Wahahahaha...
Pertama-tama, terimakasih lagi buat teman-teman.. Saran2nya sangat membantu dan menghibur..
Menanggapi pertanyaan saya sama si cici pelit mana? Menurut saya sih pelit dia, menurut dia, mungkin pelit saya.. Gag tau deh
Masalah saya sama si cici itu, saya rasa awalnya gag ada yang salah. Prinsip saya begini, prinsip dia begitu, so beda prinsip.. Prinsip yang berbenturan, tapi tidak ditangkal dengan segera, sehingga gesekannya makin lama makin keras, akhirnya meledak deh.. Gitu..
Tapi saya kenal dia bukan sehari-dua hari, jadi saya mengerti bahwa dia biasanya bukanlah orang yang karena 'beda prinsip' doang, terus gag mau ngalah dan memilih perang. Saya rasa dia saat itu sedang lupa daratan, lagi labil dan tidak mau mengalah (disinilah salah saya, saya gag sadar dan cuek bebek ajah), bisa dikatakan seperti sedang puber lagi, lalu terjadi clash dan dia langsung overreact (bnr2 kyk anak remaja).. Waktu itu saya juga terlalu menyepelekan masalah, saya mengira, dia cuman pengen 'marahan' sehari-dua hari (so, dia yang mulai marah sama saya, saya cuek2 aja), lalu baikan lagi.. Secara saya dan dia udah gede gitu lho, dah umur berapa.. Masa soal begini doang dibawa-bawa berlarut-larut..
Tapi ternyata dia bener-bener membawa masalah ini berlarut-larut dan saya tidak pernah mengungkit masalah ini sama sekali karena bagi saya masalah ini sudah selesai, kalo buat dia belum, ya itu urusan dia.. Toh saya tetap care sama dia dan menjalankan kewajiban sebagai roomate dengan baik.. Well, saya rasa di sini lah salah saya. Dia merasa sikap cuek saya sangat menjengkelkan dan tidak pantas. Lalu pelan-pelan dia mulai mencari dukungan dari housemate2 lain agar mereka setuju untuk mengusir saya. Dan housemate2 lain lebih kenal sama dia daripada saya, so ya dia cukup berhasil.. Saya sih tidak marah pada housemate2 ato org2 lain yang berhasil dipengaruhi oleh dia, mungkin emg masih terlalu muda bagi mereka untuk menilai sesuatu dgn bijak oleh dirinya sendiri.
Tanggapan untuk nelpon si cici:
Ketika kejadian 'pengusiran' itu, saya sudah bilang ke mereka bahwa saya minta maaf klo saya berbuat salah dan membuat mereka merasa tidak nyaman, juga tq atas semua kebaikan2 mereka. Dan tidak lama kemudian saya pindah. Saya masih menjaga hubungan baik dengan housemate2 yang dia pengaruhi karena saya merasa mereka tidak benar-benar ada salah sama saya. Sementara dengan si cici, saya benar-benar kapok berteman dengan dia , saya sudah tidak peduli dia mau menganggap saya apa. Kalaupun sampai akhir hayatnya dia masih menganggap bahwa saya orang yang buruk dan pantas dia perlakukan seperti 'ini', whatever lah, I don’t give a **** Mungkin kejadian ini adalah buah karma saya dari masa lampau, mungkin juga tidak, tapi saya sama sekali tidak mau memperpanjang ikatan karma saya dgn dia (dengan berbaikan ataupun menyimpan amarah). Sekarang pun saya masih tetap sayang sama dia, tapi saya sama sekali tidak berharap di kehidupan berikut2nya bakal bertaut karma dengan dia lagi.
Saya sudah jauh lebih bahagia setelah pindah rumah dan sudah meneruskan hidup dengan baik sejak kejadian itu, hanya saja saya masih suka marah kalau teringat dan belakangan sampe kebawa mimpi dan akhirnya minta saran teman-teman deh.. Gitu~~ Tapi saya positif bahwa saya bisa meneruskan hidup dengan lebih baik (thx buat teman2 semua) ^^
(btw, sori, saya jadi curhat begini..)