//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa  (Read 41325 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #90 on: 28 November 2009, 10:26:20 PM »
gw ga mau keluar hisit, kalo bisa keluar wangsit aja.. biar bisa jadi nabi baru aye. >:D

koq curiga ama mantra itu ya.. kayanya ngga bener nih.. jangan2 aye lg dipermaenin ama Om Bond :-?

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,11114.15.html   :whistle:
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #91 on: 28 November 2009, 10:28:16 PM »
Tentu Sang Buddha lebih jelas dalam menjelaskan.  perkataan Sang Buddha saja masih sering disalah artikan apalagi seorang Luangta, maka dengan kerendahan hati Luangta pun sering meminta maaf jika menimbulkan kebingungan karena tidak ada kata yg tepat untuk menjelaskan sesuatu yg abstrak.
jika diteliti, makna Buddha tsb bahwa sesuatu yg diluar dunia tidak dapat dijelaskan sangat konsisten dg tindakan Buddha yg tidak menjelaskan apa setelah itu* (nibbana). alih2 Sang Buddha justru selalu mengatakan "tidak" begini, "tidak" begitu (via negatifa) melalui perbandinngan hal2 yg ada  (di dunia)... seperti mengatakan rasa jeruk tidak seperti rasa apel, tidak seperti rasa pisang, tidak seperti rasa anggur. namun rasa jeruk sendiri tidak dapat dijelaskan.

kecuali di Abhidhamma, Sang Buddha (jika benar dari Sang Buddha) byk menjelaskan tentang bathin orang yg telah bebas (salah 1 acinteyya). i wonder... :)
dan konon Abhidhamma pun bukan utk level manusia, katanya... :P
Quote
Bahkan arahat2 dijaman Milinda Panha pun banyak yang tidak bisa menjawab pertanyaan raja Milinda kecuali YM Nagasena.
menurut saya ini hanya mitos :)
namun beberapa tanya-jawab antara raja Milinda dan YA Nagasena menurut saya sangat orisinil.

_/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #92 on: 28 November 2009, 10:42:38 PM »
Tentu Sang Buddha lebih jelas dalam menjelaskan.  perkataan Sang Buddha saja masih sering disalah artikan apalagi seorang Luangta, maka dengan kerendahan hati Luangta pun sering meminta maaf jika menimbulkan kebingungan karena tidak ada kata yg tepat untuk menjelaskan sesuatu yg abstrak.
jika diteliti, makna Buddha tsb bahwa sesuatu yg diluar dunia tidak dapat dijelaskan sangat konsisten dg tindakan Buddha yg tidak menjelaskan apa setelah itu* (nibbana). alih2 Sang Buddha justru selalu mengatakan "tidak" begini, "tidak" begitu (via negatifa) melalui perbandinngan hal2 yg ada  (di dunia)... seperti mengatakan rasa jeruk tidak seperti rasa apel, tidak seperti rasa pisang, tidak seperti rasa anggur. namun rasa jeruk sendiri tidak dapat dijelaskan.

kecuali di Abhidhamma, Sang Buddha (jika benar dari Sang Buddha) byk menjelaskan tentang bathin orang yg telah bebas (salah 1 acinteyya). i wonder... :)

dan konon Abhidhamma pun bukan utk level manusia, katanya... :P Baru denger juga nih Tes.Yang saya baca itu dibabarkan dialam Dewa lalu diulangi kepada Sariputta secara ringkas mengingat waktu untuk membabarkan semuanya tidak cukup waktu. Kalau itu benar maka wajar jika penerapannya seringkali meleset kecuali para Arahat. Yang bisa dijangkau manusia saja bisa meleset apalagi diatas itu..entahlaht.
Quote
Bahkan arahat2 dijaman Milinda Panha pun banyak yang tidak bisa menjawab pertanyaan raja Milinda kecuali YM Nagasena.
menurut saya ini hanya mitos :)
namun beberapa tanya-jawab antara raja Milinda dan YA Nagasena menurut saya sangat orisinil.

Mitos atau tidak saya juga tidak tahu persis. Saya pribadi lebih melihat makna yang terkandung. 
_/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline The Ronald

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.231
  • Reputasi: 89
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #93 on: 28 November 2009, 10:55:42 PM »
so do i :), lihat apa yg mau di sampaikannya...
...

Offline marcedes

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.528
  • Reputasi: 70
  • Gender: Male
  • May All Being Happinesssssssss
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #94 on: 29 November 2009, 12:45:24 AM »
Quote
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2.
menurut yang saya tahu [ dengar langsung dari bikkhu sangha thailand]
seorang Arahat bisa mengetahui arahat lainnya.
tetapi seorang sotapanna tidak bisa mengetahui arahat..

misalkan Mahakassapa, begitu Ananda masuk ke ruang sidang sangha, Mahakassapa sudah tahu kalau Ananda telah mencapai Arahat...
demikian Juga pada konsili, ketika Ananda belum mencapai arahat..
seorang Bikkhu bahkan berkata "masih ada kotoran" [ gw lupa di mana baca ]

ada dalam syair
“Beliau yang duduk diam di lereng gunung,
Seorang bijak yang sudah mengatasi segala penyakit –
kepadaNyalah semua siswa memberikan penghormatan,
mereka sendirilah tiga pengetahuan, penakluk kematian.
Dia telah melihat mereka dengan kekuatan pikirannya,
Penguasa kemampuan supernormal, Moggallana.
Dia memeriksa pikiran mereka dengan kemampuannya
Dan menemukan bahwa mereka semua bebas dan tak
melekat lagi.”

- Samyutta Nikaya 8, 10

tetapi seorang Arahat mesti memasuki jhana barulah mengetahui apakah orang yang ia maksud itu mencapai arahat atau tidak..demikian yang saya dengar [ evame suttam ] ^^
waktu itu sy tanyakan kasus dimana pada sutta Sariputta berbicara kepada Arahat lainnya dan Sariputta tidak mengetahui, bikkhu tersebut arahat. dijawab dikarenakan Sariputta tidak memasuki jhana pada saat itu.

dan sudah dijelaskan oleh bro fabian..
Quote
Kalau tidak salah hanya seorang Arahat yang memiliki abhinna, yang bisa mengetahui apakah bhikkhu lain telah mencapai kesucian Arahat atau belum.

Tapi kesucian lebih rendah tak dapat mengkonfirmasi kesucian yang lebih tinggi, hanya kesucian yang lebih tinggi atau minimum sama dan juga memiliki abhinna (cetopariya nana) yang bisa menilai seorang Ariya Puggala lainnya.

saya rasa mengenai statment Luanta pasti sudah sampai ke Sangharaja Thai....Somdet Nanamsavara atau pada pendetektor kesucian lainnya...
tetapi Luanta tidak dikenakan sanksi Sangha sebagai pelanggaran, apakah ini berarti Sangha Thailand juga menyetujui Ke-arahatan dari
Âcariya Maha Boowa Naññasampanno Thera, kita tunggu saja waktu nya. :)

« Last Edit: 29 November 2009, 12:51:54 AM by marcedes »
Ada penderitaan,tetapi tidak ada yang menderita
Ada jalan tetapi tidak ada yang menempuhnya
Ada Nibbana tetapi tidak ada yang mencapainya.

TALK LESS DO MOREEEEEE !!!

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #95 on: 29 November 2009, 01:21:03 AM »
Tentu Sang Buddha lebih jelas dalam menjelaskan.  perkataan Sang Buddha saja masih sering disalah artikan apalagi seorang Luangta, maka dengan kerendahan hati Luangta pun sering meminta maaf jika menimbulkan kebingungan karena tidak ada kata yg tepat untuk menjelaskan sesuatu yg abstrak.
jika diteliti, makna Buddha tsb bahwa sesuatu yg diluar dunia tidak dapat dijelaskan sangat konsisten dg tindakan Buddha yg tidak menjelaskan apa setelah itu* (nibbana). alih2 Sang Buddha justru selalu mengatakan "tidak" begini, "tidak" begitu (via negatifa) melalui perbandinngan hal2 yg ada  (di dunia)... seperti mengatakan rasa jeruk tidak seperti rasa apel, tidak seperti rasa pisang, tidak seperti rasa anggur. namun rasa jeruk sendiri tidak dapat dijelaskan.

kecuali di Abhidhamma, Sang Buddha (jika benar dari Sang Buddha) byk menjelaskan tentang bathin orang yg telah bebas (salah 1 acinteyya). i wonder... :)
dan konon Abhidhamma pun bukan utk level manusia, katanya... :P
Quote
Bahkan arahat2 dijaman Milinda Panha pun banyak yang tidak bisa menjawab pertanyaan raja Milinda kecuali YM Nagasena.
menurut saya ini hanya mitos :)
namun beberapa tanya-jawab antara raja Milinda dan YA Nagasena menurut saya sangat orisinil.

_/\_

Abhidhamma bukan utk level manusia? Ini mengindikasikan bahwa abhidhamma sebagai ajaran yg lebih tinggi atau lebih rendah?
Kalo bilang lebih tinggi, justru seharusnya untuk level manusia, karena alam manusia adalah potensi terbesar yg memungkinkan seseorang utk mempraktikkan dhamma dan mencapai pembebasan.
Kalo lebih rendah, jadi rancu deh karena Abhidhamma itu sendiri ya adalah ajaran yg lebih tinggi
 ???

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #96 on: 29 November 2009, 05:22:27 AM »
 [at]  all

Biasanya kita seringkali menilai pencapaian seseorang/perilaku(dalam sudut pandang buddhist) dengan menggunakan sutta dan vinaya dan seringkali juga menggunakan abhidhamma yg semua isinya dalam bentuk tulisan . Dan apa yg tertulis sering dijadikan patokan apalagi itu secara eksplisit. Bahkan ketika menilai seringkali kali kita lupa mengenai pencapaian kita sendiri(kesucian dan abinna).

Nah menimbang hal diatas saya ada pertanyaan nih :

Pilinda Vacca dikatakan Sang Buddha bahwa dia berbicara kasar dengan memanggil orang dengan kata "orang/malang atau kasta rendah" karena kebiasaan kelahiran lampaunya.

Alasan ini sering menjadi dasar yang kuat bagi umat Buddha sebagai pembenaran karena SB yang mengatakan.

Maka:

1. Apakah nanti jika ada/disinyalir seorang arahat memanggil orang lain, "hei gembel" atau "hei monyet kesini" nah karena tertulis di Tipitaka secara jelas maka itu dijadikan patokan untuk bisa ditoleransi? dengan pertimbangan alasannya pasti sama dengan Sang Buddha?

pertanyaan no.1 akan menjadi sama dengan tentang YM. Ananda yang bunuh diri/membakar diri.

2. Jika pertanyaan no satu jawabannya ya bisa di toleransi, maka apakah sejak sebelum arahat boleh memanggil orang lain "orang malang" atau "hei gembel" karena ini juga kebiasaan masa lampau, berarti dengan sendirinya berbicara seperti itu tetap menjadikan seseorang menjadi arahat ? atau setelah menjadi arahat boleh berbicara dengan memanggil orang "hei orang malang"

Note: wretch = orang malang/kasta rendah maka untuk mendekati saya gunakan kata gembel menimbang gembel termasuk orang malang atau golongan bawah (kasarnya).


Demikian pertanyaan yang sama tentang bunuh diri untuk mencapai arahat dan bunuh diri setelah menjadi arahat.

Pertanyaan ini saya sampaikan sehubungan dengan apa yang tertulis secara eksplisit atau implisit didalam Tipitaka (jika memang ada tertulis..hanya sampai ini tidak ada)

Salam Dhamma selalu.  _/\_
« Last Edit: 29 November 2009, 05:31:09 AM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Peacemind

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 970
  • Reputasi: 74
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #97 on: 29 November 2009, 08:47:21 AM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Offline chingik

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 924
  • Reputasi: 44
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #98 on: 29 November 2009, 10:17:27 AM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

 

Menurut saya, diri seorang Arahat tentu memiliki sifat metta, kita tidak seharusnya menilai secara kaku bahwa ketika dia berbicara maka dia harus seperti terprogram utk tidak bisa mengeluarkan kata-kata yg barangkali dianggap kasar. Maksudnya begini, seorang Arahat tidak berbicara hal-hal yang tidak berguna. Ketika berbicara dengan lawan bicara, tentu arah bicaranya adalah memberi pemahaman yang berguna buat lawan bicaranya. Yang perlu diperhatikan adalah total dari hasil dialog itu. Tidak bisa menilai dari per kata saja, sepotong-sepotong saja.  Tidak bisa! Nah setelah memahami prinsip ini, maka kata-kata kebiasaan yg kasar itu bisa hanya sebagai sisipan saja. Sama seperti ketika kita berbicara panjang lebar, ditengah-tengah pembicaraan ada sisipan mengeluarkan suara "ehem !!!" karena kita terbiasa dgn tenggorakan yg cepat kering.  


Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #99 on: 29 November 2009, 10:31:51 AM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

 

Menurut saya, diri seorang Arahat tentu memiliki sifat metta, kita tidak seharusnya menilai secara kaku bahwa ketika dia berbicara maka dia harus seperti terprogram utk tidak bisa mengeluarkan kata-kata yg barangkali dianggap kasar. Maksudnya begini, seorang Arahat tidak berbicara hal-hal yang tidak berguna. Ketika berbicara dengan lawan bicara, tentu arah bicaranya adalah memberi pemahaman yang berguna buat lawan bicaranya. Yang perlu diperhatikan adalah total dari hasil dialog itu. Tidak bisa menilai dari per kata saja, sepotong-sepotong saja.  Tidak bisa! Nah setelah memahami prinsip ini, maka kata-kata kebiasaan yg kasar itu bisa hanya sebagai sisipan saja. Sama seperti ketika kita berbicara panjang lebar, ditengah-tengah pembicaraan ada sisipan mengeluarkan suara "ehem !!!" karena kita terbiasa dgn tenggorakan yg cepat kering. 



Saya pikir memang juga demikian. Sebagaimana kita meneliti lebih lanjut mengapa arahat itu demikian. Berbagai kemungkinan selalu ada.

Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #100 on: 29 November 2009, 06:33:00 PM »
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2. ;D

Tambahan sedikit dari blognya S.Dhammika:
Quote

Here’s an interesting fact for you. In Thailand it is illegal to wear a monk’s robe if you have not been properly ordained. The only people who do this are those who think (correctly as it happens) that they can more easily solicit money or cigarettes from people or sell them magical amulets if they are thought to be a monk. If the police stop someone they suspect of being a fake monk and he cannot produce his monk’s ID card, they’ll arrest him. But here’s the interesting part. If he can show that he has an ID card and that he is therefore a ‘real’ monk, they'll bow to him and let him go to continue to trying to cadge money off people. Undergoing the legally valid ordination makes you a monk (or nun). Whether you’re genuinely committed to the spiritual life or not, whether you’re learned or not, whether you spend all day sleeping or meditating, doesn’t seem to interest most people, even the Eccesiastical Council. Just as clothes make the man, the ceremony makes the monk (or nun). These verses, attributed to the Buddha, must have been inserted into the Tipitaka at a later date.

Although adorned in fine clothes if he cultivates equanimity and is calm, disciplined, restrained, living the holy life, harmless to all living beings, he is a priest, he is an ascetic, he is a bhikkhu. Dhammapada 142.

One is not a bhikkhu simply by begging alms from others while living a lay-like life. Begging does not make a bhikkhu. But whoever is unconcerned with good and evil, a liver of the holy life, wandering carefully in the world, he is a real bhikkhu. Dhammapada 266-7



The above picture is of Lungpo Jumnean, one of the most esteemed of Thailand’s many amulet-selling monks. His amulets, which can cost up to $5000, are bigger than most and therefore more ‘potent’. Dear old Lungpo has become very wealthy through his amulet business. But its quite alright because he has been properly ordained - unlike those disgraceful nuns.

Ini fenomena di salah 1 aliran Buddhisme juga, di negara tertentu. ;)

_/\_

P.S
What do you guys think about the pic above? :D

Kalau gambar diatas gue ada cerita lucu....

Waktu baca tentang profilenya mantap, ditulis murid Ajahn Lee Dhammadaro. Terus pas searching2 ketemu foto itu , bikin penasaran  ^-^

Trus pas datang ke bali, sebenarnya gua mo kesana mo liat, tapi ada acara lain. Akhirnya gue suruh temen coba liat dan minta ceritakan apakah situasinya masih sama dengan yang difoto. Ternyata cerita2..astaga  ^-^ Trus chat di YM oleh  salah satu momod, malah ketawa bareng...malah ketawaiin gue gara2 ngak jadi datang. Sebenernya kalo tuh acara ngak ikut juga bisa sih.... ^-^

Dan sempet gue coba mantra die juga...tapi manjur juga lho, temen gue juga,dan ada satu anak DC katanya juga gitu   :)) --> jangan ditiru ya, nanti kalo ngak manjur gua disalahin  :))

Ngomong2 aliran apa Luangpu itu ?


Saudara Bond yang baik,

luar biasa ya Luangpo Jumnean... saya juga salah sangka karena melihat profile beliau sungguh mengesankan, nggak tahunya.... bawa jimat 50 kg... :) dan teman-teman yang mengenalkan dan beberapa teman yang lain mencari pembenaran dengan mengatakan, bahwa membawa jimat itu adalah merupakan suatu latihan. (Dalam hati saya bertanya) Latihan kok caranya begitu? Apa nggak ada cara lain?

Menurut saya sikap di foto itu adalah sikap silabata paramasa bukan sikap seorang bhikkhu yang telah mencapai kesucian, Tetapi sesudah saya renungkan lagi, menurut saya sikap tidak percaya saya (tidak percaya ia telah memiliki pencapaian kesucian tertentu) kepada beliau adalah hal yang wajar, karena saya tidak bisa membaca tingkat kemajuan batinnya ya kan?

Saya rasa saya masih beruntung tidak menganggap ia sudah mencapai tingkat kesucian tertentu, karena bila saya percaya bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian tertentu, saya rasa tidak tepat, karena sejujurnya saya tak dapat membaca batinnya, sehingga apapun kata orang atau kata pengikutnya bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian tertentu saya tetap tak percaya, Saya rasa bahkan ia sendiri mungkin tahu, atau mungkin juga tidak tahu mengenai tingkat pencapaian batinnya.

Dalam visuddhi magga ada disebutkan ceritera mengenai seorang Bhikkhu yang "menganggap" dirinya telah mencapai kesucian Arahat. Suatu ketika murid beliau yang memang telah mencapai tingkat kesucian Arahat dan memiliki Abhinna melihat bagaimanakah pencapaian gurunya? Beliau surprise setelah mengetahui ternyata gurunya belum mencapai tingkat kesucian Arahat.

Lalu beliau memberi petunjuk kepada guru beliau sendiri (yang juga memiliki abhinna) untuk menciptakan gajah yang menyeramkan dan akan menyerang beliau.
Gajah itu diciptakan dan guru beliau kaget dan takut melihat gajah ciptaannya sendiri tersebut. Lalu murid beliau bertanya apakah seorang Arahat memiliki rasa takut?
Guru beliau lalu sadar kemudian bermeditasi lagi hingga mencapai tingkat kesucian Arahat.
Dari ceritera ini kita tahu bahwa sejak jaman dahulu ada bhikkhu yang menganggap dirinya telah mencapai tingkat kesucian Arahat, ternyata belum.

Lalu bagaimana bila seorang bhikkhu mengaku Arahat? apakah kita akan percaya? Mengaku telah mencapai tingkat kesucian tertentu kepada umat awam (walaupun benar) sudah merupakan pelanggaran vinaya pacittiya apalagi bila ternyata belum mencapai tingkat kesucian Arahat.
Jadi "umpamanya" Luangpo Jumnean mengaku telah mencapai tingkat kesucian Arahat, saya jelas tidak akan percaya, berdasarkan tingkah laku yang diperlihatkannya. Sikap saya untuk memilih tidak percaya saya rasa lebih memiliki landasan kuat dibandingkan sikap percaya, karena sikap percaya terhadap sesuatu seperti pencapaian batin, hanya memiliki landasan yang kuat bila kita bisa melihat ke dalam batinnya seperti ceritera diatas ya kan?

Dan untuk bisa memastikan ia Arahat hanya seorang Buddha atau Arahat lain yang memiliki abhinna yang mampu melakukannya, dan sejujurnya saya tak memiliki kemampuan itu.

Jadi melihat sikap Luangpo Jumnean demikian, saya rasa lebih aman bagi saya untuk mengatakan tak percaya bahwa ia telah mencapai tingkat kesucian.
Di foto beliau hanya senyum, tetapi bila beliau tertawa sampai terlihat gigi maka saya bisa memastikan (sesuai pelajaran Abhidhamma yang saya terima) bahwa ia bukan Arahat.


 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #101 on: 29 November 2009, 06:44:47 PM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_

« Last Edit: 29 November 2009, 06:54:28 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #102 on: 29 November 2009, 07:10:30 PM »
Sdr Bond yang baik,

Saya pernah posting mengenai Arahat yang bunuh diri di link berikut:

http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,9023.30.html

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #103 on: 29 November 2009, 07:37:45 PM »
Karena Bhikkhu Pilindavaccha telah mencapai Arahat, meskipun beliau menyapa seseorang dengan sebutan 'vasala / kasta rendah' cara mengungkapkanya mungkin dan ini hanya mungkin akan lebih halus, tidak disertai dengan emosi. Seperti satu kalimat diucapkan dengan dua cara, satu dengan lemah lembut dan lainnya dengan kemarahan.. Sebagai contoh adalh pada kalimat:

"Kamu keluar...."
"Kamu keluar...!"

Be happy :D

Samanera yang baik,

Mau nambahin perumpamaan lain nih, bisa juga saya menyapa kenalan lama yang sangat akrab seperti saudara sendiri dengan panggilan "Hey gembel gemblung kemana aja lu? bikin gua kangen aja..." sambil tebar pesona senyum akrab, apakah dia akan merasa marah atau terhina dikatakan gembel gemblung?
Walaupun dia marah, yang jelas saya tak memiliki cetana buruk dengan sapaan tersebut. Karena itu adalah sapaan akrab yang sering saya ucapkan terhadap dia.

It doesn't really matter the word you're saying, The way how you say it, is really matter.

 _/\_



Mbah hanya menduga kan, bisa ngomong gitu karena ada pembenaran Sang Buddha lalu karena tertulis maka melihat berbagai kemungkinan. Maka hal yang sama terjadi pada Luangta dapat memiliki berbagai kemungkinan. Maka tidak ada yang tau persis bukan . Alasan mbah tidak membuktikan tentang kondisi Luangta.

Ini saya postingkan tanggapan mbah Fabian tentang arahat bunuh diri :

Quote
by fabian
Saudara Kelana yang baik,

Perbuatan bunuh diri yang dilakukan Arahat kadang sulit dimengerti, apa yang dilakukan oleh Y.A. Dabba Mallaputta, Y.A. Ananda, Y.A. Channa merupakan bunuh diri bagi umat awam (puthujana). Ini tak dapat dibantah dan saya rasa tak perlu dibantah, karena memang demikianlah dalam pandangan orang yang masih menganggap bahwa kita memiliki atta.

Namun pada seorang Arahat ia merasa tak ada yang dibunuh karena tak ada pandangan mengenai atta (siapakah yang dibunuh Arahat bila ia hanya melihat bahwa diriNya hanya merupakan bentukan yang merupakan penggabungan dari kesadaran, jasmani, perasaan dsbnya?) Inilah sebabnya Sang Bhagava mengatakan Y.A.Channa tak tercela.

Mengapa demikian? pada umat awam pembunuhan diri sendiri selalu disebabkan oleh lobha, dosa atau moha, karena ia belum bersih dari lobha, dosa, moha. Maka ia akan terlahir kembali di alam-alam rendah, sedangkan bila Arahat yang bunuh diri (bunuh diri adalah kata yang tepat untuk puthujana, sedangkan untuk Ariya Puggala tidak dikatakan bunuh diri tetapi Parinibbana) rantai kelahiran kembali telah terputus, sehingga tak akan terlahir kembali (tak ada yang dibunuh, tak ada pengharapan terlahir kembali, tak ada pandangan salah disana). Inilah sebabnya mengapa yang satu dibilang blameless sedangkan yang lain dibilang blameful.

Mengenai cara Parinibbana yang dipilih, kengerian kita akan pemotongan leher merupakan suatu konsep pemikiran, padahal inti sebenarnya adalah mengakhiri kehidupan entah dengan cara apapun. Pambakaran tubuh yang dilakukan oleh Y.A. Ananda dan Y.A. Dabba Malaputta tak kalah ngerinya dengan menggorok leher. Kedua hal ini menakutkan bagi umat awam disebabkan masih memiliki kemelekatan terhadap batin dan jasmaninya. Sedangkan bagi Arahat tak ada hal apapun yang membuat mereka takut, karena telah terbebas dari kemelekatan.

Mengapa bunuh diri pada umat awam dianggap blameful? ini umumnya disebabkan bunuh diri pada umat awam disebabkan penolakan terhadap kehidupan ini (dosa) atau menganggap ada kehidupan yang jauh lebih baik di alam sana (lobha) atau tidak tahu bahwa yang dilakukannya tidak baik (moha).

Kalau alasannya diatas saya juga bisa bilang tangisan Luangta adalah tangisan arahat. karena penyebab dasarnya adalah kebahagiaan dan tangisan arahat tidak mengandung emosi yanga mana hanya merupakan reaksi rupakhanda akibat ingatan nibbana.

Lihat bunuh diri (yang ekstrem) diperkenankan karena arahat dan karena tertulis Tipitaka. Jadi masalah Luangta tidak ada tertulis sehingga mbah bilang itu kepastian dia bukan arahat, sangat dan absolut tidak berlaku dan tidak valid. Cuma gara2 yang satu arahat dan yang satu putthujana. Lihat bagimana penilaian mbah sangat subjektif sekali.

Dalam abhidhamma dikatakan menangis adalah dosamula citta. Dan selalu dikatakan pasti dosamula citta. Sama dengan putthujana bunuh diri pasti karena lobha, dosa atau moha.

Tetapi nyatanya penyebab bunuh diri dan ada pengecualian kalau dia sudah arahat. Maka saya juga bisa katakan menangis juga ada pengecualian bagi arahat. Penyebabnya jelas kusala citta dan tangisannya tidak ada emosi.

Kalau masalah tidak ada 'atta' saya juga bisa bilang siapa yang menangis...tidak 'atta' lalu siapa yang emosi?. Dan saat reaksi rupakhanda terjadi pada Luangta dengan cepat menyadarinya. berartikan satinya tinggi. bukan masalah emosi putthujana yang dijadikan standarnya. Sama halnya bunuh diri bukan penyebab putthujana yang jadi standardnya.

Sutta dan abhidhamma tidak menjelasakan ini bukan? . Tetap saja yang paling otentik yang sangat sesuai sutta adalah apabila Ko Fabian sudah arahat dan bisa menilai batin orang lain dengan abinna. Ini pembuktian yang paling OTENTIK.

 _/\_

« Last Edit: 29 November 2009, 07:40:20 PM by bond »
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan seputar Luanta Mahaboowa
« Reply #104 on: 29 November 2009, 07:40:30 PM »
Quote
Ah Bro Merc bisa aja.. Tau drmn banyak detektor kesucian di sana? Detektor kesucian paling sahih ya 1 doang, tp dah hilang dikremasi setelah Maha-parinibbana. Selain itu, Agga-savaka seperti YM Sariputta Thera dan YM Maha-moggallana Thera aja ngga bisa deteksi kesucian, apalagi yg sekarang2.
menurut yang saya tahu [ dengar langsung dari bikkhu sangha thailand]
seorang Arahat bisa mengetahui arahat lainnya.
tetapi seorang sotapanna tidak bisa mengetahui arahat..

misalkan Mahakassapa, begitu Ananda masuk ke ruang sidang sangha, Mahakassapa sudah tahu kalau Ananda telah mencapai Arahat...
demikian Juga pada konsili, ketika Ananda belum mencapai arahat..
seorang Bikkhu bahkan berkata "masih ada kotoran" [ gw lupa di mana baca ]

ada dalam syair
“Beliau yang duduk diam di lereng gunung,
Seorang bijak yang sudah mengatasi segala penyakit –
kepadaNyalah semua siswa memberikan penghormatan,
mereka sendirilah tiga pengetahuan, penakluk kematian.
Dia telah melihat mereka dengan kekuatan pikirannya,
Penguasa kemampuan supernormal, Moggallana.
Dia memeriksa pikiran mereka dengan kemampuannya
Dan menemukan bahwa mereka semua bebas dan tak
melekat lagi.”

- Samyutta Nikaya 8, 10

tetapi seorang Arahat mesti memasuki jhana barulah mengetahui apakah orang yang ia maksud itu mencapai arahat atau tidak..demikian yang saya dengar [ evame suttam ] ^^
waktu itu sy tanyakan kasus dimana pada sutta Sariputta berbicara kepada Arahat lainnya dan Sariputta tidak mengetahui, bikkhu tersebut arahat. dijawab dikarenakan Sariputta tidak memasuki jhana pada saat itu.

dan sudah dijelaskan oleh bro fabian..
Quote
Kalau tidak salah hanya seorang Arahat yang memiliki abhinna, yang bisa mengetahui apakah bhikkhu lain telah mencapai kesucian Arahat atau belum.

Tapi kesucian lebih rendah tak dapat mengkonfirmasi kesucian yang lebih tinggi, hanya kesucian yang lebih tinggi atau minimum sama dan juga memiliki abhinna (cetopariya nana) yang bisa menilai seorang Ariya Puggala lainnya.

saya rasa mengenai statment Luanta pasti sudah sampai ke Sangharaja Thai....Somdet Nanamsavara atau pada pendetektor kesucian lainnya...
tetapi Luanta tidak dikenakan sanksi Sangha sebagai pelanggaran, apakah ini berarti Sangha Thailand juga menyetujui Ke-arahatan dari
Âcariya Maha Boowa Naññasampanno Thera, kita tunggu saja waktu nya. :)



Sdr Marcedes yang baik,

Menurut saya sangharaja sudah tahu tapi tak akan berbuat apa-apa mengenai hal ini,karena banyak faktor. diantaranya:
- Sangha Thailand sendiri sudah banyak masalah, misalnya Dhammakaya dsbnya.
- Umat Thailand kadang sangat militan membela bhikkhu.

Pernah terjadi kasus skandal melibatkan bhikkhu yang terkenal dan dianggap sebagai guru meditasi hutan.
Pasalnya ada umat yang memberi pavarana kartu kredit padanya ternyata di tagihan ada tagihan dari klab malam di Australia.

Singkat kata Sangha meminta ia lepas jubah, ia menolak, umatnya marah kepada Sangha dan menganggap bhikkhu itu adalah pihak yang teraniaya.

Hingga sekarang orang itu tidak mau lepas jubah dan sebagai bentuk protes ia memakai jubah berwarna hijau.

Bayangkan hanya bhikkhu yang bobotnya mungkin jauh lebih kecil sudah menimbulkan gelombang kemarahan kepada Sangha, Apakah menurut saudara Marcedes Sangha akan mengambil tindakan terhadap Luangta? Tentu tidak kan? karena mungkin saja pelanggarannya cuma Pacittya, bila pacittya cukup mengaku di depan lima orang bhikkhu masalah dianggap selesai. Walaupun ternyata memang parajika sekalipun, kemungkinan Sangha Thailand tak akan mengambil tindakan, disebabkan akan timbul pertanyaan: siapa yang bisa memastikan seorang bhikkhu arahat atau bukan? Selain itu bila mengambil tindakan implikasi politiknya terlalu besar.

 _/\_
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata