//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir  (Read 10374 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« on: 30 December 2009, 02:20:53 PM »
Teman2x, dari milis sebelah membahas tentang apa yg terjadi setelah "last meal" sang Buddha.

Mohon bantuan kepada Bhante Thita dan Samanera Dhammasiri & PeaceMind utk menerjemahkan potongan tersebut.

Potongan dari DN 16, Maha Parinibbana Sutta

Quote from: Pali - Chattha Sangayana/konsili ke 6
Atha kho bhagavato cundassa kammāraputtassa bhattaṃ bhuttāvissa kharo
ābādho uppajji, lohitapakkhandikā pabāḷhā vedanā vattanti māraṇantikā. Tā
sudaṃ bhagavā sato sampajāno adhivāsesi avihaññamāno. Atha kho bhagavā
āyasmantaṃ ānandaṃ āmantesi – ‘‘āyāmānanda, yena kusinārā
tenupasaṅkamissāmā’’ti. ‘‘Evaṃ, bhante’’ti kho āyasmā ānando bhagavato
paccassosi.


Penerjemahan yg ada

Quote from: Indonesia - Walshe
Dan setelah memakan makanan yang dipersembahkan oleh Cunda, Sang Bhagavā
diserang oleh penyakit parah hingga mengalami diare berdarah, dan dengan
sangat kesakitan nyaris meninggal dunia. [128] Namun Beliau menahankannya
dengan penuh perhatian dan dengan kesadaran jernih, dan tanpa mengeluh.
Kemudian Sang Bhagavā berkata: ‘Ānanda, mari kita pergi ke Kusināra.’
‘Baiklah, Bhagavā,’ jawab Ānanda.

Quote from: English - Sister Vajira - Francis Story
21. And soon after the Blessed One had eaten the meal provided by Cunda the
metalworker, a dire sickness fell upon him, even dysentery, and he suffered
sharp and deadly pains. But the Blessed One endured them mindfully, clearly
comprehending and unperturbed.
22. Then the Blessed One spoke to the Venerable Ananda, saying: "Come,
Ananda, let us go to Kusinara." And the Venerable Ananda answered: "So be
it, Lord."

Quote from: Indonesia - Sepertinya dari Pali Text Society
20. Sebenarnya sesudah Sang Bhagava menyantap santapan yang dihidangkan
oleh Cunda, pandai-besi itu, beliau telah diserang sakit perut yang sangat
mengerikan. Beliau merasakan rasa sakit yang sangat parah dan hebat sekali.
Tetapi Sang Bhagava dapat melawan rasa sakitnya dengan penuh kesadaran,
pengertian dan dengan penuh ketenangan.
Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ananda: "Ananda, marilah kita ke
Kusinara."
Ananda menjawab: "Baiklah, bhante."
« Last Edit: 30 December 2009, 02:24:19 PM by Sumedho »
There is no place like 127.0.0.1

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #1 on: 30 December 2009, 02:41:10 PM »
terjemahan Walshe:

4.20 And after having eaten the meal provided by Cunda, the Lord was attacked by a severe sickness with bloody diarrhoea, and with sharp pains as if he were about to die. [128] But he endured all this mindfully and clearly aware, without complaint. Then the Lord said: 'Ananda, let us go to Kusinara.' 'Very good, Lord', said Ananda.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #2 on: 31 December 2009, 12:37:13 AM »
Ikutan  ;D

SANTAPAN SANG BHAGAVA YANG TERAKHIR

14. Cunda pandai-besi, setelah mengetahui bahwa Sang Bhagava telah tiba lalu berkata: "Sang Bhagava, telah tiba di Pava dan berdiam di Ambavana milikku." Cunda lalu menghadap Sang Bhagava, sesudah memberi hormat dengan khidmat kepada beliau, kemudian duduklah ia pada salah satu sisi. Sang Bhagava mengajarkan Cunda, pandai-besi, tentang dhamma yang telah membangkitkan semangatnya dan menyebabkan hatinya sangat gembira.
15. Kemudian Cunda berkata kepada Sang Bhagava: "Dapatkah kiranya Sang Bhagava menerima undangan kami untuk makan esok pagi bersama dengan para bhikkhu?" Sang Buddha bersikap diam. Dengan sikapnya yang diam itu berarti Sang Bhagava menyetujui permohonan Cunda.

16. Karena telah yakin akan persetujuan Sang Bhagava itu. Maka Cunda, pandai-besi, berdiri dari tempat duduknya. Menghormat dengan khidmat kepada Sang Bhagava lalu mengundurkan diri meninggalkan beliau.

17. Cunda pandai-besi, sejak semalam telah membuat makanan yang keras serta yang lunak dan makanan yang terdiri dari Sukaramaddava (jamur). Kemudian ia memberitahukan kepada kepada Sang Bhagava: "Bhante, silahkan. Makanan telah siap."

18. Pada waktu pagi Sang Bhagava menyiapkan diri, membawa patta dan jubah, pergi dengan para bhikkhu ke rumah Cunda. Di sana beliau duduk di tempat yang telah disediakan, dan berkata kepada Cunda: "Hidangan Sukaramaddava (jamur) yang telah saudara sediakan, hidangkanlah itu untukku. Sedangkan makanan lain yang keras dan lunak, saudara dapat hidangkan kepada para bhikkhu."
"Baiklah, bhante," jawab Cunda. Sukaramaddava (jamur) yang telah disediakannya, dihidangkannya untuk Sang Bhagava, sedangkan makanan keras dan lunak lainnya dihidangkannya kepada para bhikkhu.

19. Sesudah itu Sang Bhagava berkata kepada Cunda: "Cunda, sisa-sisa Sukaramaddava yang masih tertinggal, tanamkanlah dalam sebuah lobang, karena kami lihat di dunia ini di antara para dewa, Mara, Brahmana, para samana atau Brahma, atau pun manusia, tidak ada seorang pun yang sanggup memakannya atau mencernakannya, kecuali Sang Tathagata sendiri."
Cunda menjawab: "Baiklah, bhante."
Demikianlah sisa Sukaramaddava yang tertinggal itu ditanamkannya dalam sebuah lobang.
Setelah itu ia kembali kepada Sang Bhagava memberi hormat dengan khidmat kepada beliau dan duduk pada salah satu sisi. Kemudian Sang Bhagava mengajarkan Cunda pandai-besi itu mengenai pelajaran yang membangkitkan semangat, yang berisi penerangan yang menggembirakan hatinya. Sesudah itu beliau bangun dari tempat duduknya pergi meninggalkan Cunda.

20. Sebenarnya sesudah Sang Bhagava menyantap santapan yang dihidangkan oleh Cunda, pandai-besi itu, beliau telah diserang sakit perut yang sangat mengerikan. Beliau merasakan rasa sakit yang sangat parah dan hebat sekali. Tetapi Sang Bhagava dapat melawan rasa sakitnya dengan penuh kesadaran, pengertian dan dengan penuh ketenangan.
Kemudian Sang Bhagava berkata kepada Ananda: "Ananda, marilah kita ke Kusinara."
Ananda menjawab: "Baiklah, bhante."
"Kami telah mendengar: 'Ketika Sang Bhagava makan hidangan yang dihidangkan oleh Cunda, dengan ketabahan hati dan ketenangan beliau menahan penderitaan yang hebat.' Hal ini terjadi karena Sang Bhagava makan Sukaramaddava (jamur) yang dihidangkan oleh Cunda. Tetapi dengan tenang dan tabah beliau berhasil menahan rasa sakit yang datang sekonyong-konyong itu. 'Marilah kita ke Kusinara,' kata beliau dengan penuh kesabaran."


21. Kini, dalam perjalanan itu Sang Bhagava tidak melalui jalan raya dan kemudian berhenti di bawah sebatang pohon. Beliau bersabda kepada Ananda: "Lipatlah jubah luarku empat kali Ananda dan letakkan di bawahku. Aku sangat letih, aku mau beristirahat sebentar." "Baiklah, bhante," jawab Ananda dan melakukan apa yang diperintahkan oleh Sang Bhagava.

22. Sang Buddha duduk pada tempat yang disediakan baginya dan bersabda kepada Ananda: "Ananda tolonglah bawakan aku sedikit air, aku haus dan ingin minum."
Ananda menjawab: "Bhante, baru saja sejumlah lima ratus pedati telah menyeberangi sungai yang dangkal di bagian itu, dan roda-rodanya telah mengeruhkan air sungai ini. Sebaiknya kita pergi ke sungai Kakutha yang tidak jauh dari sini. Air sungai itu sangat jernih, sejuk dan bening. Sungai itu mudah dicapai dan letaknya sangat baik. Di sana bhante dapat menghilangkan rasa haus dan menyegarkan tubuh.

23-24. Kemudian untuk kedua kalinya Sang Bhagava mengulangi permintaannya, tetapi Ananda menjawab seperti semula. Kemudian untuk ketiga kalinya Sang Bhagava bersabda: "Bawalah sedikit air, penuhi permintaanku Ananda, Aku amat haus dan ingin minum."
Lalu Ananda menjawab demikian : "Baiklah, bhante." Ananda mengambil mangkok ke sungai itu.
Air sungai yang dangkal yang telah dilalui oleh pedati-pedati sehingga airnya menjadi sangat keruh dan kotor. Tetapi sekonyong-konyong kotoran dalam air mengendap, air menjadi bening dan jernih. Dengan gembira Ananda lalu menghampirinya.

25. Ananda berkata dalam hatinya : "Sungguh mengherankan dan luar biasa. Sebenarnya semua ini terjadi tidak lain karena kemuliaan dan kekuatan Sang Tathagata."
Ananda lalu mengambil air itu dengan mangkok dan membawanya kepada Sang Bhagava sambil berkata: "Sungguh mengherankan dan luar biasa. Semuanya ini terjadi karena kekuatan dan kemuliaan Sang Tathagata. Air sungai yang dangkal itu yang telah dilalui oleh pedati-pedati, airnya menjadi keruh dan kotor. Tetapi ketika saya menghampirinya tiba-tiba kotorannya mengendap, menjadi bening dan sungguh menyenangkan. Bhante, silahkan minum." Sang Bhagava minum air itu.
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #3 on: 31 December 2009, 05:20:56 AM »
 [at] virya: kan udah dikasih di quote pertama yg itu ;D

kita mau olah dari Pali nya nih, nunggu yg ahli
There is no place like 127.0.0.1

Offline char101

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 237
  • Reputasi: 13
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #4 on: 31 December 2009, 06:28:28 PM »
Terjemahan Lain

Quote
20. Now when the Exalted One had eaten the rice prepared by Chunda, the worker in metals, there fell upon him a dire sickness, the disease of dysentry, and sharp pain came upon him, even unto death. But the Exalted One, mindful and self-posessed, bore it without complaint.

Rhys Davids
« Last Edit: 31 December 2009, 06:30:09 PM by char101 »

Offline BTY

  • Bhikkhu
  • Bukan Tamu
  • *****
  • Posts: 34
  • Reputasi: 17
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #5 on: 01 January 2010, 09:17:20 PM »
Atha kho bhagavato cundassa kammāraputtassa bhattaṃ bhuttāvissa kharo ābādho uppajji, lohitapakkhandikā pabāḷhā vedanā vattanti māraṇantikā. Tā sudaṃ bhagavā sato sampajāno adhivāsesi avihaññamāno. Atha kho bhagavā āyasmantaṃ ānandaṃ āmantesi – ‘‘āyāmānanda, yena kusinārā
tenupasaṅkamissāmā’’ti. ‘‘Evaṃ, bhante’’ti kho āyasmā ānando bhagavato paccassosi.

atha kho : waktu itu (sekarang, sementara itu, lalu, lantas, di satu pihak, arkian, adapun, akan hal, dalam pada itu, alkisah, syahdan, hatta)

kammāra : (1) a smith, a worker in metals generally D.II,126, A.V,263; a silversmith Sn.962= Dh.239; J.I,223; a goldsmith J.III,281; V,282. The smiths in old India do not seem to be divided into black-, gold- and silver-smiths, but seem to have been able to work equally well in iron, gold, and silver, as can be seen e. g. from J.III,282 and VvA.250, where the smith is the maker of a needle. They were constituted into a guild, and some of them were well-to-do as appears from what is said of Cunda at D.II,126; owing to their usefulness they were held in great esteem by the people and king alike J.III,281. (PTS Pali-English Dictionary); (2) [m.] a smith; worker in metals (Concise Pali-English Dictionary); (3) 铁匠, 金匠, 金属匠. (PCED Version 1.51)

lohita : red, blood; 红色, 血

pakkhandati : [pa+khandati, of skand] to spring forward, to jump on to M.I,86; J.I,461; Vv 8412 (ger. pakkhandiyāna=pakkhanditvā anupavisitvā VvA.338); to be after someone in pursuit DhA.I,198; usually fig. to rejoice in, find pleasure or satisfaction in (Loc.), to take to, in phrases cittaṁ pakkhandati pasīdati santiṭṭhati M.I,186; S.III,133; cp. Miln.326 (nibbāne); A.II,165; III,245 (avyāpāde); IV,442 (adukkha-m-asukhe); It.43 (dhamme); and na me tattha mānasaṁ p. Miln.135. ‹-› pp. pakkhanna (q. v.). (Page 381)。向前跳,跳上,

pakkhandikā : [f.] dysentery; diarrhea ((Concise Pali-English Dictionary); 痢疾,腹泻

Terjemahan saya : Ketika itu setelah menyantap makanan [yang dipersembahkan] Cunda Sang Pandai Logam, Sang Bhagawa[n] mengalami sakit (ābādho; illness bukan pain) yang parah (kharo) --- sampai hampir meninggal (māraṇantikā) --- muncul rasa sakit yang hebat (pabāḷhā vedanā) [disertai dengan] berak darah (lohitapakkhandikā). Namun Sang Bhagawa[n] dengan penuh sati dan pemahaman nan jernih (sato sampajāno) [dapat] sabar menahan (adhivāsesi), tidak terpengaruh (avihaññamāno)……

Menurut hemat saya istilah lohitapakkhandikā lebih aman kalau tidak diterjemahkan sebagai disentri atau diare karena kedua istilah secara implisit menunjukkan sumber penyakitnya. Sedangkan istilah lohitapakkhandikā sepertinya lebih merujuk ke gejala yang tampak saja yaitu berak darah yang banyak. Sayang dalam Aṭṭhakathā maupun Ṭīkā sejauh yang saya cermati, sama sekali tidak menjelaskan istilah ini. Istilah ini juga ditemukan dalam Majjhima-Nikaya dalam kisah yang lain. Oleh Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi diterjemahkan sebagai disentri (lihat terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, Majjhima Nikaya III hal. 867 baris ke-9).

Disentri (KBBI) : radang selaput lendir usus besar dengan gejala utama berupa berak-berak bercampur lendir.
Diare (KBBI) : penyakit dengan gejala berak-berak; menceret.

Berikut adalah kutipan tambahan dari Kitab Komentar dan Subkomentar :

Kammāraputtassāti suvaṇṇakāraputtassa. So kira aḍḍho mahākuṭumbiko bhagavato paṭhamadassaneneva sotāpanno hutvā attano ambavane vihāraṃ kārāpetvā niyyātesi. Taṃ sandhāya vuttaṃ – ‘‘ambavane’’ti. (Aṭṭhakathā)

Sang Pandai Logam : Sang Perajin Emas. Konon ia yang merupakan seorang tuan tanah yang kaya raya saat pertama kali bertemu dengan Sang Bhagawa[n] langsung menjadi seorang sotapanna dan menyuruh orang mendirikan sebuah kediaman (vihāra) di hutan mangga (ambavana) miliknya sendiri dan mempersembahkannya [kepada beliau]. Dengan demikian dikatakan ini merujuk ke “di Hutan Mangga”.

Sūkaramaddavanti nātitaruṇassa nātijiṇṇassa ekajeṭṭhakasūkarassa pavattamaṃsaṃ. Taṃ kira mudu ceva siniddhañca hoti, taṃ paṭiyādāpetvā sādhukaṃ pacāpetvāti attho. Eke bhaṇanti – ‘‘sūkaramaddavanti pana muduodanassa pañcagorasayūsapācanavidhānassa nāmetaṃ, yathā gavapānaṃ nāma pākanāma’’nti. Keci bhaṇanti – ‘‘sūkaramaddavaṃ nāma rasāyanavidhi, taṃ pana rasāyanasatthe āgacchati, taṃ cundena – ‘bhagavato parinibbānaṃ na bhaveyyā’ti rasāyanaṃ paṭiyatta’’nti. Tattha pana dvisahassadīpaparivāresu catūsu mahādīpesu devatā ojaṃ pakkhipiṃsu. (Aṭṭhakathā)

Sūkaramaddava : daging biasa dari seekor babi kualitas terbaik (jeṭṭhaka; mungkin bisa juga diartikan sebagai babi kepala atau babi dewasa) yang tidak terlalu muda maupun tidak terlalu tua. Konon itu bersifat empuk (mudu) dan kenyal (siniddha; moist, greasy, glossy, pliable; ada kata yang lebih tepat?) setelah disiapkan dan dimasak dengan baik. Ada lagi yang mengatakan : “Sūkaramaddava adalah nasi empuk yang digodok dengan kuah campuran lima produk susu, sejenis masakan yang mirip dengan minuman sapi”. Yang lain lagi mengatakan : “Sūkaramaddava adalah tatacara (vidhi) memperpanjang usia (rasāyana). Jadi, didatangilah seorang guru rasāyana, oleh Cunda [dikatakan] “Buatlah Sang Bhagawa[n] tidak jadi parinibbana, siapkanlah [upacara] rasāyana.” Di sanalah para dewata dari empat benua besar (mahādīpa) dan dua ribu pulau pengiring memasukkan sari nutrisi (oja).

Sūkaramaddavanti vanavarāhassa mudumaṃsaṃ. (Ṭīkā)
Sūkaramaddava adalah daging empuk babi hutan.

CMIIW. Bagaimana menurut Samanera Dhammasiri dan Peacemind?
Kami bukan pakar, hanya sekadar 抛砖引玉 (memancing batu giok dengan melontarkan batu bata).

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #6 on: 01 January 2010, 10:18:17 PM »
anumodana bhante, boleh saya post ke milis sebelah?
There is no place like 127.0.0.1

Offline BTY

  • Bhikkhu
  • Bukan Tamu
  • *****
  • Posts: 34
  • Reputasi: 17
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #7 on: 02 January 2010, 09:24:09 AM »
Silakan.

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #8 on: 02 January 2010, 08:27:54 PM »
Quote
Menurut hemat saya istilah lohitapakkhandikā lebih aman kalau tidak diterjemahkan sebagai disentri atau diare karena kedua istilah secara implisit menunjukkan sumber penyakitnya. Sedangkan istilah lohitapakkhandikā sepertinya lebih merujuk ke gejala yang tampak saja yaitu berak darah yang banyak. Sayang dalam Aṭṭhakathā maupun Ṭīkā sejauh yang saya cermati, sama sekali tidak menjelaskan istilah ini. Istilah ini juga ditemukan dalam Majjhima-Nikaya dalam kisah yang lain. Oleh Bhikkhu Ñāṇamoli dan Bhikkhu Bodhi diterjemahkan sebagai disentri (lihat terjemahannya dalam Bahasa Indonesia, Majjhima Nikaya III hal. 867 baris ke-9).

Bhante, bukankah penyebabnya adalah para dewa banyak memberikan nutrisi-nutrisi yang sangat bergizi, sehingga makanan tersebut tidak dapat dimakan oleh makhluk lain selain Sang Buddha? Saya lupa istilah palinya, mirip-mirip ojja / oija.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #9 on: 05 January 2010, 11:15:48 AM »
Komentar dari Bro Wirajhana Eka disebelah

Quote
*[..]Menurut hemat saya istilah lohitapakkhandikā lebih aman kalau tidak
diterjemahkan sebagai disentri atau diare karena kedua istilah secara
implisit menunjukkan sumber penyakitnya.[..]
*----

Menurut saya isu sentralnya bukan masalah aman tidak aman..namun tidak ada
sama sekali verifikasi sumber yang dapat dipercaya yang merujuk problem
disekitar perut

mengenai lohitaphandika, seperti yang saya sudah tulis  sama sekali tidak
mendekati arti Berak darah

arti kata lohita adalah merah, namun kata rohita bisa juga berarti darah
[untuk ruha/ruhira dan ruhangsa, untuk itu lihat *di
sini<http://books.google.co.id/books?id=0Guw2CnxiucC&pg=PA590&lpg=PA590&dq=pakkhandik,+dictionary&source=bl&ots=vuGyfwlSDI&sig=a34E2ZjqfFNGYJ_mcyKmljMCsNk&hl=id&ei=Ye46S67wJoGUkAWtwYTdBw&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAoQ6AEwAA#v=onepage&q=lohita&f=false>
*]

Jika memang dimaksudkan adalah darah, maka ada satu kata pali dengan tanpa
keraguan berarti darah:

Pupphaka (nt.) [fr. puppha2] blood J iii.541 (v. l. pubbaka; C.=lohita);
Miln 216 (tiṇa˚-- roga, a disease, Kern. "hay-- fever"). Kern, Toev. s. v.
trsls the J passage with "vuil, uitwerpsel."

Namun jelas tidak di pakai di syair2 tersebut!

Salah satu arti Pakkha yang sahih jelas merujuk pada area sekitar dada.
Arti sanskrit dari khadika, silakan lihat *di
sini<http://books.google.co.id/books?id=8KFPBl9lLRcC&pg=PA336&lpg=PA336&dq=khandika,+sanskrit&source=bl&ots=5NQA9WtklQ&sig=A08sNmPmbvCU6z6pjNmWg2aTfLE&hl=id&ei=xG5BS7XTI9KHkAWb4_mXBg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAwQ6AEwAA#v=onepage&q=&f=false>
*

Sehingga,
jika kita perhatikan kata lohitapakkhandikā yang merupakan paduan kata
lohita+pakkha+khandika maka penterjemahannya bisa diartikan "[area sekitar]
dada memerah, sakitnya seperti diiris2.."

Buat saya,
dengan tidak mengurangi rasa hormat pada Bhante manapun..dengan mengingat
asas yang disebutkan di kalama sutta yaitu: *Jangan begitu saja mengikuti(1)
*:


  1. Tradisi lisan
  2. Ajaran turun-temurun,
  3. kata orang,
  4. koleksi kitab suci,
  5. penalaran logis,
  6. penalaran lewat kesimpulan,
  7. Penungan tentang alasan,
  8. Penerimaan pandangan setelah mempertimbangkannya,
  9. Pembicara yang kelihatannya meyakinkan, atau
  10. karena kalian berpikir, 'petapa [orang yang dihormati] itu adalah
  guru kami.

sehingga untuk terjemahan kejadian parinibannanya Sang Buddha jelas bukan
masalah hormat menghormati pendapat namun lebih pada masalah pasti tahu atau
tidaknya dengan tanpa keraguan tentang arti tersebut.

Jika memang tidak mengetahui dan masih ada keraguan arti maka SUDAH
SEWAJARNYA semua terjemahan yang menggunakan kata diare, perut dan disentri

segera di revisi.

Demikian.
There is no place like 127.0.0.1

Offline BTY

  • Bhikkhu
  • Bukan Tamu
  • *****
  • Posts: 34
  • Reputasi: 17
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #10 on: 05 January 2010, 01:29:00 PM »
Tentang istilah lohita dan puppha[ka]:
Memang menurut PTS Pali-English Dictionary pupphaka mempunyai makna darah, tetapi kalau kita “search” di CSCT 4, tohokannya sedikit sekali dan kebanyakan adalah salah eja dari kata pubbaka.

Pupphaka : (nt.) [fr. puppha2] blood J.III,541 (v. l. pubbaka; C.=lohita); Miln.216 (tiṇa°-roga, a disease, Kern. “hay-fever”). Kern, Toev. s. v. trsls the J passage with “vuil, uitwerpsel.” (Page 467)。(PTS Pali-English Dictionary)

Sedangkan kata puppha, makna asalnya adalah bunga, puspa (Sansekerta puṣpa). Arti turunannya barulah darah, dan itu pun darah menstruasi. Misalnya dalam Vinaya I p.18, ada istilah pupphaṃ uppajji. Artinya sedang datang bulan.

Puppha (2) (nt.) [cp. Class. Sk. puṣpa “les fleurs” in strī° the menses Am. Kośa 3, 4, 30, 233 and Mārk. Pur. 51, 42. Similarly phala is used in the sense of “menstruation”: see BR s. v. phala 12] blood: see pupphaka & pupphavatī. With ref. to the menses at J.V,331. (Page 467)。(PTS Pali-English Dictionary)

Puppha [nt.] flower; the menstrual flux. (Concise Pali-English Dictionary) 花,〔生理〕月经来潮    ~vatī, 【阴】 月经期的女人

Kalau lohita, di dalam kitab Pali selain bermakna merah juga sering bermakna darah. Misalnya lohituppāda (lohita+uppāda, darah+ muncul) melukai (seorang Buddha; salah satu karma buruk yang sangat berat). Dalam penyebutan bagian-bagian tubuh, Sang Buddha juga selalu menggunakan istilah lohita dalam pengertian darah. Di Thailand, lohit juga berarti darah.

Istilah rohita (istilah yang banyak digunakan dalam Kitab Veda) dalam kitab Pali hampir tidak pernah bermakna darah, selalu bermakna merah. Yang bermakna darah barulah istilah rudhira.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #11 on: 15 January 2010, 09:47:24 PM »
Dalam menerjemahkan, kadang kala kita tidak bisa menerjemahkannya kata per kata. Kadang kala dua kata yang digabung akan membentuk arti/makna baru yang berbeda dari arti/makna 2 kata yang bergabung tersebut. Contoh kata egg (telur) dengan plant (tanaman) jika digabung menjadi eggplant = terung

Jika diartikan perkata (versi saya):

lohitapakkhandikā

lohita (rohita – Sankerta) = red, blood, merah, darah

pakkha (paksa – Sankerta)= side of the body, sisi dari tubuh
(sbr: http://books.google.com/books?id=uZ0kOiD1zmMC&pg=PA381&lpg=PA381&dq=praskandikA&source=bl&ots=lXrN5hJ3rc&sig=aQVN-zS3gLEgn3shn-_Pg71NuoQ&hl=en&ei=fTNQS8fyIYqOkQXJkYijCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=1&ved=0CAcQ6AEwAA#v=onepage&q=pakkha&f=false )

Khandika (khanda+ika) = a piece , part , fragment, a short section, separuh, bagian
(sbr: http://books.google.co.id/books?id=8KFPBl9lLRcC&printsec=frontcover&dq=Sanskrit+-+english&cd=3#v=onepage&q=khanda&f=false )

Jadi lohita+pakkha+khandikā =  bagian sisi tubuh memerah / berdarah

Di sini kita tidak mengetahui pasti bagian tubuh yang mana yang memerah atau berdarah, karena kata “pakkha” hanya mengacu pada sisi dari tubuh tidak menunjuk pada bagian dada.

Tapi jika kita tidak menerjemahkan benar-benar perkata tetapi hanya memutus menjadi 2 kata yaitu lohita dan pakkhandikā, maka

pakkhandikā  (praskhandika – Sanskerta) = purging, diarrhea, cahar (kasarnya, mencret)
< http://books.google.com/books?id=31cVAAAAIAAJ&pg=PA189&lpg=PA189&dq=praskandikA&source=bl&ots=rzmD8wmm7d&sig=8f0iqIN3zl1uvXz6CXof3Gxi-xM&hl=en&ei=fTNQS8fyIYqOkQXJkYijCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CAoQ6AEwAQ#v=onepage&q=praskandikA&f=false >

Jadi sependapat dengan Bhante,  lohitapakkhandikā = cahar berdarah.

Cahar berdarah ini merupakan suatu hasil dari kondisi tertentu, salah satunya adalah gangguan pada usus yang parah. Gangguan usus ini bisa terjadi karena kram perut atau (abdominal angina) yang parah. Kram perut bisa terjadi setelah seseorang makan, biasanya terjadi pada perut yang kosong dan diisi makanan secara tiba-tiba dengan makanan yang berat sifatnya.

CMIIW
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #12 on: 15 January 2010, 09:52:51 PM »
 [at] BTY+ [at] Kelana: Sorry, you can't repeat a karma action without waiting 720 hours.  :)

many thanks
There is no place like 127.0.0.1

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #13 on: 26 January 2010, 09:09:54 PM »
atas permintaan bro wirajhana eka, here is the msg

Quote
Dear Bro sumedo,

di link ini:
http://dhammacitta.org/forum/index.php/topic,14354.0.html

kelana menuliskan:

[..]
Di sini kita tidak mengetahui pasti bagian tubuh yang mana yang memerah
atau berdarah, karena kata "pakkha" hanya mengacu pada sisi dari
tubuh tidak menunjuk pada bagian dada.

Tapi jika kita tidak menerjemahkan benar-benar perkata tetapi hanya
memutus menjadi 2 kata yaitu lohita dan pakkhandika, maka

pakkhandika  (praskhandika ˆ Sanskerta) = purging, diarrhea,
cahar (kasarnya, mencret)
<
http://books.google.com/books?id=31cVAAAAIAAJ&pg=PA189&lpg=PA189&dq=pras\
kandikA&source=bl&ots=rzmD8wmm7d&sig=8f0iqIN3zl1uvXz6CXof3Gxi-xM&hl=en&e\
i=fTNQS8fyIYqOkQXJkYijCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CAo\
Q6AEwAQ#v=onepage&q=praskandikA&f=false >

Jadi sependapat dengan Bhante,  lohitapakkhandika = cahar berdarah.
[..]

saya:
Ada dua hal yang saya perlu sampaikan:
yaitu tentang Pakkha dan juga tentang praskandika yang di artikan cahar
atau mencret dengan merujuk kamus tertentu.

1. Pakkha
ia jelas menunjuk pada bagian tubuh tertentu yaitu wing! kemudian jika
di fokuskan pada arti lebih khususnya lagi yaitu Pectus maka merujuk
pada area dada:

   * Pakkha1 [Ved. paká’£a in meanings 1 and 3; to Lat. pectus, see
Walde, Lat. Wtb. s. v.] 1. side of the body, flank, wing, feathers (cp.
pakkhin), in cpds. Ë˚biḷęla a flying fox (sort of bat) Bdhgh
on uluka-- camma at Vin
   * Pakkha3 [cp. Sk. phakka (?)] a cripple. Cp iii.6, 10; J vi.12
(=pīᒖha-- sappi C.). Note BSk. phakka is enumd at Mvyut.
271120 with jatyaá’Ωḟa, kuá’Ωḟa [..]

Mari kita fokuskan pada pakkha dengan arti latin "pectus":


pectus = The part of the human torso between the neck and the diaphragm
or the corresponding part in other vertebrates [cross check di sini
<http://www.audioenglish.net/dictionary/pectus.htm#top> ], Classified
under: Nouns denoting body parts:

Synonyms: chest; pectus; thorax

Hypernyms: ("pectus" is a kind of...): body part (any part of an
organism such as an organ or extremity)

Meronyms (parts of "pectus"):

   * breast (the front part of the trunk from the neck to the abdomen)
   * chest cavity; thoracic cavity (the cavity in the vertebrate body
enclosed by the ribs between the diaphragm and the neck and containing
the lungs and heart)
   * musculus pectoralis; pecs; pectoral; pectoral muscle; pectoralis
(either of two large muscles of the chest)
   * area of cardiac dullness (a triangular area of the front of the
chest (determined by percussion); corresponds to the part of the heart
not covered by the lungs)
   * gallbladder (a muscular sac attached to the liver that secretes
bile and stores it until needed for digestion)
   * thoracic vein; vena thoracica (veins that drain the thoracic walls)
   * thoracic aorta (a branch of the descending aorta; divides into the
iliac arteries)
   * breastbone; sternum (the flat bone that articulates with the
clavicles and the first seven pairs of ribs)
   * rib cage (the bony enclosing wall of the chest)

Hyponyms (each of the following is a kind of "pectus"):

   * bust; female chest (the chest of a woman)
   * male chest (the chest of a man)

Holonyms ("pectus" is a part of...):

   * craniate; vertebrate (animals having a bony or cartilaginous
skeleton with a segmented spinal column and a large brain enclosed in a
skull or cranium)
   * body; torso; trunk (the body excluding the head and neck and limbs)

dari kilasan tulisan diatas, maka dapat diambil kesimpulan pasti bahwa
ini merujuk area sekitar dada.

***

2. Praskhandika

Kelana menuliskan spt ini:
[..]
pakkhandika  (praskhandika ˆ Sanskerta) = purging, diarrhea,
cahar (kasarnya, mencret)
<
http://books.google.com/books?id=31cVAAAAIAAJ&pg=PA189&lpg=PA189&dq=pras\
kandikA&source=bl&ots=rzmD8wmm7d&sig=8f0iqIN3zl1uvXz6CXof3Gxi-xM&hl=en&e\
i=fTNQS8fyIYqOkQXJkYijCg&sa=X&oi=book_result&ct=result&resnum=2&ved=0CAo\
Q6AEwAQ#v=onepage&q=praskandikA&f=false >
[..]

--
Jika kita buka link tersebut, maka itu BUKAN-lah kamus SANSKRIT namun
HINDUSTANI dan kalimat yang diartikan adalah Praskandika/praskandan
bukan Praskhandika-sanskerta.

Kemudian, terdapat satu arti yang pasti untuk dysentry/diare dalam
bahasa pali yaitu atisara [dan untuk yang berdarah adalah rattatisara]
dan dalam bahasa sansktertanya adalah Jvaratisara ([ jvarAtIsAra ]3[
jvar^atIsAra ] m. diarrhoea with fever cf. Bhpr. vii , 15 , 1 ff  )
sedangkan untuk dysentery dalam bahasa sanskritnya adalah [pakvAtIsAra
]3[ pakv^atIsAra ] m. chronic dysentery Bhpr.
 ----> arti ini (dysentery dan diare) konsisten terdapat di dua kamus
baik itu SANSKRIT maupun PALI.

Kembali pada lohita,  ia bisa berarti merah atau darah dan konsisten ada
di dua dictionary baik sanksrit atau pali. kemudian, penggunaannya lebih
condong pada merah dan bukan darah.

Jadi, sekali lagi...lohitapakhandika sangatlah tidak berdasar jika
diartikan diare/mencret darah/dysentery

note:
jika tidak berkeberatan, di re-postingkan ke dhammacitta [karena
kebetulan anda juga mempostingkan tulisan saya yang sebelumnya]

jika tidak berkeberatan, di re-postingkan ke dhammacitta [karena
kebetulan anda juga mempostingkan tulisan saya yang sebelumnya]
There is no place like 127.0.0.1

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Penerjemahan potongan DN16 - Setelah makan makanan terakhir
« Reply #14 on: 31 January 2010, 01:11:35 AM »
Quote
1. Pakkha
ia jelas menunjuk pada bagian tubuh tertentu yaitu wing! kemudian jika
di fokuskan pada arti lebih khususnya lagi yaitu Pectus maka merujuk
pada area dada

Wing?? Buddha (Manussa) punya sayap?? Jelas tidak. Menurut Oxford Dictionary, kata “wing” bisa berarti : anatomy, a lateral part or projection of an organ or structure. Jadi hanya mengacu pada bagian tubuh bukan langsung mengacu pada dada.

Quote
Pakkha1 [Ved. paká’£a in meanings 1 and 3; to Lat. pectus, see
Walde, Lat. Wtb. s. v.] 1. side of the body, flank, wing, feathers (cp.
pakkhin), in cpds. Ë˚biḕęla a flying fox (sort of bat) Bdhgh
on uluka-- camma at Vin
   * Pakkha3 [cp. Sk. phakka (?)] a cripple. Cp iii.6, 10; J vi.12
(=pīᒖha-- sappi C.). Note BSk. phakka is enumd at Mvyut.
271120 with jatyaá’Ωḟa, kuá’Ωḟa [..]
Mari kita fokuskan pada pakkha dengan arti latin "pectus":

Mengapa kita harus muter-muter mengacu pada bahasa Latin kemudian diterjemahkan lagi ke dalam bahasa Inggris, ketika ada secara jelas dan langsung penjelasan dalam bahasa Inggris bahwa Pakkha adalah side of the body, apalagi dalam bahasa Sanskerta-nya yang merupakan bahasa terdekat Pali , “paksa” juga mengacu pada “wing” atau turunannya “side or the half of anything”(http://vedabase.net/p/paksa ) (http://en.wikipedia.org/wiki/Paksa  )

Jika kita ingin muter-muter juga, kita juga bisa mencari  dalam bahasa lain misalnya Jerman. Dalam Sanskrit-Wörterbuch in kürzerer Fassung (Sankrit -German)
पक्ष(paKsa):
1) Flügel , Fittige , Schwinge. Einmal n.
2) Bez. der Zahl zwei Hemādri. 1,136,10.
3) die Federn an einem Pfeile.
4) Achsel , Seite des Körpers.
5) Seitentheil , Hälfte überh. , Seitenpfosten (eines Gebäudes) , *Seitengebäude , Flanke (eines Heeres) , Seitentheil eines Wagens , so v.a. Rad.
6) Monatshälfte. In Comp. mit einem Vollmondstage , die auf diesen Vollmond folgende dunkle Monatshälfte.
7) Sg. und Pl. Seite , Partei , Anhang , Angehörige , Bundesgenossen.
8 ) Schar , Klasse von Wesen.
9) Menge , Masse in केश°.
10) Schar , so v.a. Einige. °संमत Adj. von Einigen gebilligt Mbh. 13,93,49.
11) Stelle , Statt. °पक्षनिक्षेप m. das Stellen — , Rechnen zu.


Terjemahannya:
1) wings, wings, wing. Once n.
2) Signed the number two Hemādri. 1,136,10.
3) the feathers on an arrow.
4) shoulder, side of the body.
5) side portion, half überh. , Side posts (a building), * page building, slope () of an army, side portion of a car, especially Rad
6) half of the month. In Comp. with a full moon dates on these dark half of the month following the full moon.
7) singular and plural side, party, Annex, relatives, allies.
8 ) band, class of beings.
9) Quantity, mass केश °.
10) band, so v.a. Some. ° संमत Adj endorsed by some Mbh. 13,93,49.
11) place instead. ° पक्षनिक्षेप m. The bodies - Convert to.

Mengacu pada hal di atas tidak ada yang mengatakan pakkha/paksa adalah dada.

Berapa banyak sumber yang dapat disajikan bahwa pakkha/paksa adalah pectus (dada)? Apa terjemahan Latin pasti benar 100%? Jika ada bahasa yang lebih dekat (Sanskrit) mengapa cari bahasa lain?

Dan jika kita mengacu pada sejarah bahasa Indonesia dimana bahasa Indonesia banyak menyerap bahasa Sanskerta (Sanksrit), kita juga dapat menemukan kata “paksa” yang turunannya juga berarti sayap; pihak, sisi; belah (KBBI Balai Pustaka)

Sudah banyak bukti literatur bahwa kata pakkha/paksa berarti bagian sisi BUKAN mengacu pada dada.

Jadi cara menerjemah satu-persatu kata ini sudah saya anggap selesai.


Quote
Jika kita buka link tersebut, maka itu BUKAN-lah kamus SANSKRIT namun
HINDUSTANI dan kalimat yang diartikan adalah Praskandika/praskandan
bukan Praskhandika-sanskerta.

Jika kita menengok kebelakang, bahasa Hindustan adalah perkembangan dari bahasa Sanskserta/Sanskrit. Dari kata Hindustan sendiri bisa kita pahami bahasa ini adalah bahasa Hindu yang tidak lain adalah Sankserta, bahasa Veda. Dan perbedaan penulisan adalah wajar seperti halnya perbedaan bahasa Pali dengan Sanskrit pada kata”dhamma” (Pali) “dharma” (Sanskerta) , sabbe (Pali) “sarva (Sankerta), tapi tetap memiliki arti yang sama. Contoh lain kata “Ananda” maka dalam Hindustan menjadi ‘Anand” (huruf “a” menjadi hilang)

Dengan alsan di atas maka penolakkan terhadap Praskandika adalah sama dengan Praskhandika, tidaklah dapat diterima.

Selanjutnya mari kita lihat beberapa terjemahan

Pali: A.P. Buddhadatta Mahathera, Concise Pali-English and English-Pali Dictionary
pakkhandikā : [f.] dysentery; diarrhea.
rattātisāra : [(ratta + ātisāra), m.] the bloody diarrhoea.
atisāra : [m.] 1. overstepping; 2. dysentery.

Sanskerta /Sanskrit, Tamil and Pahlavi Dictionaries
1 praskandikA f. diarrhoea Car.
1 pakvAtIsAra ,m. chronic dysentery
1 jvarAtIsAra,m. diarrhoea with fever
2 atisAra, or m. purging , dysentery

Kesimpulan bahwa atisāra (Pali) = jvarAtIsAra (Sanskrit) sepertinya tidak tepat. Yang satu hanya menjelaskan dysentery, sedang yang lain diarrhoea dengan demam. Begitu juga akvAtIsAra dan juga jvarAtIsAra. Yang satu tidak ada penjelasan kronik sedang yang satu kronik. Jadi tidak ada kesesuaian.

Tapi jika kita perbandingkan, antara atisara (Sanskrit) dengan atisāra (Pali) adalah sebanding, begitu juga pakkhandikā (Pali) dengan praskandika ( Sanskrit) juga sebanding. Jadi tidak bisa kita langsung mengambil atisāra sebagai kata yang sah untuk mendefinisikan dysentery atau diarrhoea dengan alasan ada di Pali dan Sanskerta, karena pakkhandikā (Pali) juga ada di dalam Sanskrit yaitu praskandika.
Salah satu cara menyelesaikannya adalah dengan literatur lain yaitu

A dictionary, Hindūstānī and English By John Shakespear

1 praskandikA ,f praskandan. purging; diarrhoea.

Di sini jelas pakkhandikā (Pali) = praskandikA (Hindustan, Sanskrit) = purging; diarrhoea.

Lalu bagaimana dengan  kata atisāra ?

Menurut saya:
atisāra lebih mengacu pada dysentery yang secara langsung berhubungan langsung pada penyebabnya yaitu infeksi karena bakteri.

Sedangkan

pakkhandikā lebih mengacu pada diarrhoea yaitu hasil dari penyakit tertentu berupa cahar, dalam kasus Sang Buddha adalah  keram perut (bukan bakteri).

Jadi ada perbedaan antara dysentery dengan diarrhoea

Masalah lohita sudah jelas, yaitu bisa merah atau darah. Berhubungan dengan diarrhoea maka itu adalah darah

Saya rasa cukup

Thanks
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -