(Menanggapi posting originalnya)
Kalo dengan cuma sedikit penjelasan mengenai kesehatan aja tipitaka udah setebel itu, apalagi ditambah penjelasan ilmu kesehatannya? Mau setebel apa lagi?
Tipitaka setebel itu aja dibilang baru "segenggam daun di antara seluruh daun di hutan...". Belum kalo ditambah lagi ilmu fisika, biologi, berarti tipitaka bisa setebel beberapa perpustakaan dijadiin satu.
Lagipula, sudah ada ilmu kedokteran/ketabiban, sudah pula ada para ahli kesehatan. Di jaman itu juga ada tabib Jivaka yang sangat ahli di bidang kesehatan. Juga ada veda yang berisi ilmu pengetahuan alam. Ilmu2 pengetahuan semacam itu (kesehatan, kedokteran, ilmu alam, dsj.) bisa diraih oleh manusia awam yang trampil, tanpa perlu bantuan dewa atau tuhan atau sammasambuddha. Tetapi Dhamma ini... sungguh dalam, hanya bisa diungkap kembali oleh seorang sammasambuddha, inilah topik utama ajaran Sang Bhagava Arahat Sammasambuddha, inilah eksklusivitas Dhamma, inilah keunikan Sang Ajaran.
Jadi jika ada orang yang membanggakan ajaran agamanya yang mengajarkan ilmu2 duniawi, sesungguhnya ia hanya menyepadankan ajaran Tuhannya dengan ajaran manusia awam biasa.