//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: "Dana tertinggi"  (Read 19123 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Adhitthana

  • Sebelumnya: Virya
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.508
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #15 on: 17 July 2011, 11:48:56 PM »
Kisah yg lucu dan mengada-ngada  ;D

dizaman Sang Buddha .... diantara ratusan orang yg mendengarkan dhammadesana Sang Buddha
hanya seorang nenek tua .... yg tulus dan penuh pengorbanan ??
lalu di mana jutawan Annathapindika ?? Raja Bimbisari ? Ratu Khema ? Visahkha ? dll ??
apa beliau2 kurang tulus dan kurang berkorban utk Sang Buddha ??

Sedih benar kalo benar2 terjadi Di Zaman Sang Buddha
Bayangkan .... hanya 1(satu) murid yg tulus kpd Sang Buddha ??
terus udah tua lagi nenek-nenek pulak  ^-^
  Aku akan mengalami Usia tua, aku akan menderita penyakit, aku akan mengalami kematian. Segala yang ku Cintai, ku miliki, dan ku senangi akan Berubah dan terpisah dariku ....

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #16 on: 18 July 2011, 09:28:27 AM »
saya pikir harus disesuaikan dengan niat ketulusannya, seorang kaya yg mampu memberikan lebih dari rambut tentu saja dana rambutnya jadi kurang bernilai
Justru itu saya jadi bertanya, dana itu dinilai dari ketulusan, jumlah, atau kondisi ekonomi seseorang?

Kalau dibilang dari ketulusan, kaya juga bisa tulus. Kecuali kalau di kisah itu tidak ada orang kaya yang tulus sehingga pelitanya mati semua.

Kalau dibilang dari jumlah, maka orang kaya yang memberikan dalam jumlah banyak dan lebih bagus, juga bisa sama nilainya. Balik lagi, kecuali di kisah itu yang kaya juga hanya memberikan pelita di atas tempurung kelapa juga.

Kalau dibilang dari kondisi ekonomi, berarti alangkah beruntungnya jadi orang miskin. Misalnya memberikan pelita dari penjualan rambutnya, maka nilainya sudah luar biasa besar; sedangkan kalau jadi orang kaya, memberikan pelita dari penjualan rambutnya (sama ketulusan, sama pengorbanan, dan sama jumlahnya), namun nilainya malah jadi kecil.


Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #17 on: 18 July 2011, 09:39:37 AM »
Mungkin sudah menjadi trademark film (dan juga masyarakat) kalo orang kaya itu licik, sombong, dan tidak tulus, sedangkan orang miskin itu jujur, rendah hati, dan tulus  ;D
« Last Edit: 18 July 2011, 09:41:08 AM by rooney »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #18 on: 18 July 2011, 09:39:56 AM »
Justru itu saya jadi bertanya, dana itu dinilai dari ketulusan, jumlah, atau kondisi ekonomi seseorang?

Kalau dibilang dari ketulusan, kaya juga bisa tulus. Kecuali kalau di kisah itu tidak ada orang kaya yang tulus sehingga pelitanya mati semua.

Kalau dibilang dari jumlah, maka orang kaya yang memberikan dalam jumlah banyak dan lebih bagus, juga bisa sama nilainya. Balik lagi, kecuali di kisah itu yang kaya juga hanya memberikan pelita di atas tempurung kelapa juga.

Kalau dibilang dari kondisi ekonomi, berarti alangkah beruntungnya jadi orang miskin. Misalnya memberikan pelita dari penjualan rambutnya, maka nilainya sudah luar biasa besar; sedangkan kalau jadi orang kaya, memberikan pelita dari penjualan rambutnya (sama ketulusan, sama pengorbanan, dan sama jumlahnya), namun nilainya malah jadi kecil.



kombinasi dari semua itu disebut pengorbanan, kualitas pengorbanan inilah yag menentukan. seorang miskin yg berdana sebungkus nasi jatah pribadinya akan lebih besar nilai dananya, sebaliknya seorang kaya yg berdana rolex memiliki kualitas dana yg lebih rendah, krn si miskin telah melakukan perbuatan yg dapat berakibat ia menjadi kelaparan bahkan kematian, sebaliknya si orang kaya tidak menderita apa2 karena punya banyak rolex

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #19 on: 18 July 2011, 09:53:52 AM »
saya juga belum tahu juga sih kebenaran sutta ini, mungkin ada yg bisa menunjukkan sutta asli jika ada..
saya post tujuannya untuk di baca karena sangat bagus menurut saya..

intinya sih menurut saya adalah Persembahan yang betapa kecil dan sederhanapun asalkan di lakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas pasti akan membuahkan karma yang baik dan mendatangkan kebahagiaan di masa datang.
jadi bagi yg miskin jangan sedih karena tidak bisa dana apapun buat kebaikan, karena uang bukan segalanya, bisa juga dana dengan tenaga dan pikiran, uang bisa saja di kalahkan dengan dana pikiran dan tenaga..
contohnya misalnya ada seseorang yang jahat di penjara, orang kaya punya uang yg bisa menjamin buat keluar dari penjara, sedangkan orang miskin punya pikiran yg bijak buat ceramah untuk menasehati supaya tidak melakukan kejahatan lagi ketika keluar dari penjara dan akhirnya sadar buat tidak melakukan kejahatan lagi yg bisa masuk penjara..

soal dewa sakka saya tidak tahu juga maksudnya..  ;D

soal ceritanya ya kita ambil yg baik2 saja, jika merasa ada yg tidak baik ya jangan di tiru..  :))
seperti ajaran Sang Buddha, ehipasiko saja..  :x

Saya juga menangkap sisi baik dari cerita itu, tapi menurut saya ada yang mengganjal, sehingga seperti memberi kebaikan di satu sisi, tapi memberikan pola pikir yang salah di sisi lain. Jika dana itu menjadi berharga karena nenek itu miskin, bukankah berarti tidak ada gunanya menjadi orang kaya?


Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #20 on: 18 July 2011, 09:59:08 AM »
kombinasi dari semua itu disebut pengorbanan, kualitas pengorbanan inilah yag menentukan. seorang miskin yg berdana sebungkus nasi jatah pribadinya akan lebih besar nilai dananya, sebaliknya seorang kaya yg berdana rolex memiliki kualitas dana yg lebih rendah, krn si miskin telah melakukan perbuatan yg dapat berakibat ia menjadi kelaparan bahkan kematian, sebaliknya si orang kaya tidak menderita apa2 karena punya banyak rolex
Jadi kalau orang kaya, harus mengorbankan hartanya sampai pada taraf 'gue bakal modar kelaparan nih' baru bisa menyaingi pemberian 1 nasi dari si miskin?

Bukankah ini berarti orang miskin dananya lebih besar dari orang kaya; orang lemah, dana tenaganya lebih baik dari orang kuat; orang bodoh, dana pengajarannya lebih besar dari orang pintar? Apakah Buddha mengajarkan sedemikian mudah berdana bagi orang miskin, lemah, bodoh, dan sejumlah kekurangan lainnya?

Saya tahu kok maksud bro Indra tentang 'pengorbanan', tapi menurut saya, dalam kisah ini tidak dijelaskan dengan baik, dan justru bisa menggiring pada pemahaman salah.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #21 on: 18 July 2011, 10:04:06 AM »
Jadi kalau orang kaya, harus mengorbankan hartanya sampai pada taraf 'gue bakal modar kelaparan nih' baru bisa menyaingi pemberian 1 nasi dari si miskin?

Bukankah ini berarti orang miskin dananya lebih besar dari orang kaya; orang lemah, dana tenaganya lebih baik dari orang kuat; orang bodoh, dana pengajarannya lebih besar dari orang pintar? Apakah Buddha mengajarkan sedemikian mudah berdana bagi orang miskin, lemah, bodoh, dan sejumlah kekurangan lainnya?

Saya tahu kok maksud bro Indra tentang 'pengorbanan', tapi menurut saya, dalam kisah ini tidak dijelaskan dengan baik, dan justru bisa menggiring pada pemahaman salah.


sebagai suatu karya seni, kisah ini sudah cukup mendidik, walaupun tentu saja masih banyak celah yg tidak sempurna, karena sutu karya seni umumnya punya suatu target, sehingga melupakan aspek di luar target

Offline kakao

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.197
  • Reputasi: 15
  • Gender: Male
  • life is never sure, but die is certain
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #22 on: 18 July 2011, 10:08:55 AM »
Cerita ini terjadi pada jaman Sang Buddha dimana pada saat itu guru Sakyamuni Buddha mengunjungi suatu tempat untuk membabarkan Dharma ajarannya. Sudah menjadi kebutuhan diwaktu malam diperlukan lampu dengan bahan minyak karena waktu itu belum ada listrik. Orang membuat lampu dari wadah logam atau keramik bahkan kaca / kristal. Semua orang ingin mendengarkan pembabaran Dharma dari Sang Buddha. Dimana yang hadir merupakan orang-orang yang kaya dengan mempersembahkan lampu pelita yang wadahnya terbuat dari bahan logam mulia/emas – perak/kristal untuk menerangi ruangan tempat guru Sakyamuni Buddha membabarkan ajarannya.

Diantara sekian orang kaya, terdapat seorang janda tua yang sudah lanjut usia sangat miskin berbadan bungkuk yang juga ingin mendengarkan Dharma Sang Buddha, tapi malang sekali dia tidak memiliki uang ataupun barang berharga, yang ada hanya rambut panjangnya yang sudah memutih, menjadi milik satu satunya yang paling berharga, akhirnya dia mengambil  keputusan memotong rambutnya, dengan harapan potongan rambutnya itu dapat ditukarkan dengan secangking minyak. Dengan susah panyah kesana kemari akhirnya dia berhasil mendapatkan sedikit minyak yang kemudian dia tempatkan didalam tempurung kelapa, barang yang masih dimilikinya. Lampu pelita yang sederhana dinyalakan kemudian dipersembahkan kepada Sang Buddha sebagai rasa hormat kepada sang guru dunia. Ditengah ratusan manusia yang melakukan penghormatan kepada sang Buddha dan mendengarkan Dharma, tiba-tiba para Dewa (Dewa Sakkha) mendatangkan angina ribut yang mengakibatkan suasana menjadi hiruk pikuk. Keajaiban pun terjadi ! semua lampu pelita yang di persembahkan kepada Sang Buddha padam, kecuali satu pelita yang masih menerangi ruangan Dharma, yaitu pelita dari tempurung kelapa yang dipersembahkan si Janda tua, meskipun nyalanya kecil tetapi tenang bahkan tidak berkedip oleh terpaan angin rebut itu.

Dengan keagungannya itu Sang Budddha mengatakan “Ketauhuilah wahai kalian semua, satu lampu yang tetap menyala ini adalah persembahan yang di sertai pengorbanan dan ketulusan hati dari seorang yang saat ini duduk di bagian paling belakang. Karena dia merasa dirinya tidak pantas untuk duduk di barisan depan sejajar dengan kalian karena merasa persembahannya sangat sederhana dan tak ternilai sama sekali “. Ratusan mata dengan serempak memandang seorang nenek tua dengan rambut terpotong pendek lalu Sang Buddha melanjutkan “Rambutnya telah di potong hingga hampir habis dan potongannya telah di tukarkan dengan sedikit minyak, yang ia nyalakan di lampu pelita yang kalian lihat terang ini”. Persembahan dengan hati tulus dan ikhlas Sang Ibu janda tua ini, merupakan tauladan Bhakti Pelita. Persembahan yang betapa kecil dan sederhanapun asalkan di lakukan dengan hati yang tulus dan ikhlas pasti akan membuahkan karma yang baik dan mendatangkan kebahagiaan di masa datang.



Thanx video atas bantuan dari Bro Indra..  ^:)^

Menurut saya pengorbanan dan ketulusan adalah paling tertinggi dari segala2nya dalam hal apapun dalam kehidupan kita ini..
cinta, keluarga, teman, dan lain2 jika di lakukan dengan pengorbanan dan ketulusan..  ;D
melihat film ini mengingatkan kaset VCD original kakao film Buddha yang dipinjem temen sampai sekarang nggak dipulang-pulangin,..padahal belinya di Mall TA,.mahal T_T! :-? :-?
"jika kau senang hati pegang jari, jika kau senang hati pegang jari dan masukan kehidungmu !!"
[img]http://upload.wikimedia.org/wikipedia/id/c/c3/Sailor_moon_ani.gif[img]

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #23 on: 18 July 2011, 10:34:10 AM »
jadi orang miskin merupakan berkah utama, itulah ajaran buda =))
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline dhammadinna

  • Sebelumnya: Mayvise
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.627
  • Reputasi: 149
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #24 on: 18 July 2011, 11:26:40 AM »
Menurut saya, tidak perlu ribet mendefinisikan "dana tertinggi".

Ketika seseorang berusaha untuk tulus karena ingin nilai dananya menjadi "tinggi", maka pertanyaannya adalah "apa dia memang bisa menjadi tulus dengan berusaha tulus?"

Inti dari berdana adalah praktik "melepas". Tapi ketika ingin berdana, mengapa kita malah berharap untuk bisa "mendapat" lebih banyak?

Suatu dana akhirnya menjadi tertinggi, sedang, atau kecil, ya terserah. Semua tergantung kondisi. Yang penting esensi dana itu kita dapat, saya rasa sudah cukup.

Saya pernah dengar ada orang yang bilang bahwa "melepaskan perasaan benci (pada suatu keadaan atau kebencian pada seseorang)" adalah suatu bentuk dana juga. Hmm cukup menarik...

Offline stephen chow

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.055
  • Reputasi: 37
  • Gender: Male
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #25 on: 22 July 2011, 09:58:30 PM »
wah baru lihat topic saya.. di gempur nih..  :x
Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..

Offline stephen chow

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.055
  • Reputasi: 37
  • Gender: Male
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #26 on: 22 July 2011, 10:25:44 PM »
Saya juga menangkap sisi baik dari cerita itu, tapi menurut saya ada yang mengganjal, sehingga seperti memberi kebaikan di satu sisi, tapi memberikan pola pikir yang salah di sisi lain. Jika dana itu menjadi berharga karena nenek itu miskin, bukankah berarti tidak ada gunanya menjadi orang kaya?


kontroversi mungkin karena masalah miskin cerita ini.. tapi seperti yg telah di sampaikan om Indra adalah pengorbanan.. yg di lakukan adalah pengorbanan dan tulus dalam cerita itu, itulah maksudnya.. tidak peduli dia itu miskin atau kaya, bukan itu intinya..

saya kasih cerita sedikit di film aftershock, mungkin ada yg pernah nonton, ini kisah nyata di tulisnya begitu..  ;D
waktu terjadi gempa dahsyat di cina tahun 2006-2008, saya lupa persis tahunnya, ada seseorang laki-laki yg kaya dalam film itu tapi dia mau berkorban fisik dan tulus mengevakuasi langsung ke tempat kejadian karena mungkin teringat waktu kecil laki-laki ini dan keluarganya pernah tertimpa musibah gempa dahsyat di tahun 70an jadi ingin menolong..
ini orang kaya saja mau seperti itu padahal dia kaya, bisa saja berdana uang saja..  :-?
dana ini mungkin bisa mengalahkan dana uang jika laki-laki itu dana uang saja dan tidak langsung berkorban fisik, jadi uang bukan pengukurannya, apalagi miskin atau kaya..
kisah ini menceritakan orang kaya saja bisa melakukan itu..  8)

ini menurut pikiran saya saja ko Kainyn..  ;D

Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..

Offline stephen chow

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.055
  • Reputasi: 37
  • Gender: Male
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #27 on: 22 July 2011, 10:52:06 PM »
Jadi kalau orang kaya, harus mengorbankan hartanya sampai pada taraf 'gue bakal modar kelaparan nih' baru bisa menyaingi pemberian 1 nasi dari si miskin?

Bukankah ini berarti orang miskin dananya lebih besar dari orang kaya; orang lemah, dana tenaganya lebih baik dari orang kuat; orang bodoh, dana pengajarannya lebih besar dari orang pintar? Apakah Buddha mengajarkan sedemikian mudah berdana bagi orang miskin, lemah, bodoh, dan sejumlah kekurangan lainnya?

Saya tahu kok maksud bro Indra tentang 'pengorbanan', tapi menurut saya, dalam kisah ini tidak dijelaskan dengan baik, dan justru bisa menggiring pada pemahaman salah.

mungkin harus dengan di tambah maanfaat yg baik yg di peroleh penerima dari yg dana..

jika ada yg dana pengorbanan dan tulus tapi pandangannya salah ya bisa tidak bermanfaat.
contoh:
jika ada kelompok perampok, seseorang perampok menolong temannya ketika kaki tertembak polisi, orang ini dengan tulus dan berkorban menolong temannya lari ke tempat yg jauh di hutan untuk menghindari polisi..
karena pandangan salah walaupun berkorban dan tulus tapi tujuannya ke depan buruk makanya dananya impoten..  :))

pengorbanan dan tulus, mungkin harus di tambah pandangan benar, manfaat yg di peroleh..  :)

 _/\_


Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #28 on: 22 July 2011, 11:15:49 PM »
mungkin harus dengan di tambah maanfaat yg baik yg di peroleh penerima dari yg dana..

jika ada yg dana pengorbanan dan tulus tapi pandangannya salah ya bisa tidak bermanfaat.
contoh:
jika ada kelompok perampok, seseorang perampok menolong temannya ketika kaki tertembak polisi, orang ini dengan tulus dan berkorban menolong temannya lari ke tempat yg jauh di hutan untuk menghindari polisi..
karena pandangan salah walaupun berkorban dan tulus tapi tujuannya ke depan buruk makanya dananya impoten..  :))

pengorbanan dan tulus, mungkin harus di tambah pandangan benar, manfaat yg di peroleh..  :)

 _/\_




kenapa impoten? IMO, orang itu telah melakukan perbuatan mulia yaitu menolong orang yg membutuhkan pertolongan, terlepas dari apakah orang itu penjahat atau bukan.

Offline stephen chow

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.055
  • Reputasi: 37
  • Gender: Male
Re: "Dana tertinggi"
« Reply #29 on: 23 July 2011, 08:54:26 AM »
kenapa impoten? IMO, orang itu telah melakukan perbuatan mulia yaitu menolong orang yg membutuhkan pertolongan, terlepas dari apakah orang itu penjahat atau bukan.
Temannya juga orang jahat, sesama perampok.. Jika perampok menolong perampok dari tangkapan polisi, memang menolong tapi bukannya jika tidak di penjara, bisa saja berkeliaran merampok lagi? Walaupun di penjara, terus keluar dari penjara mungkin bisa saja merampok lagi, tapi kan perbuatan jahatnya tertunda karena di penjara..
Mungkin om Indra bisa jelaskan yg benar?
Menjadi Baik adalah moralitas sejati..
Berbuat Baik adalah mungkin sekadar jalan menuju tujuan..
Y.M. Dr. H. Saddhatissa..