sekarang saya adalah seorang bhiksu, saya tidak mungkin menikah lagi. Saya dan Guru Dhara terikat dalam ikatan pernikahan, namun pernikahan ini sedari awal sudah tidak ada, bertahun-tahun yang lalu setelah saya menjadi bhiksu, sedari awal kami telah pisah kamar, pisah ranjang, sekarang bahkan satu pelukan pun tidak ada. Suatu malam, kami duduk bersama di sofa sambil menonton TV, Guru Dhara tiba-tiba berkata, Anda bilang bahkan satu pelukan pun tidak ada, lantas sekarang seperti teman, orang bule dalam berteman juga suka peluk sebentar. Saya malah merasa geli. Begitu tubuhnya mendekat, saya segera kabur. Sungguh bahkan satu pelukan pun tidak ada. Namun, kami mempertahankan sebuah keluarga, ini adalah sebuah tanggungjawab, demi anak-anak dan cucu-cucu kami, kami harus mendidik generasi penerus mereka, kita jangan sembarangan berpisah atau bercerai, demikianlah pandangan saya, pikiran saya sama sekali tidak modern. Jadi, 11 istri, memang rumor.
Ini sumbernya dari mana? kalu sumber gk ada berarti FITNAH, kalau ada sumber berarti salah terjemahan
nih artikel lengkapnya:
Buddhadharma Dapat Membuat Anda Memperoleh Jiwa Prajna yang Abadi
(Intisari Ceramah Dharmaraja Buddha Lian-sheng pada Kebaktian Hari Sabtu tanggal 15 Desember 2007 di Vihara Ling Shen Ching Tze Seattle)
Sembah sujud pada Y.M. Liao Ming, Guru Sakya Zhengkong, Gyalwa Karmapa XVI, sembah sujud pada Guru Thubten Dhargye. Sembah sujud pada Triratna mandala. Guru Dhara, pemandu kebaktian Acarya Lian Chuan, para Acarya, Dharmacarya, Lama, para umat se-Dharma, salam sejahtera. Juga umat se-Dharma di internet, salam sejahtera.
Malam ini kita mendengarkan Lama Lian Lian bercerita tentang siaran langsung via internet, ia menceritakan pengalaman pribadinya dan beberapa manfaat seputar siaran langsung via internet. Acarya Lian Chuan bercerita tentang "merelakan", ia juga menceritakan pengalaman seorang saudari se-Dharma. Lama Lian Lian mengatakan bahwa siaran langsung via internet sangat bagus, dapat langsung membuat banyak umat kita atau umat Buddha, bahkan kalangan luar pun dapat melihat Mahaguru berceramah Dharma dengan sangat alami. Dengan demikian, banyak rumor atau desas-desus bisa dihancurkan.
Saya ingat suatu kali saya kembali ke Taiwan untuk menggelar upacara peresmian dan kaiguang Vihara Lei Tsang Taiwan, kebetulan adik tertua saya, Lu Sheng-mei, ia bertemu adik kelas saya semasa SMA dulu, seorang rekan sastra saya yang menulis artikel semasa SMA, namanya Guo Xue-e, kami terus berhubungan lewat surat. Setelah adik saya bertemu dengannya, lalu membawanya ke Vihara Lei Tsang Taiwan untuk menemui saya. Saat SMA dulu, Guo Xue-e adalah seorang gadis kecil yang berperawakan sempurna, tubuhnya ideal, tidak gemuk juga tidak kurus. Setelah saya tiba di Amerika Serikat, kami pun sempat kehilangan kontak. Belakangan, ia menikah dengan seorang pengusaha konstruksi vihara yang khusus membangun vihara. Rekan sastra saya tentu menaruh simpati yang besar pada saya, di vihara-vihara ia kerap bertanya pada bhiksu di sana, tahukah Anda seorang yang bernama Sheng-yen Lu? Si bhiksu pun akan mengatakan padanya tentu saja tahu! Dia itu sudah stroke! Ia tidak tahu kabar saya, lalu mengira saya telah stroke. Bhiksu kedua mengatakan lagi bahwa ia telah mempunyai 11 istri! Guo Xue-e berpikir, "Ya ampun! Sheng-yen Lu yang dulunya sopan dan kalem, ternyata memiliki 11 istri. Ia tentu ikut bersedih begitu mendengar rumor yang mengatakan bahwa saya stroke; begitu mendengar 11 istri, ia pun jadi bersemangat. Sebelas istri, lo! Tidak kalah dengan kakek saya!
SIARAN LANGSUNG VIA INTERNET MEMBANTU MENGHANCURKAN RUMOR
Saya ceritakan sebuah cerita lucu. Orang Taiwan suka sekali mengatakan berduit atau tidak tetap merayakan tahun baru dengan menyunting seorang istri. Ketika saya sedang mengatakannya, Guru Dhara sedang duduk di samping, saya pun mengatakan bahwa tahun ini saya tidak berani merayakan tahun baru. Rumor ini banyak, rumor sulit sekali dihadang. Mengapa orang lain bisa menyebarkan rumor bahwa saya stroke? Saya pikir ada alasannya, sebab tertulis di dalam buku saya! Ketika saya sedang menyepi, saya menulis bahwa diri saya terserang penyakit yang sangat aneh "Penyakit Keretakan Otak", otak ini terbelah menjadi delapan kelopak, seperti teratai berkelopak delapan, saya sakit kepala hebat. Saya menulis lagi bahwa setiap kali saya sedang samadhi, disebut "samadhi setengah berbaring". Orang lain akan mengasosiasikannya. Otak mengalami keretakan, setengah berbaring lagi, orang lain pasti akan berpikiran, itu pasti stroke. Ini tentu rumor juga! Rumor juga muncul lewat semacam asosiasi.
Selain itu, dikatakan bahwa saya memiliki 11 istri, tanyakan saja pada Guru Dhara maka tahu. Saya tidak perlu jelaskan! Sepanjang hidup saya ada satu hal yang sangat aneh. Setia sampai mati, maksudnya apapun yang terjadi, keluarga adalah prioritas. Keluarga sangat penting. Saya berasumsi bahwa kita harus mempunyai sebuah pertanggungjawaban terhadap Buddha dan Bodhisattva, keluarga, anak-anak, dan cucu-cucu. Sebuah keluarga yang harmonis adalah didikan kita terhadap penerus kita, saya mau bertanggungjawab terhadap anak-anak saya, saya mau bertanggungjawab terhadap cucu-cucu saya. Saya tidak boleh membiarkan keluarga ini hancur, saya juga tidak melakukan hal ini. Ini adalah pandangan saya pribadi terhadap pernikahan, Sheng-yen Lu tidak mungkin bercerai. Dan masih ada satu hal, sekarang saya adalah seorang bhiksu, saya tidak mungkin menikah lagi. Saya dan Guru Dhara terikat dalam ikatan pernikahan, namun pernikahan ini sedari awal sudah tidak ada, bertahun-tahun yang lalu setelah saya menjadi bhiksu, sedari awal kami telah pisah kamar, pisah ranjang, sekarang bahkan satu pelukan pun tidak ada. Suatu malam, kami duduk bersama di sofa sambil menonton TV, Guru Dhara tiba-tiba berkata, Anda bilang bahkan satu pelukan pun tidak ada, lantas sekarang seperti teman, orang bule dalam berteman juga suka peluk sebentar. Saya malah merasa geli. Begitu tubuhnya mendekat, saya segera kabur. Sungguh bahkan satu pelukan pun tidak ada. Namun, kami mempertahankan sebuah keluarga, ini adalah sebuah tanggungjawab, demi anak-anak dan cucu-cucu kami, kami harus mendidik generasi penerus mereka, kita jangan sembarangan berpisah atau bercerai, demikianlah pandangan saya, pikiran saya sama sekali tidak modern. Jadi, 11 istri, memang rumor.
Kalangan luar menyebarkan desas-desus bahwa kita ajaran sesat (xie-jiao), saya berkata, kebiasaan saya memang tidur dalam posisi lurus, sampai akhirnya akan berubah menjadi miring, jadi, kita memang "xie-jiao" (tidur miring), sebab begitu saya bangun, saya selalu dalam posisi tidur miring. Selebihnya, menurut Anda bagian mana pada diri saya yang "miring"? Duduk saya sangat lurus! Yang saya katakan adalah Buddhadharma! Saya tidak mengajari kalian untuk berbuat kejahatan! Semua orang harus berbuat kebajikan, berbuat karma baik. Jangan sekali-kali berbuat karma buruk. Saya masih mengajari kalian jangan bergelut dalam usaha perjudian, prostitusi, dan pembunuhan. Karma tersebut sangat berat. Saya masih mengajari kalian menaati sila, menaati sila-sila Agama Buddha, menaati Pancasila, larangan membunuh, mencuri, berzinah, berdusta, dan mabuk-mabukan, bahkan setetes arak pun saya tidak sentuh. Saya sangat taat hukum, dalam berkendara saya tidak pernah melebihi kecepatan, jadi saya tidak pernah ditilang sekali pun. Saya tidak pernah masuk kantor polisi, bahkan saya tidak pernah melanggar peraturan polisi. Mana mungkin saya sesat? Saya tidak mengerti sesat (waidao), waidao berasal dari kata dao artinya bicara, wai artinya di luar, waidao berarti bicara di luar. Sepertinya yang disebut dengan pembicaraan di luar topik disebut waidao! Saya juga tidak mengutarakan pembicaraan di luar topik.
Orang lain mengatakan Sheng-yen Lu adalah mara. Mara adalah sesuatu yang bisa mencelakai jiwa kehidupan dan jiwa kebijaksanaan manusia. Dengan kata lain, mencelakai manusia. Saya tidak bisa mencelakai manusia, maka saya seharusnya bukan mara. Pada saat siaran langsung via internet, saya nyatakan bahwa Anda semua telah mendengar apa itu "ajaran sesat", apa itu "sesat", dan apa itu "mara".SELURUH KEKAYAAN DAN REPUTASI DUNIAWI TIDAK DAPAT DIBAWA PERGI
Bicara tentang kekayaan, tadi Acarya Lian Chuan sempat menyebutkan, Mahaguru pernah mengatakan bahwa kadang-kadang keserakahan adalah semacam kemajuan, yang dimaksud adalah keserakahan yang normal. Kita boleh giat mencari nafkah yang halal, itu termasuk semacam keserakahan yang normal. Kita boleh-boleh saja gigih meraih reputasi kita, itu keserakahan yang normal. Misalnya siswa memberikan persembahan kepada Mahaguru, Mahaguru terima, itu normal. Jika Mahaguru katakan pada Anda bahwa Anda akan mengalami bencana, Anda harus segera menyingkirkannya, Anda harus membayar sekian tarif baru dapat menyingkirkan bencana ini, jika yang Mahaguru katakan itu benar, itu justru normal; jika bohong, keserakahan itu sudah tidak benar.
Namun, ada satu hal yang sering Mahaguru katakan pada Anda, Mahaguru tidak akan pernah buka mulut meminta uang pada orang lain, semua sukarela. Ini tergolong normal. Jika ada Acarya yang meminta tarif sekian pada orang lain, acarya demikian Anda harus perhatikan, apakah ia sering melakukan hal demikian, ataukah meminjam suatu cara, menentukan tarif sekian, bahkan jumlahnya pun sangat besar.
Acarya demikian harus Anda perhatikan, sebab inilah yang disebut keserakahan, keserakahannya terlalu hebat.
Asal tahu saja, berapa pun uang, reputasi, kekayaan, rumah, mobil, dan lahan yang Anda peroleh di dunia ini, jawaban terakhir yang sesungguhnya adalah nol, nihil. Saya pernah mengatakan bahwa tidak ada seorang pun di dunia ini yang dapat membawa pergi sepeser pun, namun ada sebagian orang masih tidak bisa berpikiran terbuka, banyak orang yang sakitnya sudah parah, sudah tak tertolong lagi, setiap hari masih tak sadar, ia masih ingin membeli lahan, masih ingin menghasilkan banyak uang, bahkan uang yang bukan miliknya, ia juga alihkan uangnya; yang bukan viharanya, ia juga alihkan menjadi viharanya sendiri; yang bukan milik sendiri, ia juga raup menjadi milik sendiri. Sebenarnya, Mahaguru melihatnya sudah sakit-sakitan, hampir tidak ada obat yang dapat menolongnya. Namun, sampai sekarang, ia masih menggenggam erat uangnya. Buat apa Anda melekat pada "milik saya"? Bahkan "milik Anda" pun bukan milik Anda, bahkan diri Anda pun bukan milik Anda. Namun, ia masih menggenggam erat dan tidak bisa lepas apa yang ia miliki.
Jadi, Mahaguru pernah mengatakan bahwa Mahaguru sungguh tidak ingin menjadi ketua vihara apapun, walaupun hanya nama saja, misalnya Vihara Lei Tsang Taiwan, Mahaguru hanya pasang nama saja, Mahaguru membeli tempat abu untuk ditempati di masa yang akan datang, Mahaguru beli dengan uang sendiri. Bahkan, saya beli 10 hingga 20 tempat sekaligus, saya sendiri tidak dapat tempati semua, sampai saatnya saya akan berikan pada orang yang kurang mampu. Di Vihara Lei Tsang Taiwan, Mahaguru adalah ketua vihara, namun hanya nama saja, saya tidak pernah memeriksa pembukuan; saya tidak tahu apa yang mereka lakukan sebenarnya. Yang penting dioperasikan dengan benar saja. Mahaguru tidak perlu hiraukan seluruh keuangan, personalia, dan Dharmabhaktinya. Jadi, saya menjabat ketua vihara dengan santai, saya berjalan dengan santai, pundak saya tidak ada beban berat. Vihara Lei Tsang Taiwan begitu besar dan begitu berat, bila dibebankan di pundak saya, saya akan mati tertindih. Saya kesampingkan, saya berjalan dengan santai. Kelak, saya menjadi ketua vihara apapun tapi cuma nama saja, saya akan kesampingkan vihara itu. Dharmabhakti, personalia, keuangan Zhenfozong, saya juga kesampingkan.
Misalnya, berapa pemasukan dari upacara akbar di Malaysia, wa ka nai, wa tu ka shi wa ka nai, I don't know, saya tidak tahu. Bagaimana mereka mengatur Dharmabhakti dan personalianya, I don't know, wa ka nai. Bagaimana Dharmabhakti mereka berlangsung, bagaimana pengaturan ke sananya, saya tidak peduli. Pokoknya, orang lain mengundang saya ke sana, saya pun pergi, kalau saya duduk di atas panggung, saya pun berceramah Dharma. Kemudian, saya pergi ke Putra Stadium, saya harus perhatikan satu hal yaitu di mana toilet. Ini sangat penting. Selebihnya saya tidak tahu. Orang lain mengundang saya melakukan upacara Dharma, saya pun naik ke panggung, hanya itu saja. Jadi, saya berjalan sangat santai, melayang-layang ibarat dewa, tiada masalah tubuh pun ringan. Inilah hidup saya.