Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Topik Buddhisme => Diskusi Umum => Topic started by: Satria on 09 May 2011, 01:56:28 PM

Title: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 01:56:28 PM
Thread ini, lanjutan dari pembahasan mengenai kebenaran relatif yang dibahas di sini >> http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20155.0;message=346094

diawali dengan apa yang disampaikan oleh bro Upasaka :

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang. Mengapa? Karena setiap orang punya pengalaman hidup yang berbeda sejak kecil sampai saat ini, sehingga semua informasi yang ditangkap indrianya akan dilogikai sesuai dengan persepsinya. Makanya kita bisa bertemu orang-orang yang sangat yakin dengan suatu teori, meskipun teori itu tidak masuk akal bagi orang lainnya.

di sini saya tidak mengerti, apa yang dimaksud bro Upasaka dengan "subjektif". Jadi, saya bertanya, Apa maksud dari "teori yang bisa diterima" dan maksud dari "subjektif" tersebut? dan apa makna dari "dilogikai sesuai dengan persepsinya" ? apakah pandangan tersebut bertentangan dengan pandangan bahwa "teori yang bisa diterima" itu harus objektif ?

Adapun menurut pendapat saya, teori yang benar harus diterima oleh setiap orang yang berpikiran waras. di dalam teori yang benar, tidak ada unsur subjektif. Jika suatu kebenaran yang objektif diingkari, tidak berarti kebenaran itu subjektif, tetapi orang yang mengingkari itu mungkin belum mengerti, enggan mengerti atau justru tidak waras.

Dengan mengemukakan pandangan saya pribadi, saya tidak bermaksud membantah atau berdebat, tapi bermaksud untuk belajar. Jadi, silahkan bro Upasaka dan yang lainnya untuk menanggapi!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: OBAMA on 09 May 2011, 02:15:05 PM
Thread ini, lanjutan dari pembahasan mengenai kebenaran relatif yang dibahas di sini >> http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20155.0;message=346094

diawali dengan apa yang disampaikan oleh bro Upasaka :

di sini saya tidak mengerti, apa yang dimaksud bro Upasaka dengan "subjektif". Jadi, saya bertanya, Apa maksud dari "teori yang bisa diterima" dan maksud dari "subjektif" tersebut? dan apa makna dari "dilogikai sesuai dengan persepsinya" ? apakah pandangan tersebut bertentangan dengan pandangan bahwa "teori yang bisa diterima" itu harus objektif ?

Adapun menurut pendapat saya, teori yang benar harus diterima oleh setiap orang yang berpikiran waras. di dalam teori yang benar, tidak ada unsur subjektif. Jika suatu kebenaran yang objektif diingkari, tidak berarti kebenaran itu subjektif, tetapi orang yang mengingkari itu mungkin belum mengerti, enggan mengerti atau justru tidak waras.

Dengan mengemukakan pandangan saya pribadi, saya tidak bermaksud membantah atau berdebat, tapi bermaksud untuk belajar. Jadi, silahkan bro Upasaka dan yang lainnya untuk menanggapi!

Kebenaran itu selalu objektif dan apa adanya tetapi persepsi yang membuat semua fenomena menjadi subjektif ataupun objektif.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 02:21:06 PM
kalau saya sih meyakini tidak ada kebenaran obyektif. relatif2 semuanya...saya baca bukunya stephen hawking yang terbaru, ilmuwan mencari konsep fisika yang bisa pas untuk diterapkan pada semua keadaan dan sampai sekarang tidak ketemu (mau cari theory of everything), jadi fisikawan sekarang berpendapat bahwa realita itu hanya bergantung model yang kita anut saja (model dependent reality), jadi theory yang diusung sekarang adalah M-theory.....

jadi hukum2 fisika berlaku pada suatu set kondisi belum tentu bisa berlaku pada kondisi lain..
lha hukum2 fisika saja relatif apalagi yang berbau spiritual, sosial, ekonomi..dsb..
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Indra on 09 May 2011, 02:25:15 PM
kalau saya sih meyakini tidak ada kebenaran obyektif. relatif2 semuanya...saya baca bukunya stephen hawking yang terbaru, ilmuwan mencari konsep fisika yang bisa pas untuk diterapkan pada semua keadaan dan sampai sekarang tidak ketemu (mau cari theory of everything), jadi fisikawan sekarang berpendapat bahwa realita itu hanya bergantung model yang kita anut saja (model dependent reality), jadi theory yang diusung sekarang adalah M-theory.....

jadi hukum2 fisika berlaku pada suatu set kondisi belum tentu bisa berlaku pada kondisi lain..
lha hukum2 fisika saja relatif apalagi yang berbau spiritual, sosial, ekonomi..dsb..


apakah pernyataan anda juga berlaku untuk Empat Kebenaran Mulia?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: OBAMA on 09 May 2011, 02:26:21 PM
kalau saya sih meyakini tidak ada kebenaran obyektif. relatif2 semuanya...saya baca bukunya stephen hawking yang terbaru, ilmuwan mencari konsep fisika yang bisa pas untuk diterapkan pada semua keadaan dan sampai sekarang tidak ketemu (mau cari theory of everything), jadi fisikawan sekarang berpendapat bahwa realita itu hanya bergantung model yang kita anut saja (model dependent reality), jadi theory yang diusung sekarang adalah M-theory.....

jadi hukum2 fisika berlaku pada suatu set kondisi belum tentu bisa berlaku pada kondisi lain..
lha hukum2 fisika saja relatif apalagi yang berbau spiritual, sosial, ekonomi..dsb..

Kebenaran itu objektif dan relatif itu saling berhubungan. Setiap fenomena bersifat relatif tergantung sebab dan akibat . Dan akibat selalu mengikuti sebab--Objektifitasnya. Contoh hukum kamma---objektif.

Kalau nibbana kata Bapa Buddha tidak lagi relatif tapi Mutlak--paramatha Dhamma dan asankatha Dhamma(dhamma yang tidak berkondisi).
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 02:29:58 PM
apakah pernyataan anda juga berlaku untuk Empat Kebenaran Mulia?

menurut saya iya....
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Indra on 09 May 2011, 02:34:08 PM
menurut saya iya....

jadi ketika dikatakan bahwa sumber dukkha adalah tanha dan avijja, anda punya versi kebenaran lain selain yg ini? bisa dijelaskan kebenaran lainnya itu? misalnya, sumber dukkha bukan tanha dan bukan avijja, tapi makanan.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 02:34:53 PM
Kebenaran itu objektif dan relatif itu saling berhubungan. Setiap fenomena bersifat relatif tergantung sebab dan akibat . Dan akibat selalu mengikuti sebab--Objektifitasnya. Contoh hukum kamma---objektif.

Kalau nibbana kata Bapa Buddha tidak lagi relatif tapi Mutlak--paramatha Dhamma dan asankatha Dhamma(dhamma yang tidak berkondisi).

hukum karma juga relatif..semua hukum2 kayak bija niyama dan kawan2nya juga relatif...menurut saya lho ini...
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 02:38:29 PM
jadi ketika dikatakan bahwa sumber dukkha adalah tanha dan avijja, anda punya versi kebenaran lain selain yg ini? bisa dijelaskan kebenaran lainnya itu? misalnya, sumber dukkha bukan tanha dan bukan avijja, tapi makanan.

menurut saya sumber dukkha juga relatif...Buddha juga tidak pernah bilang kapan dukkha mulai ada di jagad raya ini....kalau kapannya saja tidak diketahui, meyakini sesuatu  adalah sumbernya juga tidak tepat...iya makanan juga dukkha. (makanan kuda?). disebut dukkha atau tidak dukkha juga relatif
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Indra on 09 May 2011, 02:41:33 PM
menurut saya sumber dukkha juga relatif...Buddha juga tidak pernah bilang kapan dukkha mulai ada di jagad raya ini....kalau kapannya saja tidak diketahui, meyakini sesuatu  adalah sumbernya juga tidak tepat...iya makanan juga dukkha. (makanan kuda?). disebut dukkha atau tidak dukkha juga relatif

mari kita bahas secara bertahap, jangan melebar dulu, menurut anda apakah sumber dukkha yg lain itu? pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan kapan dukkha mulai ada di jagad raya ini. dukkha di sini adalah dukkha yg dialami oleh individu-individu seperti saya dan anda.

kemudian kebenaran yg lain, yaitu Kebenaran Mulia #3, lenyapnya Dukkha adalah padamnya tanha dan avijja (ie. Nibbana), apakah menurut anda ada lenyapnya dukkha yg lain pula? bisa dijelaskan?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 09 May 2011, 02:42:02 PM
Thread ini, lanjutan dari pembahasan mengenai kebenaran relatif yang dibahas di sini >> http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20155.0;message=346094

diawali dengan apa yang disampaikan oleh bro Upasaka :

di sini saya tidak mengerti, apa yang dimaksud bro Upasaka dengan "subjektif". Jadi, saya bertanya, Apa maksud dari "teori yang bisa diterima" dan maksud dari "subjektif" tersebut? dan apa makna dari "dilogikai sesuai dengan persepsinya" ? apakah pandangan tersebut bertentangan dengan pandangan bahwa "teori yang bisa diterima" itu harus objektif ?

Adapun menurut pendapat saya, teori yang benar harus diterima oleh setiap orang yang berpikiran waras. di dalam teori yang benar, tidak ada unsur subjektif. Jika suatu kebenaran yang objektif diingkari, tidak berarti kebenaran itu subjektif, tetapi orang yang mengingkari itu mungkin belum mengerti, enggan mengerti atau justru tidak waras.

Dengan mengemukakan pandangan saya pribadi, saya tidak bermaksud membantah atau berdebat, tapi bermaksud untuk belajar. Jadi, silahkan bro Upasaka dan yang lainnya untuk menanggapi!

aku coba jawab ya

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang

aku kasih contoh :
bagi si  A.. kebenaran bagi dia adalah klo kmu ga sholat ga puasa.. ga mungkin masuk surga (inilah teori yg dia terima dan dia anggap benar)
bagi si B kebenaran  bagi dia adalah, tampa perlu sholat dan puasa asalkan percaya pada suatu sosok maka akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)
bagi si C, tak perlu percaya pada suatu mahluk, asalkan berbuat baik akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)

saat si D bertanya pada ke 3 org itu dia menemukan bahwa..kebenaran utk masuk surga sangatlah subjektif, si A laen, si B laen, si C laen..semuanya tergantung individu

itu yg awal dolo

nah selanjutnya

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang. Mengapa? Karena setiap orang punya pengalaman hidup yang berbeda sejak kecil sampai saat ini, sehingga semua informasi yang ditangkap indrianya akan dilogikai sesuai dengan persepsinya. Makanya kita bisa bertemu orang-orang yang sangat yakin dengan suatu teori, meskipun teori itu tidak masuk akal bagi orang lainnya.

nah di sebelumnya sudah ada cotoh ttg subjektif... skrg ttg presepsi dlm kehidupannya sehari2
aku kasih contoh :

bagi org yg pernah melihat hantu (pengalaman hidup), dia yakin bahwa hantu itu ada...tp dia hanya bisa menjelaskan secara teori kpd org laen...dan bisa saja bagi org laen ini tdk masuk akal (krn seumur hidupnya dia tdk pernah lihat hantu)

hmm.. gemana?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 02:48:10 PM
mari kita bahas secara bertahap, jangan melebar dulu, menurut anda apakah sumber dukkha yg lain itu? pertanyaan ini tidak ada hubungannya dengan kapan dukkha mulai ada di jagad raya ini. dukkha di sini adalah dukkha yg dialami oleh individu-individu seperti saya dan anda.

kemudian kebenaran yg lain, yaitu Kebenaran Mulia #3, lenyapnya Dukkha adalah padamnya tanha dan avijja (ie. Nibbana), apakah menurut anda ada lenyapnya dukkha yg lain pula? bisa dijelaskan?

kalau begitu kapan dukkha muncul? menurut saya sendiri, sesuatu yang munculnya tidak dijelaskan oleh Buddha, akhirnya pun tidak begitu dibahas oleh Buddha.....bahkan menurut saya dukkha dan akhir dukkha itu cuma sekedar ilusi...
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: OBAMA on 09 May 2011, 02:48:43 PM
hukum karma juga relatif..semua hukum2 kayak bija niyama dan kawan2nya juga relatif...menurut saya lho ini...

Relatifnya dari sebab-sebab yang muncul sehingga dikuti oleh akibat. Tetapi dikatakan objektif yakni akibat-akibat yang muncul dari setiap sebab tidak mungkin melenceng dari hukum semesta dan adanya intervensi dari manapun. Dan hal ini bersifat kompleks. Oleh karena itu daku katakan objektif dan relatif saling berhubungan. Dan relatif hilang saat memasuki nibbana.
Jadi kebenaran relatif tidak mungkin berdiri sendiri jika tidak ada objektifitasnya.

Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 02:50:46 PM
Thread ini, lanjutan dari pembahasan mengenai kebenaran relatif yang dibahas di sini >> http://dhammacitta.org/forum/index.php?topic=20155.0;message=346094

diawali dengan apa yang disampaikan oleh bro Upasaka :

di sini saya tidak mengerti, apa yang dimaksud bro Upasaka dengan "subjektif". Jadi, saya bertanya, Apa maksud dari "teori yang bisa diterima" dan maksud dari "subjektif" tersebut? dan apa makna dari "dilogikai sesuai dengan persepsinya" ? apakah pandangan tersebut bertentangan dengan pandangan bahwa "teori yang bisa diterima" itu harus objektif ?

Adapun menurut pendapat saya, teori yang benar harus diterima oleh setiap orang yang berpikiran waras. di dalam teori yang benar, tidak ada unsur subjektif. Jika suatu kebenaran yang objektif diingkari, tidak berarti kebenaran itu subjektif, tetapi orang yang mengingkari itu mungkin belum mengerti, enggan mengerti atau justru tidak waras.

Dengan mengemukakan pandangan saya pribadi, saya tidak bermaksud membantah atau berdebat, tapi bermaksud untuk belajar. Jadi, silahkan bro Upasaka dan yang lainnya untuk menanggapi!

Sebelum membahas sampai kebenaran yang objektif atau subjektif, mari kita batasi pembahasan hanya sampai pada "dasar sebuah teori atau pendapat dapat diterima". Sebuah teori atau pendapat, hanyalah sebuah produk pikiran yang berusaha menjelaskan suatu proses atau fakta. Kemukakanlah teori atau pendapat Anda, dan saya serta teman-teman lainnya akan mengemukakan teori dan pendapat masing-masing. Coba periksa:

Coba perhatikan bagaimana cara kerja pikiran manusia hingga bisa menghadirkan 4 poin di atas. Pendapat Anda di postingan selanjutnya akan saya hargai!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 02:52:03 PM
Relatifnya dari sebab-sebab yang muncul sehingga dikuti oleh akibat. Tetapi dikatakan objektif yakni akibat-akibat yang muncul dari setiap sebab tidak mungkin melenceng dan adanya intervensi apapun. Dan hal ini bersifat kompleks. Oleh karena itu daku katakan objektif dan relatif saling berhubungan. Dan relatif hilang saat memasuk nibbana.
Jadi kebenaran relatif tidak mungkin berdiri sendiri jika tidak ada objektifitasnya.



hmm....relatif dengan yang relatif semuanya berinteraksi membangun seakan2 ada yang obyektif.....relatif tidk hilang karena sesungguhnya memang ga pernah ada

cuman ilusi semua....he2
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 02:54:37 PM
aku coba jawab ya

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang

aku kasih contoh :
bagi si  A.. kebenaran bagi dia adalah klo kmu ga sholat ga puasa.. ga mungkin masuk surga (inilah teori yg dia terima dan dia anggap benar)
bagi si B kebenaran  bagi dia adalah, tampa perlu sholat dan puasa asalkan percaya pada suatu sosok maka akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)
bagi si C, tak perlu percaya pada suatu mahluk, asalkan berbuat baik akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)

saat si D bertanya pada ke 3 org itu dia menemukan bahwa..kebenaran utk masuk surga sangatlah subjektif, si A laen, si B laen, si C laen..semuanya tergantung individu

itu yg awal dolo

nah selanjutnya

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang. Mengapa? Karena setiap orang punya pengalaman hidup yang berbeda sejak kecil sampai saat ini, sehingga semua informasi yang ditangkap indrianya akan dilogikai sesuai dengan persepsinya. Makanya kita bisa bertemu orang-orang yang sangat yakin dengan suatu teori, meskipun teori itu tidak masuk akal bagi orang lainnya.

nah di sebelumnya sudah ada cotoh ttg subjektif... skrg ttg presepsi dlm kehidupannya sehari2
aku kasih contoh :

bagi org yg pernah melihat hantu (pengalaman hidup), dia yakin bahwa hantu itu ada...tp dia hanya bisa menjelaskan secara teori kpd org laen...dan bisa saja bagi org laen ini tdk masuk akal (krn seumur hidupnya dia tdk pernah lihat hantu)

hmm.. gemana?

Binggo! Selamat, kamu mendapat klik "THANK YOU". :D
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: OBAMA on 09 May 2011, 02:54:42 PM
hmm....relatif dengan yang relatif semuanya berinteraksi membangun seakan2 ada yang obyektif.....relatif tidk hilang karena sesungguhnya memang ga pernah ada

cuman ilusi semua....he2

Ilusi itu di persepsi.   :P
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Indra on 09 May 2011, 02:55:08 PM
kalau begitu kapan dukkha muncul? menurut saya sendiri, sesuatu yang munculnya tidak dijelaskan oleh Buddha, akhirnya pun tidak begitu dibahas oleh Buddha.....bahkan menurut saya dukkha dan akhir dukkha itu cuma sekedar ilusi...

sebaliknya, ternyata dalam samyutta Nikaya, pembahasan mengenai 4KM ini mendapat porsi 4 dari 5 buku SN yg kira2 totalnya hampir 2000 halaman. bahkan sesungguhnya semua ajaran Buddha adalah membahas tentang dukkha dan lenyapnya dukkha ini. bagaimana mungkin anda bisa mengatakan tidak begitu dibahas oleh Buddha?

ilusi itu hanya dalam pandangan anda, jadi bukan kebenaran itu yg relatif.

misalnya kita tahu ada matahari bersinar di siang hari, tapi seseorang yg buta sejak lahir akan mengatakan bahwa tidak ada yg disebut matahari. anggapan si buta ini bukanlah disebut kebenaran bahkan kebenaran relatif pun tidak, tapi si buta itu disebut berpandangan salah. tapi matahari bersinar di siang hari adalah kebenaran, walaupun ini sifatnya masih relatif jika dibandingkan dengan 4KM.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 02:59:02 PM
sebaliknya, ternyata dalam samyutta Nikaya, pembahasan mengenai 4KM ini mendapat porsi 4 dari 5 buku SN yg kira2 totalnya hampir 2000 halaman. bahkan sesungguhnya semua ajaran Buddha adalah membahas tentang dukkha dan lenyapnya dukkha ini. bagaimana mungkin anda bisa mengatakan tidak begitu dibahas oleh Buddha?

ilusi itu hanya dalam pandangan anda, jadi bukan kebenaran itu yg relatif.

misalnya kita tahu ada matahari bersinar di siang hari, tapi seseorang yg buta sejak lahir akan mengatakan bahwa tidak ada yg disebut matahari. anggapan si buta ini bukanlah disebut kebenaran bahkan kebenaran relatif pun tidak, tapi si buta itu disebut berpandangan salah. tapi matahari bersinar di siang hari adalah kebenaran, walaupun ini sifatnya masih relatif jika dibandingkan dengan 4KM.

Dalam pandangan manusia di Bumi, Matahari bersinar di siang hari. Dalam pandangan astronot yang melihat Matahari di angkasa luar, Matahari selalu bersinar; tidak peduli di Bumi siang atau malam. ;D
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Indra on 09 May 2011, 03:00:44 PM
Dalam pandangan manusia di Bumi, Matahari bersinar di siang hari. Dalam pandangan astronot yang melihat Matahari di angkasa luar, Matahari selalu bersinar; tidak peduli di Bumi siang atau malam. ;D

nah ini lah yg disebut dengan kebenaran relatif
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 03:00:57 PM
Kebenaran itu selalu objektif dan apa adanya tetapi persepsi yang membuat semua fenomena menjadi subjektif ataupun objektif.

Hampir benar. Tidak hanya persepsi, namun semua bentukan pikiran yang membuat semua hal sulit dilihat secara objektif.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 03:03:47 PM
aku coba jawab ya

Suatu "teori yang bisa diterima" itu sangat subjektif di tiap orang

aku kasih contoh :
bagi si  A.. kebenaran bagi dia adalah klo kmu ga sholat ga puasa.. ga mungkin masuk surga (inilah teori yg dia terima dan dia anggap benar)
bagi si B kebenaran  bagi dia adalah, tampa perlu sholat dan puasa asalkan percaya pada suatu sosok maka akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)
bagi si C, tak perlu percaya pada suatu mahluk, asalkan berbuat baik akan masuk surga (ini teori yg dia anggap benar)

saat si D bertanya pada ke 3 org itu dia menemukan bahwa..kebenaran utk masuk surga sangatlah subjektif, si A laen, si B laen, si C laen..semuanya tergantung individu

itu yg awal dolo

terima kasih atas jawabannya, bro Ronald.

jika itu yang dimaksud dengan kebenaran subjektif, maka saya bisa memahaminya.

tetapi, dalam kasus tersebut kemungkinan bahwa si A, B, C dan D menggunakan alat ukur yang berbeda mengenai "siapa yang akan masuk sorga". Tapi bila masing-masing menjelaskan dengan alat ukur apa ia menentukan seseorang akan masuk sorga dan masuk neraka, maka itu bukan kebenaran subjektif lagi, melainkan kebenaran objektif.

misalnya,

Umat Islam menjadikan alquran sebagai alat ukur kebenaran.

umat kr****n menjadikan injil sebagai alat ukur kebenaran.

dan apa yang dijadikan alat ukur umat Buddha?

tetapi, alQuran saja, atau injil saja tidak bisa dipercaya sebagai alat ukur kebenaran. mengapa? karena tafsirannya yang amat berbeda-beda. sehingga muncullah berbagai macam mazhab atau aliran yang beragam karena perbedaan tafsiran tersebut. oleh karena itu, kemudian harus ada alat ukur untuk menimbang kebenaran suatu tafsiran. alat ukur yang disepakati sangat mungkin berbeda-beda. jika "kebenaran realatif" itu disebut subjektif, karena alat ukur yang dipergunakan berbeda-beda, maka saya bisa menerima adanya kebenaran subjektif tersebut. tapi, dengan menggunakan alat ukur yang sama, tidak ada kebenaran subjektif disitu.

seperti misalnya, bila saya mengatakan "Allah itu esa". hal ini tidak bisa dan tidak boleh dibantah oleh umat Islam. kenapa? karena antara saya dengan umat Islam menggunakan alat ukur yang sama untuk menilai suatu kebenaran, yaitu alQuran. sedangkan di dalam alQuran sudah jelas-jelas dinyatakan "Huwa Allahu ahad" yang artinya "Allah itu esa". Tapi, tentu saja kebenaran hal itu boleh dibantah dan boleh tidak diterima oleh umat Buddha yang tidak menggunakan alquran sebagai alat ukur. oleh karena itu, bila ingin mengukur suatu kebenaran bersama-sama umat buddha, tentu terlebih dahulu kita harus membicarakan "Apa yang hendak dijadikan alat ukur kebenaran nya?" Apakah tipitaka, ataukah realita.

dari sekian alat ukur yang berbeda-beda, ada alat ukur yang lebih universal, yaitu alam semesta. seperti bila saya mengatakan "setiap benda memiliki bentuk". Maka tidak bisa dan tidak boleh seorangpun membantah kebenaran ini, karena alat ukur kebenaran ini bukanlah alquran, bukan injil dan bukan pula Tipitaka, tapi realitas alam semesta. seandainya ada orang yang mengingkari kebenaran pernyataan tersebut, maka sangat mungkin orang itu tidak waras atau terlalu idiot, atau terkena doktrin takhayul.



Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 03:04:44 PM
hmm,,,saya punya pendapat demikian karena saya belum bisa membuktikan bahwa orang buta itu bener2 ada....bisa saja apa yang saya alami sehari2 hanya ciptaan pikiran saya.....seandainya ada orang lain yang bisa membuktikan bahwa memang dirinya ada, orang buta itu ada, matahari itu ada, pembuktian beserta orang yang membuktikan itu hanyalah ciptaan pikiran saya belaka...

pas saya mimpi berbicara dengan teman, saya sendiri tidak bisa menebak isi pikiran teman itu, padahal jelas2 isi pikiran dan dialog teman saya itu cuma bikinan pikiran saya....jadi hal itu saya kembangkan sampai di hidup sehari2.... ;D

yang saya maksud Buddha tidak menjelaskan kapan dukkha muncul, manusia pertama yang mengalami dukkha muncul, atau arahat pertama ada, atau juga keadaan arahat yang parinibbana bagaimana tidak diceritakan....kalau tentang cara2 untuk bahagia dan bebas dari dukkha menurut saya si bagus2 saja.....tapi tentang yang mutlak Buddha tidak pernah cerita...

tapi pak ntar saya baca2 lagi ttg 4 KM...di atas kan pendapat pribadi...hehe..thanks
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 03:11:40 PM
Sebelum membahas sampai kebenaran yang objektif atau subjektif, mari kita batasi pembahasan hanya sampai pada "dasar sebuah teori atau pendapat dapat diterima". Sebuah teori atau pendapat, hanyalah sebuah produk pikiran yang berusaha menjelaskan suatu proses atau fakta. Kemukakanlah teori atau pendapat Anda, dan saya serta teman-teman lainnya akan mengemukakan teori dan pendapat masing-masing. Coba periksa:
  • berapa banyak teori atau pendapat yang sejalan?
  • berapa banyak teori atau pendapat yang tidak sejalan?
  • berapa banyak teori atau pendapat yang sejalan, namun diskusi justru malah ricuh?
  • berapa banyak teori atau pendapat yang tidak sejalan, namun diskusi justru tidak ricuh?

Coba perhatikan bagaimana cara kerja pikiran manusia hingga bisa menghadirkan 4 poin di atas. Pendapat Anda di postingan selanjutnya akan saya hargai!

banyak teori yang sejalan
banyak teori yang tidak sejalan
banyak teori yang sejalan, tapi diskusi malah ricuh  << ini bukan disebabkan oleh subjektifitas, tapi karena kesalah fahaman akibat keterbatasn bahasa.
banyak teori yang tidak sejalan, tapi diskusi tidak ricuh << ini disebabkan oleh sikap toleransi atau sikap saling menghargai perbedaan pendapat, tidak ada kaitannya dengan subjektifitas atau objektifitas.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Indra on 09 May 2011, 03:13:02 PM
hmm,,,saya punya pendapat demikian karena saya belum bisa membuktikan bahwa orang buta itu bener2 ada....bisa saja apa yang saya alami sehari2 hanya ciptaan pikiran saya.....seandainya ada orang lain yang bisa membuktikan bahwa memang dirinya ada, orang buta itu ada, matahari itu ada, pembuktian beserta orang yang membuktikan itu hanyalah ciptaan pikiran saya belaka...

pas saya mimpi berbicara dengan teman, saya sendiri tidak bisa menebak isi pikiran teman itu, padahal jelas2 isi pikiran dan dialog teman saya itu cuma bikinan pikiran saya....jadi hal itu saya kembangkan sampai di hidup sehari2.... ;D

yang saya maksud Buddha tidak menjelaskan kapan dukkha muncul, manusia pertama yang mengalami dukkha muncul, atau arahat pertama ada, atau juga keadaan arahat yang parinibbana bagaimana tidak diceritakan....kalau tentang cara2 untuk bahagia dan bebas dari dukkha menurut saya si bagus2 saja.....tapi tentang yang mutlak Buddha tidak pernah cerita...

tapi pak ntar saya baca2 lagi ttg 4 KM...di atas kan pendapat pribadi...hehe..thanks

ketika sesuatu realitas terbentuk di depan kita, misalnya muncul seorang buta di hadapan kita, maka kita dapat mengatakan bahwa "orang buta teryata sungguh2 ada" dan tidak ada seorangpun yg dapat membantah pernyataan itu, karena hal itu adalah benar, pembuktian apa lagi yg anda butuhkan, jika fakta telah ada di hadapan anda? ingat ini adalah contoh kasus sederhana dari kebenaran, tidak perlu menggunakan filsafat yg rumit.

secara kebenaran konvensional bahwa Mahadeva ada, itu adalah fakta benar, kecuali anda adalah klonengan yg saya yakin bukan. dan kebenaran ini cukup objektif walaupun belum dapat dikatakan mutlak.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 03:21:12 PM
ketika sesuatu realitas terbentuk di depan kita, misalnya muncul seorang buta di hadapan kita, maka kita dapat mengatakan bahwa "orang buta teryata sungguh2 ada" dan tidak ada seorangpun yg dapat membantah pernyataan itu, karena hal itu adalah benar, pembuktian apa lagi yg anda butuhkan, jika fakta telah ada di hadapan anda? ingat ini adalah contoh kasus sederhana dari kebenaran, tidak perlu menggunakan filsafat yg rumit.

secara kebenaran konvensional bahwa Mahadeva ada, itu adalah fakta benar, kecuali anda adalah klonengan yg saya yakin bukan. dan kebenaran ini cukup objektif walaupun belum dapat dikatakan mutlak.

semua orang setuju kalau orang buta itu ada juga ciptaan pikiran saya....saya juga belum bisa masuk ke pikiran orang yang setuju itu dan melihat dengan mata dan dilandasi kesadaran orang itu...(seandainya bisa pun, diri saya yang sebelumnya pun belum bisa dibuktikan ada bersamaan dengan orang itu)....hehe...

tapi saya mikir2 sendiri, lama2 gila juga kalau ide saya ini saya teruskan terus.....saya cek di wiki, solipsisme syndrome susah diobati dan banyak diderita astronot....(tapi belum dimasukan gangguan jiwa dalam DSM-IV kayaknya)

jadi ga seru kalau tau semuanya hanya ciptaan pikiran sendiri...(ketidak seruan itu pun ciptaan pikiran saya sendiri)

tapi Buddhisme itu seru kok....
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 03:22:58 PM
banyak teori yang sejalan
banyak teori yang tidak sejalan
banyak teori yang sejalan, tapi diskusi malah ricuh  << ini bukan disebabkan oleh subjektifitas, tapi karena kesalah fahaman akibat keterbatasn bahasa.
banyak teori yang tidak sejalan, tapi diskusi tidak ricuh << ini disebabkan oleh sikap toleransi atau sikap saling menghargai perbedaan pendapat, tidak ada kaitannya dengan subjektifitas atau objektifitas.

Saya memang tidak membahas subjektifitas terhadap objektifitas. Saya hanya mengarahkan Bro ke arah jawaban yang sudah dijawab Bro The Ronald. Intinya, setiap orang merangkai informasi yang berbeda; sehingga melahirkan pendapat yang berbeda. Pendapat yang berbeda menunjukkan bahwa sebuah teori itu sangat subjektif.

Saya membahas topik tentang "teori", bukan membahas topik tentang "kebenaran".
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Indra on 09 May 2011, 03:23:06 PM
semua orang setuju kalau orang buta itu ada juga ciptaan pikiran saya....saya juga belum bisa masuk ke pikiran orang yang setuju itu dan melihat dengan mata dan dilandasi kesadaran orang itu...(seandainya bisa pun, diri saya yang sebelumnya pun belum bisa dibuktikan ada bersamaan dengan orang itu)....hehe...

tapi saya mikir2 sendiri, lama2 gila juga kalau ide saya ini saya teruskan terus.....saya cek di wiki, solipsisme syndrome susah diobati dan banyak diderita astronot....(tapi belum dimasukan gangguan jiwa dalam DSM-IV kayaknya)

jadi ga seru kalau tau semuanya hanya ciptaan pikiran sendiri...(ketidak seruan itu pun ciptaan pikiran saya sendiri)

tapi Buddhisme itu seru kok....

jika seorang buta muncul di hadapan anda dan anda bilang bahwa si buta itu adalah ciptaan anda, tentu saja anda akan di anggap sakit
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Mahadeva on 09 May 2011, 03:28:17 PM
jika seorang buta muncul di hadapan anda dan anda bilang bahwa si buta itu adalah ciptaan anda, tentu saja anda akan di anggap sakit

haha....(termasuk yang menganggap saya sakit juga ciptaan pikiran saya)

Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Indra on 09 May 2011, 03:31:41 PM
haha....(termasuk yang menganggap saya sakit juga ciptaan pikiran saya)



kalau sudah ke tahap ini, sptnya sudah harus ke dokter
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: djoe on 09 May 2011, 03:36:03 PM
menurut saya iya....

Kalau begitu ada yang dilahirkan tetapi  tidak mengalami tua, sakit dan kematian dong?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 03:40:56 PM
Saya memang tidak membahas subjektifitas terhadap objektifitas. Saya hanya mengarahkan Bro ke arah jawaban yang sudah dijawab Bro The Ronald. Intinya, setiap orang merangkai informasi yang berbeda; sehingga melahirkan pendapat yang berbeda. Pendapat yang berbeda menunjukkan bahwa sebuah teori itu sangat subjektif.

Saya membahas topik tentang "teori", bukan membahas topik tentang "kebenaran".

iya. saya ngerti bro ... anda sedang membahas teori. dan saya sedikit membahas tentang "teori yang benar".  saya percaya, anda punya pemahaman yang bijak tentang segala sesuatunya. saya sekedar khawatir dengan pandangan umat yang seringkali berlebih-lebihan tentang relatifitas. sebagaimana Anda melihat contohnya secara langsung pada Bro Mahadeva. cara pandang seperti bro Mahadeva itulah yang saya sebut "Tafsiran yang keliru dan berlebihan tentang kebenaran relatif".
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: djoe on 09 May 2011, 03:48:35 PM
iya. saya ngerti bro ... anda sedang membahas teori. dan saya sedikit membahas tentang "teori yang benar".  saya percaya, anda punya pemahaman yang bijak tentang segala sesuatunya. saya sekedar khawatir dengan pandangan umat yang seringkali berlebih-lebihan tentang relatifitas. sebagaimana Anda melihat contohnya secara langsung pada Bro Mahadeva. cara pandang seperti bro Mahadeva itulah yang saya sebut "Tafsiran yang keliru dan berlebihan tentang kebenaran relatif".

Benar Bro upasaka membahas tentang teori bukan kebenaran sejati.
Mahadeva menyamakan semuanya
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 03:48:40 PM
iya. saya ngerti bro ... anda sedang membahas teori. dan saya sedikit membahas tentang "teori yang benar".  saya percaya, anda punya pemahaman yang bijak tentang segala sesuatunya. saya sekedar khawatir dengan pandangan umat yang seringkali berlebih-lebihan tentang relatifitas. sebagaimana Anda melihat contohnya secara langsung pada Bro Mahadeva. cara pandang seperti bro Mahadeva itulah yang saya sebut "Tafsiran yang keliru dan berlebihan tentang kebenaran relatif".

;D Mengenai "teori yang benar", sebenarnya ini sangat menarik. Karena saya sangat yakin setiap hari kita selalu membuat teori yang salah. Ada komentar mengapa hal ini bisa terjadi?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 03:52:59 PM
;D Mengenai "teori yang benar", sebenarnya ini sangat menarik. Karena saya sangat yakin setiap hari kita selalu membuat teori yang salah. Ada komentar mengapa hal ini bisa terjadi?

teori yang salah muncul karena cara berpikir yang salah.

cara berpikir yang salah karena kecenderungan mental yang salah.

kecenderungan mental yang salah karena nafsu keinginan

nafsu keinginan karena kemelekatan

dan kemelekatan timbul karena kebodohan batin

jadi, kebodohan batin itulah yang menjadi sebab munculnya teori yang salah

Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 09 May 2011, 03:53:39 PM

dan apa yang dijadikan alat ukur umat Buddha?

 oleh karena itu, bila ingin mengukur suatu kebenaran bersama-sama umat buddha, tentu terlebih dahulu kita harus membicarakan "Apa yang hendak dijadikan alat ukur kebenaran nya?" Apakah tipitaka, ataukah realita.


klo aku pribadi make ke 2-2nya tipitaka dan realita, so far ok -ok aja
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: djoe on 09 May 2011, 03:57:52 PM
terima kasih atas jawabannya, bro Ronald.

jika itu yang dimaksud dengan kebenaran subjektif, maka saya bisa memahaminya.

tetapi, dalam kasus tersebut kemungkinan bahwa si A, B, C dan D menggunakan alat ukur yang berbeda mengenai "siapa yang akan masuk sorga". Tapi bila masing-masing menjelaskan dengan alat ukur apa ia menentukan seseorang akan masuk sorga dan masuk neraka, maka itu bukan kebenaran subjektif lagi, melainkan kebenaran objektif.

misalnya,

Umat Islam menjadikan alquran sebagai alat ukur kebenaran.

umat kr****n menjadikan injil sebagai alat ukur kebenaran.

dan apa yang dijadikan alat ukur umat Buddha?

tetapi, alQuran saja, atau injil saja tidak bisa dipercaya sebagai alat ukur kebenaran. mengapa? karena tafsirannya yang amat berbeda-beda. sehingga muncullah berbagai macam mazhab atau aliran yang beragam karena perbedaan tafsiran tersebut. oleh karena itu, kemudian harus ada alat ukur untuk menimbang kebenaran suatu tafsiran. alat ukur yang disepakati sangat mungkin berbeda-beda. jika "kebenaran realatif" itu disebut subjektif, karena alat ukur yang dipergunakan berbeda-beda, maka saya bisa menerima adanya kebenaran subjektif tersebut. tapi, dengan menggunakan alat ukur yang sama, tidak ada kebenaran subjektif disitu.

seperti misalnya, bila saya mengatakan "Allah itu esa". hal ini tidak bisa dan tidak boleh dibantah oleh umat Islam. kenapa? karena antara saya dengan umat Islam menggunakan alat ukur yang sama untuk menilai suatu kebenaran, yaitu alQuran. sedangkan di dalam alQuran sudah jelas-jelas dinyatakan "Huwa Allahu ahad" yang artinya "Allah itu esa". Tapi, tentu saja kebenaran hal itu boleh dibantah dan boleh tidak diterima oleh umat Buddha yang tidak menggunakan alquran sebagai alat ukur. oleh karena itu, bila ingin mengukur suatu kebenaran bersama-sama umat buddha, tentu terlebih dahulu kita harus membicarakan "Apa yang hendak dijadikan alat ukur kebenaran nya?" Apakah tipitaka, ataukah realita.

dari sekian alat ukur yang berbeda-beda, ada alat ukur yang lebih universal, yaitu alam semesta. seperti bila saya mengatakan "setiap benda memiliki bentuk". Maka tidak bisa dan tidak boleh seorangpun membantah kebenaran ini, karena alat ukur kebenaran ini bukanlah alquran, bukan injil dan bukan pula Tipitaka, tapi realitas alam semesta. seandainya ada orang yang mengingkari kebenaran pernyataan tersebut, maka sangat mungkin orang itu tidak waras atau terlalu idiot, atau terkena doktrin takhayul.

Masing - masing alat ukurnya harus diuji menggunakan ukuran yang universal dan objectif, seperti alat bbm yang harus di ukur ulang menggunakan satu ukuran.

Tinggal melihat apakah ukuran universal tersebut berlaku multlak atau tidak.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: djoe on 09 May 2011, 03:58:54 PM

dan apa yang dijadikan alat ukur umat Buddha?
 oleh karena itu, bila ingin mengukur suatu kebenaran bersama-sama umat buddha, tentu terlebih dahulu kita harus membicarakan "Apa yang hendak dijadikan alat ukur kebenaran nya?" Apakah tipitaka, ataukah realita.





Setiap orang yang lahir, pasti mengalami tua, sakit dan mati
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 04:08:14 PM
teori yang salah muncul karena cara berpikir yang salah.

cara berpikir yang salah karena kecenderungan mental yang salah.

kecenderungan mental yang salah karena nafsu keinginan

nafsu keinginan karena kemelekatan

dan kemelekatan timbul karena kebodohan batin

jadi, kebodohan batin itulah yang menjadi sebab munculnya teori yang salah

Jadi menurut Anda, ketika sudah tidak memiliki kebodohan batin; maka semua teori yang diutarakan tidak pernah ada yang salah lagi?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 04:14:20 PM
Jadi menurut Anda, ketika sudah tidak memiliki kebodohan batin; maka semua teori yang diutarakan tidak pernah ada yang salah lagi?

betul.

o ya. tapi saya ingat, di dalam sebuah sutta ada diceritakan seorang bikkhu yang telah mencapai kesucian, tapi masih salah dalam memberikan bimbingan kepada seorang umat awam. Ia mengarahkan seorang pemuda pada objek meditasi yang tidak tepat. kemudian sang buddha menunjukan objek meditasi yang lebih tepat untuk sang pemuda.

saya tidak mengetahui, apakah dalam budhisme bikkhu tersebut masih digolongkan "memiliki kebodohan batin" atau tidak. tapi, dalam keyakinan saya pribadi, bila kebodohan batin itu telah lenyap sepenuhnya, maka pemikiran-pemikiran yang salah, atau teori-teori yang salah tidak bisa lagi muncul lagi.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: djoe on 09 May 2011, 04:17:36 PM
klo aku pribadi make ke 2-2nya tipitaka dan realita, so far ok -ok aja

Ketika anda menggunakan tipitaka untuk berbicara kebenaran dengan umat agama lain, bukankah kita sama dengan umat lain, menggunakan kitab? Pasti tidak ada titik temu

Kalau realita pasti berlaku semua orang.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 04:29:38 PM
betul.

o ya. tapi saya ingat, di dalam sebuah sutta ada diceritakan seorang bikkhu yang telah mencapai kesucian, tapi masih salah dalam memberikan bimbingan kepada seorang umat awam. Ia mengarahkan seorang pemuda pada objek meditasi yang tidak tepat. kemudian sang buddha menunjukan objek meditasi yang lebih tepat untuk sang pemuda.

saya tidak mengetahui, apakah dalam budhisme bikkhu tersebut masih digolongkan "memiliki kebodohan batin" atau tidak. tapi, dalam keyakinan saya pribadi, bila kebodohan batin itu telah lenyap sepenuhnya, maka pemikiran-pemikiran yang salah, atau teori-teori yang salah tidak bisa lagi muncul lagi.

Nah, itu dia. Saya juga mau mengungkit kisah ini tadinya... Dalam Buddhisme, seorang Arahanta tentu saja tidak memiliki kebodohan batin. Tapi seorang Arahanta masih bisa melakukan kesalahan: misalnya kesalahan dalam memberikan bimbingan teori ataupun penjelasan. Bahkan saya yakin seorang Arahanta tidak selalu lebih bijaksana daripada motivator-motivator yang sering Anda lihat di televisi itu.

Spoiler: ShowHide
Kebijaksanaan seorang Arahanta hanya dinilai dari ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: djoe on 09 May 2011, 04:34:25 PM
Nah, itu dia. Saya juga mau mengungkit kisah ini tadinya... Dalam Buddhisme, seorang Arahanta tentu saja tidak memiliki kebodohan batin. Tapi seorang Arahanta masih bisa melakukan kesalahan: misalnya kesalahan dalam memberikan bimbingan teori ataupun penjelasan. Bahkan saya yakin seorang Arahanta tidak selalu lebih bijaksana daripada motivator-motivator yang sering Anda lihat di televisi itu.

Kebijaksanaan seorang Arahanta hanya dinilai dari ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.

Apa artinya kebijaksanaan motivator (masih melekat pada dunia dan nafsu indria) kadang bisa lebih atau sama atau kurang  dgn Arahanta (yg tidak melekat ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.)?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 04:41:35 PM
Nah, itu dia. Saya juga mau mengungkit kisah ini tadinya... Dalam Buddhisme, seorang Arahanta tentu saja tidak memiliki kebodohan batin. Tapi seorang Arahanta masih bisa melakukan kesalahan: misalnya kesalahan dalam memberikan bimbingan teori ataupun penjelasan. Bahkan saya yakin seorang Arahanta tidak selalu lebih bijaksana daripada motivator-motivator yang sering Anda lihat di televisi itu.

Spoiler: ShowHide
Kebijaksanaan seorang Arahanta hanya dinilai dari ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.


Kembali ke Alat Ukur nya, Bro.

Kalo kita hendak menjadikan Sutta sebagai alat ukur kebenarannya, maka yang benar adalah "Seorang arahatapun masih bisa salah" Dan JIka benar seorang arahata sudah tidak memiliki kebodohan batin, maka salah bahwa seseorang yang sudah tidak memiliki kebodohan batin sudah tidak memunculkan teori yang salah lagi.

dan bila yang menjadi alat ukurnya adalah keyakinan kita masing-masing, maka yang benar adalah menurut pendapat kita masing-masing.

tetapi, di atas sutta dan diatas keyakinan kita masing-masing, ada kebenaran yang lebih universal, yaitu realitas. masalahnya, saya belumlah sampai pada kedudukan arahata, sehingga tidak dapat memastikan bagaimana sesungguhnya dari kondisi suatu arahata itu.

yang tertinggal sekarang, dari keseluruhan alat ukur adalah kebenaran logika, di mana premis-premisnya merupakan realitas-realitas yang bisa kita lihat secara langsung saat ini di sini, sebelum kita menjadi seorang arahata. artinya, untuk memahami bagaimana kondisi seorang arahata itu bisa dengan cara lain selain dengan langsung menjadi arahata itu sendiri. dengan cara apa? yaitu dengan logika akan hal-hal realistis. sesungguhnya dari logika itulah munculnya keyakinan saya.

tapi, masalahnya lagi. Logika adalah alat ukur kebenaran yang belum kita mufakati. Dengan demikian, pembahasan mengenai bagaimana sesungguhnya kondisi seorang arahata secara logika tidak akan dan tidak perlu saya bahas lebih lanjut. Bila, alat ukurnya belum dimufakati, maka nantinya akan muncul kebenaran-kebenaran yang berkesan "sangat subjektif".
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 04:44:35 PM
Apa artinya kebijaksanaan motivator (masih melekat pada dunia dan nafsu indria) kadang bisa lebih atau sama atau kurang  dgn Arahanta (yg tidak melekat ketidak-melekatannya pada dunia dan nafsu indria.)?

Bukan demikian. Kebijaksanaan seorang Arahanta yakni ketika dia tidak lagi melekat pada hal-hal duniawi seperti nafsu keserakahan, nafsu kebencian. Kebijaksaan seorang motivator yakni ketika dia memahami solusi-solusi cerdas yang diperlukan dalam menghadapi masalah hidup dan karir. Seorang Arahanta mungkin tidak terampil dalam memberikan solusi kepada orang yang ingin sukses dalam karir. Begitupula seorang motivator mungkin tidak terampil dalam memberikan arahan kepada orang yang ingin mencapai Pencerahan.

Setiap orang memiliki areanya tersendiri. Tetapi, lagi-lagi ini menunjukkan adanya perbedaan pendapat di tiap orang.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 04:48:15 PM
Kembali ke Alat Ukur nya, Bro.

Kalo kita hendak menjadikan Sutta sebagai alat ukur kebenarannya, maka yang benar adalah "Seorang arahatapun masih bisa salah" Dan JIka benar seorang arahata sudah tidak memiliki kebodohan batin, maka salah bahwa seseorang yang sudah tidak memiliki kebodohan batin sudah tidak memunculkan teori yang salah lagi.

dan bila yang menjadi alat ukurnya adalah keyakinan kita masing-masing, maka yang benar adalah menurut pendapat kita masing-masing.

tetapi, di atas sutta dan diatas keyakinan kita masing-masing, ada kebenaran yang lebih universal, yaitu realitas. masalahnya, saya belumlah sampai pada kedudukan arahata, sehingga tidak dapat memastikan bagaimana sesungguhnya dari kondisi suatu arahata itu.

yang tertinggal sekarang, dari keseluruhan alat ukur adalah kebenaran logika, di mana premis-premisnya merupakan realitas-realitas yang bisa kita lihat secara langsung saat ini di sini, sebelum kita menjadi seorang arahata. artinya, untuk memahami bagaimana kondisi seorang arahata itu bisa dengan cara lain selain dengan langsung menjadi arahata itu sendiri. dengan cara apa? yaitu dengan logika akan hal-hal realistis. sesungguhnya dari logika itulah munculnya keyakinan saya.

tapi, masalahnya lagi. Logika adalah alat ukur kebenaran yang belum kita mufakati. Dengan demikian, pembahasan mengenai bagaimana sesungguhnya kondisi seorang arahata secara logika tidak akan dan tidak perlu saya bahas lebih lanjut. Bila, alat ukurnya belum dimufakati, maka nantinya akan muncul kebenaran-kebenaran yang berkesan "sangat subjektif".

Saya hanya akan menjawab soal "logika" di atas. Karena saya sudah menjawab separuh di postingan sebelumnya... Menjadikan ilmu terapan logika sebagai satuan penguji kebenaran teori tidak selalu tepat. Karena logika sendiri merupakan ilmu terapan antar premis yang meletakkan premis-premisnya ke dalam substansi lingual. Jika kebenaran yang diuji adalah hal yang di luar substansi lingual, maka hasil penerapan ilmu logika tidak bisa disahkan.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 04:57:29 PM
Saya hanya akan menjawab soal "logika" di atas. Karena saya sudah menjawab separuh di postingan sebelumnya... Menjadikan ilmu terapan logika sebagai satuan penguji kebenaran teori tidak selalu tepat. Karena logika sendiri merupakan ilmu terapan antar premis yang meletakkan premis-premisnya ke dalam substansi lingual. Jika kebenaran yang diuji adalah hal yang di luar substansi lingual, maka hasil penerapan ilmu logika tidak bisa disahkan.

benar bro.

benar bahwa "Menjadikan ilmu terapan logika sebagai satuan penguji kebenaran teori tidak selalu tepat". tapi persoalan-persoalan logika selalu tepat diukur dengan ilmu terapan logika.

di dunia ini, banyak sekali persoalan yang harus diatasi dengan berbagai disiplin ilmu. jika kita tidak dapat menyelesaikannya secara bersamaan, maka kita harus menyelesaikannya satu persatu.

kebenaran sejati tentang bagaimana sesungguhnya dari suatu kondisi arahat, sudah tentu tidak akan dapat diketahui secara pasti kecuali oleh orang yang mencapai kearahatan itu sendiri. tetapi, kebenaran logika dapat diketahui secara pasti oleh orang yang menggunakan logika. selama logika hanya digunakan untuk menguji kebenaran logic, dan bukan untuk menguji kebenaran sejati, maka ilmu terapan logika selalu tepat untuk digunakan sebagai alat uji kebenaran pernyataan-pernyataan logic.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 05:02:07 PM
benar bro.

benar bahwa "Menjadikan ilmu terapan logika sebagai satuan penguji kebenaran teori tidak selalu tepat". tapi persoalan-persoalan logika selalu tepat diukur dengan ilmu terapan logika.

di dunia ini, banyak sekali persoalan yang harus diatasi dengan berbagai disiplin ilmu. jika kita tidak dapat menyelesaikannya secara bersamaan, maka kita harus menyelesaikannya satu persatu.

kebenaran sejati tentang bagaimana sesungguhnya dari suatu kondisi arahat, sudah tentu tidak akan dapat diketahui secara pasti kecuali oleh orang yang mencapai kearahatan itu sendiri. tetapi, kebenaran logika dapat diketahui secara pasti oleh orang yang menggunakan logika. selama logika hanya digunakan untuk menguji kebenaran logic, dan bukan untuk menguji kebenaran sejati, maka ilmu terapan logika selalu tepat untuk digunakan sebagai alat uji kebenaran pernyataan-pernyataan logic.

Secara praktis, seharusnya ilmu logika memang bisa menjadi satuan yang akurat untuk hal-hal dalam tataran lingual. Namun pada praktiknya, ilmu logika hanyalah sebuah alat (metode); sedangkan yang melakukan pengukuran atau pengujian adalah orang. Setiap orang bisa memiliki premisnya masing-masing. Kalau sudah terjadi begini, ini namanya "cape deh". ;D
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 05:21:28 PM
Secara praktis, seharusnya ilmu logika memang bisa menjadi satuan yang akurat untuk hal-hal dalam tataran lingual. Namun pada praktiknya, ilmu logika hanyalah sebuah alat (metode); sedangkan yang melakukan pengukuran atau pengujian adalah orang. Setiap orang bisa memiliki premisnya masing-masing. Kalau sudah terjadi begini, ini namanya "cape deh". ;D

logika adalah alat pengukur kebenaran logic seperti halnya meteran yang digunakan untuk mengukur panjang. sebagaimana satuan menter, logika juga bertaraf internasional tetapi tidak terdaftar di dalam satuan ukur baku SI.

Masalahnya, pada saat ini, Logika masih merupakan "peralatan yang mahal dan langka". oleh karena itu, masih terlalu sulit menggunakan logika sebagai alat ukur. Jadi, bukan karena orang memiliki premi yang berbeda-beda yang menyebabkan "cape deh", tapi karena langka nya ilmu ini di dunia saat ini, utamanya di Indonesia.

banyak orang yang mengaku memiliki alat ukur logika, tetapi kebanyak palsu. Ini menjadi tambahan masalah. sudah langka, sekalinya ditemukan, palsu lagi. maka selanjutnya, yang saya tawarkan adalah "alat ukur logika" yang saya miliki dan yang saya klaim asli. Silahkan anda mencoba!

tetapi, saya akui bahwa menggunakan alat ukur logika untuk menguraikan kebenaran-kebenaran logic, kendatipun merupakan alat ukur logika yang asli, itu akan membawa orang pada praktik berpikir yang melelahkan. Logika akan mengajak seseorang untuk berpikir sangat detail, seperti detailnya kita mengamati segala sesuatu di dalam vippassana. oleh karena itu, alat ukur logika ini mustahil dapat digunakan oleh orang yang berkemampun mental rendah, melainkan mensyarakat sesorang yang memiliki kemampuan mental yang cukup tinggi, setidaknya memiliki ketenangan, kejernihan pikiran, kejujuran, serta kemampuan mengingat keterkaitan satu hal dengan hal lainnya.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 05:29:18 PM
logika adalah alat pengukur kebenaran logic seperti halnya meteran yang digunakan untuk mengukur panjang. sebagaimana satuan menter, logika juga bertaraf internasional tetapi tidak terdaftar di dalam satuan ukur baku SI.

Masalahnya, pada saat ini, Logika masih merupakan "peralatan yang mahal dan langka". oleh karena itu, masih terlalu sulit menggunakan logika sebagai alat ukur. Jadi, bukan karena orang memiliki premi yang berbeda-beda yang menyebabkan "cape deh", tapi karena langka nya ilmu ini di dunia saat ini, utamanya di Indonesia.

banyak orang yang mengaku memiliki alat ukur logika, tetapi kebanyak palsu. Ini menjadi tambahan masalah. sudah langka, sekalinya ditemukan, palsu lagi. maka selanjutnya, yang saya tawarkan adalah "alat ukur logika" yang saya miliki dan yang saya klaim asli. Silahkan anda mencoba!

tetapi, saya akui bahwa menggunakan alat ukur logika untuk menguraikan kebenaran-kebenaran logic, kendatipun merupakan alat ukur logika yang asli, itu akan membawa orang pada praktik berpikir yang melelahkan. Logika akan mengajak seseorang untuk berpikir sangat detail, seperti detailnya kita mengamati segala sesuatu di dalam vippassana. oleh karena itu, alat ukur logika ini mustahil dapat digunakan oleh orang yang berkemampun mental rendah, melainkan mensyarakat sesorang yang memiliki kemampuan mental yang cukup tinggi, setidaknya memiliki ketenangan, kejernihan pikiran, kejujuran, serta kemampuan mengingat keterkaitan satu hal dengan hal lainnya.

Logika adalah ilmu (metode). Ada yang ahli menggunakannya, ada yang tidak. Tingkat keahlian tiap orang dalam menggunakan ilmu logika pun berbeda-beda. Karenanya, kesimpulan logika yang didapat tiap orang juga bisa berbeda. Contohnya: Jika Anda menganggap diri Anda paling ahli menggunakan ilmu logika di dunia ini, wajar kalau ngotot pendapat Anda adalah yang benar. Begitu loh, Bro.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 09 May 2011, 05:37:52 PM
Logika adalah ilmu (metode). Ada yang ahli menggunakannya, ada yang tidak. Tingkat keahlian tiap orang dalam menggunakan ilmu logika pun berbeda-beda. Karenanya, kesimpulan logika yang didapat tiap orang juga bisa berbeda. Contohnya: Jika Anda menganggap diri Anda paling ahli menggunakan ilmu logika di dunia ini, wajar kalau ngotot pendapat Anda adalah yang benar. Begitu loh, Bro.

benar bro. benar bahwa jika saya menganggap diri saya paling ahli dalam ilmu logika di dunia, wajar kalo saya menganggap pendapat saya adalah yang benar.

tetapi, bila saya hendak berbicara dengan anda, maka dasar ilmunya bukanlah "anggapan saya". tapi kembali kepada pertanyaan "apa tolak ukur" yang hendak kita gunakan ?

karena "anggapan saya" tidak atau belum dimufakati sebagai "tolak ukur" dari kebenaran yang kita diskusikan, maka hendaknya kita sama-sama abaikan saja apa yang menjadi anggapan saya. dalam arti kendatipun saya menganggap pendapat saya benar, tapi saya tidak berpikir "anda harus menganggap benar terhadap anggapan saya". karena saya tau, tolak ukur kebenarannya bukanlah "anggapan saya".
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 09 May 2011, 05:46:12 PM
benar bro. benar bahwa jika saya menganggap diri saya paling ahli dalam ilmu logika di dunia, wajar kalo saya menganggap pendapat saya adalah yang benar.

tetapi, bila saya hendak berbicara dengan anda, maka dasar ilmunya bukanlah "anggapan saya". tapi kembali kepada pertanyaan "apa tolak ukur" yang hendak kita gunakan ?

karena "anggapan saya" tidak atau belum dimufakati sebagai "tolak ukur" dari kebenaran yang kita diskusikan, maka hendaknya kita sama-sama abaikan saja apa yang menjadi anggapan saya. dalam arti kendatipun saya menganggap pendapat saya benar, tapi saya tidak berpikir "anda harus menganggap benar terhadap anggapan saya". karena saya tau, tolak ukur kebenarannya bukanlah "anggapan saya".

Yup, benar begitu.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 09 May 2011, 06:08:59 PM
[at] satria
Hal-hal apa sajakah yang bisa diukur dengan logika?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 09 May 2011, 06:59:35 PM
logika adalah alat pengukur kebenaran logic seperti halnya meteran yang digunakan untuk mengukur panjang. sebagaimana satuan menter, logika juga bertaraf internasional tetapi tidak terdaftar di dalam satuan ukur baku SI.

Masalahnya, pada saat ini, Logika masih merupakan "peralatan yang mahal dan langka". oleh karena itu, masih terlalu sulit menggunakan logika sebagai alat ukur. Jadi, bukan karena orang memiliki premi yang berbeda-beda yang menyebabkan "cape deh", tapi karena langka nya ilmu ini di dunia saat ini, utamanya di Indonesia.

banyak orang yang mengaku memiliki alat ukur logika, tetapi kebanyak palsu. Ini menjadi tambahan masalah. sudah langka, sekalinya ditemukan, palsu lagi. maka selanjutnya, yang saya tawarkan adalah "alat ukur logika" yang saya miliki dan yang saya klaim asli. Silahkan anda mencoba!

tetapi, saya akui bahwa menggunakan alat ukur logika untuk menguraikan kebenaran-kebenaran logic, kendatipun merupakan alat ukur logika yang asli, itu akan membawa orang pada praktik berpikir yang melelahkan. Logika akan mengajak seseorang untuk berpikir sangat detail, seperti detailnya kita mengamati segala sesuatu di dalam vippassana. oleh karena itu, alat ukur logika ini mustahil dapat digunakan oleh orang yang berkemampun mental rendah, melainkan mensyarakat sesorang yang memiliki kemampuan mental yang cukup tinggi, setidaknya memiliki ketenangan, kejernihan pikiran, kejujuran, serta kemampuan mengingat keterkaitan satu hal dengan hal lainnya.

IMO logika bukan lah sebagai alat ukur, tapi cara untuk membantu mencari jawaban yang bagi individual (pikiran kita) dapat di terima, dan logika tidak dapat dikatakan benar, jika logika dapat di gunakan sebagai patokan kebenaran, seorang yang berkemampuan bermental rendah pun dapat menggunakan.
dan logika bukan hanya untuk orang yang memiliki kemampuan dan mental yang cukup tinggi, karena setiap orang mempunyai cara berpikir dengan logika.

jika memang logika dapat di gunakan sebagai alat ukur tolong jawab pertanyaan ini:

sehabis makan nasi pasti kenyang  , menurut anda apakah penyataan ini benar?  _/\_
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: adi lim on 10 May 2011, 06:18:06 AM
kalau sudah ke tahap ini, sptnya sudah harus ke dokter

harus lebih jelas ke dokter mana ?  :))
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 10:35:23 AM
IMO logika bukan lah sebagai alat ukur, tapi cara untuk membantu mencari jawaban yang bagi individual (pikiran kita) dapat di terima, dan logika tidak dapat dikatakan benar, jika logika dapat di gunakan sebagai patokan kebenaran, seorang yang berkemampuan bermental rendah pun dapat menggunakan.
dan logika bukan hanya untuk orang yang memiliki kemampuan dan mental yang cukup tinggi, karena setiap orang mempunyai cara berpikir dengan logika.

jika memang logika dapat di gunakan sebagai alat ukur tolong jawab pertanyaan ini:

sehabis makan nasi pasti kenyang  , menurut anda apakah penyataan ini benar?  _/\_

menurut Logika, pernyataan tersebut tidak bernilai benar maupun salah. karena untuk bisa memiliki nilai benar atau salah, sebuah pernyataan harus memiliki argumentasi. tanpa argumentasi, outputny = "tidak bernilai apapun".

jadi, jika dikatakan "sehabis makan nasi pasti kenyang". lha, argumentasinya apa?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 11:04:47 AM
[at] satria
Hal-hal apa sajakah yang bisa diukur dengan logika?

semua pernyataan filsafat bisa diukur dengan Logika.

adapun pernyataan filsafat itu adalah pernyataan-pernyataan yang argumentatif, yang dibedakan dari pernyataan-pernyataan ilmiah.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 10 May 2011, 01:34:49 PM
menurut Logika, pernyataan tersebut tidak bernilai benar maupun salah. karena untuk bisa memiliki nilai benar atau salah, sebuah pernyataan harus memiliki argumentasi. tanpa argumentasi, outputny = "tidak bernilai apapun".

jadi, jika dikatakan "sehabis makan nasi pasti kenyang". lha, argumentasinya apa?
jika anda berpikir dengan logika pasti anda sudah dapat menjawab pertanyaan saya di atas tanpa mengeluarkan pernyataan atau statment karena logika adalah cara menjawab
bisa anda contohkan pertanyaan bagaimana yang memiliki argumentasi
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 10 May 2011, 01:37:42 PM
menurut Logika, pernyataan tersebut tidak bernilai benar maupun salah. karena untuk bisa memiliki nilai benar atau salah, sebuah pernyataan harus memiliki argumentasi. tanpa argumentasi, outputny = "tidak bernilai apapun".

jadi, jika dikatakan "sehabis makan nasi pasti kenyang". lha, argumentasinya apa?

gak juga a..tergantung nasinya berapa banyak..klo sebutir... dimakan sama manusia yah gak kenyang.... , klo ama seekor semut mungkin kenyang kale...
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 02:32:13 PM
gak juga a..tergantung nasinya berapa banyak..klo sebutir... dimakan sama manusia yah gak kenyang.... , klo ama seekor semut mungkin kenyang kale...

maka dari itu, tergantung dari argumentasinya. nasinya sebutir, atau seekor semut yang memakannya, itu adalah argumentasi. setelah itu, barulah nilai
"benar" atau "salah" akan muncul.

tapi sebaiknya, kita tidak melanjutkan pembicaraan mengenai logika ini. lebih baik, kita diskusikan persoalan lain "yang lebih sederhana" dan lebih cocok untuk konsumsi publik.

membicarakan logika, malah akan memusingkan umat awam. dan membicarakan hal-hal yang sangat sulit difahami orang lain, itu termasuk sesuatu yang menyakiti perasaan orang lain. dan karena saya tidak berharap akan menyakiti perasaan orang lain, semoga anda semua berkenan untuk menghentikan pembahasan mengenai logika ini atau menurunkan level materi pembahasannya agar tidak membahas hal-hal yang terlalu rumit untuk umum.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 02:34:31 PM
jika anda berpikir dengan logika pasti anda sudah dapat menjawab pertanyaan saya di atas tanpa mengeluarkan pernyataan atau statment karena logika adalah cara menjawab
bisa anda contohkan pertanyaan bagaimana yang memiliki argumentasi

ya terserah kepada anda saja. saya tidak akan berkomentar lebih banyak. sepertinya, belum waktunya saya membahas lebih jauh tentang logika. sebagaimana yang dinasihatkan oleh sang Buddha, dalam menyampaikan sesuatu harus berpegang kepada 5 prinsip. diantaranya, "harus benar, menyenangkan, masuk akal dan bertahap."

mari kita bicarakan hal-hal secara lebih bertahap lagi!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 10 May 2011, 02:51:01 PM
benar bro. benar bahwa jika saya menganggap diri saya paling ahli dalam ilmu logika di dunia, wajar kalo saya menganggap pendapat saya adalah yang benar.

tetapi, bila saya hendak berbicara dengan anda, maka dasar ilmunya bukanlah "anggapan saya". tapi kembali kepada pertanyaan "apa tolak ukur" yang hendak kita gunakan ?

karena "anggapan saya" tidak atau belum dimufakati sebagai "tolak ukur" dari kebenaran yang kita diskusikan, maka hendaknya kita sama-sama abaikan saja apa yang menjadi anggapan saya. dalam arti kendatipun saya menganggap pendapat saya benar, tapi saya tidak berpikir "anda harus menganggap benar terhadap anggapan saya". karena saya tau, tolak ukur kebenarannya bukanlah "anggapan saya".

dari postingan anda di atas , bukankah anda yang mengangkat pembahasan mengenail logika? dan anda adalah orang yang ahli dalam logika oleh sebab itu saya bertanya
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 03:24:50 PM
dari postingan anda di atas , bukankah anda yang mengangkat pembahasan mengenail logika? dan anda adalah orang yang ahli dalam logika oleh sebab itu saya bertanya

YA. saya yang memulai pembicaraan tentang Logika. Mulanya saya berdiskusi dengan sdr. Upasaka. Tapi sekarang saya berdiskusi dengan Anda. Anda dengan sdr. Upasaka itu tidak sama dalam cara dan taraf berpikirnya. kita semua memiliki taraf berpikir yang berbeda-beda. saya sudah cukup mengenal karakteristik dan cara berpikir sdr. Upasaka. Jadi, setidaknya saya bisa lebih mengetahui materi pembahasan mana yang bisa saya angkat untuk didiskusikan dengan sdr. Upasaka. sedangkan untuk Anda, saya belum begitu mengenal karakteristik dan cara berpikir anda, oleh karenanya saya harus mundur selangkah untuk memahami terlebih dahulu, materi pembahasan seperti apa yang cocok untuk saya diskusikan dengan anda.

demikianlah!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 10 May 2011, 03:46:06 PM
YA. saya yang memulai pembicaraan tentang Logika. Mulanya saya berdiskusi dengan sdr. Upasaka. Tapi sekarang saya berdiskusi dengan Anda. Anda dengan sdr. Upasaka itu tidak sama dalam cara dan taraf berpikirnya. kita semua memiliki taraf berpikir yang berbeda-beda. saya sudah cukup mengenal karakteristik dan cara berpikir sdr. Upasaka. Jadi, setidaknya saya bisa lebih mengetahui materi pembahasan mana yang bisa saya angkat untuk didiskusikan dengan sdr. Upasaka. sedangkan untuk Anda, saya belum begitu mengenal karakteristik dan cara berpikir anda, oleh karenanya saya harus mundur selangkah untuk memahami terlebih dahulu, materi pembahasan seperti apa yang cocok untuk saya diskusikan dengan anda.

demikianlah!
Sebagusnya dilanjutkan saja. Apakah kebenaran objektif dengan logika hanya bisa dipahami bro upasaka? Saya tertarik sekali ingin belajar.

Bagaimanakah barometer logika mengukur kebenaran tentang perkataan sang buddha bahwa jasmani dan batin bukan diri?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 04:02:03 PM
Sebagusnya dilanjutkan saja. Apakah kebenaran objektif dengan logika hanya bisa dipahami bro upasaka? Saya tertarik sekali ingin belajar.

Bagaimanakah barometer logika mengukur kebenaran tentang perkataan sang buddha bahwa jasmani dan batin bukan diri?

jika anda berniat baik, maka saya akan mencoba menjelaskannya secara bertahap.

pertama-tama, dalam Logika itu dikenal dengan 4 Bentuk keterangan mengurai.

Rumus Umum :

A. Setiap A adalah B
E. Setiap A bukan B
I. Sebagian A adalah B
O. Sebagian A adalah B

Bentuk A , Contoh : Setiap makhluk adalah calon Buddha
Bentuk E, Contoh : Setiap manusia tidak menginginkan kerugian bagi dirinya sendiri.
Bentuk I, contoh  : Sebagian manusia telah menjadi arahata
Bentuk O, contoh : Sebagian manusia tidak berdiskusi dengan cara beradab

Jika ingin belajar, maka kita harus mencamkan satu persatu dari bentuk-bentuk keterangan mengurai tersebut. Ini adalah awal dari memahami segala sesuatunya di dalam Logika.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 04:08:06 PM
Sebagusnya dilanjutkan saja. Apakah kebenaran objektif dengan logika hanya bisa dipahami bro upasaka? Saya tertarik sekali ingin belajar.

Bagaimanakah barometer logika mengukur kebenaran tentang perkataan sang buddha bahwa jasmani dan batin bukan diri?

Adapun tentang mengukur kebenaran perkataan sang Buddha, maka silahkan dipilah-pilah dulu, setiap perkaaan sang Buddha itu masing-masing masuk ke dalam kategori mana saja.

untuk berlatih, silahkan pilah-pilah sabda sang Buddha berikut ke dalam bentuk-bentuk keterangan mengurai :

Quote
Kepada para bhikkhu tersebut, Sang Buddha menjawab, "Para bhikkhu, seorang brahmana sejati tidak akan memukul brahmana sejati lainnya; hanya orang biasa maupun brahmana biasa yang akan memukul seorang arahat dengan kemarahan dan itikad jahat. Itikad jahat ini akan dilenyapkan oleh seseorang yang telah mencapai tingkat kesucian anagami".
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 10 May 2011, 04:43:09 PM

Bagaimanakah barometer logika mengukur kebenaran tentang perkataan sang buddha bahwa jasmani dan batin bukan diri?
Saya ingin bro satria membantu menguraikan ini dengan logika yang bro sebut.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 04:46:02 PM
Ilmu Logika memang sangat membosankan, lebih membosankan dari belajar matematika dan meditasi. Inilah yang menjadi sebab, jarang orang mempelajarinya. Tentu saja, tidak semua orang seperti itu. seperti halnya, sebagian orang juga tekun dan tertarik dengan matematika dan meditasi.

Bagi sebagian orang, meditasi itu hanyalah membuang-buang waktu, menarik nafas begini, menarik nafas begitu, serta mengamati hal-hal detail secara bertele-tele. Berbeda lagi menurut sebagian orang, meditasi adalah berisi hal-hal menakjubkan, yang di dalamnya selalu terdapat alam misterius penuh keajaiban.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 04:52:52 PM
Sebagusnya dilanjutkan saja. Apakah kebenaran objektif dengan logika hanya bisa dipahami bro upasaka? Saya tertarik sekali ingin belajar.

Bagaimanakah barometer logika mengukur kebenaran tentang perkataan sang buddha bahwa jasmani dan batin bukan diri?

dalam perkataan "Jasmani dan batin bukan diri" sebenarnya terdapat dua pernyataan.

Pertama : Jasmani adalah bukan diri.
Kedua : Batin adalah bukan diri.

Aturan pertama di dalam Logika, untuk bisa memahami segala sesuatu itu adalah melalui pengertian dari  masing-masing term.

di dalam kalimat yang pertama itu terdapat dua term, yaitu "Jasmani" dan "diri"

untuk menguji kebenaran kalimat pertama itu, penyelidikan yang pertama-tama harus dilakukan adalah menanyakan "apa itu jasmani" dan "apa itu diri", kecuali bila kita sudah memahami betul, apa itu jasmani dan apa itu diri, maka tidak perlu lagi mempertanyakannya.

Beginilah seharusnya kita berpikir "sang Buddha telah menyatakan bahwa Jasmani bukanlah diri, tetapi apakah sang Buddha telah mendefinisikan apa itu diri?"

setelah pengertian dari kedua terma tersebut , barulah kemudian kepada penyelidikan argumentasi.

Inilah pola berpikir logika.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 10 May 2011, 05:04:42 PM
dalam perkataan "Jasmani dan batin bukan diri" sebenarnya terdapat dua pernyataan.

Aturan pertama di dalam Logika, untuk bisa memahami segala sesuatu itu adalah melalui pengertian dari  masing-masing term.

di dalam kalimat yang pertama itu terdapat dua term, yaitu "Jasmani" dan "diri"
Dalam tahap ini, persepsi tiap orang sudah berbeda.

Quote
untuk menguji kebenaran kalimat pertama itu, penyelidikan yang pertama-tama harus dilakukan adalah menanyakan "apa itu jasmani" dan "apa itu diri", kecuali bila kita sudah memahami betul, apa itu jasmani dan apa itu diri, maka tidak perlu lagi mempertanyakannya.
Dengan siapa kita pertanyakan? Mencari informasi sendiri atau bagaimana?

Quote
Beginilah seharusnya kita berpikir "sang Buddha telah menyatakan bahwa Jasmani bukanlah diri, tetapi apakah sang Buddha telah mendefinisikan apa itu diri?"
Sepertinya tidak ada definisi khusus yang diuraikan sang buddha tentang:apa itu diri..

Quote
setelah pengertian dari kedua terma tersebut , barulah kemudian kepada penyelidikan argumentasi.

Inilah pola berpikir logika.
Jadi bagaimana langkah selanjutnya?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 05:22:19 PM
Dalam tahap ini, persepsi tiap orang sudah berbeda.

persepsi orang memang berbeda-beda. tapi kita bisa bermufakat dalam suatu aturan bahasa yang baku. seperti halnya dalam disiplin ilmu Bahasa Indonesia, dimana dimufakati oleh semuao orang bahwa setiap kalimat paling tidak harus memiliki 2 unsur, yaitu Subjek dan Predikat. Demikian pula dalam Logika. Kita akan merujuk pada suatu aturan berbahasa yang dimufakati bersama.

Quote
Dengan siapa kita pertanyakan? Mencari informasi sendiri atau bagaimana?

dengan berbagai cara yang mungkin, seperti mempertanyakan pada nara sumber, pada penafsir, mencari sendiri dari buku, atau memperkirakan sendiri artinya. Idealnya harus dari orang yang membuat pernyataan tersebut.

Quote
Sepertinya tidak ada definisi khusus yang diuraikan sang buddha tentang:apa itu diri..

kadang sang Buddha mendefinisikan sesuatu tapi tidak dengan istilah "definisi". atau beliau menjelaskan sesuatu dlam beberapa keterangan, lalu kita bisa menyimpulkannya sebagai definisi.

Quote
Jadi bagaimana langkah selanjutnya?

masih dalam langkah pertama, kita masih menyempurnakan pengertian dari masing-masing term dengan mempertanyakan quantisnya.

di dalam term "jasmani" dan "diri" terdapat quantitas yang tidak disebutkan.

ini juga harus dipertanyakan. yang dimaksud jasmani itu adalah "seluruh jasmani" atau "sebagian jasmani" dan yang dimaksud diri itu adalah "sebagian diri" atau "seluruh diri"

mana yang benar menurut anda :

1. sebagian jasmani bukan diri, atau
2. seluruh jasmani bukan diri

????
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 10 May 2011, 05:33:58 PM
terima kasih telah berdiskusi dengan saya.

sudah waktunya bagi saya untuk pulang kerja.

sampai jumpa kembali di lain waktu.

semoga anda bahagia!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 10 May 2011, 06:09:39 PM
persepsi orang memang berbeda-beda. tapi kita bisa bermufakat dalam suatu aturan bahasa yang baku. seperti halnya dalam disiplin ilmu Bahasa Indonesia, dimana dimufakati oleh semuao orang bahwa setiap kalimat paling tidak harus memiliki 2 unsur, yaitu Subjek dan Predikat. Demikian pula dalam Logika. Kita akan merujuk pada suatu aturan berbahasa yang dimufakati bersama.

dengan berbagai cara yang mungkin, seperti mempertanyakan pada nara sumber, pada penafsir, mencari sendiri dari buku, atau memperkirakan sendiri artinya. Idealnya harus dari orang yang membuat pernyataan tersebut.

kadang sang Buddha mendefinisikan sesuatu tapi tidak dengan istilah "definisi". atau beliau menjelaskan sesuatu dlam beberapa keterangan, lalu kita bisa menyimpulkannya sebagai definisi.

masih dalam langkah pertama, kita masih menyempurnakan pengertian dari masing-masing term dengan mempertanyakan quantisnya.

di dalam term "jasmani" dan "diri" terdapat quantitas yang tidak disebutkan.

ini juga harus dipertanyakan. yang dimaksud jasmani itu adalah "seluruh jasmani" atau "sebagian jasmani" dan yang dimaksud diri itu adalah "sebagian diri" atau "seluruh diri"

mana yang benar menurut anda :

1. sebagian jasmani bukan diri, atau
2. seluruh jasmani bukan diri

????
Bukankah memang seperti yang bro terangkan diatas ini, yang dilakukan oleh peserta diskusi di forum ini?
Yang saya perhatikan cuma karena perbedaan persepsi dalam mengartikan sesuatu makanya terjadi beda pendapat.

Dan yang membuat persepsi berbeda salah satu penyebabnya karena faktor pengetahuan, pengalaman, tingkat intelektual, memori dll.

Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 08:23:45 AM
Bukankah memang seperti yang bro terangkan diatas ini, yang dilakukan oleh peserta diskusi di forum ini?
Yang saya perhatikan cuma karena perbedaan persepsi dalam mengartikan sesuatu makanya terjadi beda pendapat.

Dan yang membuat persepsi berbeda salah satu penyebabnya karena faktor pengetahuan, pengalaman, tingkat intelektual, memori dll.



para pakar Logika berkata bahwa Logika adalah bahasa ibu. artinya, tanpa belajar logika sekalipun seseorang dapat berpikir logis.

seperti halnya perbuatan baik, pada dasarnya berbuat baik sudah merupakan sifat sejati dari seorang manusia. tanpa belajar kitab apapun, dan tidak diajari oleh siapapun, seseorang bisa mengerti dan bisa melakukan kebaikan.

Tapi, kecenderungan-kecenderungan jahat kadang muncul di dalam diri seseorang. Ketika kecenderungan jahat ini muncul sifat alaminya akan terkontaminasi, dan ia terdoronga melakukan hal yang menyimpang di dalam perbuatan maupun pikirannya. celakanya, karena norma alami itu tidak ditegakan di dalam bentuk undang-undang, orang jahat menjadi bebas berbuat jahat. terlebih lagi ketika orang jahat ini tidak menyadari bahwa pikiran dan perbuatannya telah menyimpang dari kebenaran. Seperti itu pula alasan mengapa aturan-aturan berpikir harus diwujudkan di dalam undang-undang tertulis, agar ketika manusia menjadi "lupa diri" hukum akan berlaku atasnya dan orang-orang baik tetap terlindungi.

secara alami, di forum ini orang-orang menggunakan logika. Kendatipun ia tidak pernah mengikuti kursus ilmu logika ataupun tidak pernah membaca buku-buku logika. Tetapi, ketika ego berkembang dalam suatu diskusi, seringkali pemikiran pada pendiskusi ini menyimpang dari kebiasaan berpikirnya yang semula logis, lalu menjadi tidak logis. celakanya, mereka tidak menyadari bahwa pikirannya telah menyimpang. dan salah satu yang menyebabkan penyimpangan pikiran itu adalah kemelekatan terhadap konsepsi. Dalam keadaan seperti ini, bila saya mengajukan beberapa pertanyaan logis, maka tidak satupun yang bisa menjawab. misalnya :

Setiap emas adalah logam
Setiap besi adalah logam

maka bagaiamana kesimpulannya?

di forum ini, atau di berbagai forum lainnya, seringkali saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam bidang ilmu logika seprti itu. tapi faktanya sungguh memprihatinkan, 95 % dari penjawab tidak ada yang bisa menjawab dengan benar.

Seandainya kedua belah pihak sama-sama menggunakan logika dengan benar, maka suatu diskusi pasti akan selalu sampai pada "Titik Temu" yang menggembirakan.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 11 May 2011, 08:39:14 AM
wah ilmu tingkat tinggi, intelektual gw masih rendah... nonton aja deh  :-?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 08:47:38 AM
wah ilmu tingkat tinggi, intelektual gw masih rendah... nonton aja deh  :-?

silahkan anda mengomentari hal-hal yang sesuai dengan pengetahuan yang anda miliki!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 11 May 2011, 09:02:59 AM
Setiap emas adalah logam
Setiap besi adalah logam

maka bagaiamana kesimpulannya?

2-2nya adalah logam..tp.. eit... emas itu termasuk logam lunak, sedangkan besi tidak
jd walaupun di golongkan logam..ke 2 benda ini tidak sama
harga berbeda, susunan berbeda

tp bro satria..aku tidak melihat, anda menjelasnkan ttg jasmani bukan diri, maupun batin bukan diri secara logika...
knp? krn anda balik bertanya.. apa itu jasmani..apa itu diri, apa itu batin....

so..biar lebih mantap..
pertanyaan nya aku coba ganti...

menurut logika anda... apa itu jasmani?
menurut logika anda .. apa itu batin?
menurut logika anda ..apa itu diri??

hal ini akan menjelaskan pernyataan sriyeklina,
"Yang saya perhatikan cuma karena perbedaan persepsi dalam mengartikan sesuatu makanya terjadi beda pendapat.

Dan yang membuat persepsi berbeda salah satu penyebabnya karena faktor pengetahuan, pengalaman, tingkat intelektual, memori dll."

krn pengetian jasmani menurut logika anda... pasti tdk selalu sama dgn org lain, begitu juga pengertian diri dan batin
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 09:21:39 AM
tp bro satria..aku tidak melihat, anda menjelasnkan ttg jasmani bukan diri, maupun batin bukan diri secara logika...
knp? krn anda balik bertanya.. apa itu jasmani..apa itu diri, apa itu batin....


kan, prosesnya belum tuntas, bro!

Bila ditulis, memahami sesuatu dengan logika memang lambat dan sangat bertele-tele. Tapi, kelak kebenarnnya akan jelas dan sangat meyakinkan. Dan bila sudah terampil menggunakan logika di dalam pikiran, proses Logika yang lambat tadi akan menjadi sangat cepat di dalam batin.

Lagi pula, logika bukanlah suatu alat yang membuat kita tiba-tiba mengerti sesuatu, seperti seorang nabi yang mendapat wahyu. Logika hanyalah alat atau metoda tentang cara mencari tahu dengan cara berpikir yang tepat.  tentu saja, saya dan kita semua tidak akan tiba-tiba menjadi tahu sesuatu tanpa diberi tahu oleh sumber pengetahuan. jadi, saya tidaklah merasa tahu segala sesuatu, tapi saya tahu metoda yang tepat untuk bisa memahami segala sesuatu dengan logika.

Quote
so..biar lebih mantap..
pertanyaan nya aku coba ganti...

menurut logika anda... apa itu jasmani?
menurut logika anda .. apa itu batin?
menurut logika anda ..apa itu diri??

sebenarnya kita tidak sedang mencari tau, apa itu jasmani menurut logika saya. tapi kita sedang mencari tau, apa itu jasmani menurut sang Buddha?

tapi bila kita tidak dapat menemukan pernyataan sang Buddha tentang definisi Jasmani, maka kita bisa menggunakan sumber lain untuk memahami apa itu jasmani. Kemudian dengan sumber lain itulah, kita mengukur kebenaran dari pernyataan sang Buddha.

seperti misalnya, saya mendefinisikan bahwa jasmani adalah unsur padat pada makhluk hidup. Sedangkan batin adalah unsur mental pada makhluk hidup.

dan berikut ini adalah proposisi :

Jasmani adalah "yang ada".
Batin adalah "yang ada"
Diri adalah "yang tiada"

Maka benar perkataan sang Buddha bahwa Jasmani itu bukan diri, karena Jasmani adalah bukan "yang tiada".

Kesimpulan ini benar 100 %. tidak diragukan sedikitpun. dan tidak dapat dibantah. seandainya ada yang membantah, kemungkinan orang itu tidak waras.


Quote
hal ini akan menjelaskan pernyataan sriyeklina,
"Yang saya perhatikan cuma karena perbedaan persepsi dalam mengartikan sesuatu makanya terjadi beda pendapat.

Dan yang membuat persepsi berbeda salah satu penyebabnya karena faktor pengetahuan, pengalaman, tingkat intelektual, memori dll."

krn pengetian jasmani menurut logika anda... pasti tdk selalu sama dgn org lain, begitu juga pengertian diri dan batin


menurut logika, pengertian yang ada di dalam pikiran itu disebut konsepsi. akan tetapi, konsepsi itu bukan lah menjadi urusan logika selama konsepsi itu hanya ada di dalam pikiran. Logika tidak mengurusi persepsi, melainkan hanya mengurusi kata-kata, bentuk-bentuk kalimat dan kesimpulan dari kalimat-kalimat.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 11 May 2011, 09:28:09 AM
menurut logika, pengertian yang ada di dalam pikiran itu disebut konsepsi. akan tetapi, konsepsi itu bukan lah menjadi urusan logika selama konsepsi itu hanya ada di dalam pikiran. Logika tidak mengurusi persepsi, melainkan hanya mengurusi kata-kata, bentuk-bentuk kalimat dan kesimpulan dari kalimat-kalimat.

aku keknya cukup ngerti hal ini

seperti aku bilang :
kuda adalah burung
kucing adalah burung

kuda = kucing

bener gitu?

krn logika tidak mengurusi benar salahnya suatu pernyataan...
hanya masalah penyusunan
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: OBAMA on 11 May 2011, 09:31:08 AM
kan, prosesnya belum tuntas, bro!

Bila ditulis, memahami sesuatu dengan logika memang lambat dan sangat bertele-tele. Tapi, kelak kebenarnnya akan jelas dan sangat meyakinkan. Dan bila sudah terampil menggunakan logika di dalam pikiran, proses Logika yang lambat tadi akan menjadi sangat cepat di dalam batin.

Lagi pula, logika bukanlah suatu alat yang membuat kita tiba-tiba mengerti sesuatu, seperti seorang nabi yang mendapat wahyu. Logika hanyalah alat atau metoda tentang cara mencari tahu dengan cara berpikir yang tepat.  tentu saja, saya dan kita semua tidak akan tiba-tiba menjadi tahu sesuatu tanpa diberi tahu oleh sumber pengetahuan. jadi, saya tidaklah merasa tahu segala sesuatu, tapi saya tahu metoda yang tepat untuk bisa memahami segala sesuatu dengan logika.

sebenarnya kita tidak sedang mencari tau, apa itu jasmani menurut logika saya. tapi kita sedang mencari tau, apa itu jasmani menurut sang Buddha?

tapi bila kita tidak dapat menemukan pernyataan sang Buddha tentang definisi Jasmani, maka kita bisa menggunakan sumber lain untuk memahami apa itu jasmani. Kemudian dengan sumber lain itulah, kita mengukur kebenaran dari pernyataan sang Buddha.

seperti misalnya, saya mendefinisikan bahwa jasmani adalah unsur padat pada makhluk hidup. Sedangkan batin adalah unsur mental pada makhluk hidup.

dan berikut ini adalah proposisi :

Jasmani adalah "yang ada".
Batin adalah "yang ada"
Diri adalah "yang tiada"

Maka benar perkataan sang Buddha bahwa Jasmani itu bukan diri, karena Jasmani adalah bukan "yang tiada".

Kesimpulan ini benar 100 %. tidak diragukan sedikitpun. dan tidak dapat dibantah. seandainya ada yang membantah, kemungkinan orang itu tidak waras.


menurut logika, pengertian yang ada di dalam pikiran itu disebut konsepsi. akan tetapi, konsepsi itu bukan lah menjadi urusan logika selama konsepsi itu hanya ada di dalam pikiran. Logika tidak mengurusi persepsi, melainkan hanya mengurusi kata-kata, bentuk-bentuk kalimat dan kesimpulan dari kalimat-kalimat.

Bagaimana dibuka kursus pelajaran logika disini? Sekalian mengulang pelajaran daku saat kuliah
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 09:42:27 AM
para pakar Logika berkata bahwa Logika adalah bahasa ibu. artinya, tanpa belajar logika sekalipun seseorang dapat berpikir logis.

seperti halnya perbuatan baik, pada dasarnya berbuat baik sudah merupakan sifat sejati dari seorang manusia. tanpa belajar kitab apapun, dan tidak diajari oleh siapapun, seseorang bisa mengerti dan bisa melakukan kebaikan.

Tapi, kecenderungan-kecenderungan jahat kadang muncul di dalam diri seseorang. Ketika kecenderungan jahat ini muncul sifat alaminya akan terkontaminasi, dan ia terdoronga melakukan hal yang menyimpang di dalam perbuatan maupun pikirannya. celakanya, karena norma alami itu tidak ditegakan di dalam bentuk undang-undang, orang jahat menjadi bebas berbuat jahat. terlebih lagi ketika orang jahat ini tidak menyadari bahwa pikiran dan perbuatannya telah menyimpang dari kebenaran. Seperti itu pula alasan mengapa aturan-aturan berpikir harus diwujudkan di dalam undang-undang tertulis, agar ketika manusia menjadi "lupa diri" hukum akan berlaku atasnya dan orang-orang baik tetap terlindungi.

secara alami, di forum ini orang-orang menggunakan logika. Kendatipun ia tidak pernah mengikuti kursus ilmu logika ataupun tidak pernah membaca buku-buku logika. Tetapi, ketika ego berkembang dalam suatu diskusi, seringkali pemikiran pada pendiskusi ini menyimpang dari kebiasaan berpikirnya yang semula logis, lalu menjadi tidak logis. celakanya, mereka tidak menyadari bahwa pikirannya telah menyimpang. dan salah satu yang menyebabkan penyimpangan pikiran itu adalah kemelekatan terhadap konsepsi. Dalam keadaan seperti ini, bila saya mengajukan beberapa pertanyaan logis, maka tidak satupun yang bisa menjawab. misalnya :

Setiap emas adalah logam
Setiap besi adalah logam

maka bagaiamana kesimpulannya?

di forum ini, atau di berbagai forum lainnya, seringkali saya mengajukan pertanyaan-pertanyaan mendasar dalam bidang ilmu logika seprti itu. tapi faktanya sungguh memprihatinkan, 95 % dari penjawab tidak ada yang bisa menjawab dengan benar.

Seandainya kedua belah pihak sama-sama menggunakan logika dengan benar, maka suatu diskusi pasti akan selalu sampai pada "Titik Temu" yang menggembirakan.

Setiap emas adalah uang.
Setiap emas adalah zat padat.
Setiap emas adalah perhiasan.
Setiap emas adalah berharga.
Setiap emas adalah peluang

Bagaimana dengan ini?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 11 May 2011, 09:54:14 AM
klo logika berdiri sendiri tampa  pengetahuan ... keknya tak ada kebenaran yg terkandung..hanya berupa permainan kata2....hmm.. tp klo pun ada kebenarannya..hanya sebatas benar dlm menyusun kata.. atau penempatan kalimat..

menurut koq sia2 ya... itu temasuk musavada klo di buddhist
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 11 May 2011, 10:26:58 AM
menurut logika, pengertian yang ada di dalam pikiran itu disebut konsepsi. akan tetapi, konsepsi itu bukan lah menjadi urusan logika selama konsepsi itu hanya ada di dalam pikiran. Logika tidak mengurusi persepsi, melainkan hanya mengurusi kata-kata, bentuk-bentuk kalimat dan kesimpulan dari kalimat-kalimat.

tambahan ttg ini... baru ingat...

jika logika tidak mengurusi persepsi....

bagaimana anda bisa berlogika ...

setiap emas adalah logam
setiap besi adalah logam ....???


menurut saya... hal ini muncul krn anda memiliki pengetahuan ttg apa itu emas, apa itu logam, apa itu besi....
dan semuanya adalah presepsi
krn dlm menyatakan suatu logika..di perlukan pengetahuan.. jd klo di bilang tidak mengurusi presepsi kurasa tidak benar
oh..menurut saya..presepsi dan pengetahuan sama loh...

tiap org memiliki prespsi/pengetahuan yg berbeda.. dan di presepsi/pengetahuan itu di peroleh dari  indra (salah 1 dari panca indra..atau bisa saja bbrp)..kemudian di olah dgn pikiran...menjadi presepsi/pengetahuan
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 10:28:40 AM
menurut logika, pengertian yang ada di dalam pikiran itu disebut konsepsi. akan tetapi, konsepsi itu bukan lah menjadi urusan logika selama konsepsi itu hanya ada di dalam pikiran. Logika tidak mengurusi persepsi, melainkan hanya mengurusi kata-kata, bentuk-bentuk kalimat dan kesimpulan dari kalimat-kalimat.

aku keknya cukup ngerti hal ini

seperti aku bilang :
kuda adalah burung
kucing adalah burung

kuda = kucing

bener gitu?

kesimpulan yang salah :)


Quote
krn logika tidak mengurusi benar salahnya suatu pernyataan...
hanya masalah penyusunan

setiap proposisi hanya mungkin memiliki salah satu dari dua nilai, yaitu "benar" atau "Salah". Jadi, finishingnya dari sebuah proses logika adalah sampai pada suatu kesimpulan "benar" atau "salah". tapi nilai ini, bukan untuk menilai "kebenaran ilmiah", tapi hanya menilai kebenaran sintaksis, penyusunan kalimat atau matematis.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 11 May 2011, 10:31:08 AM
kesimpulan yang salah :)


jd seperti apa yg benar??
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 10:31:38 AM
klo logika berdiri sendiri tampa  pengetahuan ... keknya tak ada kebenaran yg terkandung..hanya berupa permainan kata2....hmm.. tp klo pun ada kebenarannya..hanya sebatas benar dlm menyusun kata.. atau penempatan kalimat..

menurut koq sia2 ya... itu temasuk musavada klo di buddhist

terangkanlah kepada saya, apa itu musavada.

kendatipun logika hanya mengurusi soal "penyusunan kalimat" tapi itu sangat berguna. banyak manusia tersesat karena salah menggunakan logika.

ada tiga kebenaran. yaitu, kebenaran ilmiah, kebenaran logika dan keberanan batiniah. sseorang tidak akan bisa mencapai pengetahuan pada tingkat kebenaran batiniah yang lebih tinggi kalau tidak menggunakan logika. Logika adalah tangga menuju kebenaran yang lebih tinggi.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 10:33:31 AM
Setiap emas adalah uang.
Setiap emas adalah zat padat.
Setiap emas adalah perhiasan.
Setiap emas adalah berharga.
Setiap emas adalah peluang

Bagaimana dengan ini?

kesimpulannya adalah "Sebagian uang adalah peluang"
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 11 May 2011, 10:36:10 AM
musavada klo di indonesiakan artinya  menyatakan hal yg tidak benar atau berbohong
lebih halusnya... sesuatu yg blm pasti di bilang pasti, tidak bisa..bilang bisa, tidak punya bilang punya...
lebih jauh laki..dari sikap...
baik sengaja maupun tidak sengaja...
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 10:45:27 AM
kesimpulannya adalah "Sebagian uang adalah peluang"
Setiap emas adalah peluang
Setiap emas adalah keserakahan

Kalau yang ini?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 10:47:32 AM
tapi bila kita tidak dapat menemukan pernyataan sang Buddha tentang definisi Jasmani, maka kita bisa menggunakan sumber lain untuk memahami apa itu jasmani. Kemudian dengan sumber lain itulah, kita mengukur kebenaran dari pernyataan sang Buddha.

seperti misalnya, saya mendefinisikan bahwa jasmani adalah unsur padat pada makhluk hidup. Sedangkan batin adalah unsur mental pada makhluk hidup.

dan berikut ini adalah proposisi :

Jasmani adalah "yang ada".
Batin adalah "yang ada"
Diri adalah "yang tiada"

Maka benar perkataan sang Buddha bahwa Jasmani itu bukan diri, karena Jasmani adalah bukan "yang tiada".

Kesimpulan ini benar 100 %. tidak diragukan sedikitpun. dan tidak dapat dibantah. seandainya ada yang membantah, kemungkinan orang itu tidak waras.
Kalau logika saya berpikir dari perkataan sang buddha itu:
- Jasmani itu tidak ada
-Batin itu tidak ada
-Makanya diri itu tidak ada.

Jika saya pakai ilmu logika saja, maka saya beneran jadi tidak waras. Tapi bukan karena membantah perkataan sang buddha. Melainkan karena tidak sesuai dengan logika.


Quote
menurut logika, pengertian yang ada di dalam pikiran itu disebut konsepsi. akan tetapi, konsepsi itu bukan lah menjadi urusan logika selama konsepsi itu hanya ada di dalam pikiran. Logika tidak mengurusi persepsi, melainkan hanya mengurusi kata-kata, bentuk-bentuk kalimat dan kesimpulan dari kalimat-kalimat.
Bukankah konsep itu ada karena logika? Jika logika tidak ada maka konsep juga tidak ada.

Kita balik ke jasmani dan batin, apakah menurut pendapat bro, kata-kata sang buddha yang saya logikan itu benar atau salah?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 10:59:27 AM
musavada klo di indonesiakan artinya  menyatakan hal yg tidak benar atau berbohong
lebih halusnya... sesuatu yg blm pasti di bilang pasti, tidak bisa..bilang bisa, tidak punya bilang punya...
lebih jauh laki..dari sikap...
baik sengaja maupun tidak sengaja...

kalau begitu, Logika bukan musavada. dan dengan logika, kita bisa menyatakan suatu kebenaran yang pasti, tidak meragukan.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 11:02:16 AM
Setiap emas adalah peluang
Setiap emas adalah keserakahan

Kalau yang ini?

sebagian peluang adalah keserakahan
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 11 May 2011, 11:23:03 AM
kalau begitu, Logika bukan musavada. dan dengan logika, kita bisa menyatakan suatu kebenaran yang pasti, tidak meragukan.

boleh aku ambil contoh pernyataan logika oleh deva 19??
yg kalau tidak salah menyatakan Buddha adalah Nabi??
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 11:38:41 AM
sebagian peluang adalah keserakahan
Alam bukan persepsi juga bukan bukan persepsi.
Ini bagaimana?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 11:41:34 AM
Alam bukan persepsi juga bukan bukan persepsi.
Ini bagaimana?

Jangan membahas yang itu dulu. itu belum sesuai untuk dibahas sekarang. sebagaimana kata sang buddha, "dhamma harus dijelaskan secara bertahap". mari kita bicarakan hal yang lebih sederhana dari itu!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 11:46:12 AM
Alam bukan persepsi juga bukan bukan persepsi.
Ini bagaimana?

sama saja. prosesnya, pilah dulu ke dalam bentuk-bentuk proposisi.

"Alam bukan persepsi juga bukan bukan persepsi.", apakah ini sebuah proposisi atau sebuah prasa? Jika itu sebuah proposisi, maka itu bisa dikaji kebenarannya. Tapi jika itu sebuah frasa, maka itu tidak dapat dikaji kebenarannya.

berikut ini sebuah proposisi :

"Alam tersebut adalah bulan alam persepsi dan bukan pula alam bukan persepsi".

kalau bisa, kutipkan langsung dari sutta secara langsung yang memuat pernyataan sang Buddha tentang "alam bukan persepsi dan bukan bukan persepsi". karena umat seringkali salah menyatakan ajaran sang Buddha. Dengan mengutip langsung perkataan beliau, kita akan terhindar dari kesalahan tersebut.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 11:48:10 AM
Jangan membahas yang itu dulu. itu belum sesuai untuk dibahas sekarang. sebagaimana kata sang buddha, "dhamma harus dijelaskan secara bertahap". mari kita bicarakan hal yang lebih sederhana dari itu!
Kenapa harus ditunda dulu bro? Bukankah itu kata-kata yang menarik untuk uji coba dalam ilmu logika?

Oya, postingan dibawah ini belum bro jawab.

Kalau logika saya berpikir dari perkataan sang buddha itu:
- Jasmani itu tidak ada
-Batin itu tidak ada
-Makanya diri itu tidak ada.

Jika saya pakai ilmu logika saja, maka saya beneran jadi tidak waras. Tapi bukan karena membantah perkataan sang buddha. Melainkan karena tidak sesuai dengan logika.

Bukankah konsep itu ada karena logika? Jika logika tidak ada maka konsep juga tidak ada.

Kita balik ke jasmani dan batin, apakah menurut pendapat bro, kata-kata sang buddha yang saya logikan itu benar atau salah?

Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: The Ronald on 11 May 2011, 11:50:18 AM
oh..ralat..ttg pernyataan anda (waktu itu memakai nick deva19) bahwa nabi muhammad adalah buddha...

kurasa itu bukan kebenaran yg pasti, termasuk musavada... krn apa?
karena tdk cukupnya pengetahuan anda saat itu apa yg di sebut Buddha

krn  minimnya pengetahuan.. logika ttg muhammad adalah seorg buddha..adalah salah, bukan kebenaran pasti dan juga meragukan...

yah inilah hubungan pentingnya pengetahuan dalam berlogika...

pandai menyusun kata, mahir berbicara, ..bukan berarti isinya kebenaran, kejujuran..

Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 11:53:20 AM
Kenapa harus ditunda dulu bro? Bukankah itu kata-kata yang menarik untuk uji coba dalam ilmu logika?

Oya, postingan dibawah ini belum bro jawab.


sungguh beruntung bila hal itu dianggap menarik untuk dipikirkan dengan serius. tapi amatlah rugi, bila hal itu sangat menarik untuk dipertengkarkan. Masalahnya, hidup ini sangatlah singkat, kita jangan menghabiskan waktu untuk pertengkaran-pertengkaran yang tidak perlu.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 12:01:36 PM
Kalau logika saya berpikir dari perkataan sang buddha itu:
- Jasmani itu tidak ada
-Batin itu tidak ada
-Makanya diri itu tidak ada.


anda perlu menjelaskan proses kesimpulannya!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 12:22:57 PM
Ini postingan saya sebelumnya
Kenapa harus ditunda dulu bro? Bukankah itu kata-kata yang menarik untuk uji coba dalam ilmu logika?


Dan ini jawaban bro.

sungguh beruntung bila hal itu dianggap menarik untuk dipikirkan dengan serius. tapi amatlah rugi, bila hal itu sangat menarik untuk dipertengkarkan. Masalahnya, hidup ini sangatlah singkat, kita jangan menghabiskan waktu untuk pertengkaran-pertengkaran yang tidak perlu.
Bagaimana di logika-kan postingan saya sampai bro menyimpulkan seolah-olah akan ada pertengkaran?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 12:30:29 PM
Ini postingan saya sebelumnya
Dan ini jawaban bro.
Bagaimana di logika-kan postingan saya sampai bro menyimpulkan seolah-olah akan ada pertengkaran?


Pilihlah salah satu jawaban yang benar !

a. Satria menyimpulkan akan terjadi pertengkaran
b. Satria tidak menyimpulkan akan terjadi pertengkaran

"Bila hal itu sangat menarik dipertengkarkan" kalimat ini merupakan bentuk keterangan .....

a. mengurai
b. menduga
c. memilah
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 12:30:43 PM
anda perlu menjelaskan proses kesimpulannya!


seperti misalnya, saya mendefinisikan bahwa jasmani adalah unsur padat pada makhluk hidup. Sedangkan batin adalah unsur mental pada makhluk hidup.

dan berikut ini adalah proposisi :

Jasmani adalah "yang ada".
Batin adalah "yang ada"
Diri adalah "yang tiada"

Maka benar perkataan sang Buddha bahwa Jasmani itu bukan diri, karena Jasmani adalah bukan "yang tiada".

Kesimpulan ini benar 100 %. tidak diragukan sedikitpun. dan tidak dapat dibantah. seandainya ada yang membantah, kemungkinan orang itu tidak waras.


Nah, ini postingan bro. Yang mana dari postingan bro itu yang disebut kesimpulan? Supaya saya tidak salah.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 12:34:29 PM
Nah, ini postingan bro. Yang mana dari postingan bro itu yang disebut kesimpulan? Supaya saya tidak salah.

"Diri adalah yang tidak ada" itu kesimpulannya.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 12:39:32 PM
Pilihlah salah satu jawaban yang benar !

a. Satria menyimpulkan akan terjadi pertengkaran
b. Satria tidak menyimpulkan akan terjadi pertengkaran

"Bila hal itu sangat menarik dipertengkarkan" kalimat ini merupakan bentuk keterangan .....

a. mengurai
b. menduga
c. memilah
Apakah ini jawaban logika dari pertanyaan jasmani dan batin serta bukan persepsi juga bukan bukan persepsi?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 12:47:24 PM
"Diri adalah yang tidak ada" itu kesimpulannya.
Alasannya karena apa? karena unsur padat dan unsur mental yang bro sebutkan?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 02:08:04 PM
Nah, ini postingan bro. Yang mana dari postingan bro itu yang disebut kesimpulan? Supaya saya tidak salah.

OH, saya mohon maaf. tadi saya buru-buru karena dipanggil oleh direktur sehingga saya memberikan jawaban yang salah. kesimpulan saya di dalam postingan tersebut adalah "Pernyataan sang Buddha tersebut benar".
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 02:19:43 PM
OH, saya mohon maaf. tadi saya buru-buru karena dipanggil oleh direktur sehingga saya memberikan jawaban yang salah. kesimpulan saya di dalam postingan tersebut adalah Pernyataan sang Buddha tersebut benar  .

Ok...  :)
Dari manakah bro bisa membenarkan?

1. Dari pengetahuan tentang jasmani, mental dan diri?
2. Dari penyusunan kalimat-nya? atau
3. Dari 22-nya.

Defenisi jasmani dan mental sudah bro terangkan. Bisakah bro terangkan defenisi diri ?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 11 May 2011, 02:30:56 PM
Ok...  :)
Dari manakah bro bisa membenarkan?

1. Dari pengetahuan tentang jasmani, mental dan diri?
2. Dari penyusunan kalimat-nya? atau
3. Dari 22-nya.

Defenisi jasmani dan mental sudah bro terangkan. Bisakah bro terangkan defenisi diri ?

Jika pernyataan sang buddha adalah "Jasmani adalah bukan diri", sedangkan kita tau bahwa diri adalah "yang tiada", maka dari pernyataan sang Buddha dapat disimpulkan bahwa Jasmani itu bukan "yang tiada". (kesimpulan1)

mana berikut ini yang benar

a. jasmani itu ada
b. jasmani itu tidak ada

Jika jasmani itu ada adalah benar. maka, "jasmani adalah tidak ada" merupakan pernyataan yang salah. Karena ia tidak bisa sama-sama benar dengan pernyataan yang kontradiktif dengannya. Dengan demikian pernyataan "jasmani itu ada" sama dengan jasmani itu bukan "yang tiada" (kesimpulan2). Isi kesimpulan1 sama dengan isi kesimpulan2. Jika isi kesimpulan2 benar, maka isi kesimpulan1 juga benar. Dan ternyata isi kesipulan2 benar, maka isi kesimpulan1 pun benar. karena diri adalah "yang tiada", maka benar jasmani itu bukan diri.

Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 11 May 2011, 02:50:22 PM
Jika pernyataan sang buddha adalah "Jasmani adalah bukan diri", sedangkan kita tau bahwa diri adalah "yang tiada", maka dari pernyataan sang Buddha dapat disimpulkan bahwa Jasmani itu bukan "yang tiada". (kesimpulan1)

mana berikut ini yang benar

a. jasmani itu ada
b. jasmani itu tidak ada

Jika jasmani itu ada adalah benar. maka, "jasmani adalah tidak ada" merupakan pernyataan yang salah. Karena ia tidak bisa sama-sama benar dengan pernyataan yang kontradiktif dengannya. Dengan demikian pernyataan "jasmani itu ada" sama dengan jasmani itu bukan "yang tiada" (kesimpulan2). Isi kesimpulan1 sama dengan isi kesimpulan2. Jika isi kesimpulan2 benar, maka isi kesimpulan1 juga benar. Dan ternyata isi kesipulan2 benar, maka isi kesimpulan1 pun benar. karena diri adalah "yang tiada", maka benar jasmani itu bukan diri.


Bro, tolong lihat huruf yang saya tebalkan diatas. Bukankah menurut langkah yang bro berikan sejak awal, kita harus tahu dulu defenisi kata-nya.
Dan saya bertanya pada bro apakah defenisi kata diri, bagaimana kita bisa memutuskan diri adalah yang tiada jika kita belum tahu defenisinya?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 11 May 2011, 06:04:12 PM
silahkan anda mengomentari hal-hal yang sesuai dengan pengetahuan yang anda miliki!

waduh saya tidak bisa berpikir dengan logika.. cuma bisanya secara nalar  ;D  , ilmu saya masih cetek gak setinggi bro.. makanya saya nonton aja
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 11 May 2011, 06:33:03 PM
Dalam sejarah perkembangan logika, banyak definisi dikemukakan oleh para ahli, yang secara umum memiliki banyak persamaan. Beberapa pendapat tersebut antara lain:

The Liang Gie dalam bukunya Dictionary of Logic (Kamus Logika) menyebutkan: Logika adalah bidang pengetahuan dalam lingkungan filsafat yang mempelajari secara teratur asas-asas dan aturan-aturan penalaran yang betul (correct reasoning).[1]

Menurut Mundiri dalam bukunya tersebut Logika didefinisikan sebagai ilmu yang mempelajari metode dan hukum-hukum yang digunakan untuk membedakan penalaran yang betul dari penalaran yang salah.[2]

Secara etimologis, logika adalah istilah yang dibentuk dari kata logikos yang berasal dari kata benda logos. Kata logos berarti: sesuatu yang diutarakan, suatu pertimbangan akal (fikiran), kata, atau ungkapan lewat bahasa. Kata logikos berarti mengenai sesuatu yang diutarakan, mengenai suatu pertimbangan akal, mengenai kata, mengenai percakapan atau yang berkenaan dengan ungkapan lewat bahasa. Dengan demikian, dapatlah dikatakan bahwa logika adalah suatu pertimbangan akal atau pikiran yang diutarakan lewat kata dan dinyatakan dalam bahasa. Sebagai ilmu, logika disebut logike episteme atau dalam bahasa latin disebut logica scientia yang berarti ilmu logika, namun sekarang lazim disebut dengan logika saja.[3]

Definisi umumnya logika adalah cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.

Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan  sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.

Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang  dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.
[1] Gie, the Liang, Kamus logika (Dictionary of Logic), Nur Cahaya 1975 Yogyakarta

[2] Mundiri. Logika, Rajawali Press, cet.ke-4 2000, Semarang

[3] Rapar, Jan Hendrik, Pengantar Logika, Asas-asas penalaran sistematis, cet.ke-1 1996, Kanisius Yogyajakta
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 11 May 2011, 06:45:13 PM
Logika, Penalaran dan Analisis Definisi

Pengertian Logika

Logika merupakan cabang filsafat yang bersifat praktis berpangkal pada penalaran, dan sekaligus juga sebagai dasar filsafat dan sebagai sarana ilmu. Dengan fungsi sebagai dasar filsafat dan sarana ilmu karena logika merupakan “jembatan penghubung” antara filsafat dan ilmu, yang secara terminologis logika didefinisikan: Teori tentang penyimpulan yang sah. Penyimpulan pada dasarnya bertitik tolak dari suatu pangkal-pikir tertentu, yang kemudian ditarik suatu kesimpulan. Penyimpulan yang sah, artinya sesuai dengan pertimbangan akal dan runtut sehingga dapat dilacak kembali yang sekaligus juga benar, yang berarti dituntut kebenaran bentuk sesuai dengan isi.

Logika sebagai teori penyimpulan, berlandaskan pada suatu konsep yang dinyatakan dalam bentuk kata atau istilah, dan dapat diungkapkan dalam bentuk himpunan sehingga setiap konsep mempunyai himpunan, mempunyai keluasan. Dengan dasar himpunan karena semua unsur penalaran dalam logika pembuktiannya menggunakan diagram himpunan, dan ini merupakan pembuktian secara formal jika diungkapkan dengan diagram himpunan sah dan tepat karena sah dan tepat pula penalaran tersebut.

Berdasarkan proses penalarannya dan juga sifat kesimpulan yang dihasilkannya, logika dibedakan antara logika deduktif dan logika induktif. Logika deduktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah berdasarkan bentuknya serta kesimpulan yang dihasilkan sebagai kemestian diturunkan dari pangkal pikirnya. Dalam logika ini yang terutama ditelaah adalah bentuk dari kerjanya akal jika telah runtut dan sesuai dengan pertimbangan akal yang dapat dibuktikan tidak ada kesimpulan lain karena proses penyimpulannya adalah tepat dan sah. Logika deduktif karena berbicara tentang hubungan bentuk-bentuk pernyataan saja yang utama terlepas isi apa yang diuraikan karena logika deduktif disebut pula logika formal.

Logika induktif adalah sistem penalaran yang menelaah prinsip-prinsip penyimpulan yang sah dari sejumlah hal khusus sampai pada suatu kesimpulan umum yang bersifat boleh jadi. Logika ini sering disebut juga logika material, yaitu berusaha menemukan prinsip-prinsip penalaran yang bergantung kesesuaiannya dengan kenyataan, oleh karena itu kesimpulannya hanyalah keboleh-jadian, dalam arti selama kesimpulannya itu tidak ada bukti yang menyangkalnya maka kesimpulan itu benar, dan tidak dapat dikatakan pasti.

Bahasa Logika

Spoiler: ShowHide
Bahasa merupakan pernyataan pikiran atau perasaan sebagai alat komunikasi manusia. Dan khusus alat komunikasi ilmiah disebut dengan bahasa ilmiah, yaitu kalimat berita yang merupakan suatu pernyataan-pernyataan atau pendapat-pendapat. Bahasa sangat penting juga dalam pembentukan penalaran ilmiah karena penalaran ilmiah mempelajari bagaimana caranya mengadakan uraian yang tepat dan sesuai dengan pembuktian-pembuktian secara benar dan jelas. Bahasa secara umum dibedakan antara bahasa alami dan bahasa buatan. Bahasa alami ialah bahasa sehari-hari yang biasa digunakan untuk menyatakan sesuatu, yang tumbuh atas dasar pengaruh alam sekelilingnya, dibedakan antara bahasa isyarat dan bahasa biasa. Bahasa buatan ialah bahasa yang disusun sedemikian rupa berdasarkan pertimbangan-pertimbangan akal pikiran untuk maksud tertentu, yang dibedakan antara bahasa istilahi dan bahasa artifisial. Bahasa buatan inilah yang dimaksudkan bahasa ilmiah, dirumuskan bahasa buatan yang diciptakan oleh para ahli dalam bidangnya dengan menggunakan istilah-istilah atau lambang-lambang untuk mewakili pengertian-pengertian tertentu.

Sebagai pernyataan pikiran atau perasaan dan juga sebagai alat komunikasi manusia karena bahasa mempunyai 3 fungsi pokok, yakni fungsi ekspresif atau emotif, fungsi afektif atau praktis, dan fungsi simbolik dan logik. Khusus untuk logika dan juga untuk bahasa ilmiah yang harus diperhatikan adalah fungsi simbolik karena komunikasi ilmiah bertujuan untuk menyampaikan informasi yang berupa pengetahuan. Agar komunikasi ilmiah ini berjalan dengan baik maka bahasa yang dipergunakan harus logik terbebas dari unsur-unsur emotif.

Bahasa yang diungkapkan dalam bentuk pernyataan atau kalimat deklaratif jika ditinjau berdasarkan isinya dapat dibedakan menjadi dua macam, yaitu pernyataan analitik dan pernyataan sintetik.

Pernyataan (statement) dalam logika ditinjau dari segi bentuk hubungan makna yang dikandungnya, pernyataan itu disamakan juga dengan proposisi. Proposisi atau pernyataan berdasarkan bentuk isinya dibedakan antara 3 macam, yakni proposisi tunggal, proposisi kategorik, dan proposisi majemuk.

Tiga macam proposisi atau pernyataan di atas yang sebagai dasar penalaran adalah proposisi kategorik untuk penalaran kategorik, dan proposisi majemuk untuk penalaran majemuk. Adapun proposisi tunggal atau proposisi simpel pengolahannya dapat masuk dalam penalaran kategorik dan dapat juga masuk dalam penalaran majemuk.


DASAR-DASAR PENALARAN

[spoiler]Konsep dan term

Akal manusia apabila menangkap sesuatu terwujud dengan membuat konsep atau ide atau juga pengertian. Dengan demikian, buah atau hasil dari tangkapan akal disebut dengan istilah “konsep”. Jadi ide dan konsep dalam logika adalah sama artinya. Konsep atau ide atau juga pengertian adalah bersifat kerohanian dan dapat diungkapkan ke dalam bentuk kata atau istilah atau juga beberapa kata. Ungkapan pengertian dalam bentuk kata atau istilah disebut dengan “term”.

Term sebagai ungkapan konsep jika terdiri atas satu kata atau satu istilah maka term itu dinamakan term sederhana atau term simpel, dan jika terdiri atas beberapa kata maka term itu dinamakan term komposit atau term kompleks. Dan kata sebagai suatu simbol untuk menyatakan konsep dibedakan antara dua macam, yaitu kata kategorimatis dan kata sinkategorimatis.

Setiap term mempunyai konotasi atau isi. Konotasi adalah keseluruhan arti yang dimaksudkan oleh suatu term, yaitu kesatuan antara unsur dasar atau term yang lebih luas dengan sifat pembeda yang bersama-sama membentuk suatu pengertian. Konotasi secara singkat dapat dinyatakan merupakan suatu uraian tentang pembatasan arti atau definisi sehingga konotasi term adalah suatu definisi karena menunjukkan genus (jenis) dengan sifat pembeda.

Setiap term mempunyai denotasi atau lingkungan. Denotasi adalah keseluruhan hal yang ditunjuk oleh term atau keseluruhan hal sejauh mana term itu dapat diterapkan. Denotasi atau lingkungan atau sering juga disebut dengan luas, adalah mencakup semua hal yang dapat ditunjuk atau lingkungan yang dimaksudkan oleh term.

Denotasi term ini menunjukkan adanya suatu himpunan karena sejumlah hal-hal yang ditunjuk itu menjadi satu kesatuan dengan ciri tertentu (sifat-sifat tertentu). Jadi, dengan adanya sifat-sifat yang diuraikan oleh konotasi (isi term) maka dapatlah dihimpun beberapa hal tertentu menjadi satu kesatuan. Dan dengan menunjukkan beberapa hal maka denotasi berhubungan dengan kuantitas.

Konotasi dan denotasi term, mempunyai hubungan yang erat tidak dapat terlepaskan, berbentuk hubungan berbalikan (dasar balik) jika yang satu bertambah maka yang lain akan berkurang, demikian sebaliknya. Dalam hal ini terdapat 4 kemungkinan sebagai berikut. (1) Makin bertambah konotasi makin berkurang denotasi. (2) Makin berkurang konotasi makin bertambah denotasi. (3) Makin bertambah denotasi makin berkurang konotasi. (4) Makin berkurang denotasi makin bertambah konotasi.


Pelbagai Macam Term

Term maupun konsep banyak sekali macam-macamnya demikian juga pembagiannya. Berbagai macam dikelompokkan atas 4 macam, yakni pembagian term menurut konotasinya, pembagian term menurut denotasinya, pembagian menurut cara beradanya sesuatu, dan pembagian menurut cara menerangkan sesuatu.

Berdasarkan konotasi, term dibedakan atas term konkret dan term abstrak. Di samping itu keduanya ada yang berada dalam lingkungan hakikat, dan ada yang berada dalam lingkungan sifat.

    Hakikat konkret: yaitu menunjuk ke-”hal”-nya suatu kenyataan yang berkualitas dan bereksistensi.

    Hakikat abstrak: menyatakan suatu kualitas yang tidak bereksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu.

    Sifat konkret: yaitu menunjuk pen-”sifatan”-nya suatu kenyataan yang berkualitas dan bereksistensi.

    Sifat abstrak: yaitu menyatakan pensifatan yang terlepas dari eksistensi atau tidak ada dalam ruang dan waktu.

Berdasarkan denotasi term, dapat dibedakan term umum dan term khusus. Term umum dibedakan atas 2 macam sebagai berikut. (1) Universal, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya tidak terbatas oleh ruang dan waktu. (2) Kolektif, yaitu sifat umum yang berlaku di dalamnya menunjuk suatu kelompok tertentu sebagai kesatuan. Term khusus juga dibedakan atas dua macam sebagai berikut. (1) Partikular, yaitu sifat khusus yang berlaku hanya menunjuk sebagian tidak tertentu. (2) Singular, yaitu sifat khusus hanya menunjuk pada satu hal atau suatu himpunan yang mempunyai hanya satu anggota.

Predikamen yang dimaksudkan ialah cara beradanya sesuatu. Term yang paling luas adalah term “ada” atau term “yang ada”. Term “ada” selanjutnya dibagi dalam 2 macam, yaitu ada yang tidak terbatas dan ada yang terbatas. Sesuatu yang ada (ada terbatas) pasti ada unsur hakikat dan unsur sifat atau menurut filsafat dinyatakan secara singkat terdiri atas substansi dan aksidensia. Substansi adalah hakikat sesuatu yang adanya terdapat di dalam diri sendiri sebagai pendukung sifat-sifat. Aksidensia merupakan kumpulan sifat zat, yang ada sembilan sifat, yaitu kuantitas, kualitas, aksi, pasi, relasi, ruang, waktu, posisi, keadaan.

Predikabel yang dimaksudkan ialah cara menerangkan sesuatu. Term ditinjau cara menjelaskan dibedakan menjadi 5 macam, yaitu genus, spesies, diferensia, propium, dan aksiden. Genus ialah himpunan golongan-golongan menunjukkan hakikat yang berbeda bentuk tetapi terpadu oleh persamaan sifat. Spesies ialah himpunan sesuatu yang menunjukkan hakikat bersamaan bentuk maupun sifatnya sehingga dapat memisahkan dari lain-lain golongan. Diferensia ialah sifat pembeda yang menunjukkan hakikat suatu golongan sehingga terwujud kelompok diri. Propium ialah sifat khusus sebagai predikat yang niscaya terlekat pada hakikat sesuatu diri sehingga dimiliki oleh seluruh anggota golongan. Aksiaden ialah sifat kebetulan sebagai predikat yang tidak bertalian dengan hakikat sesuatu diri sehingga tidak dimiliki oleh seluruh anggota golongan.

Dengan dasar lima predikabel tersebut dalam menjelaskan sesuatu, apa yang dijelaskan tempatkan sebagai spesies, kemudian mencari hubungan genus dan diferensianya, dan jika tidak mendapatkan dicari hubungan genus dengan propiumnya, dan jangan menggunakan hubungan genus dengan aksiden.


Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 12 May 2011, 09:24:31 AM
Bro, tolong lihat huruf yang saya tebalkan diatas. Bukankah menurut langkah yang bro berikan sejak awal, kita harus tahu dulu defenisi kata-nya.
Dan saya bertanya pada bro apakah defenisi kata diri, bagaimana kita bisa memutuskan diri adalah yang tiada jika kita belum tahu defenisinya?


essensi segala sesuatu hanya bisa difahami melalui definisi. tapi untuk memahami  pengertian dari segala sesuatu tidak mesti melalui definisi. Menemukan definisi adalah hal yang ideal untuk memahami pengertian sesuatu. tanpa definisi pun, kita bisa menggunakan proposisi sebagai alat untuk mencapai pengertian. dan kalimat " diri adalah yang tiada" merupakan sebuah proposisi, "yang tiada" menjelaskan pengertian dari diri tersebut.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 12 May 2011, 09:27:35 AM
 [at] wang ai lie

samakah belajar meditasi dari buku-buku yang merupakan benda mati dengan belajar meditasi langsung dibawah bimbingan seorang arahat (makhluk yang tercerahkan)?

samakah belajar Logika dari google dengan belajar logika langsung dari master nya?

Beberapa orang mengajar logika di universitas, tanya dari siapa mereka belajar logika?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 12 May 2011, 04:02:43 PM
essensi segala sesuatu hanya bisa difahami melalui definisi. tapi untuk memahami  pengertian dari segala sesuatu tidak mesti melalui definisi. Menemukan definisi adalah hal yang ideal untuk memahami pengertian sesuatu. tanpa definisi pun, kita bisa menggunakan proposisi sebagai alat untuk mencapai pengertian. dan kalimat " diri adalah yang tiada" merupakan sebuah proposisi, "yang tiada" menjelaskan pengertian dari diri tersebut.
Tapi kalimat yang tertulis bukan diri adalah yang tiada. Kalimatnya yang tertulis jasmani dan batin bukan diri. Bukankah seharusnya menjadi jasmani bukan diri dan batin juga bukan diri?

 Contoh: -Diriku sangat menderita.
              -Tidak ada yang mau menerima diri yang hina ini.
              -Dia pergi seorang diri.
              -Jaga dirimu baik-baik.

Apakah kata-kata diatas itu menunjukkan diri itu yang tiada? Yang saya pelajari dari usia saya masih kecil, yang disebut kata diri itu jasmani dan batin seseorang.

Ok,terlepas dari perkataan saya diatas. Saya ingin menegaskan/mengulangi kembali. Berarti bro menyetujui kebenaran sang buddha tentang kata-kata jasmani dan batin bukan diri itu karena pertimbangan yang bro sebutkan dari awal.
Jasmani itu ada.
Batin itu ada.
Diri itu tiada.

Apakah ada alasan yang lain dari itu? Sehingga bro menyimpulkan perkataan sang buddha itu benar?




Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 12 May 2011, 05:51:36 PM
[at] wang ai lie

samakah belajar meditasi dari buku-buku yang merupakan benda mati dengan belajar meditasi langsung dibawah bimbingan seorang arahat (makhluk yang tercerahkan)?

samakah belajar Logika dari google dengan belajar logika langsung dari master nya?

Beberapa orang mengajar logika di universitas, tanya dari siapa mereka belajar logika?

tidak ada yang belajar logika dari google, apa yang di tulis dari google pun faktornya dari kenyataan, bagaimana orang bisa menulis dan memberikan pendapat jika belum pernah mendengar dan membuktikan, sama seperti soal meditasi, bagaimana orang dapat menulis soal meditasi jika tidak / belum pernah melakukan atau bertemu dengan orang yang melakukan. intinya seseorang menulis hal tersebut pastilah ada sumbernya bukan hanya karangan fiksi dll.

samakah juga jika belajar dhamma melalui buku buku sutta dll yang juga merupakan benda mati dengan dengan belajar dhamma langsung dibawah bimbingan seorang arahat (makhluk yang tercerahkan)?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: icykalimu on 13 May 2011, 10:48:09 PM
kebenaran subjektif: kebenaran menurut pendapatnya sendiri.

contoh: setiap agama lain punya tuhan masing2 dan mengaku sebagai satu2nya tuhan.

kebenaran objektif: kebenaran universal.

contoh: org beragama lain atau bahkan org tdk beragama sekalipun kalau dia berbuat baik maka akan menerima buahnya.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Vajra Nanda on 13 May 2011, 10:54:39 PM
Salam kenal semua...
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 16 May 2011, 01:45:45 PM
kebenaran subjektif: kebenaran menurut pendapatnya sendiri.

contoh: setiap agama lain punya tuhan masing2 dan mengaku sebagai satu2nya tuhan.

kebenaran objektif: kebenaran universal.

contoh: org beragama lain atau bahkan org tdk beragama sekalipun kalau dia berbuat baik maka akan menerima buahnya.

saya setuju dengan ini!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 16 May 2011, 01:50:16 PM
tidak ada yang belajar logika dari google, apa yang di tulis dari google pun faktornya dari kenyataan, bagaimana orang bisa menulis dan memberikan pendapat jika belum pernah mendengar dan membuktikan, sama seperti soal meditasi, bagaimana orang dapat menulis soal meditasi jika tidak / belum pernah melakukan atau bertemu dengan orang yang melakukan. intinya seseorang menulis hal tersebut pastilah ada sumbernya bukan hanya karangan fiksi dll.

kalo seorang menulis buku, dimana kemudian isi bukunya langsung dibaca oleh umat awam, maka si umat awam bisa menjadi bingung. karena bisa jadi ia membaca langsung ke materi-materi pelajaran yang belum waktunya dia baca. Makanya, di dalam hindu, ada kitab-kitab yang hanya boleh dibaca oleh para brahmana. ini untuk menghindari kesalahan tafsir umat awam.

berbeda halnya bila umat awam ini belajar bukan dengan cara membaca tulisan arahat, melainkan dibimbing langsung oleh arahat. seandainya arahat tersebut hendak memberikan bimbingan melalui tulisan, tentu akan diberikannya selembar demi selembar, agar si murid belajar secara bertahap, tidak melompat-lompat hingga membingungkan.

Quote
samakah juga jika belajar dhamma melalui buku buku sutta dll yang juga merupakan benda mati dengan dengan belajar dhamma langsung dibawah bimbingan seorang arahat (makhluk yang tercerahkan)?

tidak sama.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 16 May 2011, 02:16:00 PM
Tapi kalimat yang tertulis bukan diri adalah yang tiada. Kalimatnya yang tertulis jasmani dan batin bukan diri. Bukankah seharusnya menjadi jasmani bukan diri dan batin juga bukan diri?

apakah anda tidak ingat bahwa anda telah menanyakan pengertian "apa itu diri" menurut pendapat saya?

Quote
Contoh: -Diriku sangat menderita.
              -Tidak ada yang mau menerima diri yang hina ini.
              -Dia pergi seorang diri.
              -Jaga dirimu baik-baik.

Apakah kata-kata diatas itu menunjukkan diri itu yang tiada?

tidak

Quote
Yang saya pelajari dari usia saya masih kecil, yang disebut kata diri itu jasmani dan batin seseorang.

jika diri adalah jasmani dan batin, maka salah perkataan sang Buddha yang menyatakan bahwa jasmani bukanlah diri.

Quote
Ok,terlepas dari perkataan saya diatas. Saya ingin menegaskan/mengulangi kembali. Berarti bro menyetujui kebenaran sang buddha tentang kata-kata jasmani dan batin bukan diri itu karena pertimbangan yang bro sebutkan dari awal.

ya betul.

Quote
Jasmani itu ada.
Batin itu ada.
Diri itu tiada.

Apakah ada alasan yang lain dari itu? Sehingga bro menyimpulkan perkataan sang buddha itu benar?

mungkin saja ada alasan yang lain dari itu, tapi saya tidak atau kurang menyadarinya.





[/quote]
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 16 May 2011, 02:21:39 PM
kalo seorang menulis buku, dimana kemudian isi bukunya langsung dibaca oleh umat awam, maka si umat awam bisa menjadi bingung. karena bisa jadi ia membaca langsung ke materi-materi pelajaran yang belum waktunya dia baca. Makanya, di dalam hindu, ada kitab-kitab yang hanya boleh dibaca oleh para brahmana. ini untuk menghindari kesalahan tafsir umat awam.
berbeda halnya bila umat awam ini belajar bukan dengan cara membaca tulisan arahat, melainkan dibimbing langsung oleh arahat. seandainya arahat tersebut hendak memberikan bimbingan melalui tulisan, tentu akan diberikannya selembar demi selembar, agar si murid belajar secara bertahap, tidak melompat-lompat hingga membingungkan.
beruntung saya belajar agama buddha, karena sang buddha tidak pernah menekankan untuk belajar langsung ke arahat/sang buddha berbeda dengan di hindu yang lebih mementingkan kasta. coba kalau sang buddha memberi perintah hanya belajar dhamma ke dia, wah bisa pusing saya mau cari sang buddha kemana  :))

 dimana mana orang membaca pasti dari awal baru keakhir kecuali membaca tulisan mandarin /arab asli ,dari belakang ke akhir.  ;D orang baca novel saja dari depan sampai akhir gak ada orang baca novel cuma akhirnya saja atau tengahnya saja  :)) :)) :))
 jika kita belajar dari sutta dengan di bimbing oleh orang yang lebih mengerti anggap seorang biksu/romo/pandita masih bisa di terima oleh pikiran saya, tapi kalau mau belajar agama buddhis sampai harus ke arahat/buddha langsung , kemana mau nyarinya bro
Quote
tidak sama.
kalau begitu tolong dong carikan saya arahat supaya bisa belajar langsung tanpa baca2 sutta yang gak mungkin bisa mencapai pencerahan, kalau belajar dari arahat kan langsung pencerahan ...ya kan jadi saya juga gak perlu jadi anggota DC , cukup belajar dengan arahat saya bisa jadi buddha / arahat  ;D  _/\_
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 16 May 2011, 10:41:05 PM
beruntung saya belajar agama buddha, karena sang buddha tidak pernah menekankan untuk belajar langsung ke arahat/sang buddha berbeda dengan di hindu yang lebih mementingkan kasta. coba kalau sang buddha memberi perintah hanya belajar dhamma ke dia, wah bisa pusing saya mau cari sang buddha kemana  :))

saya mengagumi ajaran buddha pada madzhab theravada. oleh karena itu, saya sangat berterima kasih pada para penulis buku Theravada di dalam dan luar negeri. dari mereka, saya banyak belajar. dan dari apa-apa yang mereka tuturkan, saya telah membuat banyak kesimpulan. selanjutnya, terbukalah kebenaran baru - kebenaran baru yang tidak mudah di fahami oleh kebanyakan orang, termasuk oleh umat buddha sendiri, mungkin termasuk oleh para penulis buku yang telah saya anggap sebagai para guru saya sendiri. dan saya menemukan, banyak ajaran yang nyeleneh dalam agama Buddha yang bertentangan dengan sutta-sutta. Tetapi, tidak lah mudah memahamkan semua hal itu. saya hanya ingin mengatakan bahwa salah satu hal yang saya anggap nyeleneh adalah anggapan "tiadanya buddha yang hidup saat ini" serta keyakinan pada mazhab theravada bahwa setelah parinibana sang Buddha tidak terlahir kembali. sedangkan sang Buddha sendiri tidak menyatakan demikian. banyak orang berbohong, "sang Buddha berkata begini atau begitu" tapi kalau ditanyakan bukti otentiknya tak pernah bisa ditunjukan. waspadalah!

Quote

 dimana mana orang membaca pasti dari awal baru keakhir kecuali membaca tulisan mandarin /arab asli ,dari belakang ke akhir.  ;D orang baca novel saja dari depan sampai akhir gak ada orang baca novel cuma akhirnya saja atau tengahnya saja  :)) :)) :))
 jika kita belajar dari sutta dengan di bimbing oleh orang yang lebih mengerti anggap seorang biksu/romo/pandita masih bisa di terima oleh pikiran saya, tapi kalau mau belajar agama buddhis sampai harus ke arahat/buddha langsung , kemana mau nyarinya brokalau begitu tolong dong carikan saya arahat supaya bisa belajar langsung tanpa baca2 sutta yang gak mungkin bisa mencapai pencerahan, kalau belajar dari arahat kan langsung pencerahan ...ya kan jadi saya juga gak perlu jadi anggota DC , cukup belajar dengan arahat saya bisa jadi buddha / arahat  ;D  _/\_

diantara sejuta umat, hanya satu yang tau dan mengerti bahwa saat ini ada Buddha yang hidup ditengah-tengah umat manusia. kendatipun ia tidak atau belum berjumpa, tapi dengan akalnya yang jernih ia mampu memahami bahwa buddha yang tercerahkan sempurna ada hadir di dunia saat ini.

diantara sejuta umat yang meyakini bahwa ada buddha yang hidup di dunia saat ini, hanya satu yang berusaha mencari di mana sang Buddha berada. dan ketahuilah dengan benar, bahwa diantara sejuta orang yang mencari sang Buddha, hanya satu saja yang diperkenankan bertemu dengan Nya. Apakah anda tidak sanggup memahami hal ini?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 16 May 2011, 10:57:48 PM
saya mengagumi ajaran buddha pada madzhab theravada. oleh karena itu, saya sangat berterima kasih pada para penulis buku Theravada di dalam dan luar negeri. dari mereka, saya banyak belajar. dan dari apa-apa yang mereka tuturkan, saya telah membuat banyak kesimpulan. selanjutnya, terbukalah kebenaran baru - kebenaran baru yang tidak mudah di fahami oleh kebanyakan orang, termasuk oleh umat buddha sendiri, mungkin termasuk oleh para penulis buku yang telah saya anggap sebagai para guru saya sendiri. dan saya menemukan, banyak ajaran yang nyeleneh dalam agama Buddha yang bertentangan dengan sutta-sutta. Tetapi, tidak lah mudah memahamkan semua hal itu. saya hanya ingin mengatakan bahwa salah satu hal yang saya anggap nyeleneh adalah anggapan "tiadanya buddha yang hidup saat ini" serta keyakinan pada mazhab theravada bahwa setelah parinibana sang Buddha tidak terlahir kembali. sedangkan sang Buddha sendiri tidak menyatakan demikian. banyak orang berbohong, "sang Buddha berkata begini atau begitu" tapi kalau ditanyakan bukti otentiknya tak pernah bisa ditunjukan. waspadalah!

diantara sejuta umat, hanya satu yang tau dan mengerti bahwa saat ini ada Buddha yang hidup ditengah-tengah umat manusia. kendatipun ia tidak atau belum berjumpa, tapi dengan akalnya yang jernih ia mampu memahami bahwa buddha yang tercerahkan sempurna ada hadir di dunia saat ini.

diantara sejuta umat yang meyakini bahwa ada buddha yang hidup di dunia saat ini, hanya satu yang berusaha mencari di mana sang Buddha berada. dan ketahuilah dengan benar, bahwa diantara sejuta orang yang mencari sang Buddha, hanya satu saja yang diperkenankan bertemu dengan Nya. Apakah anda tidak sanggup memahami hal ini?

bukannya anda sendiri yang menyarankan untuk belajar langsung ke arahat?
untuk yg di bold biru, berarti anda sendiri belajar dari buku2 dong? kenapa gak cari arahat langsung aja  ;D

bisa tolong tunjukan , ajaran dalam buddha yang nyeleneh dimana? mohon maklum saya ini umat awam  _/\_
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: waliagung on 16 May 2011, 11:19:10 PM
sy lebih berterima kasi kepada ortu yg merawat dan khamma yg mempertemukan sy dgn dhamma buddha no sekte
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 17 May 2011, 12:01:50 AM
bukannya anda sendiri yang menyarankan untuk belajar langsung ke arahat?
untuk yg di bold biru, berarti anda sendiri belajar dari buku2 dong? kenapa gak cari arahat langsung aja  ;D

bisa tolong tunjukan , ajaran dalam buddha yang nyeleneh dimana? mohon maklum saya ini umat awam  _/\_

suatu waktu, dalam meditasi saya, saya mengalami "meraga sukma". anda tau kan meraga sukma?

ketika "ruh" (tubuh batin) saya ada di langit, saya melihat seluruh makhluk ini sebenarnya merupakan kumpulan cahaya dengan kadar terang yang berbeda-beda. manusia yang cahayanya paling terang, itulah yang paling suci, yang darinya telah hilang "rajas" (kebodohan batin). lalu saya memandang ke arah barat daya, di sana saya melihat ada makhluk yang cahayanya terang benderang, menyentuh segenap penjuru semesta. tapi ia berada di bumi. maka saya yakin, makhluk adalah manusia agung yang paling suci, yang tercerahkan sempurna.

setelah saya kembali ke alam raga saya, lalu saya berkelana untuk mencari manusia agung itu ... setahun....dua tahun... naik gunung, turun gunung, saya terus besabar, ...demi bertemu manusia agung itu.

bersambung ....
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 17 May 2011, 12:11:24 AM
ternyata di dunia banyak orang yang mengaku "Buddha yang hidup", banyak orang yang mengaku "orang suci", mengaku "yang tercerahkan sepenuhnya". setelah sekian lama pencarian, ternyata yang ditemukan bukan satu, tapi banyak. tapi, diantara orang suci, pastilah ada yang paling suci. diantara yang baik, tentu ada yang terbaik. dengan cara apa saya akan mengetahuinya?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 17 May 2011, 12:16:08 AM
 :-t :-&
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 17 May 2011, 12:52:56 AM
apakah anda tidak ingat bahwa anda telah menanyakan pengertian "apa itu diri" menurut pendapat saya?
betul, saya sudah menanyakan. Tapi anda tidak menjawab apa itu diri. Coba anda cari dari awal postingan anda jika anda sudah menjawabnya "Apa itu diri"




Quote
mungkin saja ada alasan yang lain dari itu, tapi saya tidak atau kurang menyadarinya.
berarti barometer logika anda hanya sampai disini sanggup mengukurnya. barometer logika anda tidak layak dipakai untuk memelajari sutta. terima kasih.



Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 17 May 2011, 01:00:02 AM
betul, saya sudah menanyakan. Tapi anda tidak menjawab apa itu diri. Coba anda cari dari awal postingan anda jika anda sudah menjawabnya "Apa itu diri"

kalo anda bilang saya belum jawab, itu artinya kita harus "turun level". he..he..

mari kita pikirkan yang lebih sederhana lagi, yang lebih mudah lagi, yang cukup gampil untuk kita fahami bersama.

karena sudah sangat jelas, saya telah menjawab pertanyaan anda. tapi anda bilang "belum". sudahlahlah, jangan diteruskan bahasan yang ini. tidak akan baik akibatnya. masih banyak persoalan lain yang bisa lebih mudah untuk kita diskusikan.


Quote
berarti barometer logika anda hanya sampai disini sanggup mengukurnya. barometer logika anda tidak layak dipakai untuk memelajari sutta. terima kasih.


saya tanya  dan jawab dengan jujur!

1. apa anda iri, karena orang lain lebih pintar
2. apakah anda sangat tidak suka dengan orang lain, karena orang lain tampak sombong di mata anda?
3. apakah anda marah, karena anda merasa harga diri anda dilecehkan orang lain
4. apakah anda senang mengatakan orang lain begini dan begitu dengan penilaian yang rendah agar orang lain merasa sakit hati?
5. apakah anda merasa lebih memahami logika dari pada saya?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 17 May 2011, 01:10:18 AM
kalo anda bilang saya belum jawab, itu artinya kita harus "turun level". he..he..

mari kita pikirkan yang lebih sederhana lagi, yang lebih mudah lagi, yang cukup gampil untuk kita fahami bersama.

karena sudah sangat jelas, saya telah menjawab pertanyaan anda. tapi anda bilang "belum". sudahlahlah, jangan diteruskan bahasan yang ini. tidak akan baik akibatnya. masih banyak persoalan lain yang bisa lebih mudah untuk kita diskusikan.


saya tanya  dan jawab dengan jujur!

1. apa anda iri, karena orang lain lebih pintar
2. apakah anda sangat tidak suka dengan orang lain, karena orang lain tampak sombong di mata anda?
3. apakah anda marah, karena anda merasa harga diri anda dilecehkan orang lain
4. apakah anda senang mengatakan orang lain begini dan begitu dengan penilaian yang rendah agar orang lain merasa sakit hati?
5. apakah anda merasa lebih memahami logika dari pada saya?
tapi kalau dilihat dalam hal ini dan di posting manapun , anda lebih cenderung pintar memainkan kata, tapi untuk menjawab..  :) saya harus akui pemikiran logis sis sriyeklina lebih tinggi dari anda. seharusnya anda lebih jeli terhadap tiap jawaban saya di sebelah, kenapa saya memilih meng "iya" kan kata2 anda, karena apa jawaban anda selalu berputar, diskusi dengan anda bukan mendapat titik temu , tetapi malah sebaliknya malah membuat diskusi semakin melenceng jauh dari apa yang ingin di diskusikan.
seperti comment anda di atas ini, sangat menunjukan diri anda adalah orang yang ingin di sanjung, ingin di anggap lebih dari orang lain dan berkesan sombong , itu sangat benar sekali. bahkan mungkin anda ingin saya sebut lagi sebagai arahat seperti di tread sebelah?
coba anda gunakan ilmu logika anda yang entah anda pelajari dari mana.
dan saya pun berani mengatakan  ilmu logika orang lain itu lebih tinggi dari anda.  _/\_
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 17 May 2011, 01:22:43 AM
tapi kalau dilihat dalam hal ini dan di posting manapun , anda lebih cenderung pintar memainkan kata, tapi untuk menjawab..  :) saya harus akui pemikiran logis sis sriyeklina lebih tinggi dari anda. seharusnya anda lebih jeli terhadap tiap jawaban saya di sebelah, kenapa saya memilih meng "iya" kan kata2 anda, karena apa jawaban anda selalu berputar, diskusi dengan anda bukan mendapat titik temu , tetapi malah sebaliknya malah membuat diskusi semakin melenceng jauh dari apa yang ingin di diskusikan.
seperti comment anda di atas ini, sangat menunjukan diri anda adalah orang yang ingin di sanjung, ingin di anggap lebih dari orang lain dan berkesan sombong , itu sangat benar sekali. bahkan mungkin anda ingin saya sebut lagi sebagai arahat seperti di tread sebelah?
coba anda gunakan ilmu logika anda yang entah anda pelajari dari mana.
dan saya pun berani mengatakan  ilmu logika orang lain itu lebih tinggi dari anda.  _/\_

he..he... intinya anda tidak tertarik dengan ilmu logika saya. tapi anda sangat terpikat dengan kesombongan saya.

jadi, selamat menikmati!
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 17 May 2011, 01:26:29 AM
saya sengaja menyebarkan kesombongan dan juga ilmu . orang berakal akan sibuk memikirkan ilmu yang saya tebarkan. orang bodoh akan sibuk memikirkan kesombongan saya.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 17 May 2011, 01:27:00 AM
sabbe  sankhara anicca  _/\_
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 17 May 2011, 01:28:15 AM
sabbe  sankhara anicca  _/\_

apakah anda masih melekati kesombongan saya?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 17 May 2011, 03:59:02 AM
kalo anda bilang saya belum jawab, itu artinya kita harus "turun level". he..he..

mari kita pikirkan yang lebih sederhana lagi, yang lebih mudah lagi, yang cukup gampil untuk kita fahami bersama.

karena sudah sangat jelas, saya telah menjawab pertanyaan anda. tapi anda bilang "belum". sudahlahlah, jangan diteruskan bahasan yang ini. tidak akan baik akibatnya. masih banyak persoalan lain yang bisa lebih mudah untuk kita diskusikan.


saya tanya  dan jawab dengan jujur!

1. apa anda iri, karena orang lain lebih pintar
2. apakah anda sangat tidak suka dengan orang lain, karena orang lain tampak sombong di mata anda?
3. apakah anda marah, karena anda merasa harga diri anda dilecehkan orang lain
4. apakah anda senang mengatakan orang lain begini dan begitu dengan penilaian yang rendah agar orang lain merasa sakit hati?
5. apakah anda merasa lebih memahami logika dari pada saya?
Sori bro, saya tidak berminat melayani sesuatu yang menurut saya tidak bermanfaat. Kalau menurut barometer logika saya paling tidak lama lagi, anda akan tumimbal lahir lagi.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 17 May 2011, 01:20:39 PM
Sori bro, saya tidak berminat melayani sesuatu yang menurut saya tidak bermanfaat. Kalau menurut barometer logika saya paling tidak lama lagi, anda akan tumimbal lahir lagi.
=)) =))



tapi sis gak salahnya juga sih kalau diskusi sama arahat, dia arahat lho sis.. :)) :)) :)) :)) bila perlu sis kita yang menurunkan level diskusi kita buat dia, mungkin level diskusi kita terlalu tinggi buat arahat satria   ;D
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 17 May 2011, 01:42:43 PM
suatu waktu, dalam meditasi saya, saya mengalami "meraga sukma". anda tau kan meraga sukma?

ketika "ruh" (tubuh batin) saya ada di langit, saya melihat seluruh makhluk ini sebenarnya merupakan kumpulan cahaya dengan kadar terang yang berbeda-beda. manusia yang cahayanya paling terang, itulah yang paling suci, yang darinya telah hilang "rajas" (kebodohan batin). lalu saya memandang ke arah barat daya, di sana saya melihat ada makhluk yang cahayanya terang benderang, menyentuh segenap penjuru semesta. tapi ia berada di bumi. maka saya yakin, makhluk adalah manusia agung yang paling suci, yang tercerahkan sempurna.

setelah saya kembali ke alam raga saya, lalu saya berkelana untuk mencari manusia agung itu ... setahun....dua tahun... naik gunung, turun gunung, saya terus besabar, ...demi bertemu manusia agung itu.

bersambung ....

pertanyaan saya aja gak bisa di jawab, dimananya bro pelajaran buddha yang nyeleneh.. kasih pencerahan dong....

wow meragah sukma tuh ...itu sih mungkin kebanyakan baca buku komik .. kurangin bro.. baca sutta2 aja , kalau bro sakti kenapa repot2 nyari . tinggal panggil aja dong pasti bisa  datang. kalau yang di barat mungkin pas bro liat dia lagi bawa kaca yang kepantul matahari....  :)) :))

makin aneh aja, orang ngaku berpikiran logis kok masih suka berhayal, coba anda pikir dengan logika anda yang super tinggi, masuk akal gak cerita anda  :))

saya sengaja menyebarkan kesombongan dan juga ilmu . orang berakal akan sibuk memikirkan ilmu yang saya tebarkan. orang bodoh akan sibuk memikirkan kesombongan saya.
:)) untuk apa saya belajar logika dari anda, logika anda itu bukan logika, justru orang berakal males melayani ocehan orang seperti anda apalagi sibuk memikirkan hal yang tidak penting dari anda kelihatannya tidak mungkin  , dan orang bodoh akan pergi mendengar anda yang sombong .
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 17 May 2011, 07:10:48 PM
=)) =))



tapi sis gak salahnya juga sih kalau diskusi sama arahat, dia arahat lho sis.. :)) :)) :)) :)) bila perlu sis kita yang menurunkan level diskusi kita buat dia, mungkin level diskusi kita terlalu tinggi buat arahat satria   ;D

nah, mungkin iya begitu. masalahnya, apakah anda mampu atau tidak menurunkan level materi diskusinya?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 17 May 2011, 07:14:56 PM
nah, mungkin iya begitu. masalahnya, apakah anda mampu atau tidak menurunkan level materi diskusinya?
silahkan saja anda membuka diskusi, bebas kok  :)
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 17 May 2011, 07:19:53 PM
silahkan saja anda membuka diskusi, bebas kok  :)

ini pertanyaan yang mudah untuk anda jawab, Tahukah anda mengenai 6 aturan dasar logika?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 17 May 2011, 07:29:56 PM
ini pertanyaan yang mudah untuk anda jawab, Tahukah anda mengenai 6 aturan dasar logika?
logika itu sendiri merupakan dasar dari cara berpikir seseorang dalam menilai sesuatu
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 18 May 2011, 01:18:16 AM
=)) =))



tapi sis gak salahnya juga sih kalau diskusi sama arahat, dia arahat lho sis.. :)) :)) :)) :)) bila perlu sis kita yang menurunkan level diskusi kita buat dia, mungkin level diskusi kita terlalu tinggi buat arahat satria   ;D
Bro, pernah membaca sutta yang berisikan kata-kata ini?

4. "Ananda, untuk bhikkhu Channa, setelah Aku meninggal, kenakanlah hukuman brahma (brahma danda) kepadanya." "Bhante, tetapi apakah yang dimaksud dengan brahma danda itu?"
    "Ananda, bhikkhu Channa dapat berkata apa saja yang diinginkannya, tetapi para bhikkhu tidak perlu bercakap-cakap dengan dia, tidak perlu menegur atau pun memperingatkannya."


Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 18 May 2011, 01:39:44 AM
Bro, pernah membaca sutta yang berisikan kata-kata ini?

4. "Ananda, untuk bhikkhu Channa, setelah Aku meninggal, kenakanlah hukuman brahma (brahma danda) kepadanya." "Bhante, tetapi apakah yang dimaksud dengan brahma danda itu?"
    "Ananda, bhikkhu Channa dapat berkata apa saja yang diinginkannya, tetapi para bhikkhu tidak perlu bercakap-cakap dengan dia, tidak perlu menegur atau pun memperingatkannya."


belum sis, apa itu  _/\_
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Sostradanie on 18 May 2011, 02:43:14 PM
belum sis, apa itu  _/\_
Itu artinya bro,tidak usah dilawan berdebat jika kita sudah tahu bahwa orang itu merasa diri-nya sudah pintar/hebat. Biarkan dia ngomong apapun. Dan tidak usah diladeni.
Jika seseorang merasa dirinya sudah pintar, dia tidak akan mau mendengarkan saran/nasihat dari orang lain.Karena dia sudah tidak butuh untuk belajar lagi.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 18 May 2011, 02:45:35 PM
Itu artinya bro,tidak usah dilawan berdebat jika kita sudah tahu bahwa orang itu merasa diri-nya sudah pintar/hebat. Biarkan dia ngomong apapun. Dan tidak usah diladeni.
Jika seseorang merasa dirinya sudah pintar, dia tidak akan mau mendengarkan saran/nasihat dari orang lain.Karena dia sudah tidak butuh untuk belajar lagi.
_/\_ terima kasih atas masukannya sis
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: dilbert on 18 May 2011, 05:27:29 PM
hmm....relatif dengan yang relatif semuanya berinteraksi membangun seakan2 ada yang obyektif.....relatif tidk hilang karena sesungguhnya memang ga pernah ada

cuman ilusi semua....he2

coba kepala-nya di-tubruk-kan ke dinding keras-keras... cari tahu apa sakit (penderitaan) itu ILUSI atau NYATA ?
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: wang ai lie on 18 May 2011, 05:29:08 PM
coba kepala-nya di-tubruk-kan ke dinding keras-keras... cari tahu apa sakit (penderitaan) itu ILUSI atau NYATA ?
=))
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Satria on 18 May 2011, 08:01:04 PM
banyak hal yang saya pelajari di sini. salah satunya adalah belajar mengenal, bagaimana karakteristik dari umat Budhis.

Itu artinya bro,tidak usah dilawan berdebat jika kita sudah tahu bahwa orang itu merasa diri-nya sudah pintar/hebat. Biarkan dia ngomong apapun. Dan tidak usah diladeni.
Jika seseorang merasa dirinya sudah pintar, dia tidak akan mau mendengarkan saran/nasihat dari orang lain.Karena dia sudah tidak butuh untuk belajar lagi.

dalam Logika, pernyataan sdr. Sriyeklina itu disebut fallacy of Bad Names Calling.
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 05 June 2011, 05:12:51 PM
Astaga. Sudah minum sembilan. :o
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: pannadevi on 05 June 2011, 05:16:37 PM
duhh....ternyata yg dimaksud "minus"....kok nulisnya "minum"...sampe nyari2 minum apakah?  ;D
Title: Re: Kebenaran Objektif
Post by: Nevada on 05 June 2011, 06:20:59 PM
duhh....ternyata yg dimaksud "minus"....kok nulisnya "minum"...sampe nyari2 minum apakah?  ;D

Salah tulis. :))