//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Lu Sheng Yen dan Buddhism  (Read 158908 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #195 on: 02 March 2010, 11:00:27 AM »
Mengaku ajaran Sang Buddha, harus bisa membaca tuntas semua wejangan Sakyamuni Buddha
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #196 on: 02 March 2010, 11:03:13 AM »
intinya, sudah berpuluh2 halaman murid LSY tidak bisa memberikan pencerahan pada member sini, dengan bahasa yang berbelit2 sudah jelas pengetahuannya tentang TBSN sangat minim. menghabiskan waktu saja nih.

Saya udah merekomendasikan murid-murid mahaguru yang mencapai pencerahan. apanya yang berbelit-belit ???????????????????????????????????
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #197 on: 02 March 2010, 11:07:32 AM »
Sepertinya sudah jelas, pengetahuan indra_ihong ini masih dangkal mengenai TBSN, dia hanya seorang umat fanatik yang tidak mengetahui ajarannya, sedikit2 tanya maha guru, sedikit2 tanya maha guru, tanya maha guru kok sedikit2 kakakakakak

Ungkapkan dulu sutta-sutta yang pernah anda baca.
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #198 on: 02 March 2010, 11:08:59 AM »
Jika tidak mau bertemu mahaguru, murid-murid pencerahan juga ok ?
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #199 on: 02 March 2010, 11:14:24 AM »
Bagi yang mau bertanya pada indera_ihong, lebih baik pilih salah satu jawaban di bawah ini:

1. Tanya pada mahaguru
2. Baca Sutta/Sutra dulu secara lengkap
3. Baca halaman-halaman sebelumnya.

Selebihnya, daripada penuh-penuhin DC dengan junk, sementara di-lock dulu.


03/03/10
Dibuka lagi. Semoga lebih baik.
« Last Edit: 03 March 2010, 08:37:31 AM by Kainyn_Kutho »

Offline Suparman

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #200 on: 03 March 2010, 07:38:42 AM »
Numpang sharing ya  ^-^

pernah sekali nyasar tuh ke wihara LSY yang di daerah Kelapa Gading (dekat MOI) karena disana ada rupang Se Mien Fo (Brahmana Sahampati). Maksud hati hanya mampir memberikan hormat pada rupang Se Mien Fo dan tak tau kalo disana adalah tempat LSY bercokol. Eh, malah diajak oleh samwan there untuk mampir. Rupang di dalam RUKO tersebut banyak yang ane tidak kenal dan lumanyan bagi "aneh" bagi ane akhirnya ane diajak oleh samwan tersebut untuk "konsultasi" dengan seorang "bhiksu" disana yang katanya tak bisa bhs indo dan hanya bisa inggris karena lama di amrik. Ada peterjemahnya lengkap lo (walau ane tak membutuhkan penterjemah tersebut  :)) ).

Si "bhiksu" tersebut menyatakan kalo ane punya jodoh dengan Buddha tapi perlu bimbingan dari sang "mahaguru" LSY agar ane tidak tersesat (perasaan kalo masuk alirannya, ane malah bisa tersesat  ;) ). Diberikan formulir pendaftaran jadi member disana (busyet, udah kayak mau jadi member clubbing aja). Diberitahukan juga pada ane, oleh samwan tersebut bahwa "mahaguru" pernah ngopi bareng Buddha dan ye++s (ane baru tau kalo si ye++s suka ngopi karena di buku dongeng tentang ye++s, ane taunya si ye++s sukanya jadi drunken master). Akhirnya ane pamit dan membuat janji palsu bahwa ane akan mampir lagi  :D

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #201 on: 03 March 2010, 10:15:15 AM »
Maaf, ya jika anda memiliki pengalaman yang buruk.

Saya juga memiliki pengalaman yang buruk pada masa lalu saya, namun saya positive thinking, dan merenung secara kritis.

Tiap tulisan mahaguru saya juga saya renungi secara kritis.

Saya bukan pengurus vihara dimanapun. Saya pernah ke Ruko yang anda maksud, pada saat diadakan upacara doa, namun semuanya berjalan dengan baik.
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #202 on: 03 March 2010, 10:18:24 AM »
intinya jalani aja deh, bagi yang menganggap sesat tinggalkan, bagi yang percaya silahkan jalani saja, masing2 punya keinginan bebas untuk memilih. yang tidak setuju gak usah koar2 lagi karena ini sudah batas keimanan seseorang tidak boleh mengganggu iman orang lain, paling karma masing2 yang berjalana dan menentukan kedepannya.
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #203 on: 03 March 2010, 10:41:36 AM »
Acarya Lian Fu.
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #204 on: 03 March 2010, 10:50:27 AM »
Acarya Lian Ming
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #205 on: 03 March 2010, 10:59:26 AM »
[EDITED: mohon jgn menggunakan font besar2x.]

Penjelasan Acarya Lianming yang telah mencapai Pencerahan :

Mengenai kesungguhan dalam bhavana, ada satu tulisan Mahaguru yang membicarakan hal tersebut dengan sangat konkrit, judulnya adalah "Sesuai dengan Kelayakan", ini adalah sebuah karya tulis yang sangat konkrit, poin terpenting di dalamnya adalah menjelaskan bahwa para sadhaka semua mengerti Sifat Buddha tidak lahir juga tidak musnah, semua orang mempunyainya, namun mengapa masih terombang ambing dalam kelahiran dan kematian ? kenapa masih terikat oleh kelahiran dan kematian ? para sadhaka semuanya mengatakan bahwa segala sesuatu adalah ilusi, namun kenapa masih saja dirisaukan oleh rupa-rupa di luar ?

Di dalam karangannya, Mahaguru mengatakan :

Saat Gadis Antizhe bertanya pada Manjusri Bodhisattva : "Jelas-jelas mengetahui teori mengenai ketidak lahiran, namun kenapa masih diombang ambingkan oleh kelahiran dan kematian ?"

Manjusri Bodhisattva menjawab :

"Kekuatannya belum cukup."

Maksud dari kata " Kekuatannya belum cukup" adalah kemampuannya masih belum cukup. Darimanakah kemampuan itu ? kemampuan itu berasal dari kesungguhan bhavana. Sedangkan kesungguhan bersadhana datang dari ketekunan.


Banyak orang salah sangka dalam mengartikan kesungguhan bhavana, banyak orang menanyakan bagaimanakah yang dikatakan kesungguhan bhavana. Karena tidak paham, maka banyak orang tanpa henti mengerjakan target, tanpa henti bersadhana dan menjapa mantra, menarik senar sangat kencang, bahkan sampai sedikit waktu istirahat pun tidak ada, namun mengira bahwa dengan demikian ia telah sungguh berbhavana, namun sebenarnya ketekunan bersadhana tidaklah sama dengan kesungguhan bhavana.


Ketekunan dibagi menjadi dua, yang pertama adalah ketekunan jasmani, contohnya adalah seorang sadhaka setiap harinya harus melakukan berapa kali sadhana, menjapa berapa kali mantra, bermeditasi berapa kali, melakukan berapa kali mahanamaskara dan lain sebagainya. Ini merupakan ketekunan dari kuantitas.

Namun jika tidak berkonsentrasi dalam sadhana, saat menjapa mantra tidak dapat berkonsentrasi, saat meditasi banyak pikiran liar, tidak mengerti cara memasuki samadhi, tidak memahami batin sejati saat merenungkan Zen dan lain sebagainya...Beberapa jenis ketekunan ini sebenarnya hanyalah ketekunan jasmani, bukanlah ketekunan yang sesungguhnya. Karena arahnya tidak benar, maka beberapa ketekunan ini bukan sepenuhnya merupakan kesungguhan bhavana, hanya merupakan Buddha Dharma secara kulit luar saja. Ketekunan yang sejati adalah "Tidak luput dari batin."

Sadhaka senantiasa merenungkan Mulacarya, senantiasa beryukta dengan yidam dalam pikiran, senantiasa merenungkan makna zen, pikiran senatiasa beryukta dengan batin sejati, dalam setiap pikiran selalu berada dalam batin mula, berjalan - duduk maupun berbaring selalu demikian. Dengan demikian merupakan ketekunan yang sesungguhnya, bila melakukan bhavana dengan demikian, ini dinamakan kesungguhan bhavana.

Ketekunan jasmani hanyalah kulit luar, keberhasilan hanya dapat diperoleh dengan mengerahkan usaha dengan hati.


Namun, apakah dengan demikian berarti kita tidak perlu memperhatikan kuantitas sadhana dan penjapaan mantra ? bukan demikian. Hanya saja di luar kita bersadhana dan menjapa mantra, jangan keluar dari batin, jaga dan menetaplah pada batin mula kita. Menjaga tiap pikiran kita, supaya semua adalah kesucian, ini barulah kesungguhan bhavana.

Sadhaka yang senantiasa melakukan kegiatan sosial, perbuatan baik, berdana, mengira inilah Buddha Dharma. Sebenarnya ini hanya merupakan satu bagian dari Buddha Dharma, kegiatan sosial termasuk Dharma berkondisi, bukan kebenaran mutlak, juga bukan merupakan keseluruhan dari Buddha Dharma.

Jadi, apakah itu Buddha Dharma ?
Sesungguhnya Buddha Dharma adalah semua yang dapat membuat kita memotong kilesha dan mengakhiri kelahiran dan kematian . Dalam pandangan seorang yang tercerahkan, segala sesuatu adalah Buddha Dharma.

Bagaimana memotong kilesha ?

bagaimana mengakhiri kelahiran dan kematian ?

yang dijadikan tumpuan oleh seorang sadhaka adalah realisasi jati diri dan prajna pencerahan. Bila tiada Prajna akan pengenalan jati diri dan tiada pandangan benar mengenai pencerahan, maka segalanya adalah dharma berkondisi oleh karena itu masih akan terikat oleh kelahiran dan kematian.

Maka Patriak ke 5 pernah mengatakan :

"Tidak mengenal batin mula, bersadhana juga tiada manfaatnya."

Maksud dari kata tiada manfaat adalah tidak bisa lepas dari kelahiran dan kematian.


Bila tidak melihat Sifat Buddha, melafal nama agung, melantunkan sutra, berdana, menjaga sila dan kegiatan sosial, semuanya tidak akan dapat merealisasikan Kebuddhaan, semuanya tidak dapat terbebaskan dari tumimbal lahir.



Kenapa demikian ?



Karena melantunkan sutra memperoleh kebijaksanaan.

Menjaga sila memperoleh kelahiran di alam dewa.

Berdana memperoleh berkah.

Kegiatan sosial memperoleh jodoh baik.

Semua ini adalah dharma berkondisi.

Merupakan Dharma di dalam cakupan sebab akibat.

Merupakan dharma di dalam tumimbal lahir.

Tidak dapat lepas dari kelahiran dan kematian.

Maka Patriak ke 5 mengatakan :

"Tidak mengenal Sifat Buddha, bersadhana tiada manfaat."



Bersambung ke posting berikutnya
« Last Edit: 03 March 2010, 11:13:45 AM by Sumedho »
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #206 on: 03 March 2010, 11:01:35 AM »
ihong:
Apa yang membuat anda yakin akan apa yang diajarkan lsy ?
Apa yang membuat anda yakin kalau lsy merupakan orang suci ?
Apakah menurut lsy "pencerahan" adalah "terlahir di alam sukhavati" ?
Apa yang menjadi golden-goal (tujuan akhir) murid-murid lsy?
Apa kitab pedoman aliran yang dikembangkan oleh lsy?

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #207 on: 03 March 2010, 11:03:45 AM »
ihong:
Apa yang membuat anda yakin akan apa yang diajarkan lsy ?
Apa yang membuat anda yakin kalau lsy merupakan orang suci ?
Apakah menurut lsy "pencerahan" adalah "terlahir di alam sukhavati" ?
Apa yang menjadi golden-goal (tujuan akhir) murid-murid lsy?
Apa kitab pedoman aliran yang dikembangkan oleh lsy?
ada di belakang2 mbah, tanya maha guru ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline indra_ihong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 239
  • Reputasi: -11
  • Gender: Male
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #208 on: 03 March 2010, 11:21:49 AM »
Penjelasan Acarya Lian Ming yang mencapai Pencerahan (sambungan dari yang pertama) :

Yang diperlukan dalam pencapaian Kebuddhaan adalah mengenali jati diri. Bila tidak mengenal Sifat Buddha, sebab - akibat maupun Dharma lainnya, semua merupakan adharma (diluar yang sejati), disegala waktu dan tempat , semua tidak memahami batin mula.

Apakah dengan demikian kita tidak perlu berdana dan melakukan kebajikan ? Tentu saja bukan demikian !

Hanya saja selain kita menjalankan Sad Paramita, kita juga harus memperhatikan pembinaan batin.

Dalam Yogagurubhumisastra , Maitreya Bodhisattva mengatakan :

"Seorang siswa Buddha ada 5 bhumi untuk mencapai Kebuddhaan :

1. Bhumi bekal
2. Bhumi Prayoga
3. Bhumi Pencerahan
4. Bhumi bhavana
5. Bhumi Kesunyataan

Bhumi Pencerahan adalah menunjuk pada pencapaian pencerahan relialisasi jati diri, sedangkan Pencerahan berasal dari bhumi bekal dan bhumi prayoga.

Oleh karena itulah sadhaka seharusnya sering melaksanakan sad paramita, saat bekal berkah tercukupi, kemudian bhumi prayoga tersempurnakan, maka pencerahan sudah tidak jauh lagi.

Setelah pencerahan adalah jalan bhavana, dengan kata lain merupakan awal permulaan dari bhavana. Seperti apa yang Mahaguru katakan :

"Setelah pencerahan tentu saja harus meneruskan sadhana. Setelah mencapai pencerahan , mengenyahkan segala ikatan, barulah sempurna."

Yang dimaksud sebagai ikatan adalah avidya dalam  pikiran dan avidya sejak masa yang tak terhingga.

Yang belum mencapai pencerahan, segala pembinaan diri yang dilakukan adalah prayoga dan pengumpulan bekal.

Pencerahan adalah merealisasikan secara langsung Kesunyataan Buddhatta, kemudian menggunakan prajna dari pencerahan, mengubah avidya dalam pikiran dan avidya sejak masa lampau tak terhingga. Ini merupakan bhavana untuk mengubah kesadaran menjadi prajna.

Bodhisattva yang mampu merubah kesadaran menjadi Prajna mampu sekehendak hati tanpa melanggar sila, karena Bodhisattva yang telah merealisasikan anutpattikaksanti paham bagaimana mengubah ke dalam batinnya, mampu mengontrol dalam batin diri sendiri dan menyucikannya. Maka saat memperoleh pembebasan dari batin dan rupa, batin dan rupa tiada noda. Inilah sila batin, inilah seorang pengamal sila sejati.

Sesungguhnya banyak sadhaka memahami mengenai sunya, namun pemahamannya hanya sebatas teori tekstual belaka, tidak memahaminya dengan nyata.

Sering mendengar sadhaka mengatakan :

"Saya telah mencapai pencerahan dalam teorinya, sekarang tinggal sepenuh hati melakukan bhavana dan merealisasikannya."


Dalam Buddha Dharma ada pencerahan akan ajaran dan realisasi. Sedangkan yang disebut dengan pencerahan akan ajaran bukanlah semata pencerahan akan teori tekstual belaka. Pengertian akan toeori tekstual Buddha Dharma dan Sunyata sebenarnya bukanlah Pencerahan akan ajaran. Meskipun apa yang dibicarakan sangat mirip dengan seseorang yang telah tercerahkan, namun itu hanya sebatas pemahaman tekstual belaka.

Ada sebuah kalimat dari aliran Zen :

"Penjelasan ajaran melalui teks belaka berarti memusuhi Buddha Tiga Masa ; Namun bila tidak sesuai dengan kitab suci walau satu kata saja, bagaikan ucapan mara."

Kaalimat ini menjelaskan jika hanya memahami teks belaka,kemudian menjelaskan mengenai sutra, asalkan orang itu memiliki kemampuan tekstual,  maka sudah bisa menjelaskan sutra dengan tekstual. Namun tidak benar bila hanya dengan pemahaman teori seperti ini mengatakan bahwa diri sendiri sudah tercerahkan. Apa yang dibicarakannya juga bukan Dharma yang sejati. Karena tidak benar-benar memahami kitab ajaran, tidak benar-benar menyadari Buddhatta.

Maka di jaman dulu banyak sekali Guru Leluhur yang melarang siswa yang belum tercerahkan untuk melihat kitab ajaran, karena kuatir mereka terjerumus dalam pemahaman sebatas teori belaka, yang menyebabkan tidak memperoleh pencerahan yang sejati, bahkan tidak bisa lebih maju lagi untuk sepenuh hati melakukan bhavana.

Jadi, bagaimana Guru leluhur Zen mengajar siswanya ?

Guru Leluhur Zen ingin para siswa nya tercerahkan, dari kegigihannya dalam perenungan memperoleh realisasi, dengan demikian barulah sesuai dengan Dharma. Sadhaka Zen yang sejati sebenarnya tidak butuh terlalu banyak pengetahuan akan teori, asalkan cukup saja sudah boleh.
Yang diperlukan dalam pencapaian Kebuddhaan adalah mengenali jati diri. Bila tidak mengenal Sifat Buddha, sebab - akibat maupun Dharma lainnya, semua merupakan adharma (diluar yang sejati), disegala waktu dan tempat , semua tidak memahami batin mula.

Apakah dengan demikian kita tidak perlu berdana dan melakukan kebajikan ? Tentu saja bukan demikian !

Hanya saja selain kita menjalankan Sad Paramita, kita juga harus memperhatikan pembinaan batin.

Dalam Yogagurubhumisastra , Maitreya Bodhisattva mengatakan :

"Seorang siswa Buddha ada 5 bhumi untuk mencapai Kebuddhaan :

1. Bhumi bekal
2. Bhumi Prayoga
3. Bhumi Pencerahan
4. Bhumi bhavana
5. Bhumi Kesunyataan

Bhumi Pencerahan adalah menunjuk pada pencapaian pencerahan relialisasi jati diri, sedangkan Pencerahan berasal dari bhumi bekal dan bhumi prayoga.

Oleh karena itulah sadhaka seharusnya sering melaksanakan sad paramita, saat bekal berkah tercukupi, kemudian bhumi prayoga tersempurnakan, maka pencerahan sudah tidak jauh lagi.

Setelah pencerahan adalah jalan bhavana, dengan kata lain merupakan awal permulaan dari bhavana. Seperti apa yang Mahaguru katakan :

"Setelah pencerahan tentu saja harus meneruskan sadhana. Setelah mencapai pencerahan , mengenyahkan segala ikatan, barulah sempurna."

Yang dimaksud sebagai ikatan adalah avidya dalam  pikiran dan avidya sejak masa yang tak terhingga.

Yang belum mencapai pencerahan, segala pembinaan diri yang dilakukan adalah prayoga dan pengumpulan bekal.

Pencerahan adalah merealisasikan secara langsung Kesunyataan Buddhatta, kemudian menggunakan prajna dari pencerahan, mengubah avidya dalam pikiran dan avidya sejak masa lampau tak terhingga. Ini merupakan bhavana untuk mengubah kesadaran menjadi prajna.

Bodhisattva yang mampu merubah kesadaran menjadi Prajna mampu sekehendak hati tanpa melanggar sila, karena Bodhisattva yang telah merealisasikan anutpattikaksanti paham bagaimana mengubah ke dalam batinnya, mampu mengontrol dalam batin diri sendiri dan menyucikannya. Maka saat memperoleh pembebasan dari batin dan rupa, batin dan rupa tiada noda. Inilah sila batin, inilah seorang pengamal sila sejati.

Sesungguhnya banyak sadhaka memahami mengenai sunya, namun pemahamannya hanya sebatas teori tekstual belaka, tidak memahaminya dengan nyata.

Sering mendengar sadhaka mengatakan :

"Saya telah mencapai pencerahan dalam teorinya, sekarang tinggal sepenuh hati melakukan bhavana dan merealisasikannya."


Dalam Buddha Dharma ada pencerahan akan ajaran dan realisasi. Sedangkan yang disebut dengan pencerahan akan ajaran bukanlah semata pencerahan akan teori tekstual belaka. Pengertian akan toeori tekstual Buddha Dharma dan Sunyata sebenarnya bukanlah Pencerahan akan ajaran. Meskipun apa yang dibicarakan sangat mirip dengan seseorang yang telah tercerahkan, namun itu hanya sebatas pemahaman tekstual belaka.

Ada sebuah kalimat dari aliran Zen :

"Penjelasan ajaran melalui teks belaka berarti memusuhi Buddha Tiga Masa ; Namun bila tidak sesuai dengan kitab suci walau satu kata saja, bagaikan ucapan mara."

Kaalimat ini menjelaskan jika hanya memahami teks belaka,kemudian menjelaskan mengenai sutra, asalkan orang itu memiliki kemampuan tekstual,  maka sudah bisa menjelaskan sutra dengan tekstual. Namun tidak benar bila hanya dengan pemahaman teori seperti ini mengatakan bahwa diri sendiri sudah tercerahkan. Apa yang dibicarakannya juga bukan Dharma yang sejati. Karena tidak benar-benar memahami kitab ajaran, tidak benar-benar menyadari Buddhatta.

Maka di jaman dulu banyak sekali Guru Leluhur yang melarang siswa yang belum tercerahkan untuk melihat kitab ajaran, karena kuatir mereka terjerumus dalam pemahaman sebatas teori belaka, yang menyebabkan tidak memperoleh pencerahan yang sejati, bahkan tidak bisa lebih maju lagi untuk sepenuh hati melakukan bhavana.

Jadi, bagaimana Guru leluhur Zen mengajar siswanya ?

Guru Leluhur Zen ingin para siswa nya tercerahkan, dari kegigihannya dalam perenungan memperoleh realisasi, dengan demikian barulah sesuai dengan Dharma. Sadhaka Zen yang sejati sebenarnya tidak butuh terlalu banyak pengetahuan akan teori, asalkan cukup saja sudah boleh.


Masih ada lanjutan lagi Pembabaran dharma Acarya lianming, namun sampai disini.
Maafkan, tidak posting secara tuntas
« Last Edit: 03 March 2010, 11:23:23 AM by Sumedho »
Ujian Kehidupan itu adalah menjadi Sempurna. Cukup tau kebenaran. Hindari konflik yang tidak sependapat dengan anda. Hadapi Konflik yang tidak terhindarkan, hanya untuk membuktikan kebenaran di depan mata. Sampai ajal itu tiba dengan kedamaian, dan pikiran yang upeksa.

Offline johan3000

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 11.552
  • Reputasi: 219
  • Gender: Male
  • Crispy Lotus Root
Re: Lu Sheng Yen dan Buddhism
« Reply #209 on: 03 March 2010, 12:00:34 PM »
Quote
Karena melantunkan sutra memperoleh kebijaksanaan.

sutra ? (rasanya ini sejenis kain... yg terasa dingin dimusim panas?)

Bisakah dibuktikan ? dan kebijaksanaan jenis apakah yg diperoleh ?
Nagasena : salah satu dari delapan penyebab matangnya kebijaksanaan dgn seringnya bertanya

 

anything