Penjelasan Acarya Lian Ming yang mencapai Pencerahan (sambungan dari yang pertama) :
Yang diperlukan dalam pencapaian Kebuddhaan adalah mengenali jati diri. Bila tidak mengenal Sifat Buddha, sebab - akibat maupun Dharma lainnya, semua merupakan adharma (diluar yang sejati), disegala waktu dan tempat , semua tidak memahami batin mula.
Apakah dengan demikian kita tidak perlu berdana dan melakukan kebajikan ? Tentu saja bukan demikian !
Hanya saja selain kita menjalankan Sad Paramita, kita juga harus memperhatikan pembinaan batin.
Dalam Yogagurubhumisastra , Maitreya Bodhisattva mengatakan :
"Seorang siswa Buddha ada 5 bhumi untuk mencapai Kebuddhaan :
1. Bhumi bekal
2. Bhumi Prayoga
3. Bhumi Pencerahan
4. Bhumi bhavana
5. Bhumi Kesunyataan
Bhumi Pencerahan adalah menunjuk pada pencapaian pencerahan relialisasi jati diri, sedangkan Pencerahan berasal dari bhumi bekal dan bhumi prayoga.
Oleh karena itulah sadhaka seharusnya sering melaksanakan sad paramita, saat bekal berkah tercukupi, kemudian bhumi prayoga tersempurnakan, maka pencerahan sudah tidak jauh lagi.
Setelah pencerahan adalah jalan bhavana, dengan kata lain merupakan awal permulaan dari bhavana. Seperti apa yang Mahaguru katakan :
"Setelah pencerahan tentu saja harus meneruskan sadhana. Setelah mencapai pencerahan , mengenyahkan segala ikatan, barulah sempurna."
Yang dimaksud sebagai ikatan adalah avidya dalam pikiran dan avidya sejak masa yang tak terhingga.
Yang belum mencapai pencerahan, segala pembinaan diri yang dilakukan adalah prayoga dan pengumpulan bekal.
Pencerahan adalah merealisasikan secara langsung Kesunyataan Buddhatta, kemudian menggunakan prajna dari pencerahan, mengubah avidya dalam pikiran dan avidya sejak masa lampau tak terhingga. Ini merupakan bhavana untuk mengubah kesadaran menjadi prajna.
Bodhisattva yang mampu merubah kesadaran menjadi Prajna mampu sekehendak hati tanpa melanggar sila, karena Bodhisattva yang telah merealisasikan anutpattikaksanti paham bagaimana mengubah ke dalam batinnya, mampu mengontrol dalam batin diri sendiri dan menyucikannya. Maka saat memperoleh pembebasan dari batin dan rupa, batin dan rupa tiada noda. Inilah sila batin, inilah seorang pengamal sila sejati.
Sesungguhnya banyak sadhaka memahami mengenai sunya, namun pemahamannya hanya sebatas teori tekstual belaka, tidak memahaminya dengan nyata.
Sering mendengar sadhaka mengatakan :
"Saya telah mencapai pencerahan dalam teorinya, sekarang tinggal sepenuh hati melakukan bhavana dan merealisasikannya."
Dalam Buddha Dharma ada pencerahan akan ajaran dan realisasi. Sedangkan yang disebut dengan pencerahan akan ajaran bukanlah semata pencerahan akan teori tekstual belaka. Pengertian akan toeori tekstual Buddha Dharma dan Sunyata sebenarnya bukanlah Pencerahan akan ajaran. Meskipun apa yang dibicarakan sangat mirip dengan seseorang yang telah tercerahkan, namun itu hanya sebatas pemahaman tekstual belaka.
Ada sebuah kalimat dari aliran Zen :
"Penjelasan ajaran melalui teks belaka berarti memusuhi Buddha Tiga Masa ; Namun bila tidak sesuai dengan kitab suci walau satu kata saja, bagaikan ucapan mara."
Kaalimat ini menjelaskan jika hanya memahami teks belaka,kemudian menjelaskan mengenai sutra, asalkan orang itu memiliki kemampuan tekstual, maka sudah bisa menjelaskan sutra dengan tekstual. Namun tidak benar bila hanya dengan pemahaman teori seperti ini mengatakan bahwa diri sendiri sudah tercerahkan. Apa yang dibicarakannya juga bukan Dharma yang sejati. Karena tidak benar-benar memahami kitab ajaran, tidak benar-benar menyadari Buddhatta.
Maka di jaman dulu banyak sekali Guru Leluhur yang melarang siswa yang belum tercerahkan untuk melihat kitab ajaran, karena kuatir mereka terjerumus dalam pemahaman sebatas teori belaka, yang menyebabkan tidak memperoleh pencerahan yang sejati, bahkan tidak bisa lebih maju lagi untuk sepenuh hati melakukan bhavana.
Jadi, bagaimana Guru leluhur Zen mengajar siswanya ?
Guru Leluhur Zen ingin para siswa nya tercerahkan, dari kegigihannya dalam perenungan memperoleh realisasi, dengan demikian barulah sesuai dengan Dharma. Sadhaka Zen yang sejati sebenarnya tidak butuh terlalu banyak pengetahuan akan teori, asalkan cukup saja sudah boleh.
Yang diperlukan dalam pencapaian Kebuddhaan adalah mengenali jati diri. Bila tidak mengenal Sifat Buddha, sebab - akibat maupun Dharma lainnya, semua merupakan adharma (diluar yang sejati), disegala waktu dan tempat , semua tidak memahami batin mula.
Apakah dengan demikian kita tidak perlu berdana dan melakukan kebajikan ? Tentu saja bukan demikian !
Hanya saja selain kita menjalankan Sad Paramita, kita juga harus memperhatikan pembinaan batin.
Dalam Yogagurubhumisastra , Maitreya Bodhisattva mengatakan :
"Seorang siswa Buddha ada 5 bhumi untuk mencapai Kebuddhaan :
1. Bhumi bekal
2. Bhumi Prayoga
3. Bhumi Pencerahan
4. Bhumi bhavana
5. Bhumi Kesunyataan
Bhumi Pencerahan adalah menunjuk pada pencapaian pencerahan relialisasi jati diri, sedangkan Pencerahan berasal dari bhumi bekal dan bhumi prayoga.
Oleh karena itulah sadhaka seharusnya sering melaksanakan sad paramita, saat bekal berkah tercukupi, kemudian bhumi prayoga tersempurnakan, maka pencerahan sudah tidak jauh lagi.
Setelah pencerahan adalah jalan bhavana, dengan kata lain merupakan awal permulaan dari bhavana. Seperti apa yang Mahaguru katakan :
"Setelah pencerahan tentu saja harus meneruskan sadhana. Setelah mencapai pencerahan , mengenyahkan segala ikatan, barulah sempurna."
Yang dimaksud sebagai ikatan adalah avidya dalam pikiran dan avidya sejak masa yang tak terhingga.
Yang belum mencapai pencerahan, segala pembinaan diri yang dilakukan adalah prayoga dan pengumpulan bekal.
Pencerahan adalah merealisasikan secara langsung Kesunyataan Buddhatta, kemudian menggunakan prajna dari pencerahan, mengubah avidya dalam pikiran dan avidya sejak masa lampau tak terhingga. Ini merupakan bhavana untuk mengubah kesadaran menjadi prajna.
Bodhisattva yang mampu merubah kesadaran menjadi Prajna mampu sekehendak hati tanpa melanggar sila, karena Bodhisattva yang telah merealisasikan anutpattikaksanti paham bagaimana mengubah ke dalam batinnya, mampu mengontrol dalam batin diri sendiri dan menyucikannya. Maka saat memperoleh pembebasan dari batin dan rupa, batin dan rupa tiada noda. Inilah sila batin, inilah seorang pengamal sila sejati.
Sesungguhnya banyak sadhaka memahami mengenai sunya, namun pemahamannya hanya sebatas teori tekstual belaka, tidak memahaminya dengan nyata.
Sering mendengar sadhaka mengatakan :
"Saya telah mencapai pencerahan dalam teorinya, sekarang tinggal sepenuh hati melakukan bhavana dan merealisasikannya."
Dalam Buddha Dharma ada pencerahan akan ajaran dan realisasi. Sedangkan yang disebut dengan pencerahan akan ajaran bukanlah semata pencerahan akan teori tekstual belaka. Pengertian akan toeori tekstual Buddha Dharma dan Sunyata sebenarnya bukanlah Pencerahan akan ajaran. Meskipun apa yang dibicarakan sangat mirip dengan seseorang yang telah tercerahkan, namun itu hanya sebatas pemahaman tekstual belaka.
Ada sebuah kalimat dari aliran Zen :
"Penjelasan ajaran melalui teks belaka berarti memusuhi Buddha Tiga Masa ; Namun bila tidak sesuai dengan kitab suci walau satu kata saja, bagaikan ucapan mara."
Kaalimat ini menjelaskan jika hanya memahami teks belaka,kemudian menjelaskan mengenai sutra, asalkan orang itu memiliki kemampuan tekstual, maka sudah bisa menjelaskan sutra dengan tekstual. Namun tidak benar bila hanya dengan pemahaman teori seperti ini mengatakan bahwa diri sendiri sudah tercerahkan. Apa yang dibicarakannya juga bukan Dharma yang sejati. Karena tidak benar-benar memahami kitab ajaran, tidak benar-benar menyadari Buddhatta.
Maka di jaman dulu banyak sekali Guru Leluhur yang melarang siswa yang belum tercerahkan untuk melihat kitab ajaran, karena kuatir mereka terjerumus dalam pemahaman sebatas teori belaka, yang menyebabkan tidak memperoleh pencerahan yang sejati, bahkan tidak bisa lebih maju lagi untuk sepenuh hati melakukan bhavana.
Jadi, bagaimana Guru leluhur Zen mengajar siswanya ?
Guru Leluhur Zen ingin para siswa nya tercerahkan, dari kegigihannya dalam perenungan memperoleh realisasi, dengan demikian barulah sesuai dengan Dharma. Sadhaka Zen yang sejati sebenarnya tidak butuh terlalu banyak pengetahuan akan teori, asalkan cukup saja sudah boleh.
Masih ada lanjutan lagi Pembabaran dharma Acarya lianming, namun sampai disini.
Maafkan, tidak posting secara tuntas