//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA  (Read 17634 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« on: 25 January 2008, 03:33:30 PM »
Pelajaran Abhidhamma sarat dengan kata2 teknis dan analisa serta tabel2 yg njlimet.
Membaca buku pegangan Abhidhamma tok, tanpa diskusi kelompok, akan membikin frustasi.

Di Thread ini, akan dipost contoh2 kasus, yg akan memudahkan untuk mengerti Teori Abhidhamma.

 _/\_

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #1 on: 25 January 2008, 03:57:18 PM »
Contoh kasus
JENDELA dan BURUNG



Pada pagi hari, dua orang saudara yg tidur sekamar sama2 terbangun, mereka sama2 membuka jendela, satu di kiri, satu di kanan ruangan.
 
Orang yg pertama, begitu membuka jendela dan melihat pemandangan indah, matahari terbit, langit cerah, burung2 berkicau, ia membatin: "Oh, alangkah senangnya, langit sangat indah, suara burung itu begitu merdu, aku sangat menikmati suasana pagi ini..."
 
Orang yang kedua, sama juga, membuka jendela dan mendapati pemandangan yg sama, dan juga burung2 berkicau, ia membatin:
"Oh, alangkah indahnya pagi ini, langit cerah, dan burung2 sangat bergembira, mereka berkicau dengan bahagia, oh senangnya melihat kebahagiaan burung2 itu..."
 
Dapat dilihat kedua orang ini mengalami suasana yg sama, objek yg sama, sama2 mengalami kebahagiaan, tetapi dasar kebahagiaannya berbeda. Kalau perbedaan ini tidak terlalu penting, mari kita lihat kelanjutannya.
 
Kemudian, seseorang diluar sana menembak burung2 tersebut. Beberapa ekor mati. Sisanya berhamburan. Tidak ada lagi kicauan burung yg merdu.
 
Orang yg pertama membatin: "Sialan nih, orang itu kurang ajar juga, hilang deh kebahagiaan gua, suara burungnya gak ada lagi."
 
Orang yg kedua membatin: "Aduh, kasihan burung2 tersebut..."
 
Apa perbedaannya? Mari kita analisa.
~ Pada orang yg pertama: ia menikmati kebahagiaan dengan memimbulkan faktor bathin Lobha (ketamakan), kemelekatan kepada objek. Sehingga ketika objek kemelekatannya itu dirampas, akan timbul faktor bathin Dosa (kebencian) terhadap subjek yg merampas kebahagiaannya tsb. Ia menimbulkan dua kali minus: Menikmati atas dasar lobha (-) dan disusul oleh kemarahan (-)
 
~ Pada orang yg kedua: ia menikmati kebahagiaan dengan menimbulkan faktor bathin Mudita (berbahagia atas kebahagiaan org lain). Sehingga ketika objek tersebut terputus, akan timbul faktor bathin Karuna (turut merasakan penderitaan objek lain).  Ia telah memupuk faktor bathinnya dengan dua kali positif: Mudita (+) dan Karuna (+)
 
Objek sama, kondisi sama, waktu yg sama, kebahagiaan sama2 timbul, tapi bathin berbeda.
Karma yg dihasilkan berbeda
.






::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #2 on: 25 January 2008, 05:53:46 PM »
mohon petunjuk  ^:)^
kasus:
2 org ngeliat anak burung yg jatoh..
ada seekor kucing yg mengintai dan akhirnya memakan anak burung.
reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan
reaksi si b hanya bilang buset..
dr sudut pandang abhidhamma ulasannya spt apa??

Offline EVO

  • Sebelumnya Metta
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.369
  • Reputasi: 60
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #3 on: 25 January 2008, 06:03:45 PM »
 ^-^ ^-^ ^-^
dah bertambah nih yang tertarik abhidhamma

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #4 on: 25 January 2008, 06:11:21 PM »
^-^ ^-^ ^-^
dah bertambah nih yang tertarik abhidhamma
;D biar makin cerah kyk matahari td siang

Offline JH sugathadasa

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 293
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #5 on: 25 January 2008, 06:52:05 PM »
 _/\_ bro willibordus. Thanks buat contoh yg mudah dimengerti tersebut, ditunggu ya contoh2 penerapan kasus lainnya.

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #6 on: 26 January 2008, 08:25:04 AM »
mohon petunjuk  ^:)^
kasus:
2 org ngeliat anak burung yg jatoh..
ada seekor kucing yg mengintai dan akhirnya memakan anak burung.
reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan
reaksi si b hanya bilang buset..
dr sudut pandang abhidhamma ulasannya spt apa??

"reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (karuna).

"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (dosa), dosa yg halus.

untuk daftar faktor bathin (cetasika), dapat dilihat postingan sdri. Lily & sdr. Fox, di uraian CETASIKA dan table CETASIKA

_/\_
« Last Edit: 26 January 2008, 08:27:29 AM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #7 on: 26 January 2008, 08:54:39 AM »
mohon petunjuk  ^:)^
kasus:
2 org ngeliat anak burung yg jatoh..
ada seekor kucing yg mengintai dan akhirnya memakan anak burung.
reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan
reaksi si b hanya bilang buset..
dr sudut pandang abhidhamma ulasannya spt apa??

"reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (karuna).

"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (dosa), dosa yg halus.

untuk daftar faktor bathin (cetasika), dapat dilihat postingan sdri. Lily & sdr. Fox, di uraian CETASIKA dan table CETASIKA

_/\_
Good Analysis and Good Conclusion
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #8 on: 26 January 2008, 09:34:55 AM »
"reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (karuna).

"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (dosa), dosa yg halus.


Anumodana Bro Tesla...
Memang begitu analisanya, segala sesuatunya dilihat pada tingkatan batin kita.

- Batin apa yg mendorong/menjadi landasan kita merasa berbahagia?
- Batin apa yg melandasi reaksi kita ketika melihat seorang; misalnya pengemis?
- Batin apa yg melandasi kita berdana? kasihankah? Supaya pengemisnya tidak menganggu makan kita dan cepat2 pergikah?
- dsbnya

Semua tindakan kita, meski diluar nya kelihatan sama, namun landasan batin biasanya berbeda sehingga akan memberikan vipaka yg berbeda pada masing orang.

Buddhism memang memanage Bathin

 _/\_

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline oddiezz

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 325
  • Reputasi: 12
  • Gender: Male
  • in vain
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #9 on: 26 January 2008, 11:24:44 AM »
Contoh kasus
JENDELA dan BURUNG



Pada pagi hari, dua orang saudara yg tidur sekamar sama2 terbangun, mereka sama2 membuka jendela, satu di kiri, satu di kanan ruangan.
 
Orang yg pertama, begitu membuka jendela dan melihat pemandangan indah, matahari terbit, langit cerah, burung2 berkicau, ia membatin: "Oh, alangkah senangnya, langit sangat indah, suara burung itu begitu merdu, aku sangat menikmati suasana pagi ini..."
 
Orang yang kedua, sama juga, membuka jendela dan mendapati pemandangan yg sama, dan juga burung2 berkicau, ia membatin:
"Oh, alangkah indahnya pagi ini, langit cerah, dan burung2 sangat bergembira, mereka berkicau dengan bahagia, oh senangnya melihat kebahagiaan burung2 itu..."
 
Dapat dilihat kedua orang ini mengalami suasana yg sama, objek yg sama, sama2 mengalami kebahagiaan, tetapi dasar kebahagiaannya berbeda. Kalau perbedaan ini tidak terlalu penting, mari kita lihat kelanjutannya.
 
Kemudian, seseorang diluar sana menembak burung2 tersebut. Beberapa ekor mati. Sisanya berhamburan. Tidak ada lagi kicauan burung yg merdu.
 
Orang yg pertama membatin: "Sialan nih, orang itu kurang ajar juga, hilang deh kebahagiaan gua, suara burungnya gak ada lagi."
 
Orang yg kedua membatin: "Aduh, kasihan burung2 tersebut..."
 
Apa perbedaannya? Mari kita analisa.
~ Pada orang yg pertama: ia menikmati kebahagiaan dengan memimbulkan faktor bathin Lobha (ketamakan), kemelekatan kepada objek. Sehingga ketika objek kemelekatannya itu dirampas, akan timbul faktor bathin Dosa (kebencian) terhadap subjek yg merampas kebahagiaannya tsb. Ia menimbulkan dua kali minus: Menikmati atas dasar lobha (-) dan disusul oleh kemarahan (-)
 
~ Pada orang yg kedua: ia menikmati kebahagiaan dengan menimbulkan faktor bathin Mudita (berbahagia atas kebahagiaan org lain). Sehingga ketika objek tersebut terputus, akan timbul faktor bathin Karuna (turut merasakan penderitaan objek lain).  Ia telah memupuk faktor bathinnya dengan dua kali positif: Mudita (+) dan Karuna (+)
 
Objek sama, kondisi sama, waktu yg sama, kebahagiaan sama2 timbul, tapi bathin berbeda.
Karma yg dihasilkan berbeda
.






::


Apakah orang pertama menikmati  kebahagiaan sendiri itu salah ?
Misalnya berpikir oh senangnya aku, damai sekali pagi ini, burung2 juga pada senang.
apa harus mikirin si burung aja senang, khan aku juga makhluk hidup.
dan diri sendiri harus dicintai seperti makhluk hidup yang lainnya.

apakah boleh ini disebut content alias 自足,
dalam segala kondisi kita mencoba merasa puas dan berbahagia ?

mohon pencerahan....
Eschew Obfuscation! Espouse Elucidation!

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #10 on: 26 January 2008, 11:47:40 AM »
Apakah orang pertama menikmati  kebahagiaan sendiri itu salah ?

menikmati kebahagiaan tidaklah salah.
nibbana, tujuan akhir Buddhism adalah sebuah kebahagiaan tertinggi.

dalam kasus pertama, orang tsb sedang membangun kebahagiaan yg
bergantung pada kondisi seperti: langit yg indah; suara burung yg merdu.
ketika kondisi tsb hilang, kebahagiaan tsb akan berubah menjadi penderitaan.
bukan kebahagiaan seperti ini yg ditawarkan oleh Buddhism. ;)



Misalnya berpikir oh senangnya aku, damai sekali pagi ini, burung2 juga pada senang.
apa harus mikirin si burung aja senang, khan aku juga makhluk hidup.
dan diri sendiri harus dicintai seperti makhluk hidup yang lainnya.


sebenarnya orang kedua jg merasakan kebahagiaan kok, seperti yg bro oddiezz katakan.




apakah boleh ini disebut content alias 自足,
dalam segala kondisi kita mencoba merasa puas dan berbahagia ?


yg berkondisi pastilah memiliki 3 corak, yaitu: dukkha, anicca, anatta.
dukkha dalam hal ini artinya 'tidak memuaskan'.
contoh: hidup adalah sebuah kondisi, misalnya perlu makan.
kalau kita tidak makan, lapar akan muncul sbg penderitaan.
berbahagia dg kelaparan artinya pembodohan diri lho.
pada saat kita hidup (berkondisi), yg dapat kita lakukan sekarang
adalah meminimalkan penderitaan yg muncul.
makan untuk menghilangkan lapar, tidak berlebihan.
makan berlebihan sebenarnya akan menghasilkan penderitaan lagi.
yg kita tuju adalah "tidak berkondisi", itu tercapai penuh pada saat
kita parinibbana ;)



semoga bisa dimengerti ya :)
« Last Edit: 26 January 2008, 11:57:32 AM by tesla »
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #11 on: 26 January 2008, 12:50:29 PM »
Apakah orang pertama menikmati  kebahagiaan sendiri itu salah ?


Sudah dijelaskan oleh Bro Tesla.

Hanya mo nambahin sedikit:
~ Tidak ada SALAH atau BENAR dalam ajaran Buddha (Dhamma), yang ada hanyalah KONSEKUENSI.

Kalo kita berbuat sesuatu pasti ada konsekuensi yg menyusul perbuatan tsb, sekarang ataupun nanti.

Kembali ke contoh kasus diatas, kita menikmati suara burung2. Pada saat tersebut sebenarnya kita melekatkan kenikmatan kita pada objek tersebut (burung). Tidak ada yg salah.

Yang ada hanyalah konsekuensi-nya, yaitu: jika 'objek kenikmatan' tersebut dirampas, maka akan timbul 'penolakan' dalam batin kita. Penolakan ini biasanya berupa: Kekesalan, Kebencian ataupun Kesedihan, yg kesemuanya adalah kamma buruk.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline Che Na

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.009
  • Reputasi: 51
  • Gender: Female
  • "Kesaktian tertinggi adalah berjalan diatas bumi "
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #12 on: 26 January 2008, 01:01:37 PM »
Ikutan nimbrung,

Melihat tapi cuma melihat!

 _/\_
Ketika Melihat Dengan Hati , Mendengar Dengan Mata ..

Offline Hendra Susanto

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.197
  • Reputasi: 205
  • Gender: Male
  • haa...
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #13 on: 26 January 2008, 06:32:01 PM »
"reaksi si a terkesima kesian ama anak burung tersebut kemudian sadar klo itu rantai makanan"
dari kalimat ini yang bisa saya ketahui adalah kesadaran si a waktu itu bersekutu dg faktor bathin yg bermanfaat (sobhana cetasika), yaitu: belas kasihan (karuna).

"reaksi si b hanya bilang buset.."
yg ingin saya sampaikan, "buset" adalah sebuah tindakan yg terjadi karena kebiasaan. faktor bathin yg bersekutu dg kesadarannya dapat bermacam2.
misalnya si b ini bilang "buset" karena sesuatu yg tidak ingin dia lihat,
artinya bersekutu dg kebencian (dosa), dosa yg halus.


Anumodana Bro Tesla...
Memang begitu analisanya, segala sesuatunya dilihat pada tingkatan batin kita.

- Batin apa yg mendorong/menjadi landasan kita merasa berbahagia?
- Batin apa yg melandasi reaksi kita ketika melihat seorang; misalnya pengemis?
- Batin apa yg melandasi kita berdana? kasihankah?
Supaya pengemisnya tidak menganggu makan kita dan cepat2 pergikah?
- dsbnya

Semua tindakan kita, meski diluar nya kelihatan sama, namun landasan batin biasanya berbeda sehingga akan memberikan vipaka yg berbeda pada masing orang.

Buddhism memang memanage Bathin

 _/\_

::

yg dibold
byk pengemis dijalanan skr bagaimana dr pandangan abhidahamma mengenai kebijaksanaan.
cth:
2 org meliat pengemis
si a merasa kasian dan memberi (pdhal belum tentu pengemis benar2 miskin dan patut diberi) <== kebijaksanaan cengeng
si b tdk memberi karena merasa pengemis itu tdk layak diberi dgn alasan akan membuatnya menjadi semakin malas <== kebijaksanaa ????
mohon ulasan thx
« Last Edit: 26 January 2008, 06:36:06 PM by Hendra Susanto »

Offline Forte

  • Sebelumnya FoxRockman
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 16.577
  • Reputasi: 458
  • Gender: Male
  • not mine - not me - not myself
Re: CONTOH KASUS ABHIDHAMMA
« Reply #14 on: 26 January 2008, 07:29:01 PM »
IMO ya, kita tidak bertanggung jawab atas kebohongan orang lain. Yang kedua apa yang dikhawatirkan belum tentu benar kan ? Bisa saja pengemis itu benar2 miskin.

Jadi perbuatan si A menghasilkan vipaka positif karena memberikan dengan "karuna"

Dan perbuatan si B menghasilkan vipaka negatif karena bersekutu dengan "dosa mula citta yang halus" (docatuka : benci, iri karena dia bisa mendapat uang dengan cara gampang, kikir, dan khawatir dia menjadi malas)
 
Dan (pdhal belum tentu pengemis benar2 miskin dan patut diberi) itu juga merupakan suatu dosa mula citta yang sangat halus (khawatir bahwa pengemis itu benar2 miskin)

Jawaban di atas ini sebagian kecil dari jutaan reaksi batin yang terjadi, belum bisa dijadikan patokan dan berbalik pada reaksi batin yang terjadi.. 

CMIIW

« Last Edit: 26 January 2008, 07:33:06 PM by FoxRockman »
Ini bukan milikku, ini bukan aku, ini bukan diriku
6 kelompok 6 - Chachakka Sutta MN 148