tersebut dalam menjelaskan sesuatu, apa yang dijelaskan tempatkan sebagai spesies, kemudian mencari hubungan genus dan diferensianya, dan jika tidak mendapatkan dicari hubungan genus dengan propiumnya, dan jangan menggunakan hubungan genus dengan aksiden.


Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #113 on: 12 May 2011, 09:24:31 AM »
Bro, tolong lihat huruf yang saya tebalkan diatas. Bukankah menurut langkah yang bro berikan sejak awal, kita harus tahu dulu defenisi kata-nya.
Dan saya bertanya pada bro apakah defenisi kata diri, bagaimana kita bisa memutuskan diri adalah yang tiada jika kita belum tahu defenisinya?


essensi segala sesuatu hanya bisa difahami melalui definisi. tapi untuk memahami  pengertian dari segala sesuatu tidak mesti melalui definisi. Menemukan definisi adalah hal yang ideal untuk memahami pengertian sesuatu. tanpa definisi pun, kita bisa menggunakan proposisi sebagai alat untuk mencapai pengertian. dan kalimat " diri adalah yang tiada" merupakan sebuah proposisi, "yang tiada" menjelaskan pengertian dari diri tersebut.

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #114 on: 12 May 2011, 09:27:35 AM »
 [at] wang ai lie

samakah belajar meditasi dari buku-buku yang merupakan benda mati dengan belajar meditasi langsung dibawah bimbingan seorang arahat (makhluk yang tercerahkan)?

samakah belajar Logika dari google dengan belajar logika langsung dari master nya?

Beberapa orang mengajar logika di universitas, tanya dari siapa mereka belajar logika?

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #115 on: 12 May 2011, 04:02:43 PM »
essensi segala sesuatu hanya bisa difahami melalui definisi. tapi untuk memahami  pengertian dari segala sesuatu tidak mesti melalui definisi. Menemukan definisi adalah hal yang ideal untuk memahami pengertian sesuatu. tanpa definisi pun, kita bisa menggunakan proposisi sebagai alat untuk mencapai pengertian. dan kalimat " diri adalah yang tiada" merupakan sebuah proposisi, "yang tiada" menjelaskan pengertian dari diri tersebut.
Tapi kalimat yang tertulis bukan diri adalah yang tiada. Kalimatnya yang tertulis jasmani dan batin bukan diri. Bukankah seharusnya menjadi jasmani bukan diri dan batin juga bukan diri?

 Contoh: -Diriku sangat menderita.
              -Tidak ada yang mau menerima diri yang hina ini.
              -Dia pergi seorang diri.
              -Jaga dirimu baik-baik.

Apakah kata-kata diatas itu menunjukkan diri itu yang tiada? Yang saya pelajari dari usia saya masih kecil, yang disebut kata diri itu jasmani dan batin seseorang.

Ok,terlepas dari perkataan saya diatas. Saya ingin menegaskan/mengulangi kembali. Berarti bro menyetujui kebenaran sang buddha tentang kata-kata jasmani dan batin bukan diri itu karena pertimbangan yang bro sebutkan dari awal.
Jasmani itu ada.
Batin itu ada.
Diri itu tiada.

Apakah ada alasan yang lain dari itu? Sehingga bro menyimpulkan perkataan sang buddha itu benar?




PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #116 on: 12 May 2011, 05:51:36 PM »
[at] wang ai lie

samakah belajar meditasi dari buku-buku yang merupakan benda mati dengan belajar meditasi langsung dibawah bimbingan seorang arahat (makhluk yang tercerahkan)?

samakah belajar Logika dari google dengan belajar logika langsung dari master nya?

Beberapa orang mengajar logika di universitas, tanya dari siapa mereka belajar logika?

tidak ada yang belajar logika dari google, apa yang di tulis dari google pun faktornya dari kenyataan, bagaimana orang bisa menulis dan memberikan pendapat jika belum pernah mendengar dan membuktikan, sama seperti soal meditasi, bagaimana orang dapat menulis soal meditasi jika tidak / belum pernah melakukan atau bertemu dengan orang yang melakukan. intinya seseorang menulis hal tersebut pastilah ada sumbernya bukan hanya karangan fiksi dll.

samakah juga jika belajar dhamma melalui buku buku sutta dll yang juga merupakan benda mati dengan dengan belajar dhamma langsung dibawah bimbingan seorang arahat (makhluk yang tercerahkan)?
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline icykalimu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 121
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • from zero to hero
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #117 on: 13 May 2011, 10:48:09 PM »
kebenaran subjektif: kebenaran menurut pendapatnya sendiri.

contoh: setiap agama lain punya tuhan masing2 dan mengaku sebagai satu2nya tuhan.

kebenaran objektif: kebenaran universal.

contoh: org beragama lain atau bahkan org tdk beragama sekalipun kalau dia berbuat baik maka akan menerima buahnya.
...

Offline Vajra Nanda

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 1
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #118 on: 13 May 2011, 10:54:39 PM »
Salam kenal semua...

Offline Satria

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 673
  • Reputasi: -17
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Kebenaran Objektif
« Reply #119 on: 16 May 2011, 01:45:45 PM »
kebenaran subjektif: kebenaran menurut pendapatnya sendiri.

contoh: setiap agama lain punya tuhan masing2 dan mengaku sebagai satu2nya tuhan.

kebenaran objektif: kebenaran universal.

contoh: org beragama lain atau bahkan org tdk beragama sekalipun kalau dia berbuat baik maka akan menerima buahnya.

saya setuju dengan ini!

 

anything