Dari: milis_buddha [at] yahoogroups.comPak Hudoyo Yth,
Saya sebagai Pemula yang sedang belajar Ajaran Buddha ingin sharing pengalaman saya yang beberapa kali mengikuti Buddha Teaching yang dilakukan oleh Para Bhikku dan Renpoche sebagai berikut:
1. Setiap kali pembukaan Four Noble Truth selalu dimulai dengan bahwa Kita hidup dalam Penderitaan yaitu sejak lahir sampai meninggal, disinilah saya merasakan sesuatu yang MISS/ HILANG dalam terjemahaannya maupun penyampaiannya.
Justru itulah ajaran Buddha:
Seluruh kehidupan ini, eksistensi ini adalah dukkha, tidak memuaskan. Tidak ada kebahagiaan yang sejati selama masih ada aku/diri.
Ajaran Sang Buddha tidak kenal kompromi dalam hal ini. Yang Anda rasakan "missed" atau "hilang" itu adalah hiburan-hiburan seperti yang ada dalam agama-agama lain, seperti 'Tuhan', 'Surga', 'Juruselamat', dsb.
Apakah Anda bisa menerima ini sekarang, atau tidak?
2. Saya pernah bertanya, kalau memang kita hidup hanya untuk menghadapi penderitaan, kenapa kita ingin dilahirkan dan berevolusi dalam kehidupan ini??? dan jawabannya selalu tidak menjawab pertanyaan saya.
Jawabannya sederhana saja: karena kita
tidak menyadari dan
tidak menerima bahwa
hidup ini dukkha; kita mengira bahwa bagaimana pun juga kita akan mencapai
kebahagiaan sejati dalam hidup ini tanpa melepaskan aku/diri; singkatnya, karena kita diliputi
kegelapan, avijja.
Ajaran Sang Buddha tidak mengenal kompromi:
eksistensi ini dukkha, diterima atau tidak. ... Jawaban ini jelas tidak memuaskan bagi Anda.
3. Dan menurut saya yang masih Awam ini adalah bahwa kita hidup untuk berevolusi dan menuju ke dimensi yang lebih tinggi pada saat kita meninggal dan pulang sebagai Energy, dan memang betul bahwa didalam kehidupan ini kita akan menghadapi Derita yang mana datangnya dari Kontak (ke 5 indera + indera ke 6), sehingga didalam kehidupan ini tidak selalu kita menderita seperti yang disampaikan atau yang saya dengar.
Yang dinamakan 'kebahagiaan' di dunia ini pun dukkha, karena
tidak ada kebahagiaan yang kekal. Sang Buddha bilang,
"Apa yang tidak kekal itulah dukkha." Dan Sang Buddha tidak berkompromi dalam hal ini.
Sang Buddha tidak mengajarkan "evolusi" atau "dimensi yang lebih tinggi", "pulang sebagai Energy" (pulang ke mana?) ... dan semua ajaran
New Age itu. ... Sang Buddha mengajarkan
dukkha, yang adalah
kelekatan kepada badan & batin ini sebagai
diri/aku, dan Sang Buddha mengajarkan
pembebasan dari dukkha, yakni
pembebasan dari kelekatan pada badan & batin ini. Tidak kurang dari itu. Sang Buddha tidak
menutup-nutupi dukkha ini dengan pengertian-pengertian seperti "evolusi", "dimensi yang lebih tinggi", "pulang ke rumah" dsb dsb.
Mungkin bagi Anda, semua ini kedengarannya "pesimistik", dan Anda ingin mencari penjelasan lain atau mencari ajaran lain yang lebih memuaskan intelek Anda. Kalau begitu, silakan saja.
4. Pola Ajahn Brahmavamso untuk menyampaikan Four Noble Truth dengan cara seperti yang Bapak sampaikan dibawah ini, saya merasakan sesuatu yang sangat baik sehingga semua orang bisa menerimanya dan yang paling essential dalam hal ini adalah tercapainya Inner Happiness dari setiap orang dengan menjalankan Noble Eightfold Path.
Demikian pendapat saya dan mohon maaf bila tidak berkenan.
Salam,
Ong
Inilah salah satu
contoh nyata bahwa
"ajaran" Ajahn Brahmavamso menjadi alternatif bagi mereka yang tidak bisa menerima kenyataan tentang dukkha. Saya tidak bisa berkata apa-apa lagi. "Inner Happiness" yang Anda sebut-sebut itu tidak lain adalah impian, fatamorgana
selama Anda masih punya diri/aku. Tidak lebih dari itu.
Jadi, yang penting adalah:
amatilah si aku ini, sampai ia
tidak berdaya lagi mencari kebahagiaan, "inner happiness" dalam kehidupan di dunia ini. Kalau si aku ini sudah tidak berdaya, ia akan
diam, akan
padam dengan sendirinya ... di situlah, dan hanya di situlah,
pembebasan tercapai,
kebahagiaan pemadaman (nirwana) tercapai,
ketika tidak ada aku/diri ini lagi.
Ingatlah pula akan ajaran Ajahn Chah:
"Suka cita akhirnya adalah kesadaran bahwa tidak ada kebahagiaan di dunia ini."Salam,
hudoyo