Silakan saja bapak.
Kembali mencoba mengaitkan dialog kita dengan topik awal, maka menurut saya, pemahaman tentang sunyata (emptiness) sedikit banyak akan memberikan suatu sikap keterbukaan (openness). Karena emptiness dan openness sangat berkaitan. Dari situ, saya sekedar melihat bahwa segala macam fenomena memiliki potensi variasi yang tak terbatas. Yang terpenting adalah konsistensi.
Maksud saya, apabila kita belajar atas dasar teori abhidhamma, ya bicaralah dengan term2 teknis yang akurat dari abhidhamma. Demikian pula bila kita berbicara tentang madhyamaka, tentu harus dengan memahami term2 dan pola pikir madhyamaka itu sendiri. Bukan di saling silangkan terlalu dini.
Kebetulan disini sedang membicarakan tentang Sunyata yg tidak saja dipandang dari sisi Theravad tetapi juga kemudian ditarik sebagai perbandingan dengan Mahayana. Tentu saja, kita perlu mengemukakan sesuatu hal itu sesuai dengan basisnya.
Yang menjadi masalah menurut saya, adalah orang yg belajar Buddhism hingga mencapai tataran kurikulum sunyata tapi sikap batinnya malah menjadi semakin sempit dan tertutup. Ini suatu problem.
Ini saya kurang setuju. ... Bagi saya "keterbukaan" bukan berarti membiarkan pikiran merajalela ...
Maaf saja ... saya melihat semua yang Anda kemukakan itu tidak lebih daripada gerak pikiran ... Itu yang tidak saya setujui ... Itu saja.
Ya, memang gerak pikiran dan saya sadari itu, karena saya perlu mengemukakan itu disini.
Dan kemudian, itu jugalah yang saya praktekkan hingga hari ini, dimana saya tidak menolak bila pikiran2 itu muncul. Bila ego itu muncul pun tidak ditolak tapi cukup disadari saja. Termasuk semua fenomena2 yang membutuhkan tanggapan ya saya biarkan saja apa adanya, tapi bukan menghanyutkan diri tanpa sadar. Itulah yang saya maksud dengan openness. Kalau saya menolak, saya sadar menolak, kalau saya hanyut, kemudian muncul kesadaran bahwa terhanyut. Semua itu diterima saja secara ikhlas.
orang yg belajar Buddhism hingga mencapai tataran kurikulum sunyata tapi sikap batinnya malah menjadi semakin sempit dan tertutup
Ini belum pernah saya temui ... bisa ditunjukkan?
Anda belum menjawab pertanyaan saya: Mengapa Anda sekarang "tidak memakai metode itu lagi"?
Salam,
Hudoyo
Bisa dan banyak pak, lihat saja dari banyak diskusi-diskusi di milis2 buddhis: terutama mereka yang bertengkar karena konsep 'anatta', dsb.
Dan juga tak sedikit para bhikkhu yang mengajarkan sikap2 sektarian kepada umatnya.
Mengenai pertanyaan bapak.
Saya tidak menggunakan itu lagi karena pada saat retret vipassana saya tiba2 tersadar bahwa semua itu tiada lain hanyalah bentukan pikiran. Belajar filosofi sampai sakit kepala bertahunan ternyata ditembusi oleh sebuah pengalaman sekejap yg sangat sederhana.