hehehehhh sekian lama tidak mengunjungi forum ini, tenyata masih tidak banyak berubah, contohnya thread ini yg hanya menjadi ajang gosip murahan yg selalu memojokan, mencela dan memvonis pribadi seseorang, karna itu saya sengaja hadir disini sebagai penyeimbang walaupun untuk itu saya harus dikeroyok, dicaci maki, dan dimusuhi kalian, tapi tidak masalah, saya lakukan demi keadilan, karna dalam pengadilan sekalipun seorang tertuduh wajib didampingi pembela, dan si tertuduh wajib dilindungi aturan hukum praduga tak bersalah.
Berikut ini adalah tulisan dari sudhammacaro [seseorang, yg gemar berkostum bhikkhu, namun ternyata bukan bhikku], yaitu setelah ketauan secara konyol mengartikan maksud Atthasila:
hehehehhh... masa menilai dan menjudge seseorang hanya dari tulisan di fb... tulisan itu 2 dimensi, akibatnya sering yg baca salah tangkap, salah persepsi, bahkan sering SENGAJA dipelintir untuk disalahpahami dan disalah-artikan.
Jikalau ternyata valid pelaku adalah "ngaku2 bhikku"
saya kira ada baiknya kalau post2 beliau dilenyapkan
lalu bagaimana jika tertuduh ternyata adalah benar bhikkhu? apa kalian berani mempertanggung-jawabkan pelecehan, fitnahan dan celaan2 kalian? apa kalian sanggup memulihkan nama baik seorang bhikkhu yg telah kalian nodai itu?
apa kalian punya keberanian berbeda pendapat dengan aturan main kelompok/organisasi kalian? apa kalian punya nyali dan berani membuang gengsi kalian untuk melakukan itu?
Jadi di sini dia dikeluarkan TIDAK karena statusnya (bhikkhu/umat awam), juga bukan karena pelanggaran vinaya-nya (sebab memang DC sama sekali tidak berhak atas itu), namun ia dikeluarkan karena tindakannya sebagai member adalah tidak pantas, memposting hal-hal yang tidak sesuai dengan Dhamma-vinaya
kalau mau keluarkan ya keluarkan saja ga perlu pake bawa2 Dhamma-Vinaya, memangnya kamu (atau orang yg mengeluarkannya) sudah arahat? atau minimal udah sottapanna? sehingga tahu betul mana yg sesuai Dhamma-Vinaya.
Selama belum tercerahkan kita semua masih menggunakan penilaian konvensional. masih menggunakan pembenaran berdasarkan suara terbanyak yg istilahnya musyawarah untuk mufakat dan istilah politiknya demokrasi wakwkwkwkk, jadi ga perlu munafik lah, bicaranya ga usah tinggi2 pake bawa2 dhamma dan vinaya.
kalau alasannya dikeluarkan karna menghindari "global warming" itu jauh lebih rasional.
tapi rasanya alasan global warming juga tidak bisa kalian jadikan alasan, karna apa? karna yg namanya Wirajhana Eka justru tidak ikut kalian banned, padahal saya masih membaca tulisan2 yg tidak bosan2nya mencela bhante Suddhammacaro padahal yg dicela sudah kalian banned.
aneh yah Wirajhana Eka di profil fbnya jelas2 kebuddhisannya tidak jelas, orang yg senang pada sanjungan dan lupa diri ketika dipuji itu bahkan jelas2 diprofilnya tertulis "Atheist", Buddhist, Hindu.
Nah kalau orang yg baru melek buddhis yg kepercayaannya masih campur sari sperti itu kenapa kalian malah mendukung orang yg buddhis gado2 untuk menjelek2an tokoh2 buddhis yg sesungguhnya?
apa kalian sebagai umat buddha tidak punya pendirian? tidak punya ehipasiko? tidak punya hirri dan ottapa sebelum ikut2an mencela bhikkhu? hanya bisa percaya dan ikut2an melecehkan den mendukung apa kata orang yg tidak jelas asal usulnya??? masa kalian hanya percaya begitu saja dan mau diadu domba oleh yg namanya wirajhana Eka, memangnya kalian domba??? kasiaannn dehhh luuu
Kalau urusannya di dalam Sangha (dulu) atau dalam kehidupan pribadinya, saya juga memang tidak tertarik.
Yang menjadi perhatian saya hanya sebatas kelakukannya dalam group FB DC di mana ia sering memunculkan hal kontroversial
tapi ketika diminta pertanggung-jawaban, hilang entah ke mana.
kalau kalian bertanya dengan hormat, disertai dengan etika dan moral bertanya yg baik beliau pasti akan menjawabnya, pertanyaanya sekarang adalah apa kalian sudah menunjukkan rasa hormat itu ketika bertanya? bercerminlah, dan introspeksi kedalam diri, tanyakan kenapa pertanyaan kalian diabaikan, kalau perlu buka buku dharma dan cari tahu apa2 saja alasan sang Buddha ketika tidak menjawab pertanyaan yg ditujukan padanya. Kalau kalian sudah benar2 memahaminya maka tak ada alasan lagi bagi kalian untuk merasa ga senang, sakit hati, dan mendendam hanya karna pertanyaan kalian diabaikan.
Bhikkhu Sudhammacaro Thera
tidak lagi bernaung di bawah STI sejak tahun 2006
Tapi kalau mengenai benar tidaknya
seseorang masih berstatus bhikkhu atau tidak?
bagaimana cara mengetahuinya?
apakah ada prosedur tertentu untuk memastikan?
masih ingat pesan2 Sang Buddha:
- jangan percaya begitu saja pada apa yg didesas desuskan
- Bertemanlah dengan orang bijaksana.
dan Sang Buddha juga sudah pernah memberitahukan cara untuk mengetahui apakah orang itu bijaksana atau tidak adalah tidak mudah, membutuhkan waktu yg sangat lama untuk mengenali kebijaksanaan seseorang.
jadi kalau mau tau kepribadian seseorang yg pertama adalah dengan cara berjumpa dengannya langsung, berbincang2 dengannya langsung, berteman dengannya langsung, kalau kamu sudah berteman dengan waktu yg cukup lama nanti kamu akan tau dengan sendirinya apakah beliau itu pantas berstatus bhikkhu atau tidak. ingat tidak sedikit orang yg baik tutur bahasanya, manis lidahnya, bicaranya suka menjilat namun sesungguhnya ia adalah musuh yg berpura2 menjadi sahabat, apa kalian yg ahli2 dharma ini sudah lupa dengan ajaran sang Buddha yg satu ini?
nah begitu pula sebaliknya orang yg bicaranya sepertinya tidak menyenangkan didengar namun bisa saja tanpa kalian sadari justru mempunyai maksud dan tujuan yg baik, yg untuk mencerahkan, contohnya yg sering dilakukan para master zen. Jadi kalau sipendengar tidak siap menerima dan tidak tercerahkan2 juga, ya jangan salahkan si pembabarnya, karna si pembabarnya kan belum buddha. Begitu pula ketika buddha yg selalu gagal menyadarkan devadatta, jangan salahkan buddhanya tapi itu karna devadattanya yg keras kepala yg lebih mengedepankan kebenciannya.
nah para member dhammacitta khususnya yg merasa pintar2 dhamma yg punya segudang teori dhamma, dan yg khususnya membenci bhante sudhammacaro, sudahkah kalian berjumpa dengan beliau? sudahkah kalian mengundang beliau untuk sekedar minum teh dan berbincang2 santai dengan beliau?
kalau kalian belum mengenalnya dan belum pernah bertemu langsung dengan beliau, saran saya hentikan lah memfitnah dan men"zolimi" beliau, terlepas dari apa dan siapapun beliau, minimal hormatilah jubah yg mewakili sanggha yg dikenakannya, hormatilah Buddha bukan dari patungnya, bagitupula hormatilah sangha bukan dari wujud suddhamacaronya.
kalau saya sendiri sudah beberapa kali berjumpa dengan beliau, bisa 2 sampai 3 jam berbincang, bercakap2 dan bertukar pikiran dengan beliau, dan dari beberapa pengalaman singkat tsb, beliau memang mempunyai karakter yg tegas, berbicara apa adanya, blak2an, tidak dimanis2kan, tidak munafik. Selama berbincang2 dengannya beliau memang sempat mengkritik kebijakan STI namun beliau tidak pernah menjelekkan pribadi bhikkhu tertentu.
dari pengamatan saya beliau memang seorang yg kritis, yg memiliki banyak ide2 pemikiran2 yg bagus untuk perkembangan umat buddha, sayang semuanya sebatas wacana karna beliau terikat dengan vinaya (dan ini bukti kalau beliau tetap menjalankan vinaya) dan tidak ada pendukung2nya yg siap merealisasikan ide2nya karna para pendukungnya takut dimusuhin dan dikucilkan orang2nya STI, sedangkan saya sebagai umat belum mampu merealisasikan ide2 tsb karna saya bukanlah siapa2.
Kesan saya sewaktu pertama kali melihat fisik beliau, beliau memiliki wajah yg tenang, cahaya wajah yg terang yg mungkin beliau dapat dari hasil meditasinya selama bertahun2 di thailand.
sehingga walau usia beliau sudah menginjak 60 tahun namun masih terlihat energik dan berwibawa.
untuk menghilangkan kepenatan beliau sering berjalan2 bolak balik seperti yg dilakukan sang Buddha ketika merasa penat setelah duduk berjam2 untuk waktu yg lama,
dan untuk mengisi waktu senggang beliau mengisi blogsnya dengan artikel2 dharma dan memposting pertanyaan2 umat yg ditujukan ke bhante ke facebook.
Saya rasa kalau dulu ada facebook pun sang Buddha juga akan melakukan hal yg sama yaitu menyebarkan dharma melalui blog dan facebook.
Selama berjumpa beberapa kali dan sepengetauan saya bathin bhante suddhamacaro terkendali karna saya belum pernah melihat beliau menunjukkan raut wajah yg marah, asam, kesal, mengerutkan dahi ataupun tersenyum kecut bahkan setelah beliau membaca caci maki dan hinaan2 di fb yg ditujukan pada beliau.
bagaimana dengan kalian? sanggupkah kalian mengendalikan bathin kalian ketika dihina dan dicela? jangankan dihina dan dicela, setelah membaca kritikan2 pedas dari saya ini saja pasti sebagian besar dari kalian ada yg tersenyum kecut, ada yg darahnya naik ke ubun2, bahkan mungkin mengepalkan telapak tangannya untuk menggrbrak meja hingga membanting mouse dan keyboard karna emosi tingkat tinggi yg tak terkendali.
selama saya mengenal bhante Sudhammacaro, beliau itu hidup mandiri, saya belum pernah melihat ada dayaka atau jongos(istilahnya bhante), atau konco (istilahnya kalian), jadi istilah jongos yg sering dilontarkan beliau itu dalam pandangan saya sepertinya kritikan itu ditujukan untuk para bhikkhu yg selama ini terlalu menggantungkan hidupnya pada para dayaka. Mungkin beliau mengharapkan para bhikkhu di indonesia belajar mempunyai sikap mandiri seperti yg selama ini diterapkan para bhikkhu dari aliran ZEN, dan yg juga diterapkam Ajahn Brahm.
namun itu semua penilaian saya, dari sudut pandang saya semata, dan penilaian saya bisa saja salah dimata kalian, namun meskipun begitu saya berani mengatakan semua ini karna saya telah mempraktekanya dengan berjumpa dan bercakap2 dengan beliau langsung beberapa kali. Jadi paling tidak saya telah melakukan ehipassiko dengan datang lihat dan membuktikannya seperti apa sosok bhante Suddhamacaro.
nah bagaimana dengan kalian? apa kalian telah ehipasiko sebelum mencela, memfitnah, dan memvonis beliau?
saran saya kunjungilah beliau dan bercakap2lah dengan beliau , datanglah dengan sikap hormat dan respek layaknya seorang tamu yg menghormati tuan rumahnya.
atau undang lah beliau dan perlakukanlah beliau sebagai tamu yg dihormati tuan rumah. Jadi lakukanlah praktek yg sesungguhnya jangan cuma bisa berterori dan berkoar2 belaka hanya karna merasa pintar teori dharma.
saya dulu juga seorang theravada, bahkan pecinta theravada namun sudah saya tinggalkan karna malu dengan arogansi 'ketheravadaan' di indonesia yg kalian junjung tinggi hingga ke langit ke 7, dan saya memilih universal buddhisme daripada hidup dengan pola pikir terpenjara seperti yg banyak dianut penganut theravada yg lebay, karna apa? karna sudah bosan melihat kalian2 ini yg hobynya menjelekan, mencela, dan menggosipi seseorang sebelum mengenal peribadi orangnya langsung.
dulu kalian menjelek2an pribadi master lu sheng yen hingga beratus2 posting dan admin beserta para moderatornya hanya bisa terpingkal2 dan terbahak2 menganggapnya sebagai guyonan penghilang stress semata, bahkan juga pernah menggosipi dikucilkannya Ajahn Bhram dan sebagian dari kalian bersorak sorai mendengar berita tsb, dan sekarang bhikkhu2 lokal kalian "zolimi", bhante vijaya putta dan bhante suddhammacaro sudah kalian jadikan korban dari kebuasan kalian, entah masih akan berapa banyak lagi yg akan kalian cela dan dijadikan bahan gosip murahan hanya demi untuk memuaskan ego kalian semata??? pantas aja di indonesia ini sangat sedikit sekali yg berani jadi bhikkhu, karna apa? karna takut akan kebuasan kalian.
Jadi kalian kapan mau berubahnya? sadar donk... sadarrr...
akhir kata saya akhiri sampai disini, saya datang bukan untuk berdebat, kritikan dari saya mungkin dihati kalian akan dirasa bagai gelombang tamparan yg sangat pedas sehingga bukan tidak mungkin kalian akan membenci dan mendendam kepada saya, namun percayalah rasa sakit itu bukan saya yg membuatnya, rasa sakit itu muncul dari ego kalian karena dipermainkan oleh pikiran dan kesadaran kalian yg belum terkendali, karna sekali lagi saya katakan saya datang dan mengungkapkan semua ini karna demi keadilan, saya datang demi menjalankan 1 dari sekian banyak petunjuk sang buddha: mencegah orang lain berbicara jelek tentang diri bhante Sudhammacaro (" Ia mencegah orang lain berbicara jelek tentang dirimu "), dan untuk memberikan pendapat dan pandangan dari sisi kalian yg berbeda untuk melengkapi kesenjangan penilaian yg selama ini sudah membudaya dan mendarah-daging di sebagian besar kalangan umat lebay theravada.