Dikatakan bahwa orang yg meyakini bahwa pancakhanda bukan diri adalah dalam jalan pemasuk arus. Orang yg sudah melihat/mengalami itu adalah seorang pemasuk arus.
Disini menyakini = kepercayaan/iman belaka juga diperlukan ya?
dengan Sutta yg sama, bisa membuat orang memahami dan hancurlah tanha dan tidak melekat lagi
Ada kemungkinan dengan Sutta yang sama, membuat si pendengar makin tersesat ?
(cuman minta pendapat saja)
Ikut nimbrung juga ah....
Bro Hasan yang baik, pengalaman anatta sudah diterangkan oleh penguasa jagad Dhammacitta yaitu tidak harus arahat karena pengalaman ini berkaitan dengan pengalaman lain yang merupakan satu kesatuan, yaitu pengalaman anicca dan pengalaman dukkha.
Banyak siswa meditasi Vipassana mengalami hal ini. Jadi pengalaman membuktikan secara langsung mengenai anicca, dukkha dan anatta ini.
Ajaran Buddha bukan mendasarkan ajarannya pada keyakinan atau iman.
Ajaran Sang Buddha mendasarkan Ajarannya pada pengalaman praktek, pengertian dan kebijaksanaan (practice, wisdom dan understanding)
Demikian pentingnya praktek dan pengalaman ini, sehingga mereka yang belum mengalami kebenaran tertinggi (Ultimate Truth/Nibbana) bahkan belum dianggap siswa yang sesungguhnya (belum sekha). Mereka yang belum mengalami Kebenaran Tertinggi masih dianggap umat awam, walau ia mampu menghafal Tipitaka (yang berjumlah 41 buku) beserta komentar dan subkomentar yang jumlahnya bahkan lebih banyak dari Tipitaka.
Nimbrung juga ah..Maksud Bro Fabian apa ya?Tidak perlu menjadi Arahat untuk "memahami" Anatta..Memahami apa maksudnya?
Bro Ricky yang baik, kulminasi dari pengalaman anatta adalah lenyapnya sakkaya ditthi (pandangan salah mengenai diri/adanya atta/roh yang kekal). Sakkaya ditthi lenyap pada pencapaian tingkat kesucian pertama. (Sotapanna).
Bro fabian yang baik,Sakkaya ditthi itu mencakup apa saja kah?Sakkaya ditthi mengatakan tentang "pandangan salah akan kepercayaan adanya roh yang kekal",apakah sakkaya ditthi menyentuh pada esensi anatta bahwa tubuh hanya terdiri dari gugusan-gugusan pembentuk saja?bahwa tubuh ini sesungguhnya menjijikan dan memiliki 9 lubang kotoran?
Bro riky yang baik, ringkasnya sakkaya ditthi adalah mempercayai segala sesuatu digerakkan oleh roh seperti dalam agama tetangga.
Pada meditator Vipassana, setelah melihat dan mengalami sendiri bahwa semua pandangan palsu mengenai roh disebabkan ketidak tahuan (avijja) bahwa, sebenarnya segala sesuatu yang muncul hanya proses yang timbul-lenyap, dan tiada substansi yang kekal, maka pandangan salah bahwa ada "aku atau roh" yang menggerakkan semua ini menjadi lenyap dengan sendirinya bila avijja lenyap disebabkan berhentinya proses yang menimbulkan kondisi-kondisi.
Pada meditator Vipassana tidak dikembangkan konsep kejijikan, yang berkembang dan menjadi matang adalah pengetahuan pengalaman mengenai tilakkhana. pengalaman semakin tajam dengan semakin kuatnya perhatian dan konsentrasi.
Pertanyaannya kurang tepat diterapkan bro, ada "degree" pengalaman anatta yang berbeda-beda pada setiap praktisi Vipassana, semakin tinggi pencapaian semakin jelas pengalaman anatta (tentunya juga pengalaman anicca dan dukkha karena ketiganya berkaitan) bagaimanakah pengalaman anatta? semakin mengalami berbagai macam fenomena semakin melihat ia bahwa tak ada aku, tak ada jiwa, tak ada roh, yang ada hanya bentuk-bentuk pikiran, perasaan, ingatan, kesadaran dll.
Menurut Bro fabian,sebagai praktisi meditasi,apakah pengalaman anatta itu mengalami suatu proses yang berkelanjutan?Kalau begitu,saya jadi bertanya-tanya tentang "pencapaian" instan murid-murid Buddha Gotama,dan pencapaian dari YM Ananda..Menurut saya malah sebaliknya bahwa,sesungguhnya pemahaman akan esensi itu muncul "begitu" saja..
Tak ada sesuatu yang terjadi secara kebetulan, Sang Buddha mengajarkan hukum sebab dan akibat, jadi segala sesuatu pasti ada sebabnya.
Dalam Samyutta Nikaya (Samudda Sutta) Sang Buddha mengajarkan bahwa Dhamma yang beliau ajarkan tak ada yang seketika, semuanya terjadi melalui proses, bagai dasar laut yang semakin lama semakin dalam.
Vipassana adalah proses pematangan pengalaman terhadap ketiga karakteristik ini (tilakkhana), bila pada meditasi Vipassana pengalaman terhadap ketiga karakteristik tak berkembang ada dua kemungkinan, yaitu sang meditator belum siap Vipassana atau meditasi yang diikutinya bukan Vipassana.
Setahu saya vipasanna itu penyederhananya adalah kesadaran dalam gerak gerik,disebut sebagai "sati-sampajana"...Apakah perlu pematangan,apakah perlu pelatihan dan seterusnya?
May All Being Happy
Sati-Sampajanna adalah sikap batin dalam bermeditasi, sati-sampajanna akan bertambah kuat dengan latihan yang berkesinambungan. Tetapi Vipassana bukan hanya mengembangkan sati-sampajanna, ada faktor lainnnya yang perlu dikembangkan yaitu Satta Bhojangga, Pancabala dll...
Banyak orang dengan mudah mengatakan sati-sampajanna tanpa mereka tahu bagaimana menerapkan sati-sampajanna dalam meditasi. Saya yakin bro Riky pernah bermeditasi? Bolehkah saya tahu bagaimana cara bro Riky menerapkan sati-sampajanna?