//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: vedana bukan diri?  (Read 6538 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: vedana bukan diri?
« Reply #15 on: 13 April 2012, 11:40:32 PM »
ada yg dapat menjawab dasar dari kegundahan saya?
Dari memory/ingatan yang tersimpan berdasarkan pengalaman yang lalu.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: vedana bukan diri?
« Reply #16 on: 14 April 2012, 12:06:39 PM »
Quote
yg menjadi dasar kebingungan saya ialah, darimana munculnya labeling ini sakit, ini tidak sakit, ini enak, ini tdk enak. thx
ada yg dapat menjawab dasar dari kegundahan saya?
Perasaan jasmani (yang terkondisi oleh indriah fisik mata, telinga, hidung, lidah, tubuh), muncul bergantung pada objek indriah dan organ indria kita sendiri.
Contoh sederhana:
1. Objek minuman panas yang sama, terkena lidah orang yang biasa makan/minum panas, rasanya netral atau menyenangkan, tapi terkena orang yang tidak terbiasa, bisa jadi tidak menyenangkan (melepuh).
2. Suara keras terhadap orang yang agak tuli tidak mengganggu di telinga, sedangkan pada yang sensitif, rasanya sungguh tidak menyenangkan.

Perasaan bathin (yang terkondisi oleh pikiran), muncul bersamaan dengan kontak bentukan pikiran/ide/gagasan dengan indera pikiran. Ketika bathin masih dilekati oleh Lobha, Dosa, Moha, maka perasaan itu terus timbul.
Contoh sederhana:
1. Umat Buddha yang melekati agamanya, melekati gagasan 'agamaku paling baik', ketika mendengar agamanya disinggung, muncul suatu penolakan, akhirnya membawa pada kebencian/kemarahan, sedangkan kalau dipuji, merasa senang dan bangga.
2. Melihat sosok wanita yang super cantik, maka timbul perasaan menyenangkan. Kemudian jika diberi keterangan bahwa itu adalah transexual dari Thailand, maka perasaan menyenangkan itu bisa menguap hilang. Itu karena pikiran kita masih terkondisi pada kemelekatan seksual, maka timbul konsep yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara seksual, walaupun objek yang dipersepsi mata adalah sama (netral).

Secara singkat, perasaan jasmani timbul bergantung pada keterkondisian jasmani (tidak dilabeli), sedangkan perasaan bathin timbul bergantung pada keterkondisian kekotoran bathin kita ('dilabeli' oleh Lobha-Dosa-Moha).

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: vedana bukan diri?
« Reply #17 on: 15 April 2012, 12:32:39 AM »
ada yg dapat menjawab dasar dari kegundahan saya?

Perasaan jasmani (yang terkondisi oleh indriah fisik mata, telinga, hidung, lidah, tubuh), muncul bergantung pada objek indriah dan organ indria kita sendiri.
Contoh sederhana:
1. Objek minuman panas yang sama, terkena lidah orang yang biasa makan/minum panas, rasanya netral atau menyenangkan, tapi terkena orang yang tidak terbiasa, bisa jadi tidak menyenangkan (melepuh).
2. Suara keras terhadap orang yang agak tuli tidak mengganggu di telinga, sedangkan pada yang sensitif, rasanya sungguh tidak menyenangkan.

Perasaan bathin (yang terkondisi oleh pikiran), muncul bersamaan dengan kontak bentukan pikiran/ide/gagasan dengan indera pikiran. Ketika bathin masih dilekati oleh Lobha, Dosa, Moha, maka perasaan itu terus timbul.
Contoh sederhana:
1. Umat Buddha yang melekati agamanya, melekati gagasan 'agamaku paling baik', ketika mendengar agamanya disinggung, muncul suatu penolakan, akhirnya membawa pada kebencian/kemarahan, sedangkan kalau dipuji, merasa senang dan bangga.
2. Melihat sosok wanita yang super cantik, maka timbul perasaan menyenangkan. Kemudian jika diberi keterangan bahwa itu adalah transexual dari Thailand, maka perasaan menyenangkan itu bisa menguap hilang. Itu karena pikiran kita masih terkondisi pada kemelekatan seksual, maka timbul konsep yang menyenangkan dan tidak menyenangkan secara seksual, walaupun objek yang dipersepsi mata adalah sama (netral).

Secara singkat, perasaan jasmani timbul bergantung pada keterkondisian jasmani (tidak dilabeli), sedangkan perasaan bathin timbul bergantung pada keterkondisian kekotoran bathin kita ('dilabeli' oleh Lobha-Dosa-Moha).

sadhu....

jadi idealnya apakah keterkondisian jasmani ini harus dalam keadaan apa? (normal/sensitif/kurang sensitif)
ketika manusia normal tersayat pisau muncul "rasa sakit" (berarti di sini batin sudah bermain ya bro ?)
atau idealnya
ketika tersayat pisau , ia hanya mengetahui ada luka yg disebabkan oleh sayatan pisau dan mengeluarkan darah.

jadi jasmani dan batin ini saling kait mengaitkah?

mohon komentarnya
Samma Vayama

Offline asunn

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 212
  • Reputasi: 13
Re: vedana bukan diri?
« Reply #18 on: 15 April 2012, 01:54:03 PM »
pada saat anak kecil berbaris dan masing2 akan di suntik vaccine... reaksi mereka berbeda2 terhadap jarum suntik, ada yg meringis, ada yg sudah nangis duluan sebelom jarum nyenggol, ada yg histeris dsb. terlihat bahwa dalam kondisi bathin yg kurang clear/terkondisi maka proses yg diterima sudah tidak murni lagi tetapi jika pengalaman ini yang di landasi oleh pengamatan yg "direct" rasa sakit itu juga tetap ada tetapi yg "sewajar"nya. Jadi misalnya impact sakit dgn nilai normal 3, ada anak yang bisa melipatgandakan rasa sakit tsb menjadi 7 bahkan 15, yg pasti nilai sakitnya ga bisa di bawah 3 hehehhe sekian opini saya bro
« Last Edit: 15 April 2012, 01:56:38 PM by asunn »

Offline asunn

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 212
  • Reputasi: 13
Re: vedana bukan diri?
« Reply #19 on: 15 April 2012, 01:54:44 PM »
btw just curious... ente baru tersayat pisau andry? hihi

Offline andry

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.117
  • Reputasi: 128
Re: vedana bukan diri?
« Reply #20 on: 15 April 2012, 02:47:31 PM »
btw just curious... ente baru tersayat pisau andry? hihi
hehe...kaga.
Samma Vayama

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: vedana bukan diri?
« Reply #21 on: 16 April 2012, 12:12:28 PM »
sadhu....

jadi idealnya apakah keterkondisian jasmani ini harus dalam keadaan apa? (normal/sensitif/kurang sensitif)
ketika manusia normal tersayat pisau muncul "rasa sakit" (berarti di sini batin sudah bermain ya bro ?)
atau idealnya
ketika tersayat pisau , ia hanya mengetahui ada luka yg disebabkan oleh sayatan pisau dan mengeluarkan darah.

jadi jasmani dan batin ini saling kait mengaitkah?

mohon komentarnya
Keterkondisian jasmani itu adalah hal yang lahiriah, bisa juga seperti sensitifitas (seperti kulit wanita lebih sensitif pada sentuhan), ketahanan sakit (wanita juga lebih tahan sakit), pengaruh obat (anestesi/analgesic).

Umumnya, setiap perasaan jasmani muncul, hampir selalu perasaan bathin pun ikut muncul. Pengendalian pikiran itu diaplikasikan agar ketika perasaan sakit jasmani muncul, kita tidak tambahkan lagi dengan perasaan sakit bathin. Jadi seperti waktu Buddha Gotama kakinya kena serpihan batu, secara jasmani sakit, tapi karena pikiran seimbang, tidak ada perasaan bathin menderita.

Jadi ketika kita tersayat pisau, apakah pikiran kita melabeli atau tidak, secara jasmani memang kita merasakan sakit. Kemudian pikiran bisa melabeli dengan berbagai cara, misalnya yang paling umum dan unik, orang masokis bisa merasa nikmat secara bathin walaupun tubuhnya merasakan sakit.

Perasaan jasmani dan bathin bisa sangat berkaitan dan saling mempengaruhi, tergantung individual.
Perasaan fisik mempengaruhi perasaan bathin, seperti contohnya bro asunn itu, bagi anak yang takut pada jarum suntik, walaupun 'penderitaan' secara jasmaninya relatif sama, tapi penderitaan bathinnya jauh lebih besar dibanding dengan yang tidak takut jarum. Makin sakit jasmaninya, terlebih lagi bathinnya menderita.

Sebaliknya perasaan bathin mempengaruhi perasaan jasmani juga mungkin, sebab perasaan sakit jasmani ditentukan oleh persepsi sakit di otak, yang kerjanya pun dipengaruhi oleh 'sikap bathin' kita. Misalnya jika kita tenang, mempengaruhi neurotransmitter di otak yang meredakan sakit.

Menurut saya begitu. :)



 

anything