//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Abhidhamma & vipassana  (Read 200952 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #495 on: 11 August 2008, 03:40:56 PM »
Ok....ini lagi saatnya bagi-bagi uang untuk makhluk lainnya (bakar uang kertas/sembahyang kubur).... :)) :)) :))
Bro Ryu... mau apalagi...mobil Mercy/BMW mau ga? sekalian saya bakarin... =)) =)) =))

_/\_ :lotus:
walaupun aye setan, aye kaga suka yang dibakar2 mih, pengennya yang asli nih :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #496 on: 11 August 2008, 06:09:44 PM »
Ya dong.... buktinya saya kirimin Bro Tesla buku-buku Dhamma.... ;D Kalo saya ada buku-buku Dhamma yang baru...saya selalu ingat ama Bro Tesla... ;D

_/\_ :lotus:

Anumodana

tapi... maksud saya, ikat kepala naruto itu lho (joke) :P

Hehehe.... anak saya tidur sama boneka Naruto... Tiap kali saya selimutin harus sekalian ama Naruto itu.... :))

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline tesla

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.426
  • Reputasi: 125
  • Gender: Male
  • bukan di surga atau neraka, hanya di sini
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #497 on: 11 August 2008, 07:01:21 PM »
Mengenai rujukan, pak Hudoyo mengatakan bahwa sebagai pemeditasi Vipassana saya menggunakan Mahasatipatthana Sutta, itu benar, tetapi tidak tepat, sebab saya juga menggunakan rujukan Bahiya Sutta dan Malunkyaputta sutta, serta berbagai Sutta yang lain, cuma saya tidak mengambil satu sutta sebagai acuan lalu mengacuhkan yang lain karena dalam meditasi ternyata saling berkaitan. Dalam Bahiya Sutta Sang Buddha mengajarkan bahwa bila melihat hanya melihat dsbnya, ini diberikan oleh Sang Buddha kepada petapa Bahiya maupun Bhikkhu Malunkyaputta karena melihat kematangan batin mereka.
tidak mengacuhkan yg lainnya, bukan artinya harus menerima semua yg lainnya kan? ;)
kan Kalama Sutta sendiri mengajarkan utk jgn percaya begitu saja pada Kitab Sucimu.
ini maksudnya hanya berlaku utk agama lain, atau juga berlaku bagi agama Buddha?

menurut saya, semakin banyak referensi memang semakin mendekati (lebih tepat).
tetapi referensi itu sendiri tidak bisa asal terima buta :)

Quote
Maaf, saya numpang bertanya kepada pak Hudoyo. Benarkah Pak Hudoyo selalu memberikan bimbingan MMD hanya tiga hari? dan benarkah Pak Hudoyo mengatakan bahwa meditator yang pak Hudoyo bimbing telah mengalami khanika samadhi? coba pak Hudoyo secara jujur tanyakan kepada mereka apakah mereka masih merasa mengantuk di siang hari, terutama setelah makan? apakah mereka masih terpengaruh oleh rasa sakit di kaki bila meditasi duduk, katakanlah misalnya duduk tak bergerak selama dua jam?
walau saya tidak ber-MMD ;D tapi Pak Hud sangat mempengaruhi saya dalam memahami dhamma, mungkin Kalyanamitta :P . Kalau sekarang makan kenyang, saya masih ngantuk :)) tetapi dulu pas lagi meditasi intens ada sesuatu yg lebih dari taraf manusia biasa. saya tidak ingin menceritakannya karena terkesan malah mempromosikan Pak Hudoyo ;D

dan lagi kalau baca buku terbitan DC Press ke-2, Kebebasan Sempurna halaman 15, diceritakan bahwa Sarakani telah mencapai Sotapanna walaupun ia seorang pemabuk. jadi menurut saya tidak relevan kalau menganggap orang yg sudah mencapai khanika samadhi itu tidak akan ngantuk. (secara samma-samadhi diartikan khanika samadhi, apalagi kalau jhana...)

Quote
Bila ia masih merasa sakit atau terpengaruh atau timbul rasa tak menyenangkan, maka saya menganggap bahwa ia belum mengalami khanika samadhi yang sesungguhnya.

Kemudian bila ia mengatakan bahwa ia tidak merasa sakit atau tidak mengantuk, coba tanyakan mengenai kanika samadhi yang mereka alami itu objeknya apa? mohon pak Hudoyo informasikan kepada saya supaya saya bisa lebih memahami MMD.
tidak ada objek, hanya sadar...
ketika sadar, tidak ada ngantuk.

terus terang pertanyaan rekan fabian berkesan seperti menanyakan sesuatu yg digunakan utk di-crosscheck dg jawaban yg ada di pikiran rekan fabian. menurut saya, pencapaian dalam meditasi (bukan tingkat kesucian) tidaklah dapat dikelompokkan secara garis linear. so mungkin rekan fabian sudah berada dalam garis 1,2,3,4,5, dst..
sementara yg lain berada pada garis 1a,1b,2a,2b,dst...

Quote
Saya setuju keadaan batin seperti itu masih bisa dicapai oleh meditator yang beragama lain tetapi mereka tak akan mencapai pencerahan versi ajaran Sang Buddha (entah kalau pencerahan versi agama mereka), mengapa? Ajaran Sang Buddha mengajarkan bahwa salah satu faktor pencerahan awal yaitu lenyapnya sakkayaditthi, adalah lenyapnya pandangan salah mengenai aku atau atta, mungkin bagi mereka yang kurang menyelami menganggap bahwa ada atta atau aku yang dihancurkan.
nah disini ada step yg saya katakan berbeda tadi.
menurut rekan fabian, bahwa pandangan salah harus dipatahkan dulu terlebih dahulu dg konsep buddhisme.
sedangkan mungkin ada jalan lain diluar Buddhisme, yaitu menyadari sendiri pandangan salahnya :)
walaupun hasil akhirnya sama2 pencerahan, stepnya adalah berbeda.
dan disini saya hanya berteori karena saya belum tercerahkan :)
jadi mungkin (kemungkinan besar) saya salah :)

+ saya bukan membela non-Buddhist, karena saya "status" agama Buddha. (walau seringnya ke gereja :)) )

Quote
Kenyataannya tidaklah demikian, karena jika ada atta yang dihancurkan atau dilenyapkan maka kita terperangkap pada paham nihilisme. Bagaimanakah pandangan salah itu bisa lenyap? Pada waktu meditator mengamati timbul dan tenggelamnya batin dan jasmani ia harus sepenuhnya melepas ide, paham apapun, suatu ketika fenomena timbul tenggelam itu lenyap, pada waktu itu ia melihat bahwa semua ini hanya proses, tidak lebih. Dengan demikian maka pandangan salah mengenai atta akan lenyap dengan sendirinya.
nah disini Anda sendiri yg menyatakan bahwa sakkayaditthi dapat dilenyapkan tanpa konteks Buddhist (setidaknya itulah yg saya tangkap).

selanjutnya pembahasan rekan fabian memiliki banyak persamaan dg pembahasan Pak Hud lho ;)
terima kasih atas sharingnya... _/\_
Lepaskan keserakahan akan kesenangan. Lihatlah bahwa melepaskan dunia adalah kedamaian. Tidak ada sesuatu pun yang perlu kau raup, dan tidak ada satu pun yang perlu kau dorong pergi. ~ Buddha ~

Offline Sukma Kemenyan

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.840
  • Reputasi: 109
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #498 on: 11 August 2008, 08:11:25 PM »
Gua jadi pengen lebih banyak membaca tulisan2x fabian...
Its just... truly inspiring

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #499 on: 12 August 2008, 07:26:57 AM »
Gua jadi pengen lebih banyak membaca tulisan2x fabian...
Its just... truly inspiring
Iye mbah aye juga nih :))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #500 on: 13 August 2008, 07:57:04 PM »
yup keep going fabian. ciayo...  :lotus:  :>-
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #501 on: 13 August 2008, 10:36:32 PM »
Gua jadi pengen lebih banyak membaca tulisan2x fabian...
Its just... truly inspiring
Iye mbah aye juga nih :))


iya ..... saya jg lebih bisa memahami tulisan fabian ...  _/\_

Moga-moga fabian mao selalu berbagi tulisan disini   :)
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #502 on: 19 August 2008, 07:05:47 PM »
"Bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal…” seharusnya tidak dipenggal, tapi ditulis lengkap, yaitu: “bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal demikian pula terhadap semua mahluk, memancarkan pikiran kasih sayangnya tanpa batas…”  
Kemudian kalimat awalnya dari Karaniya Metta Sutta itu merupakan satu kesatuan dari kalimat berikutnya, yaitu: inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, jujur, rendah hati, tiada sombong, sederhana hidupnya, bekerja tanpa cela, dan seterusnya…
Kalimat di atas merupakan cinta kasih yg universal, mengapa?
Yang diumpamakan adalah cara memancarkan cinta kasih itu, tidak sebesar terhadap diri sendiri tetapi terhadap semua mahluk dengan kesetaraan yang sama… .

Menggunakan contoh "cinta kasih ibu kepada anak tunggal" sebagai gambaran "cinta kasih universal" adalah sama sekali tidak tepat; contoh seperti itu justru memerosotkan makna "cinta kasih universal", apa pun makna itu.

Sesungguhnya tidak seorang pun bisa menggambarkan dengan tepat apa itu "cinta kasih universal" selama ia masih mempunyai atta/diri. Oleh karena itu, lebih baik bicara tentang atta/diri, bukan bicara tentang "cinta kasih unversal" yang hanya akan membuat atta/diri semakin kuat karena merasa memahami apa itu "cinta kasih universal".

Salam,
hudoyo
« Last Edit: 20 August 2008, 07:36:08 AM by hudoyo »

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Vipassana versi Mahasi Sayadaw versus vipassana versi MMD
« Reply #503 on: 19 August 2008, 10:49:40 PM »
.

Rekan Fabian yg baik,

Di dalam beberapa retret vipassana versi Mahasi Sayadaw yang pernah saya ikuti selalu digunakan Mahasatipatthana-sutta sebagai rujukan, dan tidak pernah sekalipun saya mendengar Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta disebut-sebut.

Kalau Anda menghubung-hubungkan satu sutta dan sutta yang lain sebagai referensi Anda di dalam menjalankan vipassana Anda, maka saya HANYA mengambil Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta sebagai referensi saya, karena sutta itu saya anggap CUKUP untuk mempraktikkan vipassana. Di lain pihak, saya malah menganggap Mahasatipatthana sutta yang bertele-tele itu bukan tuntunan vipassana yang benar, karena isinya penuh dengan kontemplasi yang menggunakan pikiran.

Sang Buddha mengajarkan vipassana kepada Bahiya yang tidak pernah belajar "Buddha Dharma" sebagaimana umat Buddha di zaman sekarang belajar Tipitaka. Tanpa pernah mendengar tentang 4 Kebenaran Mulia & Jalan Mulia Berfaktor 8, Bahiya mencapai pembebasan hanya dengan mendengar khotbah pendek Sang Buddha kepadanya. Sekarang saya mengajarkan vipassana kepada teman-teman non-Buddhis persis seperti Sang Buddha mengajarkan vipassana kepada Bahiya, dan saya melihat banyak di antara mereka langsung mampu mengembangkan kesadaran tanpa beban ajaran, bahkan lebih sadar daripada teman-teman Buddhis yang penuh terbebani oleh ajaran Tipitaka. Anda boleh-boleh saja menganggap ajaran dalam Bahiya-sutta bukan untuk pemula, berdasarkan spekulasi Anda. Tapi fakta meluasnya MMD di kalangan teman-teman non-Buddhis dan Buddhis membuktikan lain. Testimoni demi testimoni teman-teman praktisi MMD membuktikan bahwa spekulasi Anda tidak benar.

Rekan Fabian, saya memberikan bimbingan MMD selama 3 hari dan 7 hari. Testimoni beberapa praktisi MMD mengindikasikan bahwa mereka telah mengalami khanika-samadhi; ada yang dalam retret 3 hari, retret 7 hari, atau bahkan dalam kehidupan sehari-hari. Munculnya khanika-samadhi tidak ada kaitannya dengan latihan konsentrasi; dalam MMD tidak ada konsentrasi sama sekali. Tidak pula berkaitan dengan lamanya mengikuti retret, melainkan dengan berhentinya pikiran, dengan lepasnya rasa aku dan rasa memiliki, termasuk memiliki ajaran, memiliki kemampuan bermeditasi. Khanika-samadhi tidak ada kaitannya dengan kemampuan duduk dua jam tanpa rasa sakit, kemampuan untuk tidak mengantuk selama berhari-hari, atau dengan kemampuan-kemampuan "hebat" lainnya. Khanika-samadhi bisa dialami dalam beberapa detik, beberapa menit atau beberapa jam. Di dalam khanika-samadhi orang berada dalam kesadaran yang berbeda dengan kesadaran biasa yang dirongrong oleh kelima rintangan batin. Dalam khanika-samadhi pikiran tidak bergerak (lihat Mulapariyaya-sutta), tidak ada kesadaran subyek-obyek, tidak ada pengetahuan & pengalaman, tidak ada obyek yang diamati sekalipun semua fenomena tampak muncul dan lenyap tanpa diamati satu per satu, tidak ada atta/diri, tidak ada kehendak, tidak ada reaksi terhadap kesakitan fisik maupun kenyamanan fisik, tidak ada kesadaran waktu. ... Anda berkata ingin "lebih memahami MMD" ... itu hanya bisa Anda peroleh bila Anda melakukan sendiri MMD, bukan menganalisis MMD dengan pikiran Anda yang TERKONDISI oleh vipassana versi Mahasi Sayadaw ... dan untuk melakukan MMD, Anda harus melepaskan (untuk sementara) vipassana versi Mahasi Sayadaw yang dalam beberapa aspek bertolak belakang dengan MMD. Tanpa itu percuma Anda mencoba "lebih memahami" MMD dengan pikiran Anda.

Anda bicara tentang berdana, sila ... dsb. Dalam retret MMD, hal-hal itu sama sekali tidak dibicarakan, karena retret MMD mengajarkan meditasi, bukan mengajarkan agama. ... Dari seluruh peserta retret MMD, hanya sekitar 20-30% mengalami pencerahan-pencerahan (insight) tertentu yang mentransformasikan batin mereka, sehingga mereka datang kembali berulang-ulang untuk melanjutkan latihan MMD. Selebihnya yang 70-80% tidak kembali lagi; jelas ini disebabkan karena MMD tidak cocok bagi mereka.

Anda juga bicara tentang berbagai obyek meditasi yang diajarkan dalam Tipitaka. Semua obyek meditasi itu sama sekali tidak relevan dalam retret MMD, yang mengajarkan vipassana sebagai jalan langsung menuju pembebasan. Meditasi vipassana BUKANLAH perenungan (kontemplasi) terhadap berbagai obyek pikiran (seperti 32 bagian tubuh, mayat, bahkan berbagai konsep Dhamma) sebagaimana diajarkan dalam Mahasatipatthana-sutta.

Anda mengklaim bahwa "tidak mungkin meditator pemula untuk bermeditasi dengan hanya melihat, hanya mendengar dsbnya, karena batin mereka pasti terseret." Saya mengklaim, berdasarkan pengalaman para praktisi MMD, bahwa apa yang diajarkan Sang Buddha kepada Bahiya itu mungkin dilakukan oleh siapa saja pada zaman sekarang. ... Bahwa orang akan terseret dengan munculnya pikiran menanggapi rangsangan yang masuk melalui indra-indra itu, itu adalah hal yang wajar; justru itulah pelajaran yang diambil dalam praktik MMD. Menyadari pikiran yang menyeret itu sendiri akan menghentikan pikiran itu, dan orang akan kembali "hanya melihat, hanya mendengar ... dsb."

Anda mengklaim bahwa pemeditasi yang non-Buddhis "tak akan mencapai pencerahan versi ajaran Sang Buddha." Di sini jelas terungkap sikap Anda yang melekat kepada doktrin Buddhisme secara eksklusif/fanatik: hanya orang yang belajar 4KM dan JMB8 yang bisa mencapai "pencerahan benar". Saya menolak tegas pandangan Anda itu. Orang yang melekat pada suatu doktrin adalah orang yang masih kuat atta/dirinya, betapa pun ia mengklaim telah bebas dari "pandangan salah tentang atta/aku". Dalam puluhan sutta Sang Buddha berkata, "seorang biasa (puthujjana) selalu berpikir: ini aku, ini milikku, ini diriku" -- termasuk "ini agamaku (Buddhis), ini doktrinku, ini meditasiku".

Mengherankan bahwa Anda bisa berkata, "apabila orang tersebut memiliki paham yang terus dia pegang maka ia tak akan menembus, karena jika ia tak melepas paham tersebut maka batinnya tak akan diam sepenuhnya." -- Apakah Anda tidak melihat bahwa ini pun berlaku persis sama untuk Anda sendiri? Apakah Anda tidak bisa melihat bahwa Anda melekat pada paham 'anatta', yang Anda pertentangkan dengan paham atta (sakkaya-ditthi)? Apakah berpendapat bahwa "non-Buddhis hanya dapat mencapai pandangan terang hanya pada batas sankharupekkha nana dan tak dapat maju lebih daripada itu" itu bukan suatu paham yang amat kuat dilekati oleh orang Buddhis yang fanatik, sekalipun ia merasa vipassananya telah "maju jauh"?

Anda berkata: "Memang amat sulit sekali melihat kemelekatan yang halus, yaitu bila kita berpandangan orang lain berpikiran sempit kita berjiwa besar, ini adalah kemelekatan. Orang lain melekat pada pandangan kita tidak melekat pada pandangan, ini juga kemelekatan yang halus. Orang lain menganggap dia benar sendiri, sedangkan saya tidak demikian, inipun juga kemelekatan, kemelekatan terhadap metode orang lain berkonsep, metode saya tidak berkonsep, ini pun juga merupakan kemelekatan. Metode orang lain mencari cari metode saya tidak... ini juga kemelekatan..." -- Apa yang Anda katakan itu persis berlaku juga bagi Anda, bukan, sekalipun dalam posisi yang terbalik? Anda mengritik MMD dan saya mengritik vipassana versi Mahasi Sayadaw; itu berarti Anda dan saya berada pada level pikiran yang SAMA, sekalipun bertolak belakang. ... Yang penting marilah kita bertanya kepada diri masing-masing--tidak perlu mengatakan orang lain begini-begitu--apakah dalam batinku masih ada pikiran: ini aku, ini milikku, metode meditasiku, doktrinku, agamaku? Itulah yang selalu dianjurkan oleh Sang Buddha. Saya bertanya kepada diri saya, dan Anda bertanya kepada diri Anda; OK?

Nah, sekarang satu hal lain. Anda bilang: "seperti yang dikatakan pak Hudoyo yaitu setiap 'usaha' apa pun tidak terlepas dari atta ... dan tidak ada 'usaha' apa pun dari atta bisa mencapai 'anatta', dengan melekat kepada paham ini maka ia tak akan bisa melihat segala sesuatu apa adanya." -- Anda melihat apa yang saya katakan itu sebagai "paham". Itu disebabkan karena Anda TIDAK BISA MELIHAT bahwa apa yang saya katakan itu adalah FAKTA, sesuai dengan Bahiya-sutta: "Kalau kamu bisa bersikap PASIF, maka KAMU TIDAK ADA, dan itulah akhir dukkha." ... Dengan kata lain, Sang Buddha hendak berkata: "Kalau kamu TIDAK BISA bersikap PASIF, kalau kamu terus BERUSAHA, maka KAMU TERUS ADA, kamu tidak akan pernah bebas dari dukkha." ... Rekan Fabian, saya tidak akan berpanjang-panjang lagi tentang hal ini, tidak ada gunanya, karena ANDA TIDAK MENGERTI apa yang saya katakan.

Lalu Anda menulis, "pikiran merupakan manifestasi dari atta dan itu merupakan atta ditthi.." Ini terbalik (lihat Mulapariyaya-sutta)! Pikiranlah yang menciptakan 'atta/diri', dan ini yang menimbulkan 'anggapan adanya aku yang kekal (atta-ditthi)'. ... Oleh karena itu dalam retret MMD, pikiran inilah yang menjadi sasaran penyadaran, karena atta/diri ini muncul bersama bergeraknya pikiran (ma~n~nati, vitaketi, vicareti). Bila pikiran diam, maka atta/diri pun lenyap, sesuai Bahiya-sutta dan Mulapariyaya-sutta.

Tentang Anda memaknai "ekayano maggo" sebagai "satu-satunya jalan", sesuai dengan sikap eksklusif/fanatik Anda pada Buddhisme Theravada, terserah Anda. Saya melihat YM Thanissaro Bhikkhu jauh lebih bijaksana daripada Anda, karena beliau melihat kenyataan bahwa pencerahan/pembebasan bisa saja tercapai melalui jalan-jalan lain, sekalipun "tidak langsung", sehingga beliau menerjemahkan "ekayano maggo" sebagai "jalan langsung".

Tentang kesan saya bahwa vipassana versi Mahasi Sayadaw menekankan pada usaha (viriya) dan konsentrasi, saya peroleh dari beberapa kali mengikuti retret vipassana versi itu; saya mendengar 'viriya' dan 'konsentrasi' itu ditekankan berkali-kali dalam Dhamma-talk di waktu malam oleh para Sayadaw. Bahwa Anda mengingkarinya, itu urusan Anda sendiri.

Uraian Anda yang panjang lebar tentang rasa mengantuk, rasa sakit dan viriya sebagai cara mengatasinya lagi-lagi membenarkan kesan saya bahwa vipassana versi Mahasi Sayadaw menekankan pada konsentrasi dan viriya. Dalam retret MMD tidak ada usaha mengatasi mengantuk atau rasa sakit yang muncul, sekalipun ditekankan agar badan ini tidak dimanjakan. Dalam MMD ditekankan sikap relaks, tidak terbebani oleh meditasi; bila sangat mengantuk silakan tidur kapan saja, bila sangat sakit silakan berdiri atau mengubah posisi duduk. Dengan sikap relaks, tanpa terbebani oleh keharusan ini-itu, mengusahakan ini-itu, mengejar suatu tujuan, mengharapkan suatu goal, dalam meditasi, alih-alih dengan menekankan pada kesadaran terhadap gerak-gerik pikiran/aku (atta), maka MENURUT PENGALAMAN justru meditator lebih mudah mencapai keheningan, dan kemudian masuk dalam khanika-samadhi.

Anda mengatakan "di dunia Buddhis saya belum mendengar ada guru meditasi yang mengatakan bahwa nasehat yang diberikan Sang Buddha kepada Y.A. Bahiya dan kepada Y.A Malunkyaputta Sutta merupakan tuntunan Vipassana." Betul sekali kata Anda, itulah yang saya namakan VIPASSANA TRADISIONAL yang berangkat dari Mahasatipatthana-sutta (yang sebetulnya isinya BUKAN vipassana). ... Justu "Vipassana tradisional" itulah yang saya tolak dan mulai saya bongkar perlahan-lahan di Indonesia. ... Dan sedikit demi sedikit usaha saya telah membuahkan hasil. Satu demi satu praktisi vipassana versi Mahasi Sayadaw yang kemudian mencoba MMD dengan melepaskan metode Mahasi pada akkhirnya menjadi praktisi MMD dan tidak kembali lagi ke metode Mahasi. Saya belum pernah mendengar hal yang sebaliknya terjadi. Testimoni demi testimoni mereka mengisyaratkan perubahan itu; mereka membuktikan sendiri dalam praktik mereka, bahwa keheningan atau khanika-samadhi yang mereka capai melalui konsentrasi dalam vipassana versi Mahasi dapat pula dicapai dengan jauh lebih mudah dalam MMD yang tanpa-konsentrasi dan tanpa-usaha sama sekali.

Memang di dunia Buddhis baru sekali inilah, dari saya, Anda mendengar bahwa ajaran Sang Buddha kepada Bahiya dan Malunkyaputta itu JUSTRU VIPASSANA YANG MURNI, VIPASSANA YANG SESUNGGUHNYA, sedang apa yang tercantum dalam Mahasatipatthana-sutta itu sama sekali bukan tuntunan vipassana yang otentik, sebagaimana dimaksudkan pula oleh YM Buddhadasa Mahathera.

Anda bilang, Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta "sangat minim informasi". Betul sekali! Justru vipassana tidak memerlukan informasi apa pun yang lebih daripada yang tercantum dalam kedua sutta itu. Bahkan informasi dalam Mahasatipatthana-sutta sama sekali tidak diperlukan untuk menjalankan vipassana secara efektif! Seluruh isi Sutta Pitaka tidak perlu dipelajari oleh orang yang mau menjalankan vipassana tanpa terbebani oleh pengetahuan kitab suci. Sang Buddha mengajarkan tuntunan meditasi secara spesifik kepada bhikkhu-bhikkhu secara individual; Sang Buddha tidak memerintahkan agar orang yang mau menjalankan vipassana belajar dulu seluruh isi Sutta Pitaka yang belum tersusun pada waktu Sang Buddha hidup. ... Dan saya mengambil tuntunan vipassana yang paling minimal yang diberikan kepada bhikkhu-bhikkhu secara individual, yakni yang diberikan kepada Bahiya dan Malunkyaputta, untuk saya ajarkan dalam retret MMD. ... Dan sampai sekarang ternyata berhasil baik, malah berhasil lebih baik di kalangan praktisi MMD yang non-Buddhis daripada di kalangan Buddhis yang melekat kepada pengetahuan Buddha-Dhamma. Mengapa? Karena fakta bahwa teman-teman non-Buddhis ikut retret MMD itu dengan sendirinya menunjukkan bahwa mereka sudah bisa melepaskan kelekatan kepada ajaran agama yang mereka anut, sedangkan ada teman-teman Buddhis yang sukar melepaskan doktrin Buddha-Dhamma yang mereka anut ketika mengikuti retret MMD. Jadi kelekatan atau ketidakmelekatan kepada doktrin agama yang dianut (termasuk doktrin Buddha-Dhamma) itulah yang membuat vipassana efektif atau tidak.

Tentang Anda menganggap penting "obyek utama" dalam vipassana silakan saja, karena versi vipassana Anda menekankan pada konsentrasi, seperti saya katakan; itu tidak bisa lain. Dalam MMD sama sekali tidak ada konsentrasi, jadi tidak ada "obyek utama". Tidak perlu diperpanjang lagi.

Rekan Fabian, "zaman keemasan" metode vipassana versi Mahasi Sayadaw di tahun 1950an - 1970an, di mana hanya metode itulah yang mendominasi dunia vipassana di Indonesia, telah lewat. Pada dewasa ini berbagai metode vipassana telah masuk ke Indonesia: versi Goenka (yang pada tahap awalnya menekankan pengamatan vedana secara sistematik), versi Pa-Auk Sayadaw/Sayalay Dipankara (yang menekankan pencapaian jhana lebih dulu sebelum menjalankan vipassana), dan dari dalam negeri saya mengembangkan MMD. Akhir-akhir ini telah masuk pula vipassana versi Shwe Oo Min/Sayadaw U Tejaniya yang mempunyai banyak kesamaan dengan MMD. (lihat posting saya dalam thread lain yang saya kutip di bawah ini.) Sekarang setiap orang, Buddhis maupun non-Buddhis, yang mendambakan pencerahan & pembebasan bisa melakukan "shopping meditasi" dengan bebas dan memilih versi mana yang cocok/efektif bagi pribadi masing-masing.

Saya sama sekali tidak menganut paham/kepercayaan bahwa di zaman sekarang lebih sukar orang melaksanakan vipassana dan mencapai pembebasan--atau diukur "kemajuannya" dengan khanika-samadhi--daripada di zaman Sang Buddha. Itu cuma kesan yang dibesar-besarkan dari membaca cerita-cerita dalam Tipitaka. Di zaman sekarang sama saja, ada orang yang kuat melekat pada pikirannya, dan ada orang yang sudah tipis kelekatannya pada pikirannya, persis seperti di zaman Sang Buddha. Dan itu tidak ada kaitannya dengan apakah orang itu Buddhis atau non-Buddhis, apakah orang itu pernah belajar 4KM+JMB8 atau tidak. Retret-retret MMD telah membuktikannya.

Untuk berbagai macam orang itu tersedia berbagai metode vipassana. MMD salah satu di antaranya. Oleh karena itu saya menekankan "Tidak ada satu metode vipassana yang cocok (efektif, menurut istilah Anda) bagi SEMUA orang, vipassana versi Mahasi Sayadaw tidak, MMD pun tidak." Itu faktanya. Jawaban Anda terhadap statement saya itu tampak berputar-putar, terkesan menghindar; mungkin karena Anda tidak rela mengakui bahwa vipassana metode Mahasi Sayadaw yang Anda anut tidak cocok/tidak efektif untuk SEMUA orang. Seperti juga halnya dengan MMD, yang harus saya akui memang begitu, tidak cocok/tidak efektif untuk SEMUA orang.

Salam,
hudoyo

[at] Pak hud,
MMD mirip banget dengan ajaran U Tejaniya
sebenarnya masing masing guru membawa Trademark masing masing.

Tiap guru meditasi vipassana mengajarkan vipassana sesuai dengan pengalaman masing-masing.

Terima kasih Anda telah mengenalkan saya kepada ajaran meditasi Sayadaw U Tejaniya. Saya baru saja mencari tulisan-tulisan beliau di internet. Memang banyak persamaannya dengan apa yang saya ajarkan, sekalipun di sana-sini ada perbedaan dalam pemahaman. Di bawah ini saya kutip satu paragraf tulisan tentang meditasi U Tejaniya yang membedakannya dengan vipassana versi Mahasi Sayadaw:

- beliau mengajarkan meditasi secara rileks dan berkesinambungan, bukan dengan pemaksaan usaha (viriya);
- beliau mengajarkan membuka kesadaran terhadap semua pengalaman, bukan memusatkan konsentrasi pada obyek utama;
- beliau mengajarkan meditasi jalan dengan gerak yang biasa, bukan dengan memperlambat gerakan;
- beliau mengajarkan retret tanpa jadwal yang kaku;
- beliau mengajarkan kesadaran terhadap relasi/reaksi diri terhadap obyek, bukan terhadap obyek itu sendiri;
- beliau masih bicara tentang panca-balani, yang tidak lagi saya bicarakan -- alih-alih saya selalu bicara tentang atta/diri/aku yang berada di balik semua usaha dan tujuan meditasi betapa pun luhurnya.

Vipassana versi Sayadaw U Tejaniya ini sekarang mulai meluas di Barat dan berpengaruh pada sejumlah guru-guru vipassana di sana. Di Indonesia, sebelum saya mengenal Sayadaw U Tejaniya, saya sudah lama mengajarkan MMD.

Salam,
hudoyo

Dari: www.inquiringmind.com

Taking a Relaxed Approach with Sayadaw U Tejaniya
by Mirka Knaster

In 2007, Sayadaw U Tejaniya, a Burmese monk, made his second visit to Western Dharma centers in the U. S. I had the opportunity to hear his teachings in several places, to interview him and his excellent translator, Ma Thet, and to speak with teachers and yogis about their experience of his transformative approach to Dharma practice. Sayadaw’s particular way of teaching is now influencing a number of Western vipassana teachers. He emphasizes practicing in a relaxed but continuous manner rather than forcing one’s effort; opening the field of awareness to all experience rather than beginning with a primary object to establish concentration; walking at a regular rather than slow pace on retreat; not imposing a fixed retreat schedule; and focusing on one’s relationship to objects rather than on the objects themselves. The integration of these elements appears to strengthen the five spiritual faculties (indriya)—faith, energy, mindfulness, concentration, wisdom—and deepen practice in everyday life.
[...]
« Last Edit: 20 August 2008, 03:22:08 PM by hudoyo »

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #504 on: 20 August 2008, 09:32:20 AM »
"Bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal…” seharusnya tidak dipenggal, tapi ditulis lengkap, yaitu: “bagaikan seorang ibu yang mencintai anaknya yang tunggal demikian pula terhadap semua mahluk, memancarkan pikiran kasih sayangnya tanpa batas…”  
Kemudian kalimat awalnya dari Karaniya Metta Sutta itu merupakan satu kesatuan dari kalimat berikutnya, yaitu: inilah yang harus dikerjakan oleh mereka yang tangkas dalam kebaikan, jujur, rendah hati, tiada sombong, sederhana hidupnya, bekerja tanpa cela, dan seterusnya…
Kalimat di atas merupakan cinta kasih yg universal, mengapa?
Yang diumpamakan adalah cara memancarkan cinta kasih itu, tidak sebesar terhadap diri sendiri tetapi terhadap semua mahluk dengan kesetaraan yang sama… .

Menggunakan contoh "cinta kasih ibu kepada anak tunggal" sebagai gambaran "cinta kasih universal" adalah sama sekali tidak tepat; contoh seperti itu justru memerosotkan makna "cinta kasih universal", apa pun makna itu.

Sesungguhnya tidak seorang pun bisa menggambarkan dengan tepat apa itu "cinta kasih universal" selama ia masih mempunyai atta/diri. Oleh karena itu, lebih baik bicara tentang atta/diri, bukan bicara tentang "cinta kasih unversal" yang hanya akan membuat atta/diri semakin kuat karena merasa memahami apa itu "cinta kasih universal".

Salam,
hudoyo

Pak Hudoyo yang baik...

Anumodana atas pendapatnya... _/\_

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #505 on: 20 August 2008, 10:54:40 AM »
Isi Panca Balani apa ya?  :)
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #506 on: 20 August 2008, 11:31:07 AM »
Setahu saya ada panca bala (lima kekuatan) : Saddha, virya, sati, samadhi, dan pan~n~a.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline bond

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.666
  • Reputasi: 189
  • Buddhang Saranam Gacchami...
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #507 on: 20 August 2008, 11:44:55 AM »
 Ok Thx bro Karuna utk infonya.  ;D _/\_
Natthi me saranam annam, Buddho me saranam varam, Etena saccavajjena, Sotthi te hotu sabbada

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #508 on: 20 August 2008, 12:45:31 PM »
memang sama yah, panca bala dengan panca balani? ???
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline hudoyo

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.919
  • Reputasi: 20
Re: Abhidhamma & vipassana
« Reply #509 on: 20 August 2008, 01:16:09 PM »
 [at] karuna_murti

Akhiran -ni hanya menunjukkan plural (jamak). Seperti cattari ariya saccani.