Yang bertugas menjaga neraka Giam lo ong
Yang bertugas menjaga neraka Giam lo ongitu menurut buku/ kitab, tapi untuk yang sebenarnya kita gak tau
koq tau ? giam lo ong tu mahluk jg ? mahkluk alam mana ? dewa ? raja neraka ? bs mati jg ga ? selain jaga, apa tugas giam lo ong ?menurut cerita China Yen Luo Wang/ giam lo ong adalah Raja Senior(dewa) dari 10 pengadilan Neraka. Beliau mencatat perbuatan baik buruk manusia selama berada di dunia.kalau terdapat kesalahan yang berat atau pantas masuk ke neraka, maka Ia mengirimkan orang itu ke Raja neraka yg lain.untuk disiksa sesuai kesalahannya. dan adapula tugas raja yang lain untuk mempersiapkan Tubuh baru bagi mereka yang sudah "pantas" bereinkarnasi. Reinkarnasi dalam bentuk apa itu juga tergantung dari banyak sedikitnya kesalahan mereka. untuk jelasnya baca di kitab giok lek , pada kitab giok lek penguasa tertinggi neraka adalah Te Cong Ong Phou Sat ( Bodhisattva Ksitigarbha )
menurut cerita China Yen Luo Wang/ giam lo ong adalah Raja Senior(dewa) dari 10 pengadilan Neraka. Beliau mencatat perbuatan baik buruk manusia selama berada di dunia.kalau terdapat kesalahan yang berat atau pantas masuk ke neraka, maka Ia mengirimkan orang itu ke Raja neraka yg lain.untuk disiksa sesuai kesalahannya. dan adapula tugas raja yang lain untuk mempersiapkan Tubuh baru bagi mereka yang sudah "pantas" bereinkarnasi. Reinkarnasi dalam bentuk apa itu juga tergantung dari banyak sedikitnya kesalahan mereka. untuk jelasnya baca di kitab giok lek , pada kitab giok lek penguasa tertinggi neraka adalah Te Cong Ong Phou Sat ( Bodhisattva Ksitigarbha )
10 raja neraka:
Raja Giam Kun Pertama ( CIN KHONG ONG )
Istana raja neraka pertama.
Raja Giam Kun Kedua ( COH KANG ONG )
Istana raja neraka kedua.
Raja Giam Kun Ketiga ( SONG TE ONG )
Istana raja neraka ketiga.
Raja Giam Kun keempat ( GO KOAN ONG )
Istana raja neraka keempat.
Raja Giam Kun kelima ( SOM LO ONG )
Istana raja neraka kelima.
Raja Giam Kun keenam ( POK SHIA ONG )
Istana raja neraka keenam.
Raja Giam Kun ketujuh ( THAI SAN ONG )
Istana raja neraka ketujuh.
Raja Giam Kun kedelapan ( TOU CI ONG )
Istana raja neraka kedelapan.
Raja Giam Kun kesembilan ( PENG TENG ONG )
Istana raja neraka kesembilan.
Raja Giam Kun kesepuluh ( COAN LUN ONG )
Istana raja neraka kesepuluh.
wahhh....neraka ada ISTANA nya?? ::) :o
pantess...pantess...banyak CALON penghuni neraka, ternyata NYAMAN tinggal di istana sihh...tapi kok Devadatta menyesal yahhh...harusnya seneng donk khan tinggal di istana.... :hammer: :hammer:
knp aku bilang Mara...
1. Mara menganggap dirinya pengguasa alam semesta... (dan memang dia berkuasa...dlm artian terbatas..)
2. Mempunyai Pasukan (bawahan)
3. berdasarkan kisah Maha Monggalana.. yg dulunya sempat menjadi Mara..., saat dia jatuh ke alam neraka.. dia masih mengingat kehidupannya sebagai Mara yg memiliki sebutan penyiksa terhebat (kurang lebih begitu), tp skrg malah di siksa...
jd aku ambil kesimpulan...
Mara.. yg seolah2 berkuasa ini..saat seseorg jatuh di alam neraka..dia menghukumnya...menyiksanya ( terntu saja bisa saja anak buahnya dll)
krn dia anggap mahluk2 ini patut di hukum n di siksa
klo ilustrasi..
seperti raja suatu wilayah, saat seseorg berbuat salah, di tangkap dan di hukum...,
krn begitulah tugas seorg penguasa... menghukum yg bersalah...
begitu pula Mara
itu menurutku...
koq tau ? giam lo ong tu mahluk jg ? mahkluk alam mana ? dewa ? raja neraka ? bs mati jg ga ? selain jaga, apa tugas giam lo ong ?
itu menurut buku/ kitab, tapi untuk yang sebenarnya kita gak tau
menurut cerita China Yen Luo Wang/ giam lo ong adalah Raja Senior(dewa) dari 10 pengadilan Neraka. Beliau mencatat perbuatan baik buruk manusia selama berada di dunia.kalau terdapat kesalahan yang berat atau pantas masuk ke neraka, maka Ia mengirimkan orang itu ke Raja neraka yg lain.untuk disiksa sesuai kesalahannya. dan adapula tugas raja yang lain untuk mempersiapkan Tubuh baru bagi mereka yang sudah "pantas" bereinkarnasi. Reinkarnasi dalam bentuk apa itu juga tergantung dari banyak sedikitnya kesalahan mereka. untuk jelasnya baca di kitab giok lek , pada kitab giok lek penguasa tertinggi neraka adalah Te Cong Ong Phou Sat ( Bodhisattva Ksitigarbha )
10 raja neraka:
Raja Giam Kun Pertama ( CIN KHONG ONG )
Istana raja neraka pertama.
Raja Giam Kun Kedua ( COH KANG ONG )
Istana raja neraka kedua.
Raja Giam Kun Ketiga ( SONG TE ONG )
Istana raja neraka ketiga.
Raja Giam Kun keempat ( GO KOAN ONG )
Istana raja neraka keempat.
Raja Giam Kun kelima ( SOM LO ONG )
Istana raja neraka kelima.
Raja Giam Kun keenam ( POK SHIA ONG )
Istana raja neraka keenam.
Raja Giam Kun ketujuh ( THAI SAN ONG )
Istana raja neraka ketujuh.
Raja Giam Kun kedelapan ( TOU CI ONG )
Istana raja neraka kedelapan.
Raja Giam Kun kesembilan ( PENG TENG ONG )
Istana raja neraka kesembilan.
Raja Giam Kun kesepuluh ( COAN LUN ONG )
Istana raja neraka kesepuluh.
pls donk referensinya bro. thanks.heh?? samaneri tdk tau??
[at] wang ai lie saya minta jawaban berdasarka tradisi theravada makanya saya buka topik d theravada, kalau anda masuk k taoisme penjelasannya malah akan semakin kabur :) thx^:)^ ^:)^ ^:)^ maaf kk , saya cuma menambahi keterangan dari OBAMA
Yang bertugas menjaga neraka Giam lo ongmakanya saya jawab
itu menurut buku/ kitab, tapi untuk yang sebenarnya kita gak tau
gmn klo kita tanya ke sis metta wijaya, kebetulan sis metta lg memantau thread ini... sis, bagaimana nurut anda tentang permasalahan ini...
to sis metta, next time klo mau pantau di log out dulu aja ;D
to sis metta, next time klo mau pantau di log out dulu aja ;Dbb mu nes...mana2...
Kita sering baca maupun mendengar bahwa dalam agama buddha khususnya theravada ada 8 alam neraka besar dari sanjiva sampai avici, yg di ceritakan bahwa mereka yg d dalam alam tersebut ada yg di hukum di pukuli dengan gada api, di panggang, di ikat pada tiang membara dan ditanam dalam lantai yg membara. Nah saya mendapat pertanyaan siapa kah yg bertugas d sana? Itu mahluk apa? Apakah mahluk itu melakukan kamma?
bb mu nes...mana2...
Kita sering baca maupun mendengar bahwa dalam agama buddha khususnya theravada ada 8 alam neraka besar dari sanjiva sampai avici, yg di ceritakan bahwa mereka yg d dalam alam tersebut ada yg di hukum di pukuli dengan gada api, di panggang, di ikat pada tiang membara dan ditanam dalam lantai yg membara. Nah saya mendapat pertanyaan siapa kah yg bertugas d sana? Itu mahluk apa? Apakah mahluk itu melakukan kamma?
1. Dalam sutta ini Sang Buddha menggunakan legenda/cerita rakyat India Kuno tentang Yama, raja neraka, untuk mengajarkan bahwa usia tua, sakit, dan kematian yang sering kita saksikan dalam kehidupan sehari-hari tak lain adalah "utusan surgawi" (devaduta) dari dunia kematian untuk menyadarkan orang-orang untuk berbuat baik. Intinya dalam sutta ini melalui kisah tentang Yama, Buddha ingin mengingatkan kita untuk berbuat kebajikan sebelum usia tua, sakit, dan kematian menjemput kita.
Apakah makhluk yg menyiksa di neraka juga mengalami kamma dan tumimbal lahir?
2. Menurut komentar Buddhaghosa, neraka memang dijaga oleh empat Yama pada masing-masing keempat pintu gerbangnya. Yama tak lain adalah Vemānikapetarājā, yaitu makhluk yang merasakan penderitaan dan kebahagiaan di waktu lain sebagai akibat kamma masa lampaunya. Sebagai raja, ia bertindak dengan adil. Di sini Yama benar-benar menjadi raja neraka, namun perannya hanya sebagai pengawas neraka di mana ia mengatur para makhluk sesuai dengan perbuatannya. Sedangkan siksaan yang dialami walaupun berasal dari petugas neraka tetap merupakan manifestasi buah kamma buruk si pelaku. Untuk lebih jelasnya silahkan lihat di DPPN (Dictionary of Pali Proper Names): http://www.palikanon.com/english/pali_names/y/yama.htm
Apakah raja yama hidup selamanya? Raja yama n anak buahnya punya perasaan gak ya? Misalnya sedih gembira kasihan,dll...
tapi sis seniya jika sang buddha mengambil/ menggunakan sebuah cerita/legenda cerita rakyat tapi kenapa tertulis seperti dibawah ini?
29. “Para bhikkhu, Aku mengatakan hal ini kepada kalian bukan sebagai sesuatu yang Kudengar dari petapa atau brahmana lain. Aku mengatakan hal ini kepada kalian sebagai sesuatu yang sebenarnya diketahui, dilihat, dan ditemukan olehKu sendiri.” [187]
kalau melihat keterangan dari sis seniya tentang komentar buddhaghosa mungkin mengalami tumibal lahir , tapi untuk jelasnya mungkin tunggu member yang lebih tau atau sis seniya tau soal itu _/\_
Apakah raja yama hidup selamanya? Raja yama n anak buahnya punya perasaan gak ya? Misalnya sedih gembira kasihan,dll...
Oh iy, gak pernah setting gender sih... :) Tp seharusnya dari avatarnya udah tau gue ini cowok...
[at] aa tono thx pendapatnya tp ga bs d sampaikan d k umat donk
[at] moejoer bisa ksh tau cara ktm raja neraka tanpa perlu mati dulu? Jgn blg srh meditasi yah yg ada nanti g nyampe jhana ngorok :)
[at] ronald aye tunggu bsk yah:)
maaf bro drily, lantas apa hubungannya dengan yang di tanyakan TS, tentang neraka _/\_
tidak ada hubungan, cuma spammer yg sedang promosi blog
Sebelum adanya agama-agama Hindu, Buddha, Kristian, Zoroaster, Mithra, Islam, dsb., Ajaran Melayu/Malayu/Malai atau Malay (sebelum berpecah menjadi suku-suku, seperti Jawa, Bugis, Sunda, Aceh, Batak, Minang, Iban, Filipino, Khmer, dsb) merupakan Asal Ajaran (The Root of All Knowledge) yang dikenali dengan nama "Malaiyana Mulayanam" yang mengandungi 173 buah kitab. Salah sebuah kitab itu bernama, "Malaiyavahasarahsarahsiyahannamvahasapulatsyaviramaningrattanam" (memang panjang namanya) yang dicipta oleh Mahasiddha Svayana di Alam Melayu (sebelum menjadi Nusantara yang kemudiannya berpecah menjadi negara-negara, seperti Indonesia, Malaysia, Singapura, Brunei, Filipina, Sri Lanka, Myanmar, Thailand, Vietnam, Laos, Kampuchea, Hong Kong dan Taiwan) lebih 790,000 tahun dahulu. Alam Melayu pada waktu itu dikenali dengan nama Buwana Suvarnabumi Tanah Sunda.
Orang Melayu berpecah lagi apabila datang agama-agama Hindu dan Buddha ke Alam Melayu di mana raja-raja dan rakyat memeluk agama tersebut. Identiti Melayu pun pudar. Kemudian, datang pula agama Islam di mana raja-raja dan rakyat memeluk agama tersebut. Identiti Melayu terus pudar. Selepas itu, datang pula penjajah Barat dan agama Kristian di mana terdapat orang Melayu yang memeluk agama Kristian (mayoritasnya di Filipina). Kuasa-kuasa Barat (Inggeris, Belanda, Portugis, Sepanyol dan Amerika) memecahkan Alam Melayu menjadi negara-negara seperti yang saya sebutkan di atas.
Jika di zaman dahulu kala (pra sejarah), leluhur orang Melayu telah menjelajah seluruh dunia dan mengajar bangsa-bangsa lain membina tamadun, seperti di Mohendja-Daro dan Harappa di Lembah Indus; Sumeria di Lembah Mesopotamia; Mesir di Lembah Nil; Pesisir Mediterranean (Sparta - kemudiannya mengembangkan tamadun Greek); Amerika Selatan dan Amerika Tengah. Itu sebabnya banjaran gunung tertinggi di dunia dinamakan Himalaya (Hi bermakna Gunung, malaya bermakna Malai/Malay/Malayu/Melayu. Kehebatan dan kesaktian Melayu Sejati adalah pada senjatanya yang bengkang bengkok (keris), tetapi bangsa-bangsa lain hanya lurus atau bengkok sedikit (pedang dan tombak).
Lebih 300 juta orang Melayu boleh menjadi pemimpin dunia, seperti di jaman leluhur kita dahulu, dengan syarat mereka bersatu padu dan balik ke pangkal jalan sebagai Orang Melayu Sejati dengan mengenepikan fahaman agama, negara, negeri, propinsi dan suku. Baca blog saya: drilyasharunmalaysia.blogspot.com
jaka sembung naik becak, ora nyambung cakkk...
itu pepatah tua asli indon punya loh, jangan di klaim malay lg...
Mungkinkah sang buddha di sutta tersebut memakai majas personifikasi??
atau ada "human error" pada saat membukukan sutta tersebut?
Btw,kamma buruk apa saja yg bisa menyebabkan seseorang terlahir di alam neraka??
Tetapi makhluk-makhluk ini yang berperilaku buruk dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, pencela para mulia, keliru dalam pandangan, memberikan dampak pandangan salah dalam perbuatan mereka, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali di alam hantu. Atau makhluk-makhluk ini yang berperilaku buruk … ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali di alam binatang. Atau makhluk-makhluk ini yang berperilaku buruk … ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali dalam kondisi buruk, di alam rendah, dalam kehancuran, bahkan di dalam neraka. (paragraf 2)
Apakah makhluk yg menyiksa di neraka juga mengalami kamma dan tumimbal lahir?Selama masih dalam samsara .... setiap makhluk akan mengalami tumimbal lahir ;D
Mungkinkah sang buddha di sutta tersebut memakai majas personifikasi??Dosa (kebencian) yg dominan akan terlahir di alam neraka
atau ada "human error" pada saat membukukan sutta tersebut?
Btw,kamma buruk apa saja yg bisa menyebabkan seseorang terlahir di alam neraka??
Yama in Theravāda Buddhism
Yama was understood by Buddhists as a god of the dead, supervising the various Buddhist "hells". His exact role is vague in canonical texts, but is clearer in extra-canonical texts and popular beliefs, which are not always consistent with Buddhist philosophy.
In the Pali canon, the Buddha states that a person who has ill-treated their parents, ascetics, holy persons and elders is taken upon his death to Yama.[1] Yama then asks the ignoble person if he ever considered his own ill conduct in light of birth, aging, sickness, worldly retribution and death. In response to Yama's questions, such an ignoble person repeatedly answers that he failed to consider the kammic consequences of his reprehensible actions and as a result is sent to a brutal hell "so long as that evil action has not exhausted its result."[2]
In extra-canonical Pali texts, the great Theravāda scholar, Buddhaghosa, described Yama as a vimānapeta, a being in a mixed state, sometimes enjoying celestial comforts and at other times receiving the more unpleasant fruits of his kamma; however, as a king, his rule is considered just.[3]
In popular belief in Theravādin Buddhist countries, Yama sends old age, disease, punishments and other calamities among humans as warnings to behave well. When they die, they are summoned before Yama, who examines their character and dispatches them to their appropriate rebirth, whether as a human, to a heaven, or to one of the hells that Yama presides over. Sometimes there are thought to be several Yamas, each presiding over a distinct Hell. Theravāda sources sometimes speak of two Yamas or four Yamas.[4]
Yama in Chinese and Japanese mythology
Tibetan Dharmapala at the Field Museum in Chicago, Illinois
In Chinese mythology, Yan Wang (Traditional Chinese: 閻王; Simplified Chinese: 阎王; Pinyin: Yán Wáng), also called Yanluo (Traditional Chinese: 閻羅; Simplified Chinese: 阎罗; Hanyu Pinyin: Yánluó; Wade-Giles: Yen-lo), is the god of death and the ruler of Di Yu (Jp. Jigoku, "hell" or the underworld). The name Yanluo is a shortened Chinese transliteration of the Sanskrit term Yama Rājā (閻魔羅社) "King Yama". In Japan Yanluo is referred to as Emma (older Yemma), or Emma-ō (閻魔大王 Enma Dai-Ō, "Great King Yama").
Yanluo is not only the ruler but also the judge of the underworld and passes judgment on all the dead. He always appears in a male form, and his minions include a judge who holds in his hands a brush and a book listing every soul and the allotted death date for every life. Ox-Head and Horse-Face, the fearsome guardians of hell, bring the newly dead, one by one, before Yanluo for judgement. Men or women with merit will be rewarded good future lives, or even revival in their previous life. Men or women who committed misdeeds will be sentenced to torture and/or miserable future lives.
The spirits of the dead, on being judged by Yanluo, are supposed to either pass through a term of enjoyment in a region midway between the earth and the heaven of the gods, or to undergo their measure of punishment in Naraka, the nether world, situated somewhere in the southern region. After this time they may return to Earth in new bodies.
Yanluo is considered to be an office or bureaucratic post, rather than an individual god. There were said to be cases in which an honest mortal was rewarded the post of Yanluo, and served as the judge and ruler of the underworld.
In his capacity as judge, Yanluo is normally depicted wearing a Chinese judge's cap in Chinese and Japanese art. Yanluo sometimes appears on Chinese Hell Bank Notes.
Yama in Tibetan Buddhism
Yamantaka Vajrabhairav, British Museum
In Tibet, Yama (Tibetan gshin.rje) was both regarded with horror as the prime mover of saṃsāra, and revered as a guardian of spiritual practice. In the popular mandala of the Bhavacakra, all of the realms of life are depicted between the jaws, or in the arms of a monstrous Yama. Yama is sometimes shown with a consort, Yami.
Another elaboration of the concept of Yama in Tibetan Vajrayāna Buddhism was as Yamāntaka – i.e. Yama-Antaka, meaning Yama-Death or "Death's Death".
The following story describes the relationship between Yama and Yamāntaka:
A holy man was told that if he meditated for the next 50 years, he would achieve enlightenment. The holy man meditated in a cave for 49 years, 11 months and 29 days, until he was interrupted by two thieves who broke in with a stolen bull. After beheading the bull in front of the hermit, they ignored his requests to be spared for but a few minutes, and beheaded him as well. In his near-enlightened fury, this holy man became Yama, the god of Death, took the bull's head for his own, and killed the two thieves, drinking their blood from cups made of their skulls. Still enraged, Yama decided to kill everyone in Tibet. The people of Tibet, fearing for their lives, prayed to the bodhisattva Mañjuśrī, who took up their cause. He transformed himself into Yamāntaka, similar to Yama but ten times more powerful and horrific. In their battle, everywhere Yama turned, he found infinite versions of himself. Mañjuśrī as Yamāntaka defeated Yama, and turned him into a protector of Buddhism. He is generally considered a wrathful deity.
[at] kusalaputto:
Saya setuju dg pendpt anda bhw sebenarnya tdk ad penjaga neraka dst yg bertugas menyiksa para terhukum d neraka. Dlm hal ini kisah Yama dan anak buahnya mrpk "selera humor" (anekdot) yg digunakan Sang Buddha utk mengajarkan Dhamma,demikian kata Piya Tan.
memang ada beberapa pihak yang mengatakan beberapa bagian dari sutta merupakan tambahan belakangan. dengan kata lain beberapa bhikkhu yang konon sudah arahat melakukan penipuan dengan memalsukan tipitaka.
tetapi masih ada juga yang mengatakan tipitaka masih asli.
atau konon yang ikut konsili sangha parajika semua? gak arahat ngaku-ngaku arahat?
Arahat masih bisa menipu? aneh bin ajaib ;D Yang lebih mungkin bhikkhu scholar non arahat atau scholar buddhist yang suka utak atik gatuk tipitaka .
Pada point ini banyak kesimpang siuran tipitaka. Jadi sangat meragukan keontentikannya. Waspadalah! gunakan kebijaksaan jangan menelan mentah-mentah apa yang tertulis. lihat dhammanusati
Jadi mungkin saja kalau para arahat pada saat ini berkumpul, menurut saya, demonstrasi tingkat kemampuan bathin bisa merupakan salah satu justifikasi atas pencapaian tingkat kesucian Arahat. CMIIW
[at] indra:
Hehehe.... Saya cuma pny sumber penjelasan/komentar atas Devaduta Sutta dr Piya Tan ini & cuma menyampaikan apa yg saya baca.... :)
Mgkn sdr. Indra punya referensi lain penjelasan sutta dr sumber yg lbh dipercaya,misalny dr kitab komentar. Atau kt hrs tunggu komentar para sam dulu....
[at] Pannadevi,
jadi bagaimna dengan Devadatta yg konon terlahir kembali di Avici? jika alam neraka itu adalah kondisi batin? dimanakah Devadatta itu berada saat ini?
hehehe....ini juga ganjalan hati saya....karena memang Neraka paling terberat dan terganas adalah Neraka Avici, seperti yg dialami Devadatta karena melukai Sang Buddha. sesuai tingkatan alam yg telah dikenal oleh kita semua. jadi bingung juga nih saya. secara pribadi saya juga menyakini kondisi bathin tersiksa saat kinipun ibaratnya kita juga udah tersiksa bak di Neraka. tapi Neraka Avici juga ada, itu juga yg masih jadi ganjalan hati sy. makanya sy katakan CMIIW.
Kalau ritual bakar-bakar uang kertas apa bener uangnya masuk ke neraka? Ngapain di neraka bawa uang?buat maen judi, beli rokok,
buat maen judi, beli rokok,=)) =)) =))
beli rumah di mansion house hell
=)) =)) =))Kalau ritual bakar-bakar uang kertas apa bener uangnya masuk ke neraka? Ngapain di neraka bawa uang?buat maen judi, beli rokok,
beli rumah di mansion house hell
[at] pannadevi samaneri bs tanya k dosennya tent alm nrka. Soalnya kalau d blg hanya kondisi batin kurang pas yah kan alam nya dikatakan ada.jd makin biggung deh tent nih alam neraka :o
Saya pernah dengar dr mama saya, dulu saya pernah mati suri setelah berkunjung ke rumah orang yg meninggal saat itu. Tapi nyatanya, saya tidak ingat kalau saya pernah mati suri. Apakah samaneri atau teman2 yg lain tau penyebabnya?
apakah saya ke neraka?
Mohon di share ya, Terimah kasih.
Kalau ritual bakar-bakar uang kertas apa bener uangnya masuk ke neraka? Ngapain di neraka bawa uang?
knp aku bilang Mara...Saya belum baca tentang Mara=penyiksa terhebat. Setahu saya, Mara itu dikatakan penguasa karena memang ia berada di alam indera tertinggi (Parinimmitavasavati). Bahkan dikatakan Mara juga bisa mempengaruhi makhluk pengikut Brahma. Tapi kalau tentang Mara punya kekuatan atas neraka, sepertinya tidak. Dalam kisah Mahamoggallana dulu sebagai Mara Dusi yang 'dipandang' oleh Buddha Kakusanda dan terlahir di Avici. Tidak dikatakan di sana ada yang menyiksa, hanya dikatakan penjaga mendatangi dan memberi tahu bahwa ketika pancang bertemu pancang (mungkin dari arah yang berlawanan) di dalam tubuh, berarti sudah 1000 tahun. Di sana, ia terlahir dengan tubuh manusia namun berkepala seperti ikan.
1. Mara menganggap dirinya pengguasa alam semesta... (dan memang dia berkuasa...dlm artian terbatas..)
2. Mempunyai Pasukan (bawahan)
3. berdasarkan kisah Maha Monggalana.. yg dulunya sempat menjadi Mara..., saat dia jatuh ke alam neraka.. dia masih mengingat kehidupannya sebagai Mara yg memiliki sebutan penyiksa terhebat (kurang lebih begitu), tp skrg malah di siksa...
jd aku ambil kesimpulan...
Mara.. yg seolah2 berkuasa ini..saat seseorg jatuh di alam neraka..dia menghukumnya...menyiksanya ( terntu saja bisa saja anak buahnya dll)
krn dia anggap mahluk2 ini patut di hukum n di siksa
klo ilustrasi..
seperti raja suatu wilayah, saat seseorg berbuat salah, di tangkap dan di hukum...,
krn begitulah tugas seorg penguasa... menghukum yg bersalah...
begitu pula Mara
itu menurutku...
pls donk referensinya bro. thanks.Majjhima Nikaya, 50. Maratajjaniyasutta.
Menurut kitab komentar untuk Devadūta Sutta, ada beberapa bhikkhu yang tidak setuju bahwa ada benar2 makhluk seperti penjaga neraka. Sub komentar (ṭikā) menjelaskan bahwa para bhikkhu ini adalah pengikut tradisi Andhaka dan Viññanavāda. Mereka berkesimpulan bahwa makhluk2 penjaga neraka itu adalah ciptaan kamma semata. Sementara itu, tradisi Theravāda berpendapat bahwa penjaga neraka itu ada, dan Raja Yama yang dimaksud adalah raja Vemānikapeta. Jika melihat kata Vemānikapetarājā, kata ini mengacu kepada seorang raja para peta yang memiliki istana dewa. Yama adalah nama raja ini. Jadi Yama di sini bukan makhluk Yama yang ada di alam Yama. Raja Yama yang menjaga alam neraka dikatakan telah berbuat baik sehingga ia menjadi raja di sini. Di alam neraka, tidak hanya ada satu raja Yama saja, tetapi ada empat raja yang menempati empat penjuru alam neraka.
mettacittena,
ini dia yg ditunggu2 akhirnya muncul. thanks Rev.Peacemind yg sy hormati.
jadi sebenarnya ini berarti ada pro dan kontra, begitukah?
pendapat yg satunya mengatakan itu ciptaan kammanya sendiri dan aliran Theravada mengatakan ada petugasnya yaitu Yama. bila demikian apakah ada pergantian petugas? ataukah beliau terus menerus ?
mettacittena,
[at] rev peacemind
Rev anumodana atas penjelasannya. Namun saya jadi binggung karena dari info yg saya dapet melalui para romo/ramani bahwa penjaga neraka itu tdk ada yg ada hanya kondisi alam neraka yg seperti demikian. Kalau seperti rev katakan bahwa penjaga neraka ada memiliki karmanya sendiri lalu yg yg dia lakukan adalah menyiksa berarti kamma buruk.
Nantinya merka akan terlahir d mana?
Lalu 4 raja neraka tsb memerintah neraka seperti tatanan sosial pada alamk dewa atau tidak?
Dalam tradisi theravada ada raja neraka (raja yama) saya kira dewa ( yama) dlm tradisi mahayana
sumber:
Sorry, hanya ingin berkomentar tentang sumber yang diajukan.
Kalau tidak salah sumber tersebut dari buku "Menguak Misteri Kematian" karya J. Sanjivaputta yang berdasarkan pada literatur Theravada.
Hanya penasaran saja, mengapa situs Nichiren yang berdasarkan Mahayana menggunakan literatur Theravada dan diklaim sebagai pemahaman Mahayana?
Sorry, hanya ingin berkomentar tentang sumber yang diajukan.
Kalau tidak salah sumber tersebut dari buku "Menguak Misteri Kematian" karya J. Sanjivaputta yang berdasarkan pada literatur Theravada.
Hanya penasaran saja, mengapa situs Nichiren yang berdasarkan Mahayana menggunakan literatur Theravada dan diklaim sebagai pemahaman Mahayana?
Sorry, hanya ingin berkomentar tentang sumber yang diajukan.
Kalau tidak salah sumber tersebut dari buku "Menguak Misteri Kematian" karya J. Sanjivaputta yang berdasarkan pada literatur Theravada.
Hanya penasaran saja, mengapa situs Nichiren yang berdasarkan Mahayana menggunakan literatur Theravada dan diklaim sebagai pemahaman Mahayana?
saya juga kurang paham soal ini, tapi biarkan saja mau diklaim sebagai apa, ajaran sang buddha kan untuk siapa saja. dan dari dulu sang buddha juga tidak mengatakan mengenai ajarannya termasuk aliran mana ;D
Mungkin karena prinsip "Dharma itu universal".
Kedua pendapat ini benar jika kita menganggap tidak ada perbedaan sama sekali dalam ajaran di tiap tradisi Buddhis. Tetapi kenyataannya tidak demikian.
Contoh: dalam Mahayana mengenal alam Bardo, yaitu alam antara saat makhluk meninggal. Sedangan dalam Theravada tidak dikenal, oleh karenanya tidak ada di dalam penjelasan mengenai 31 alam kehidupan versi Theravada.
Jika Mahayanis menggunakan penjelasan mengenai 31 alam kehidupan versi Theravada, maka ia telah menepis sendiri keberadaan alam Bardo, menepis ajaran sendiri.
mereka tidak punya 'data' jadinya mau tidak mau harus jiplak danSaya rasa bukan karena Kanon Pali itu universal, tapi adanya anggapan bahwa konsep alam kehidupan disemua tradisi adalah sama.
memang kitab Kanon Pali Theravada bersifat Universal
_/\_
Betul. Mungkin website NSHI itu kurang tahu soal alam kehidupan versi Mahayana. :PYa saya sependapat, dan itu mungkin terjadi karena literatur Mahayana Indonesia untuk masalah ini sangat minim, bahkan mungkin tidak ada.
Sori OOT:
Saya ingat ada yg mengatakan bhw Mahayana mengenal 32 alam kehidupan. Mungkin tambahan satu lagi adalah alam bardo td. Tapi sepengetahuan saya alam bardo itu bukan alam kehidupan tersendiri, melainkan antarabhava (keadaan peralihan dr satu kehidupan ke kehidupan lainnya dlm proses berpikir saat kematian) yg tdk diakui dlm Abhidhamma Theravada. Istilah "alam bardo" mungkin tidak tepat, lebih tepat menggunakan istilah Pali/Sanskrit aslinya "antarabhava"
Raja Yama yang menjaga alam neraka dikatakan telah berbuat baik sehingga ia menjadi raja di sini. Di alam neraka, tidak hanya ada satu raja Yama saja, tetapi ada empat raja yang menempati empat penjuru alam neraka.
saya kok jadi ragu...makhluk hidup kan bertrilyun2...misal dtanya satu2 apa gak repot??
jadi kek malaikat maut di tetangga....
umat awam jadi gak kebayang..
"A careful study of these concepts of heaven and hell, gods and evil spirits, reveals that they were accepted in Buddhism as regulative ideas or concepts only. The fact that they are merely theories based on speculation is well brought out it certain statements by the Buddha. To a Brahman who questioned the Buddha as to whether there are gods, the replied, "It is not so." When asked whether there are no gods, the Buddha’s reply was the same, "It is not so." And finally to the Brahman who was baffled by these replies, the Buddha said, "The world, O Brahman, is loud in agreement that there are gods" (ucce sammatam kho etam brahmana lokasmin yadidam atthi devati) [MN 2.213]. The same is the attitude of the Buddha with regard to the concept of hell. In the Samyutta-nikaya[S 4.206 & TD2.119c] he is represented as saying that it is only the uneducated ordinary man (assutava puthujjano) who believes that there is a hell beneath the great ocean. According to the Buddha's view, hell is another name for unpleasant feelings (dukkha vedana)."
"7. “Jika dengan benar mengatakan tentang sesuatu: ‘Sungguh tidak diharapkan, sungguh tidak diinginkan, sungguh tidak menyenangkan,’ adalah tentang neraka yang, dengan benar dikatakan ini, sedemikian sehingga sulit menemukan perumpamaan bagi penderitaan di neraka.”
Ketika hal ini dikatakan, seorang bhikkhu bertanya kepada Sang Bhagavā: “Tetapi, Yang Mulia, dapatkah suatu perumpamaan diberikan?”
8. “Dapat, Bhikkhu,” Sang Bhagavā berkata. “Para bhikkhu, misalkan beberapa orang menangkap seorang penjahat perampok dan membawanya ke hadapan raja, dengan berkata: ‘Baginda, ini adalah seorang penjahat perampok. Perintahkanlah hukuman apapun yang engkau inginkan atas dirinya.’ Kemudian raja berkata: ‘Pergilah dan tusuk orang ini di pagi hari dengan seratus tombak.’ Dan mereka menusuknya di pagi hari dengan seratus tombak. Kemudian di siang hari raja bertanya: ‘Bagaimana orang itu?’ – ‘Baginda, ia masih hidup.’ Kemudian ia berkata: ‘Pergilah dan tusuk orang ini di siang hari dengan seratus tombak.’ Dan mereka menusuknya di siang hari dengan seratus tombak. Kemudian di malam hari raja bertanya: ‘Bagaimana orang itu?’ – ‘Baginda, ia masih hidup.’ Kemudian ia berkata: ‘Pergilah dan tusuk orang ini di malam hari dengan seratus tombak.’ Dan mereka menusuknya di malam hari dengan seratus tombak. [166] Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Apakah orang itu mengalami kesakitan dan kesedihan karena ditusuk dengan tiga ratus tombak?”
“Yang Mulia, orang itu akan mengalami kesakitan dan kesedihan karena ditusuk bahkan hanya dengan satu tombak, apa lagi tiga ratus.”
9. Kemudian, dengan mengambil sebutir batu berukuran sekepalan tanganNya, Sang Bhagavā berkata kepada para bhikkhu: “Bagaimana menurut kalian, para bhikkhu? Manakah yang lebih besar, batu kecil yang kuambil ini, yang berukuran sekepalan tanganKu, atau Himalaya, raja pegunungan?”
“Yang Mulia, batu kecil yang telah Sang Bhagavā ambil itu, yang berukuran sekepalan tangan Beliau, tidak berarti dibandingkan Himalaya, raja pegunungan; bahkan tidak ada sebagian kecilnya, tidak dapat dibandingkan.”
“Demikian pula, para bhikkhu, kesakitan dan kesedihan yang orang itu alami karena ditusuk dengan tiga ratus tombak adalah tidak berarti dibandingkan penderitaan neraka; bahkan tidak ada sebagian kecilnya, tidak dapat dibandingkan.
10. “Kemudian para penjaga neraka menyiksanya dengan lima tusukan....[..]"
17. “Para bhikkhu, Aku dapat menjelaskan dalam banyak cara tentang neraka. Begitu banyak sehingga sulit menyelesaikan penjelasan terhadap penderitaan di neraka.
"3. “Sekarang para penjaga neraka menangkap makhluk itu pada kedua lengannya dan membawanya ke hadapan Raja Yama, dengan berkata:....[..]
29. “Para bhikkhu, Aku mengatakan hal ini kepada kalian bukan sebagai sesuatu yang Kudengar dari petapa atau brahmana lain. Aku mengatakan hal ini kepada kalian sesbagai sesuatu yang sebenarnya diketahui, dilihat, dan ditemukan olehKu sendiri.”
2. “Para bhikkhu, misalkan terdapat dua rumah berpintu dan seseorang yang berpenglihatan baik berdiri di antara kedua rumah itu melihat orang-orang masuk dan keluar dan berlalu-lalang. Demikian pula, dengan mata dewa, yang murni dan melampaui manusia, Aku melihat makhluk-makhluk meninggal dunia dan muncul kembali, hina dan mulia, cantik dan buruk rupa, kaya dan miskin. Aku memahami bagaimana makhluk-makhluk berlanjut sesuai dengan perbuatan mereka: ‘Makhluk-makhluk ini, yang berperilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, bukan pencela para mulia, berpandangan benar, memberikan dampak pandangan benar dalam perbuatan mereka, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali di alam yang bahagia, bahkan di alam surga. Atau Makhluk-makhluk mulia ini, yang berperilaku baik dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, bukan [179] pencela para mulia, berpandangan benar, memberikan dampak pandangan benar dalam perbuatan mereka, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali di alam manusia. Tetapi makhluk-makhluk ini yang berperilaku buruk dalam jasmani, ucapan, dan pikiran, pencela para mulia, keliru dalam pandangan, memberikan dampak pandangan salah dalam perbuatan mereka, ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali di alam hantu. Atau makhluk-makhluk ini yang berperilaku buruk … ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali di alam binatang. Atau makhluk-makhluk ini yang berperilaku buruk … ketika hancurnya jasmani, setelah kematian, telah muncul kembali dalam kondisi buruk, di alam rendah, dalam kehancuran, bahkan di dalam neraka.’
pake teknologi dong, kan bisa isi form secara online.