markosprawira,
Terima kasih atas tawarannya. Sebetulnya saya sudah beri contoh seperti 'senyum arahat', 'perhitungan proses pikiran' ataupun 'pencapaian sotapatti'. Tetapi boleh kita bahas yang di lingkup biasa aja.
Misalnya, 1. dikatakan kesadaran tubuh yang disertai rasa sakit adalah hasil dari akusala kamma. Bagaimana menjelaskan prosesnya jika itu terjadi pada orang yang mengidap masochism?
2. Dikatakan sewaktu Buddha Gotama mencapai penerangan sempurna, maka mengingat begitu sulitnya dhamma dimengerti, Buddha Gotama menjadi ragu untuk mengajarkan Dhamma. Yang saya tanyakan, bagaimana keraguan bisa timbul pada seorang Arahat yang sudah menghancurkan kebodohan bathin, sementara keraguan hanya ada pada kesadaran yang memiliki akar kebodohan bathin (moha).
Dear Kainyn,
mengenai senyum arahat dan hal-hal itu, sepertinya tidak berhubungan dengan keseharian kita khan??? karena itu, bisa dipass......
untuk perhitungan proses pikiran.... 1 momen pikiran terjadi dalam waktu satu per 10 pangkat dua puluh tujuh (1/10^27).... nah silahkan anda hitung sendiri..... he3......
setiap proses pada indera, misal untuk melihat, terdiri dari 17 momen pikiran/kesadaran yang selengkapnya bisa anda baca di :
http://www.buddhistonline.com/dsgb/ad08.shtml1. untuk sadis masochism : saya barengin ama "sadis" karena ini adalah pasangan dari masochism...... ini dilandasi oleh moha, dimana dianggap bahwa sakit itu adalah sebagai suatu kepuasan.
contoh mudah : jika saya diberi uang Rp 1000, maka saya akan berterima kasih. Namun jika seorang milyarder diberi uang Rp 1000, dia akan merasa terhina.
contoh nyata disebut oleh teman saya yang guru di Tangerang dimana pada beberapa orang anak, jika dibilang "tidak/jangan", mereka mengasumsikannya sebagai "iya". Misal dibilang "tidak boleh hujan2an", anak2 itu justru malah hujan2an.......
Ini terjadi masalah untuk memanage pikirannya aja....... bisa juga disebut dengan "salah persepsi" karena memang telah terjadi kesalahan dalam mempersepsi (ada di dalam sanna/pencerapan)
2. mengenai istilah "Buddha ragu" : betul yang anda bilang, keragu2an atau Vicikiccha sudah tidak akan terjadi pada buddha. Jangankan Buddha, pada waktu sotapatti saja, salah satu kekotoran batin yang sudah berhasil dihilangkan adalah Vicikiccha ini
Nah sebenarnya disinilah kelemahan bahasa........ karena ketidak sanggupan menterjemahkan apa yang dialami oleh Buddha, manusia menterjemahkan sesuai dengan apa yang dia bisa.... sedangkan kita semua tahu bahwa manusia itu sendiri masih belum terbebas dari lobha, dosa dan moha
sama kaya istilah mano, citta yang semuanya diterjemahkan menjadi pikiran.......
semoga bisa dimengerti yah.........