iseng agg... mau ngebahas ttg Dokter Lo
ngk tau dag ini dokter agamanya apa...
tapi yang pasti dia sedang praktek hal yg kusala (baik)
bener2 ajaib, masih ada org seperti ini
org yg idealis, dan dalam kehidupan nyata bisa berhasil menjalankan idealisme nya
biasa banyak org yg pertamanya idealis, tapi dikalahkan realitas dan terhanyut mengikuti arus lingkungan aja
tapi ini dokter, against all odds, bener2 mempraktekkan idealisme nya
iseng lagi, mau dicocok logikan dengan teori buddhistPasangan idealis: Dr Lo dokter umum dan istrinya dokter anak
1. berkeyakinan yang sama (samma saddha)
2. kedermawanan yang sepadan (samma cagga)
3. moralitas yang sepadan (samma sila)
4. kebijaksanaan yang sepadan (samma panna)
Istrinya sama2 dokter, dan juga rela mendukung Dokter Lo praktek tidak memungut biaya.
Istrinya sama2 terbiasa hidup sederhana, rumah kecilnya ngk diperbesar, dipermewah dll
kalau salah satu pengen hidup lebih mewah, idealisme itu ngk akan terlaksana kali ya....
dan kebetulan tidak punya anak, jadi harta dan waktunya bisa fokus ke idealisme nya
Menurut Lo, itrinya memiliki peran besar terhadap apa yang ia lakukan. Tanpa perempuan itu, kata Lo, ia tidak akan bisa melakukan semuanya.
“Dia perempuan luar biasa. Saya beruntung menjadi suaminya,” ujar Lo tentang perempuan yang ia nikahi tahun 1968 itu.
Rumah ini sudah cukup besar untuk kami berdua. Kalau ada penghasilan lebih, biarlah itu untuk mereka yang membutuhkan. Kebutuhan kami hanya makan. Bisa sehat sampai usia seperti sekarang ini saja, saya sudah sangat bersyukur. Semakin panjang usia, semakin banyak kesempatan kita untuk membantu orang lain,” kata Lo yang selama 43 tahun perikahannya dengan Gan May Kwee tidak dikaruniai anak.
dari Karineya metta sutta
Merasa puas, mudah dirawat, tiada sibuk,
sederhana hidupnya,
tenang inderanya, selalu waspada, tahu malu, tidak melekat pada keluarga.
Dokter Lo sibuk sih, dari pagi sampe malem, sampe umur hampir 80 an masih sibuk.
tapi merasa puas, mudah dirawat, sederhana hidupnya: "kebutuhannya hanya makan saja" (hehehe...tambah sandang pangan papan lar, tapi masih sederhana banget yag)"
tenang inderanya: karena kerja dari pagi sampe malem, mungkin ngk sempet banyak menikmati hiburan kaya maen internet, nonton tv, makan buffet, dll...jadi menebak tenang inderanya
Kini, meski usianya sudah hampir 80 tahun, Lo tidak mengurangi waktunya untuk tetap melayani pasien. Setiap hari, mulai pukul 06..00 sampai 08.00, dia praktek di rumahnya. Selanjutnya, pukul 09.00 hingga pukul 14.00, Lo menemui para pasiennya di RS Kasih Ibu. Setelah istirahat dua jam, ia kembali buka praktek di rumahnya sampai pukul 20.00.
Puluhan tahun menjadi dokter, dan bahkan pernah menjadi direktur sebuah rumah sakit besar, kehidupan Lo tetap sederhana. Bersama istrinya, ia tinggal di rumah tua yang relatif tidak berubah sejak awal dibangun, kecuali hanya diperbarui catnya. Bukan rumah yang megah dan bertingkat seperti umumnya rumah dokter.
”Kebutuhan kami hanya makan. Lagi pula orang seumur saya, seberapa
banyak sih makannya?” ujar Lo.
Ia harus
pandai, jujur, sangat jujur. Rendah hati, lemah lembut,
tiada sombong.
Dokter Lo galak dan tegas, pasien nya sering diomelin kalo bandel masih mau bayar padahal ngk punya uang buat beli beras.
pandai: bisa jadi dokter harus pandai lar
jujur, sangat jujur: diri sendiri jujur, dan juga tidak suka melihat org yg berbohong seperti org yg bayar fiskal tapi bohong kurang kasih rp 100.000
rendah hati, tiada sombong: tidak ingin diumbar beritanya. bahkan ketika mencari donatur, dipilih donatur yg bersedia tidak disebut namanya. Artinya cari donatur yg tidak ingin berdana untuk popularitas atau untuk dipuji org lain, untuk nama baik, dll. Jadi "org suka berkumpul dengan org sejenisnya" jadi dokter lo juga mencari org yg idealisme nya mirip dengan dirinya
Jika biaya perawatan pasien cukup besar, misalnya, harus menjalani operasi, Lo tidak menyerah. Ia akan turun sendiri untuk mencari donatur. Bukan sembarang donatur, sebab hanya donatur yang bersedia tidak disebutkan namanya yang akan didatangi Lo.
“Beruntung masih banyak yang percaya dengan saya,” kata dia.
Secara pribadi saya mengenal dokter Lo ketika bekerja di perusahaan farmasi hampir dua dekade lalu. Ketemu lagi dengan beliau ketika saya sudah beralih profesi bekerja sebagai petugas pajak dan ditugaskan di bagian Fiskal Luar Negeri Bandara Adi Sumarmo Solo. Pengalaman unik dengan beliau yakni pada saat ada seseorang yang sengaja tidak genap membayar biaya fiskal luar negeri yang waktu itu Rp. 1 Juta, hanya menyerahkan Rp. 900 ribu, tapi mengaku sudah benar. Belum lagi saya menegurnya, dokter Lo sudah menegur orang tersebut agar jujur. Ya, dokter Lo memang antri pas dibelakang orang tersebut hingga tau gerak-geriknya.
Aku adalah pemilik karmaku sendiri,
Pewaris karmaku sendiri,
Lahir dari karmaku sendiri,
Berhubungan dengan karmaku sendiri,
Terlindung oleh karmaku sendiri,Apapun karma yang ku perbuat, baik atau buruk,
Itulah yang akan kuwarisi
Hendaklah ini kerap kali direnungkan.
Dokter Lo juga terlindungi oleh kamma baiknya sendiri
karena sering berbuat baik, tetangganya semua melindungi dia
iya lar, kalau saya jadi preman, saya juga ngk akan berani ganggu dokter lo, takut digebukin tetangganya.
Apa yang dikatakan Lo tentang membantu siapa pun yang membutuhkan itu bukanlah omong kosong. Ketika terjadi kerusuhan Mei 1998 lalu misalnya, Lo tetap buka praktek. Padahal para tetangganya meminta agar dia tutup karena situasi berbahaya, terutama bagi warga keturunan Tionghoa. Namun, Lo tetap menerima pasien yang datang. Para tetangga yang khawatir akhirnya beramai-ramai menjaga rumah Lo.
“Banyak yang butuh pertolongan, termasuk korban kerusuhan, masak saya tolak. Kalau semua dokter tutup siapa yang akan menolong mereka?” kata Lo yang juga lulusan Managemen Administrasi Rumah Sakit (MARS) dari Universitas Indonesia.
Hingga kerusuhan berakhir dan situasi kembali aman, rumah Lo tidak pernah tersentuh oleh para perusuh. Padahal rumah-rumah di sekitarnya banyak yang dijarah dan dibakar.
dan banyak faktor pendukung juga
1.
keluarga: istri mendukung, ngk ada anak jadi ngk usah membiayai anak
2.
guru dan orang tua : guru dan panutannya adalah dokter Oen, selama sekitar 15 tahun dia bekerja kepada dokter Oen yang dia jadikan sebagai panutan. ”Dokter Oen itu jiwa sosialnya tinggi dan kehidupan sehari-harinya sederhana,” ujarnya.
”Ayah saya berkali-kali mengatakan, kalau saya mau jadi dokter, ya jangan dagang. Kalau mau dagang, jangan jadi dokter. Makanya, siapa pun orang yang datang ke sini, miskin atau kaya, saya harus terbuka. Saya tidak pasang tarif,” kata Lo
3.
lingkungan: di kota kecil. jadi masih punya waktu dan tenaga untuk melihat 40 org/hari, tagihan obat sebulan 8-10 juta yg dibayar dokter lo. kalo dokter lo di kota besar sehari bisa ratusan org, waktu dan tenaga ngk akan mencukupi, dan bisa tagihan ratusan juta, mungkin beberapa tahun aja dokter lo udah bangkrut
4.
masyarakat: masih banyak pasien yg tau diri. yg bener2 miskin ngk bisa bayar masih kasih pisang. tapi yg ngk mampu beli beras lagi bakal dimarahin kalo masih ngotot mau bayar. dan yg masih agak mampu memilih tetap bayar. kalo banyak yg nipu dan memanfaatkan, nanti malah dokternya bangkrut mungkin.
ha...lega yag bisa ngeliat cerita kaya gini