//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Makan daging dan sila pertama  (Read 14251 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #30 on: 20 December 2017, 10:29:02 AM »
Loh bukan nya sutta atau ajaran buddha saling berkait satu sama lain dari awal "dhammacakkapatana sutta "dst

Tentu saja less meat (memakan daging lebih sedikit dari biasanya, mengurangi mkn daging) membutuhkan pengetahuan yang cukup, kesempatan yang cukup, pendidikan yang cukup  terhadap kebutuhan nutrisi dan gizi sehari hari

Wa pikir Sang Buddha mengerti untuk tidak makan daging membutuhkan pengetahuan yang cukup dalam juga kesempatan atau kemampuan dari orang tersebut, dan pada waktu tertentu (seperti kondisi darurat atau sakit) kadang masih membutuh kan, jadi Sang Buddha tidak menganjurkan kita untuk" tidak makan daging " ketika devadata bertanya kepada Sang Buddha.
« Last Edit: 20 December 2017, 10:47:23 AM by kullatiro »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #31 on: 20 December 2017, 11:08:59 AM »
Loh bukan nya sutta atau ajaran buddha saling berkait satu sama lain dari awal "dhammacakkapatana sutta "dst

Tentu saja less meat (memakan daging lebih sedikit dari biasanya, mengurangi mkn daging) membutuhkan pengetahuan yang cukup, kesempatan yang cukup, pendidikan yang cukup  terhadap kebutuhan nutrisi dan gizi sehari hari

Wa pikir Sang Buddha mengerti untuk tidak makan daging membutuhkan pengetahuan yang cukup dalam juga kesempatan atau kemampuan dari orang tersebut, dan pada waktu tertentu (seperti kondisi darurat atau sakit) kadang masih membutuh kan, jadi Sang Buddha tidak menganjurkan kita untuk" tidak makan daging " ketika devadata bertanya kepada Sang Buddha.

Ajaran Sang Buddha adalah ajaran spiritual yang mengajarkan tentang dukkha dan lenyapnya dukkha, ajaran Buddha tidak negurusi masalah diet.

adakah sutta yang menjelaskan tentang Sang Buddha mengajarkan tentang "less meat" tersebut? dan bagaimana anda menjelaskan bahwa Sang Buddha sendiri juga makan daging?

lalu kenapa Sang Buddha sendiri masih makan daging?

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #32 on: 20 December 2017, 11:14:52 AM »
Ajaran Sang Buddha adalah ajaran spiritual yang mengajarkan tentang dukkha dan lenyapnya dukkha, ajaran Buddha tidak negurusi masalah diet.

adakah sutta yang menjelaskan tentang Sang Buddha mengajarkan tentang "less meat" tersebut? dan bagaimana anda menjelaskan bahwa Sang Buddha sendiri juga makan daging?

lalu kenapa Sang Buddha sendiri masih makan daging?


Buddha mkn daging karena tidak mempunyai kemelekatan lagi ini terutama, bisakah kita seperti itu kitasaat ini belum mencapai tingkat arahat, apakah bro indra sudah mencapai tingkat tingkat kesucian seperti itu berapa banyak dari kita di forum ini mencapai tingkat kesucian pertama? Berapa banyak dari kita melakukan vinaya yang di tetapkan oleh sang Buddha sehari harinya?
« Last Edit: 20 December 2017, 11:22:04 AM by kullatiro »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #33 on: 20 December 2017, 11:35:34 AM »

Buddha mkn daging karena tidak mempunyai kemelekatan lagi ini terutama, bisakah kita seperti itu kitasaat ini belum mencapai tingkat arahat, apakah bro indra sudah mencapai tingkat tingkat kesucian seperti itu berapa banyak dari kita di forum ini mencapai tingkat kesucian pertama? Berapa banyak dari kita melakukan vinaya yang di tetapkan oleh sang Buddha sehari harinya?

sebuah diskusi yg sehat dan terpelajar tidak tiba2 mempertanyakan pencapaian lawan diskusi, apa hubungannya kesucian saya dengan topik yg dibahas ini?
maaf saya menganggap anda tidak layak untuk berdiskusi, jadi saya tidak akan menanggapi anda lebih jauh lagi

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #34 on: 20 December 2017, 11:43:23 AM »
sebuah diskusi yg sehat dan terpelajar tidak tiba2 mempertanyakan pencapaian lawan diskusi, apa hubungannya kesucian saya dengan topik yg dibahas ini?
maaf saya menganggap anda tidak layak untuk berdiskusi, jadi saya tidak akan menanggapi anda lebih jauh lagi


Oke lah wa menyinggung bro indra tentang tingkat kesucian yang di capai bro indra wa ada kesalahan, maksud wa disini bila kita membandingkan diri kita ke sang Buddha sudah berapa jauh jaraknya dari pada jauh jauh kita bandingkan diri kita dgn anggota sangha yang setiap hari rajin menyapu dan membersihkan debu bathin

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #35 on: 20 December 2017, 12:16:21 PM »
> kita bandingkan diri kita dgn anggota sangha yang setiap hari rajin menyapu dan membersihkan debu bathin

Apa hubungannya sama makan daging? Jelas-jelas di Theravada ga ada larangan makan daging bagi umat awam, ga ada bedanya daging sama sayur kalau melekat.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #36 on: 20 December 2017, 12:44:26 PM »
> kita bandingkan diri kita dgn anggota sangha yang setiap hari rajin menyapu dan membersihkan debu bathin

Apa hubungannya sama makan daging? Jelas-jelas di Theravada ga ada larangan makan daging bagi umat awam, ga ada bedanya daging sama sayur kalau melekat.

Coba bilang larangan makan daging gajah, harimau, monyet, ular bukan ada ?

Salah satu sisi memberi kita kebebasan memakan daging, satu sisi ada batas nya satu sisi karena ada cause dan efect, satu sisi seperti kariniya metta sutta, brshma vihara parana dan ratana sutta seperti melarang makan daging

Dan semua ini penjabaran dari dhammacakkapavatana sutta" kenapa begini karena ada anicca, anata dan paticasamuda (cause and effect)
« Last Edit: 20 December 2017, 12:49:58 PM by kullatiro »

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #37 on: 20 December 2017, 03:04:59 PM »
karma itu adalah niat, apakah niat anda dalam memakan daging? jika dihubungkan dengan sila pertama, apakah memakan daging menyebabkan makhluk terbunuh? bukankah makhluk tersebut memang sudah mati ketika dimakan? dan tidak memakannya juga tidak akan menghidupkan kembali makhluk tersebut.

sulit sekali bahkan mustahil kita tidak memakan atau menggunakan apapun yang tidak berasal dari makhluk hidup. misalnya ketika kita memakai sepatu, dompet, tas, dslb, yang berbahan kulit itu adalah produk dari makhluk hidup. ketika anda naik kendaraan, bahan bakar yang digunakan juga berasal dari makhluk hidup, bahkan ketika anda makan sayur2an, pupuk yang digunakan sering kali juga berasal dari makhluk hidup. mungkin satu2nya cara yang paling aman adalah mati saja.

Ya benar. Tapi mengingat daging berasal dari makhluk hidup, mungkin serakah akan daging karmanya lebih berat karena lebih banyak daging kan artinya lebih banyak pembunuhan. Bukan begitu?

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #38 on: 20 December 2017, 03:06:47 PM »
sebuah diskusi yg sehat dan terpelajar tidak tiba2 mempertanyakan pencapaian lawan diskusi, apa hubungannya kesucian saya dengan topik yg dibahas ini?
maaf saya menganggap anda tidak layak untuk berdiskusi, jadi saya tidak akan menanggapi anda lebih jauh lagi

Ya setuju kalau bisa tetaplah pada topik sesuai dengan topik yang diciptakan di awal.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #39 on: 20 December 2017, 03:14:43 PM »
3.2 Nanda

Demikianlah yang saya dengar. Pada suatu ketika Sang Bhagava sedang berada di dekat Savatthi, di hutan Jeta, di Vihara Anathapindika. Pada saat itu Yang Ariya Nanda, saudara tiri Sang Bhagava, [2] putra bibi (dari pihak ibu) yang membesarkannya, memberitahukan sejumlah bhikkhu demikian: “Saya tidak puas menjalani kehidupan suci, sahabat-sahabat. Saya tidak dapat memikul kehidupan suci. Saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah.” [3]

Kemudian seorang bhikkhu mendekati Sang Bhagava, bersujud, duduk di satu sisi dan berkata: “Yang Ariya Nanda, Bhante, saudara tiri Sang Bhagava, dari bibi yang membesarkan Nya, memberitahu sejumlah bhikkhu demikian : “Saya tidak puas menjalani kehidupan suci ….. saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah.”

Kemudian Sang Bhagava berbicara kepada seorang bhikkhu: O, bhikkhu, atas namaku beritahukan bhikkhu Nanda, “Guru memanggilmu, sahabat Nanda.”

“Baiklah, Bhante,” jawab bhikkhu itu. Dia mendekati Yang Ariya Nanda dan berkata, “Guru memanggilmu, sahabat Nanda.”

“Baiklah, sahabat,” Yang Ariya Nanda menjawab, dan mendatangi Sang Bhagava, dia bersujud dan duduk di satu sisi. Sang Bhagava kemudian berkata kepadanya: “Apakah benar Nanda, bahwa kamu memberitahu sejumlah bhikkhu demikian: “Saya tidak puas menjalani kehidupan suci ….. saya akan kembali ke kehidupan rendah ?”

“Ya, Bhante.”

“Tetapi mengapa, Nanda, kamu tidak puas dengan menjalani kehidupan suci?”

“Ketika berangkat dari rumah, Bhante, seorang gadis Sakya yang tercantik di negeri ini, dengan rambutnya setengah tersisir, memandang saya dan berkata “Kembalilah segera, Tuan.” [4] Ketika mengingat kembali hal itu, Bhante, saya tidak puas menjalani kehidupan suci ….., saya tidak dapat memikul kehidupan suci. Saya akan berhenti dari latihan ini dan kembali ke kehidupan rendah.”

Kemudian Sang Bhagava memegang tangan Yang Ariya Nanda, dan persis seperti seorang laki-laki kuat yang menjulurkan tangannya yang lentur atau melenturkan tangannya yang terjulur, demikianlah mereka lenyap dari hutan Jeta dan muncul di antara para dewa di surga Tavatimsa. Pada saat itu, kira-kira 500 bidadari berkaki merah muda datang untuk melayani Sakka, penguasa para dewa. Dan Sang Bhagava berkata kepada Yang Ariya Nanda, “Apakah kamu melihat 500 bidadari yang berkaki merah muda itu?”

“Ya, Bhante.”

“Apa pendapatmu, Nanda, siapakah yang lebih cantik, lebih indah untuk dipandang, dan lebih menggiurkan – gadis Sakya yang tercantik di seluruh negeri atau 500 bidadari yang berkaki merah muda ini ?”

“Bhante, dibanding dengan 500 bidadari yang berkaki merah muda ini, gadis Sakya, yang tercantik di seluruh negeri itu, seperti seekor monyet betina buntung [5] yang hidung dan telinganya dipotong. Dia tidak masuk hitungan; dia tidak cukup berharga dibandingkan dengan para bidadari itu; sama sekali tidak dapat dibandingkan. Lima ratus bidadari ini jauh lebih cantik, jauh lebih indah untuk dipandang, dan jauh lebih menggiurkan.”

“Bergembiralah, Nanda, bergembiralah Nanda! Saya jamin kamu akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda.”

“Bhante, jika Sang Bhagava menjamin bahwa saya akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda ini, saya akan puas menjalani kehidupan suci dibawah bimbingan Sang Bhagava.”

Kemudian Sang Bhagava memegang tangan Yang Ariya Nanda ….. dan dengan demikian mereka lenyap dari antara para dewa di surga Tavatimsa dan muncul di hutan Jeta.

Para bhikkhu mendengar: “Dikatakan bahwa Yang Ariya Nanda, saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi yang mengasuhnya, menjalani kehidupan suci demi para bidadari. Dikatakan bahwa Sang Bhagava telah menjamin bahwa dia akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda.”

Kemudian sahabat-sahabat bhikkhu dari Yang Ariya Nanda, berkeliling dengan menyebutnya “orang jaminan” dan “orang rendah”, dengan mengatakan: “Yang Ariya Nanda adalah orang jaminan! Yang Ariya Nanda adalah orang rendah! Dia menjalani hidup suci demi para bidadari! Dikatakan bahwa Sang Bhagava menjamin dia akan mendapat 500 bidadari berkaki merah muda!”

Maka Yang Ariya Nanda merasa terhina, malu, dan sedih karena sahabat-sahabatnya menyebutnya “orang jaminan” dan “orang rendah”. Dengan hidup menyendiri, menyepi, rajin,bersemangat dan penuh tekad, dia segera menyadari, bahkan di sini dan saat ini juga melalui pengetahuan langsungnya sendiri, tujuan kehidupan suci yang tiada bandingnya itu dimana putra keluarga baik-baik sudah pada tempatnya pergi dari keadaan berumah ke keadaan tidak berumah, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya. Dan dia tahu: “Selesailah sudah kelahiran, telah dijalani kehidupan suci, telah dilakukan apa yang harus dilakukan, tidak akan ada keadaan seperti ini lagi.” Dan Yang Ariya Nanda menjadi salah seorang Arahat.

Kemudian, setelah malam semakin larut, seorang dewata yang tampan sekali menyinari seluruh hutan Jeta, mendekati Sang Bhagava, bersujud dan berdiri di satu sisi. Sementara berdiri di sana, Sang Dewata berkata kepada Sang Bhagava: “Yang Ariya Nanda, Bhante, saudara tiri Sang Bhagava, putra bibi yang mengasuh Nya, dengan melenyapkan noda-noda, telah menyadari di sini dan saat ini juga, pembebasan batin yang tanpa noda, dan pembebasan penuh kebijaksanaan, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya”. Dalam batin Sang Bhagava pun muncul pengertian: “Nanda, dengan melenyapkan noda-noda, telah menyadari di sini dan saat ini juga, pembebasan batin yang tanpa noda, dan pembebasan penuh kebijaksanaan, dan setelah masuk, dia tinggal di dalamnya”.

Ketika malam itu telah berakhir, Yang Ariya Nanda mendekati Sang Bhagava, bersujud, duduk di satu sisi dan berkata kepada Sang Bhagava: “Bhante, mengenai jaminan Sang Bhagava bahwa saya akan mendapatkan 500 bidadari berkaki merah muda tersebut, saya membebaskan Sang Bhagava dari janji itu.”

“Tapi, Nanda, dengan memahami jalan pikiranmu melalui pikiranku, pada saat itu saya tahu: ‘Nanda telah menyadari di sini dan saat ini pembebasan batin yang tanpa noda dan pembebasan penuh kebijaksanaan’. Juga seorang dewata memberitahu saya: ‘Yang Ariya Nanda, Bhante, telah menyadari di sini dan saat ini pembebasan batin yang tanpa noda dan pembebasan penuh kebijaksanaan’. Nanda, ketika batinmu telah terbebas dari noda-noda tanpa kemelekatan, dengan demikian saya bebas dari janji itu.”

Kemudian karena menyadari pentingnya hal itu, Sang Bhagava pada saat itu mengungkapkan kotbah inspirasi ini:

Bhikkhu yang sudah melewati lumpur,
Menghancurkan duri nafsu indria,
Dan mencapai pemusnahan ketidaktahuan,
Tak lagi terganggu oleh kesenangan dan rasa sakit.

Hal seperti ini adalah wajar, Buddha sudah pernah melakukan nya kepada arya nanda, jadi tidak perlu heran dan terkejut

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #40 on: 20 December 2017, 03:34:06 PM »
Coba bilang larangan makan daging gajah, harimau, monyet, ular bukan ada ?

Salah satu sisi memberi kita kebebasan memakan daging, satu sisi ada batas nya satu sisi karena ada cause dan efect, satu sisi seperti kariniya metta sutta, brshma vihara parana dan ratana sutta seperti melarang makan daging

Dan semua ini penjabaran dari dhammacakkapavatana sutta" kenapa begini karena ada anicca, anata dan paticasamuda (cause and effect)

**UMAT AWAM**

Itu kan larangan untuk Sangha. Lalu apa pulak hubungan Nanda dengan makan daging? OOT
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #41 on: 20 December 2017, 03:36:47 PM »
Ya benar. Tapi mengingat daging berasal dari makhluk hidup, mungkin serakah akan daging karmanya lebih berat karena lebih banyak daging kan artinya lebih banyak pembunuhan. Bukan begitu?

Bagaimana membedakan mayat binatang ketabrak dengan korban digorok? Ada unsur apa yang membuat karma jadi lebih buruk di daging? 
Seandainya di restoran gue lagi ngidam cah kangkung, dan ada babi guling yang gue udah bosen, mana yang lebih buruk?
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.153
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #42 on: 20 December 2017, 03:47:16 PM »
**UMAT AWAM**

Itu kan larangan untuk Sangha. Lalu apa pulak hubungan Nanda dengan makan daging? OOT

Pada dasarnya umat awam bebas memakan daging, kemudian kita mencontoh tidak memakan yang di bunuh di ketahui, di dengar dan di peruntukan untuk kita, kemudian kita mencontoh juga larangan makan daging (gajah, harimau, monyet, ular), semakin kita mendalami metta dari kariniya metta sutta, brshma vihara parana mulai ad sedikit kikisan disana bagi yang menyadari nya,  seperti nanda bila di larang akan timbul keluh kesah seperti di buddhism tidak boleh makan daging dll, bila di biarkan kesadaran akan hal ini akan tumbuh dan berkembang sendiri setelah menyadari ada nya kejanggalan kejanggalan seperti puzzle setelah melangkah sangat jauh hal ini tentu nya tidak bermasalah lagi bagi umat yang telah berjalan jauh semuanya tentu tergantung pribadi masing masing yang memutuskan diri sendiri.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #43 on: 20 December 2017, 08:23:26 PM »
Ya benar. Tapi mengingat daging berasal dari makhluk hidup, mungkin serakah akan daging karmanya lebih berat karena lebih banyak daging kan artinya lebih banyak pembunuhan. Bukan begitu?

karma adalah niat, adalah di penjagal yang berniat membunuh, dan mungkin pihak2 lain yg terlibat langsung dalam pembunuhan itu. tapi si pemakan yang memakan hanya dengan niat untuk makan, tidak terlibat dalam pembunuhan itu. daging yg dimakan itu mungkin akan menambah keserakahannya, namun hal ini tidak berbeda dengan keserakahan terhadap non-daging.

Kutipan Sutta berikut ini mungkin dapat membantu pemahaman anda:


...
...
...
Bhante, sudilah Sang Bhagavā bersama dengan Saṅgha para bhikkhu menerima dana makanan dariku besok.”

Sang Bhagavā menerima dengan berdiam diri. Setelah memahami bahwa Sang Bhagavā telah menerima, Sīha bangkit dari duduknya, bersujud kepada Sang Bhagavā, mengelilingi Beliau dengan sisi kanannya menghadap Beliau, dan pergi. Kemudian Sīha berkata kepada seseorang: “Pergilah, engkau, temukan daging yang siap untuk dijual.”

Kemudian, ketika malam telah berlalu, Jenderal Sīha mempersiapkan berbagai jenis makanan baik di kediamannya, setelah itu ia memberitahukan waktunya kepada Sang Bhagavā: “Sudah waktunya, Bhante, makanan telah siap.”

Kemudian, pada pagi harinya, Sang Bhagavā merapikan jubah, membawa mangkuk dan jubahNya, pergi ke kediaman Sīha bersama dengan Saṅgha para bhikkhu, dan duduk di tempat yang dipersiapkan untuk Beliau. Pada saat itu sejumlah Nigaṇṭha [pergi] dari jalan ke jalan dan dari lapangan ke lapangan di Vesālī, mengibaskan lengan mereka dan berseru: “Hari ini Jenderal Sīha telah menyembelih seekor binatang gemuk untuk mempersiapkan makanan bagi Petapa Gotama! Petapa Gotama dengan sadar menggunakan makanan [yang diperoleh dari seekor binatang yang dibunuh] khusus untukNya, tindakan yang dilakukan karena Beliau.”

Kemudian seseorang mendatangi Jenderal Sīha dan membisikkan ke telinganya: “Tuan, engkau harus tahu bahwa sejumlah Nigaṇṭha [pergi] dari jalan ke jalan dan dari lapangan ke lapangan di Vesālī, mengibaskan lengan mereka dan berseru: ‘Hari ini Jenderal Sīha telah menyembelih seekor binatang gemuk untuk mempersiapkan makanan bagi Petapa Gotama! Petapa Gotama dengan sadar menggunakan makanan [yang diperoleh dari seekor binatang yang dibunuh] khusus untukNya, tindakan yang dilakukan karena Beliau.’”

“Cukup, teman. Sejak lama para mulia itu ingin mencemarkan reputasi Sang Buddha, Dhamma, dan Saṅgha. Mereka tidak akan pernah berhenti secara keliru menafsirkan Sang Bhagavā dengan apa yang tidak benar, tanpa dasar, yang salah, dan berlawanan dengan fakta, dan kami tidak akan pernah dengan sengaja membunuh makhluk hidup, bahkan demi hidup kami.”


https://suttacentral.net/id/an8.12

Offline D1C1

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 136
  • Reputasi: 0
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Makan daging dan sila pertama
« Reply #44 on: 21 December 2017, 12:40:56 AM »
Terima kasih atas kutipan Suttanya, cerita Sang Buddha dengan Jain. Saya juga pernah baca mengenai 3 syarat daging yg boleh dimakan, tapi mungkin itu peraturan untuk para bhikkhu.


karma adalah niat, adalah di penjagal yang berniat membunuh, dan mungkin pihak2 lain yg terlibat langsung dalam pembunuhan itu. tapi si pemakan yang memakan hanya dengan niat untuk makan, tidak terlibat dalam pembunuhan itu. daging yg dimakan itu mungkin akan menambah keserakahannya, namun hal ini tidak berbeda dengan keserakahan terhadap non-daging.



Jadi pendek kata, ia yang serakah makan daging hanya bertanggung jawab atas keserakahannya sendiri? Ia tidak bertanggung jawab atas kenaikan jumlah pembunuhan hewan yang disebabkan oleh keserakahannya, begitu?

Jika seseorang misalkan makan 1 piring nasi goreng ayam, terus setelah habis dia belum kenyang dia tambah lagi 1 piring nasi goreng ayam lagi. Apakah itu termasuk keserakahan? Terima kasih sekali lagi _/\_