mencatat lagi ah..
kasi judul dulu
sip cuan ciu (arak sip cuan)ini arak ramuan sendiri oleh papa saya. komposisi arak putih murni, di campur herbal (berupa akar2, daun, potongan2 ntah apa) makin lama di rendam sama herbal ini, makin bagus. ada yang rendam bahkan sampe belasan tahun lhoo...
baunya sih keras menyengat tapi ada yang bilang harum (ini sesuai selera kali ya), sehat diminum dalam jumlah tertentu secara rutin. tapi rasanya kecut asem manis. bisa di pake buat campuran masakan. untuk penyedap rasa + khasiatnya sebagai obat atau mungkin tepatnya berfungsi sebagai sejenis jamu.
dari kecil saya sudah menyaksikan orang2 disekitar saya yang meminumnya secara rutin, misal pas malam sebelum tidur minum 1/2 gelas kecil. ato misal pas mama mau masak lauk jenis tertentu pasti di kasih dikit ini arak. so mengkonsumsi arak ini bukanlah hal yang dipandang negatif dalam lingkup keluarga saya. kecuali minumnya kebablasan sampe mabuk.
setelah saya dewasa, saya juga punya stock sendiri arak ini dirumah. hadiah dari papa, supaya saya tidak mudah sakit dan tidak mudah lelah. saya juga rutin minum sedikit setiap 2 hari sekali sebelum tidur. karena dosisnya tinggi atau kata umumnya keras. saya selalu mencampurnya dengan air.
enak sih, dan setelah minum badan terasa hangat dan tidurpun lelap. bangun tidurpun badan segar. (ini kalau rutin, kalau cuman minum sekali dua kali gak kerasa efeknya)
dan sampai post ini di buat, saya masih punya stock 1/2 toples.
hmmm....
walau tujuan saya minum ini bukan untuk mabuk-mabukan bahkan saya bisa mengambil manfaatnya bagi tubuh saya, tapi tetap saja saya telah melanggar sila. demikian lah yang saya pahami selama ini.
maka stock 1/2 toples yang masih ada, tidak berani saya sentuh lagi. nasibnya sama seperti alat pancing saya yang tersegel di gudang.
apakah pemahaman saya salah? apakah minum arak ini untuk kesehatan dan tidak sampai mabuk tidak melanggar sila?
namun ntah kenapa dari lubuk hati saya (mungkin karena kemelekatan saya pada rasa dan manfaat dari arak ini), muncul suatu pengharapan bahwa seseorang mau datang kepada saya dan memberikan saya penjelasan yang masuk akal dan bahkan pakai rujukan sutta dan berkata bahwa minum arak dengan tujuan memperoleh kesehatan asal tidak mabuk2an adalah tidak melanggar sila.
hmmmm.... adakah orang itu?
tapi yaahh... sudah lah, saya harus berani dan mau melepas yang harus saya lepas. bukankah begitu harusnya saya sebagai umat buddha? inilah jalan yang saya pilih, maka saya harus berani berjalan dengan mantap dijalan ini.
namun walaupun begitu, saya masih tetap melanggar sila juga ke-5 ini.
kondisi tidak memungkinkan saya untuk menghindar... waktunya tidak tepat untuk saya menghindar...
pada beberapa kesempatan ketika disuguhkan bir, pada kesempatan itu saya sukar untuk menolak.
penolakan akan dianggap tidak menghormati. walaupun sesungguhnya menyuguhkan saya bir juga 'bisa berarti' tidak menghormati saya yang bertekad menjalankan sila. tapi ya sudah lah... saya bisa mengerti bahwa mereka tidak tau kondisi saya, karena saya tidak bilang ke mereka. salah saya kan?
tapi dalam hal ini, menghormati saya atau tidak, itu tidak lagi penting bagi saya. saya selalu merenungkan bahwa mereka hanya objek yang netral.
perlahan saya akan memproklamirkan bahwa saya adalah buddhist, yang berusaha menjaga sila. kepada keluarga, teman, dll. supaya mereka tidak tersinggung andai kelak saya menolak suguhan bir dari mereka, atau ketika saya menolak jamuan dari mereka yang saya tau mereka potong ayam hanya khusus untuk menjamu saya dan menyenangkan saya dengan tangkapan ikan guramee dari tambak ikan pribadinya untuk dibakar dengan bumbu yang super lezat supaya bisa menjamu saya, supaya saya senang.
saya sangat senang dan sangat beterima kasih andai di jamu oleh orang lain, apapun yang dihidangkan saya akan makan dan memujinya dengan tulus. terlebih saya tau bahwa ayam dan ikan atau daging yang dimasak khusus untuk saya adalah beli di pasar, yang sudah mati.
tapi susah juga ya mau bilang 'oiii... saya umat buddha' ke orang-orang.. masa tiap ketemu orang trus bilang begitu? norak ah...
sekali lagi, yaaahhh... sudah lah.. jalani apa adanya dulu. coba hadapi dengan bijak aja.