//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Messages - mingkhung

Pages: [1] 2 3
1
baru liat nih thread, btw, dede andy fu, itu bikin gbr denah pake software apa? kyknya efektif juga bwt sketch cepet

2
 [at]  Sist waterlily:
ga aneh kok menurut gw, umur 16 udah tertarik agama.
tiap orang kan punya interest terhadap sesuatu, dan itu beda2 masing-masing orang.
kayak gw misalnya, gw interest di science dan humanity. jadi cocok di Buddhisme. karna menurut gw Buddhisme jauh dari kesan mistik, lebih ke science. malah gw udah mengangap Buddhisme itu lebih ke science, dalam arti pengetahuan?kebenaran yang sesungguhnya dari semesta.

mengapa gw bilang demikian? karna,

Pertama, gw udah banyak baca berbagai buku2 Buddhist, dan kesimpulan gw sampai sejauh ini, semua Dhamma yang diajarkan Hyang Buddha itu didapat dari hasil observasi beliau akan semesta itu, yaitu melalui samadhi. ibarat Isaac Newton yang mengemukakan teori gravitasi, lewat penelitian & observasinya terhadap buah apel yang jatuh ke tanah. Jadi, yang diajarkan Buddha itu adalah suatu science, kebenaran.
Samadhi sendiri bukanlah tahayul, tapi suatu alat, cara, karena layaknya science, bisa kita praktekan sendiri dan rasakan manfaatnya langsung, bila mengikuti jalan yang diajarkan Hyang Buddha, tanpa menunggu jawaban dari "Tuhan", Dewa, etc
kalau kamu nanti makin banyak baca buku2 Buddhist, terutama tripitaka, kamu akan sampai satu Kesimpulan, ok, apa yang akan saya perbuat dalam hidup ini, apa yang bisa saya bantu utk orang lain, trus bisa lebih peka dan bijak dalam menghadapi kehidupan, kontrol diri, berpikiran lapang,(jadi ga gampang stress). lebih kritis, lebih hati2 dalam berbuat sesuatu, dll. ibaratnya punya pegangan hidup yang kuat, karna sudah mempunyai pengetahuan akan hukum2 kehidupan.

Kedua, Buddhist kan juga melatih kita untuk berpikiran kritis,seperti yang gw sebut tadi. samadhi sangat membantu loh. hehehe. justru sangat bagus dimulai dari usia muda, karna menjawab kebutuhan usia muda yang selalu berpikiran kritis, dan pengen tahu. gw sendiri juga mulai Mempelajari Buddhisme dari SMP, sampe sekarang udah 23. malah di Universitas gw, yg notabene menekankan ke kr****n, Organisasi mahasiswa Buddhist-nya juga bersemangat, kita sering share, jadi lebih pesat pengetahuan Buddhistnya, trus jadi kerasa kayak 1 family, karna 1 iman. seru sih.

Ketiga, Buddhisme juga ga pernah maksa orang, or cari2 pengikut. hehehe
ini yg gw suka.
Dulu waktu muda, gw juga kepikiran pengen merekrut orang sebanyak2-nya jadi agama Buddha, kalau perlu satu dunia agama Buddha semua. hehehe, trus suka gregetan. kenapa yah, agama lain kok punya banyak cara untuk buat orang masuk agamanya, lewat materi, dll. tapi agama Buddha nggak. makin banyak belajar gw makin sadar kalo Buddhist itu ga pernah memaksa orang masuk lewat janji instan. tapi lebih bagus atas kesadaran sendiri.
percuma juga banyak umat, tapi pengetahuan buddhistnya nol. hehehe bisa dibilang tunggu karma-nya matang, baru bisa tercerahkan sendiri. emang ga bisa dipaksa juga sih, semuanya harus alami.

trus kalo mengenai konsep ketuhanan, kalo dari yang gw tangkep selama ini. yang jelas, menurut agama Buddha, Tuhan itu bukanlah personal, dalam arti tidak ada "sosok individu" yang disebut Tuhan.
yang jelas menurut gw Tuhan itu adalah cuman suatu konsep.
Susah sih menurut gw, Tuhan dituangkan ke dalam kata-kata. gampangnya aja ya, saat ini manusia, science aja baru mengenal 4 dimensi kan : panjang, lebar, tinggi, waktu.
apa semesta ini cuman terdiri dari 4 dimensi? jelas nggak kan! sama aja dengan konsep Ketuhanan. Semesta ini tak berujung loh, tak terukur luasnya. Buddha sendiri aja tak menemukan ujung dari semesta. bisa dibayangin kan.
Apa Tuhan cuman terdiri dari 4 dimensi? jelas ngga mungkin, mungkin ada milyaran, bahkan tak terhitung dimensi yang membentuk konsep ke-Tuhan-an. jadi gimana caranya manusia bisa dengan gampangnya menjelaskan Tuhan?
hehehe. kalo ada yang bilang Tuhan itu individu, berati ya Tuhan cuman 4 Dimensi, ada panjang, lebar, tinggi. hahaha
sama aja kayak konsep Ke-Buddha-an, semesta, Nibbana. terdiri dari dimensi yang tak terhitung, makanya susah dijelaskan kata-kata yang notabene cuman 4 dimensi. kecuali kalau anda sendiri yang samadhi untuk merasakan sendiri  Nibbana. maknyya Buddha ga mau menjelaskan Ketuhanan, karna yah memang ga bisa dijelaskan pake kata-kata yang terbatas 4 dimensi, tapi lebih baik dirasakan langsung.
tapi gampangnya, Buddha kan mengajarkan inti, hakikat tertinggi dari semesta ini adalah kekosongan sejati, Nibbana, jadi yah yang tertinggi di semesta itu yah Nibbana. yah, itu menurut gw konsep ketuhanan dalam agama Buddha.

Kalo Hirarki dalam agama Buddha, menurut gw ga penting yah, kalo ada dalam aliran Buddhist tertentu, itu cuman buatan manusia aja.
Buddha sendiri menentang sistem kasta dan melepaskan kerajaan-nya kok! Tapi Buddha memang mengajarkan umatnya untuk menghormati Buddha, mahluk suci, dan orang yang lebih tua. bukan mendewakan loh ya!

sekian dulu pendapat gw, mohon koreksinya jika ada kesalahan. masih dalam tahap belajar juga soalnya.

3
Sorry, postingan diatas agak berantakan. mau di modify, udah ga bisa. :'(

kesimpulannya:
Dalam Agama Buddha dipercayai adanya 31 Alam Kehidupan yang secara garis besarnya terbagi atas:

4 Alam Kemerosotan (apâyabhûmi) : Neraka, Setan(Peta), Binatang, Asura (iblis)

1 Alam Manusia (manussabhû)

6 Alam Dewa (devabhûmi),:

1. Câtu-mahârâjikâ,

2. Tâvatimsa,

3. Yâmâ,

4. Tusita,

5. Nimmânaratî,

6. Para-nimmitavasavattî.

masing2 tingkatan alam surga tersebut tediri dari  alam-alam surga yang banyak jumlahnya.


16 Alam Brahma Berbentuk (rûpabhûmi), dan

4 Alam Brahma Nirbentuk (arûpabhûmi).

di luar 31 alam kehidupan ini adalah Nibbana (Buddha)  _/\_


4
Ikutan jawab ya,

setau saya kan menurut agama Buddha, ada 31 alam kehidupan.
Mulai dari Alam menderita ; Neraka (Niraya), alam neraka sendiri juga tidak terhitung jumlahnya;
Neraka terbagi menjadi dua bagian, yaitu Neraka Besar (Mahâ-niraya)
dan Neraka Kecil (Ussadaniraya).

Neraka besar terdiri atas delapan alam:
1) Sañjîva
alam kehidupan bagi makhluk yang secara bertubi-tubi dibantai dengan pelbagai senjata; begitu mati langsung terlahirkan kembali di sana secara berulang-ulang hingga habisnya akibat kamma yang ditanggung. Mereka yang suka mempergunakan kekuasaan yang dimiliki untuk menyiksa makhluk lain yang lebih lemah atau rendah kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

2) Kâïasutta
alam kehidupan bagi makhluk yang dicambuk dengan cemeti hitam dan kemudian dipenggal-penggal dengan parang, gergaji dan sebagainya. Mereka yang suka menganiaya atau membunuh bhikkhu, sâmaóera atau pertapa; atau para bhikkhu-sâmaóera yang suka melanggar vinaya kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

3) Saõghâta
alam kehidupan bagi makhluk yang ditindas hingga luluh lantak oleh bongkahan besi berapi. Mereka yang tugas atau pekerjaannya melibatkan penyiksaan terhadap makhluk-makhluk lain, misalnya pemburu, penjagal dan lain-lain kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

4) Dhûmaroruva
alam kehidupan bagi makhluk yang disiksa oleh asap api melalui sembilan lubang dalam tubuh hingga menjerit-jerit kepengapan. Mereka yang membakar hutan tempat tinggal binatang; atau nelayan yang menangkap ikan dengan mempergunakan racun dan sebagainya kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

5) Jâlaroruva
alam kehidupan bagi makhluk yang diberangus dengan api melalui sembilan lubang dalam tubuh hingga meraung-raung kepanasan. Mereka yang suka mencuri kekayaan orangtua atau barang milik bhikkhu, sâmaóera atau pertapa; atau mencoleng benda-benda yang dipakai untuk pemujaan kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

6) Tâpana
alam kehidupan bagi makhluk yang dibentangkan di atas besi membara. Mereka yang membakar kota, vihâra, sekolahan dan sebagainya kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

7) Patâpana
alam kehidupan bagi makhluk yang digiring menuju puncak bukit membara dan kemudian dihempaskan ke tombak-tombak terpancang di bawah. Mereka yang menganut pandangan sesat bahwa pemberian dâna tidak membuahkan pahala, pemujaan kepada Tiga Mestika tidak berguna, penghormatan kepada dewa tidak berakibat, tidak ada akibat dari perbuatan baik maupun buruk, ayah-ibu tidak berjasa, tidak ada kehidupan sekarang maupun mendatang, dan tidak ada makhluk yang terlahirkan dengan seketika kebanyakan akan terlahirkan di alam ini.

8) Avîci
alam kehidupan bagi makhluk yang direntangkan dengan besi membara di empat sisi dan dibakar dengan api sepanjang waktu. Mereka yang pernah melakukan kejahatan terberat, yakni membunuh ayah, ibu atau Arahanta, melukai Sammâsambuddha, atau memecah-belah pasamuan Saõgha niscaya akan terlahirkan di alam ini. Avîci kerap diang-gap sebagai alam kehidupan yang paling rendah.

Neraka kecil terdiri atas delapan alam:

1) Angârakâsu
alam neraka yang terpenuhi oleh bara api

2) Loharasa
alam neraka yang terpenuhi oleh besi mencair

3) Kukkula:
alam neraka yang terpenuhi oleh abu bara

4) Aggisamohaka
alam neraka yang terpenuhi oleh air panas

5) Lohakhumbhî
alam neraka yang merupakan panci tembaga

6) Gûtha
alam neraka yang terpenuhi oleh tahi membusuk

7) Simpalivana
alam neraka yang merupakan hutan pohon ber-duri

8) Vettaranî
alam neraka yang merupakan air garam berisi duri rotan.

alam Binatang (Tiracchâna); Alam Binatang 'Tiracchâna' terbentuk atas dua kosakata, yaitu 'tiro' yang berarti 'melintang, membujur', dan 'acchâna' yang berarti 'pergi, berjalan'. Tiracchâna atau binatang adalah suatu makhluk yang umumnya berjalan dengan melintang atau membujur, bukan berdiri tegak seperti manusia.
Dengan pengertian lain, binatang disebut Tiracchâna karena merintangi
jalan menuju pencapaian Jalan dan Pahala. Binatang sesungguhnya tidak
mempunyai alam khusus milik mereka sendiri melainkan hidup di alam
manusia. Binatang memiliki hasrat untuk menikmati kesenangan inderawi
serta berkembang-biak; naluri untuk mencari makan, bersarang, dan
sebagainya; dan perasaan takut mati, mencintai kehidupannya. Binatang
tidak mempunyai kemampuan untuk membedakan kebajikan dari kejahatan,
kebenaran dari kesesatan, dan sebagainya (dhammasaññâ, conscience) kecuali kalau terlahirkan sebagai calon Buddha (bodhisatta) yang sedang memupuk kesempurnaan. Bodhisatta tidak akan terlahirkan sebagai binatang yang lebih kecil dari burung puyuh [semut misalnya] atau lebih besar dari gajah [dinosaurus misalnya].

Binatang mempunyai banyak jenis yang tak terhitung jumlahnya, namun secara garis besarnya dapat dibedakan menjadi Empat Macam, yakni:

1. yang tak berkaki seperti ular, ikan, cacing dan lain-lain (apada),

2. yang berkaki dua seperti ayam, bebek, burung dan lain-lain (dvipada),

3. yang berkaki empat seperti gajah, kuda, kerbau dan lain-lain (catuppada),

4. yang berkaki banyak seperti kelabang, udang, kepiting dan lain-lain
(bahuppada).

Setan (Peta) ,Setan terbagi menjadi empat jenis, yakni:

1. yang hidup bergantung pada makanan pemberian orang lain dengan cara penyaluran jasa dan sebagainya (paradattupajîvika),

2. yang senantiasa kelaparan, kehausan dan kekurangan (khuppîpâsika),

3. yang senantiasa terberangus (nijjhâmataóhika),

4. yang tergolong sebagai iblis atau makhluk yang suram (kâlakañcika).

Jenis yang pertama itu dapat menerima penyaluran jasa karena mereka
bertinggal di sekitar atau di dekat manusia, sehingga dapat mengetahui
pemberian ini dan beranumodanâ [menyatakan kenuragaan atas kebajikan yang diperbuat oleh makhluk lain]. Apabila tak tahu dan tak beranumodanâ, penyaluran jasa ini tidak dapat diterima. Orang yang pada saat-saat menjelang kematian mempunyai ke-31 melekatan yang amat kuat pada kekayaan, harta benda, sanak-keluarga, dan sebagainya niscaya akan terlahirkan di alam setan ini.

Dalam Vinaya dan Lakkhaóa-samyutta, disebutkan adanya 21 macam setan, yaitu:

1. yang hanya bertulang tanpa daging (aööhisaõkha-sika),

2. yang hanya berdaging tanpa tulang (maõsapesika),

3. yang berdaging benjol (maõsapióòa),

4. yang tak berkulit (nicchavirisa),

5. yang berbulu seperti pisau (asiloma),

6. yang berbulu seperti tombak (sat-tiloma),

7. yang berbulu seperti anak panah (usuloma),

8. yang berbulu seperti jarum (sûciloma),

9. yang berbulu seperti jarum jenis kedua (duti-yasûciloma),

10. yang berpelir besar (kumbhaóòa),

11. yang terbenam dalam tahi (gûthakûpanimugga),

12. yang makan tahi (gûthakhâdaka),

13. yang berjenis betina tanpa kulit (nicchavitaka),

14. yang berbau busuk (duggandha),

15. yang bertubuh bara api (ogilinî),

16. yang tak berkepala(asîsa),

17. yang berperawakan seperti bhikkhu,

18. yang berperawakan seperti bhikkhunî,

19. yang berperawakan seperti calon bhikkhunî(sikkhamâna),

20. yang berperawakan seperti sâmanera,

21. yang berperawakan seperti sâmanerî.

Sementara itu, Kitab Lokapaññatti serta Chagatidîpanî menyebutkan
adanya 12 macam setan, yaitu:

1. yang makan ludah, dahak dan mun-tahan(vantâsikâ),

2. yang makan mayat manusia atau binatang(kuópâsa),

3. yang makan tahi (gûthakhâdaka),

4. yang berlidah api(ag-gijâlamukha),

5. yang bermulut sekecil lubang jarum (sûcimukha),

6. yang terdorong keinginan tiada habis (taóhaööita),

7. yang bertubuh hitam pekat (sunijjhâmaka),

8. yang berkuku panjang dan runcing (satthaõga),

9. yang bertubuh sangat besar (pabbataõga),

10. yang bertubuh seperti ular piton (ajagaraõga),

11. yang menderita di siang hari tetapi menikmati kesenangan surgawi di malam hari (vemânika),

12. yang memiliki kesak-tian(mahiddhika).

d) Alam Iblis 'Asurakâya' terbentuk atas tiga kosakata, yaitu 'a' yang merupakan unsur pembalik, 'sura' yang berarti 'cemerlang, gemilang', dan 'kâya' yang berarti 'tubuh'. Namun, yang dimaksud dengan 'tak cemerlang' di
sini bukanlah tidak adanya cahaya yang memancar dari tubuh, melainkan
suatu kehidupan yang merana dan serba kekurangan sehingga membuat
batin tidak berceria. Istilah 'asura' mungkin juga berasal dari kisah
kejatuhan dari Surga Tâvatimsa [terkalahkan oleh Sakka dan pengikutnya]
akibat minuman memabukkan (surâ). Sejak itu, mereka bersumpah untuk
tidak meminumnya lagi. Karena sebelumnya pernah bertinggal di alam
kedewaan, asurakâya kadangkala juga disebut sebagai 'pubbadevâ'. Asurakâya atau iblis terbagi menjadi tiga macam, yaitu:

1. iblis berupa dewa(deva-asurâ)

2. iblis berupa setan (peti-asurâ),

3. iblis berupa penghuni neraka (niraya-asurâ).

Deva-asurâ terdiri atas vepacitti, râhu, subali,pahâra, sambaratî, dan vinipâtika. Peti-asurâ terdiri atas kâlakañcika,vemânika, dan âvuddhika. Niraya-asurâ hanya terdiri atas satu jenis, yaitu yang menderita kelaparan dan hidupnya bergelantungan seperti kelelawar.
satu alam manusia dan alam bahagia alam bahagia.
Disebutkan ada enam tingkat alam surga (Deva):

1. Câtu-mahârâjikâ,
2. Tâvatimsa,
3. Yâmâ,
4. Tusita,
5. Nimmânaratî,
6. Para-nimmitavasavattî

1) Alam Câtumahârâjikâ adalah suatu alam surgawi paling rendah yang berada dalam kekuasaan empat raja dewa, yakni: Dhataraööha, Virudhaka,
Virûpakkha, dan Kuvera. Empat raja dewa ini juga dipercayai sebagai pelindung alam manusia, dan karenanya dikenal dengan sebutan 'Catulokapâla'. Dalam Kitab Lokîyapakaraóa, empat dewa pelindung dunia ini dipanggil sebagai Inda, Yama, Varuóa dan Kuvera. Berdasarkan tempat tinggalnya, para dewa-dewi tingkat Câtumahârâjikâ terbagi atas tiga, yaitu:

1. yang berada di daratan (bhumattha),

2. yang berada di po-hon(rukkha).Dalam Kitab Ulasan atas Dhammapada dan Buddhavamsa, para dewa-dewi yang hidup di pohon dimasukkan dalam kelompok bhummattha.

3. yang berada di angkasa (âkâsaööha).

Empat raja dewa serta beberapa dewa lainnya mempunyai 'istana' (vimâna)
khusus bagi diri mereka masing-masing. Bagi yang tak mempunyai istana secara khusus, gunung, sungai, lautan, pohon yang ditinggali itulah istana bagi mereka. Kehidupan di Câtumaharâjikâ berlangsung selama 500 tahun dewa atau kira-kira sembilan juta tahun manusia (Perbandingan usia di alam-alam surga tidaklah sama, tergantung tingkatannya. Satu hari di alam surga tertentu berbanding satu abad di alam manusia, dan ada pula yang lebih lama lagi).

Para dewa-dewi di tingkat Câtumahârâjikâ ada yang cenderung berhati jahat, yaitu:

1. Gandhabbo/Gandhabbî: yang berada di pohon-pohon berbau harum, yang belakangan mungkin dikenali oleh orang-orang Jawa sebagai 'gondoruwo'. Makhluk halus ini sangat melekati tempat tinggalnya. Walaupun pohon tempat tinggalnya ditebang, ia masih tetap mengikuti ke mana pohon itu dipindahkan tidak seperti rukkhadeva lainnya, yang akan mengungsi ke pohon lain yang masih hidup,

2. Kumbhanno/Kumbhannî: penjaga harta pusaka, hutan, dan sebagainya,

3. Nâgo/Nâgî: naga yang memiliki kesaktian, yang mampu menyalin rupa dalam wujud makhluk lain seperti manusia, binatang dan sebagainya,

4. Yakkho/Yakkhinî: raksasa yang gemar menganiaya para penghuni neraka.

2) Alam Tâvatimsa adalah alam surgawi tingkat kedua. Alam ini sebelumnya merupakan tempat tinggal para asurakâya. Nama 'Tâvatimsa' baru dipakai setelah 33 pemuda di bawah pimpinan Mâgha, yang terlahirkan kembali di sini akibat kebajikan yang dilakukan bersama-sama, berhasil menyingkirkan para asurakâya.

Para dewa-dewi di Tâvatimsa terbagi menjadi dua kelompok, yaitu

1) Bhummaööha: Sakka beserta 32 dewa pembesar,

2) Âkâsaööha: yang bertinggal dalam istana di angkasa.

Ibukota Tâvatimsa ialah Masakkasâra. Balai Sudhamma menjadi tempat
bagi para dewa-dewi untuk memperbincangkan Kebenaran Dhamma di
bawah asuhan Sakka (Beliau berhasil meraih kesucian tingkat Sotâpatti setelah mendengarkan Brahmajâla Sutta). Brahmâ Sanamkumâra kerap menjadi tamu pembabar Dhamma di sini. Buddha Gotama pernah berkunjung ke alam ini, dan bertinggal selama tiga bulan untuk mewejangkan Abhidhamma kepada ibunda-Nya, yang terlahirkan kembali sebagai putra dewa di alam Tusita. Moggallâna Thera juga pernah beberapa kali pergi ke alam ini, dan dari sejumlah penghuninya, beliau memperoleh kesaksian atas perbuatan-perbuatan bajik yang membawa mereka terlahirkan kembali di sini. Kebajikan ini antara lain ialah merawat ayah-ibu, menghormat sesepuh dalam keluarga, berbicara lemah lembut, menghindari penghasutan, mengikis kekikiran, bersifat jujur, menahan marah. Usia rata-rata para dewa-dewi yang terlahirkan di alam Tâvatimsa ialah 1,000 tahun dewa atau kira-kira 36 juta tahun manusia.

3) Yâmâbhûmi adalah alam surgawi tingkat ketiga, menjadi tempat bagi para dewa-dewi yang terbebas dari segala kesukaran, yang terberkahi
dengan kebahagiaan surgawi. Pemegang kekuasaan dalam alam ini ialah Suyâma. Alam ini berada di angkasa. Dalam alam ini dan tingkat yang lebih tinggi, tidak ada dewa-dewi yang tergolong sebagai bhum-mattha yang bertinggal di daratan. Istana, harta serta tubuh para dewa-dewi di alam ini jauh lebih indah dan halus daripada yang bertinggal di Tâvatimsa. Rentang hidup mereka ialah 2,000 tahun dewa atau kira-kira 142 juta tahun manusia.

4) Tusitabhûmi adalah alam surgawi tingkat keempat. Para dewa-dewi yang hidup di alam ini senantiasa berceria atas keberadaan yang dimiliki. Semua Bodhisatta, sebelum turun ke dunia dan meraih Pencerahan Agung, terlahirkan di alam ini untuk menanti waktu yang tepat bagi kemunculan seorang Buddha. Demikian pula mereka yang akan menjadi orangtua serta Siswa Utama (Aggasâvaka). Sekarang ini, Bodhisatta Metteyya yang akan menjadi Sammâsambuddha setelah ajaran Buddha Gotama punah dari muka bumi ini sedang berada di alam ini. Usia rata-rata di alam ini ialah 4,000 tahun dewa atau kira-kira 567 juta tahun manusia.

5) Nimmânaratîbhûmi adalah alam surgawi tingkat kelima. Para dewa-dewi di alam ini menikmati kepuasan inderawi sebagaimana yang diciptakan sendiri sesuka hati mereka. Rentang hidup para dewa-dewi di alam ini ialah 8,000 tahun dewa atau kira-kira 2,304 juta tahun manusia.

6) Paranimmittavasavattî adalah alam surgawi tingkat terakhir. Apabila para dewa-dewi di alam Nimmânaratî menikmati kepuasan inderawi sebagaimana yang diciptakan sendiri sesuka hati mereka, para dewa-dewi di alam ini menikmatinya dari apa yang diciptakan atau disediakan oleh yang lain, yang tahu kebutuhan serta keinginan mereka. Usia rata-rata di alam ini ialah 16,000 tahun dewa atau kira-kira 9,216 juta tahun manusia.

16 tingkat alam Brahma; serta empat tingkat alam Arupa;

Rûpabhûmi merupakan suatu alam tempat kemunculan 'rûpâvacaravipâkacitta' atau kesadaran akibat yang lazim berkelana dalam alam brahma berbentuk. Dengan perkataan lain, rûpabhûmi adalah suatu alam tempat kelahiran jasmaniah serta batiniah para brahma berbentuk. Yang dimaksud dengan brahma ialah makhluk hidup yang memiliki kebajikan khusus yaitu berhasil mencapai pencerapan Jhâna yang luhur. Jhâna dihasilkan dari pengembangan Samatha Kammaööhâna meditasi pemusatan batin pada satu objek demi tercapainya ketenangan.

Alam brahma terdiri atas 16 alam, yakni:

1. tiga alam bagi peraih Jhâna pertama (paöhama),

2. tiga alam bagi peraih Jhâna kedua (dutiya),

3. tiga alam bagi peraih Jhâna ketiga (tatiya),

4. dua alam bagi peraih Jhâna keempat(catuttha),

5. dan lima alam Suddhâvâsa.

Pathamajhânabhûmi, Tiga alam bagi peraih Jhâna pertama ialah:

1. Pârisajjâ: alam ke-hidupan bagi brahma pengikut, yang tidak memiliki
kekuasaan khusus,

2. Purohitâ: alam kehidupan bagi brahma penasihat, yang berkedudukan tinggi sebagai pemimpin dalam kegiatan-kegiatan,

3. Mahâbrahmâ: alam kehidupan bagi brahma yang memiliki kebajikan khusus
yang besar.

Dutiyajhânabhûmi, Tiga alam kehidupan bagi peraih Jhâna kedua atau Jhâna ketiga ialah

1. Parittâbhâ: alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya lebih sedikit daripada brahma yang berada di atasnya,

2. Appamâóâ: alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya cemerlang nirbatas,

3. Âbhassarâ: alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya menyebar luas
dari tubuhnya.

Tatiyajhânabhûmi, Tiga alam bagi peraih Jhâna keempat ialah

1. Parittasubhâ: alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya indah tapi lebih
sedikit daripada brahma yang berada di atasnya,

2. Appamâóasubhâ: alam kehidupan bagi brahma yang bercahaya indah nirbatas,

3. Subhakióhâ: alam kehi-dupan bagi brahma yang bercahaya indah di sekujur
tubuhnya.

Catutthajhânabhûmi, Dua alam bagi peraih Jhâna kelima ialah:

1. Vehapphalâ: alam kehidupan bagi brahma yang berpahala sempurna,
yang terbebas dari se-gala bahaya,

2. Asaññasatta: alam kehidupan bagi brahma yang bertumimbal lahir dalam
wujud materi berasal dari perbuatan saja(kammajarûpa). Dalam alam ini sama sekali tidak ada unsur batiniah. Kelahiran di alam brahma ini terjadi karena pengembangan perenungan yang memacak terhadap unsur batiniah yang menjijikkan sehingga tak menghasratinya (saññâvirâgabhâvanâ). Karena tidak dilengkapi dengan unsur-unsur batiniah, di alam ini sama sekali tidak ada kesempatan untuk mengembangkan kebajikan. Makhluk-makhluk yang terlahirkan secara jasmaniah hanya sekadar menghabiskan akibat perbuatan lampaunya. Delapan jenis suciwan tidak akan terlahirkan dalam alam ini.

Suddhâvâsabhûmi adalah suatu alam kehidupan bagi mereka yang telah terbebas dari nafsu birahi (kâmarâga) dan sebagainya, yaitu para Anâgâmî yang berhasil meraih pencerapan Jhâna kelima. Makhluk-makhluk lain yang belum mencapai kesucian tingkat Anâgâmî, meskipun berhasil meraih pencerapan Jhâna kelima, tidak akan terlahirkan di alam ini. Di sinilah para Anâgâmî akan meraih kesucian tingkat Arahatta. Para Bodhisatta tidaklah pernah terlahirkan di alam ini sebab makhluk-makhluk yang terlahirkan di alam ini tidak akan terlahirkan kembali di
alam-alam lain yang lebih rendah. Kadangkala, ketika tidak ada Buddha
yang muncul dalam kurun waktu yang lama, alam ini kosong melompong tanpa penghuni.

Alam ini terbagi menjadi lima tingkat, yaitu:

1. Avihâ: alam kehidupan bagi brahma yang tidak meninggalkan tempat tinggalnya hingga habisnya usia,

2. Atappâ: alam kehidupan bagi brahma yang se-nantiasa berada dalam
ketenangan yang menyejukkan,

3. Sudassâ alam kehidupan bagi brahma yang tubuhnya bercahaya sangat
indah menawan hati,

4. Sudassî: alam kehidupan yang lebih sempurna dalam penglihatan daripada
alam Sudassâ,

5. Akanitthâ: alam kehidupan bagi brahma yang terlengkapi dengan harta
surgawi serta kebahagiaan yang tak ter-tandingi oleh alam mana pun. Ini merupakan alam tertinggi bagi para suciwan.

Para Anâgâmî yang berkemampuan menonjol dalam bidang keyakinan (saddhindrîya) niscaya terlahirkan kembali di alam Avihâ; semangat (viriyindrîya) di alam Atappâ; penyadaran jeli (satindrîya) di alam Sudassâ; pemusatan (samâdhindrîya) di alam Sudassî; kebijaksanaan (paññindrîya) di alam Akanitthâ.

Empat Alam Brahma Nirbentuk (arûpabhûmi)

Arûpabhûmi merupakan suatu alam tempat kemunculan empat unsur batiniah yakni kesadaran akibat yang lazim berkelana dalam alam brahma nirbentuk (arûpâvacaravipâkacitta). Dengan perkataan lain, arûpabhûmi adalah suatu alam tempat kelahiran batiniah para brahma nirbentuk. Meskipun disebut sebagai suatu 'alam' yang mengacu pada tempat atau bentuk, di sini sesungguhnya sama sekali tidak ada unsure jasmaniah sehalus apa pun dan dalam wujud apa pun. Sebutan ini terpaksa dipakai untuk dapat mengacu pada kemunculan serta keberadaan unsur-unsur batiniah tersebut. Kelahiran di alam brahma nirbentuk ini terjadi karena pengembangan perenungan yang memacak terhadap unsur jasmaniah yang menjijikkan sehingga tak menghasratinya (rûpavirâgabhâvanâ).

 Nah, setau saya dari enam tingkat alam surga tersebut, pada tiap tingkatnya ada begitu bayak alam-alam surga, begitu juga dengan alam brahma, alam arupa. dll Kesemua alam bahagia itu adalah merupakan alam yang dapat dicapai seseorang dengan bekal PERBUATAN BAIK, pelaksanaan sila dan samadhi di luar 31 alam kehidupan itu ya Nibbana.

Kutip dari :http://www.nshi.org/Buddhisme/Indonesia%20Buddhisme/31-Alam-Kehidupan.htm
 

5
Kaki Lima / Re: rupang buddha pindapatta
« on: 05 April 2011, 01:23:26 PM »
saya mau dong rupang buddhanya yg warna gold. harga plus ongkirnya jd brp? bisa sms ke no saya di; 087771999389

7
Tolong ! / Re: Mohon bantuan untuk Bhante Khemadharo
« on: 22 August 2010, 06:30:11 PM »
sy juga baru dapet info dari KMVB, mungkin bagi rekan2 yang ingin cek kebenarannya, bisa langsung cek ke rumah sakit yang disebutkan di atas.



8
Tolong ! / Mohon bantuan untuk Bhante Khemadharo
« on: 22 August 2010, 05:35:37 PM »
Saya bantu terusin info ini:

Bhante Khemadharo, salah satu Bhikkhu di vihara Buddha Metta Arama mengalami kondisi koma, dikarenakan pecahnya pembuluh darah di otak. Tim dokter telah melakukan operasi otak untuk mengambil gumpalan darah di dalam otak, saat ini Bhikkhu Khemadharo masih dalam kondisi kritis di ruang ICU lantai 3, di RS St.Carolus, Jakpus.
Demi kesembuhan Bhikkhu Khemadharo kami mohon doa dan dukungannya, Bagi anda yang ingin berdana untuk pengobatan Bhikkhu Khemadharo dapat menyalurkan dana ke  : BCA KCP Gondangdia Lama, ac: 4551222696  atas nama Phra Kamsai Pomsiri dan Sutrisno.


Anumodana

 _/\_


9
semoga kita semua selaku umat Buddha tetap menjaga kesopanan dalam hal menjunjung tinggi nama guru Sidharta gautama Sakyamuni Buddha , selaku  seorang samma sambuddha yang suci dan agung.

Penggunaan atau pencatutan nama beliau untuk hal-hal dan peristiwa atau lelucon yang tidak pantas akan mendatangkan kamma buruk yang besar.

dan satu point yang paling penting yang ingin saya tambahkan, seseorang bisa dikatakan Sammasambuddha apabila ia mencapai pencerahan sempurna atas daya upaya sendiri (usaha sendiri) tanpa bimbingan/ ajaran/ Dhamma mahluk lain. dimana kita tahu bahwa saat kemunculan seorang Sammasambuddha tidak ada/ tidak dikenal Dhamma Sammasambuddha sebelumnya. 

oh, betapa agungnya gelar seorang Sammasambuddha, dihormati dan disegani oleh seluruh mahluk di alam semesta ini, kemunculannya yang sangat langka bagaikan bunga udumbara yang sangat langka di semesta ini.
Para Dewa dan suciwan menghormati dan memujinya namun manusia yang dihinggapi kebodohan dan kekotoran batin mencemarkan dan meremehkannya.

10
semoga anda (saudara indra_hong) dapat mencapai pencerahan di bawah bimbingan guru anda. ehipassiko adalah hal yang terutama.  _/\_

sabbe satta bhavantu sukhitatta.

semoga kita berbahagia di jalan kita masing-masing.

11
kalau mengacu pada saudara Edward, berati jelas sudah, bahwa persepsi saya dan anda (saudara indra hong) sangat berbeda, meskipun kita adalah sama-sama seorang umat Buddha, ternyata jalan yang kita tempuh jauh berbeda.
Definisi anutara samyaksamboddhi menurut tantra tibet yang diklaim telah dicapai guru anda jelas merupakan sebuah lelucon untuk dibandingkan dengan pencapaian guru agung saya selaku seorang Sammasambuddha.

satu hal yang pasti bisa saya simpulkan pada diskusi saya dengan anda (sudara indra hong), guru anda jelas bukan seorang Sammasambuddha. maka akan sangat tidak sopan apabila guru anda telah mengklaim diri minum kopi bareng seorang sammasambuddha di sebuah kafe, ini jelas-jelas merupakan sebuah guyonan yang sangat tidak masuk akal dan melukai hati saya sebagai seorang umat Buddha.

kafe bukanlah tempat yang pantas dikunjungi oleh seorang Bhikku yang melatih diri, apalagi seorang Sammasambuddha yang begitu suci dan agung, guru junjungan para Dewa dan manusia?

Dengan demikian diskusi saya dengan anda (saudara indra hong) selesai sampai disini.

12
Bahkan para dewa, Bodhisattva, Brahma, Asura, gandarva, peta semua menujukkan perhormatan tertinggi kepada Tathagata agung Sidharta agung sakyamuni Buddha. tanpa perlu diundangpun, mereka semua memuja dan ingin mendengarkan Dhamma Buddha.

sekali lagi, kembali ke fokus kita, apakah sebetulnya definisi dari Anuttara Samyak samboddhi itu?
Hingga Lsy yang mengklaim telah mencapai anuttara samyak samboddhi dengan bangganya mengatakan kepada semua orang pernah mengajak Tathagata Agung siddharta agung Sakyamuni Buddha minum kopi di kafe?

bahkan Maha BrahmaSahampati selaku penguasa semesta ini saja masih menunjukkan penghormatan tertinggi kepada Buddha. Dan tidak pernah mengklaim dirinya pernah makan bersama Hyang Buddha. Ia beranjali merangkapkan kedua tangan nya memohon Hyang Buddha untuk mengajarkan Dhamma, demi keselamatan mahluk-mahluk di dunia ini.

bahkan Sidharta Gautama sebagai sammasambuddha tidak pernah mengklaim dirinya pernah makan atau minum bareng sammasambuddha Kasyapa, atau sammasambuddha Vipasyin  sebagai sammasambuddha terdahulu.

13
LSY tidak dapat anda Bandingkan dengan Tathagata agung Siddharta Agung Sakyamuni Buddha. bagaikan mambandingkan segenggam pasir dengan gunung Himalaya.

memang ada begitu banyak aliran-aliran pada Zaman Sakyamuni Buddha, namun Hyang Tathagata agung Sakyamuni Buddha menaklukan mereka dengan kekuatan kebijaksanaan. waktu telah membuktikan bahwa Hyang Buddha dengan teladan yang luar biasa melatih murid-muridnya untuk selalu mawas dalam pelatihan diri. dengan kekuatan samadhi akan menghasilkan  kewibawaan, kebijaksanaan dan pengetahuan yang luas yang membawa kepada pencerahan sempurna. Tempat-tempat yang didiami Buddha selalu sunyi dan murid-murid anggota Sangha Buddha sangat memperhatikan dan menjaga perilaku mereka sesuai Dhamma, seperti hidup sederhana, tidak menunjukkan kesaktian apapun, oleh sebab itulah kebijaksanaan dan kewibawaan terpancar keluar pada diri mereka yang membuat kagum semua orang yang melihatnya.   

14
Sebetulnya saya tidak sepenuhnya menentang LSY, jika kita positive thinking sajalah, mungkin maksud LSY itu baik, ingin menyebarluaskan ajaran Buddha, ingin memperbanyak umat  Buddha, tapi kita harus melihat dulu, apakah cara yang digunakan itu sesuai dengan Dharma Buddha. kalau tidak sesuai, malah nanti akan menjerumuskan umat-umat yang bersadhana di bawah bimbingan LSY.

15
saudara indra hong, jika anda menanyakan saya secara rinci judul sutta mana yang saya baca, itu berati anda harus memberi saya waktu untuk mencari - cari  dan meneliti lagi setiap judul sutta yang pernah saya baca. sebab saya bukan Bhikku atau seorang ahli Tipitaka yang hafal semua isi Tipitaka, saya hanya umat awam biasa yang mempelajari ajaran Buddha. mungkin ada rekan-rekan di forum ini yang bersedia membantu saya?

kalau anda menanyakan tentang anuttara samyak samboddhi, ini juga yang saya bilang kita perlu samakan dahulu persepsinya, kalau persepsi saya  mengacu pada ajaran Buddha Sidharta Gautama, bukankan tingkatan anuttara Samyak samboddhi itu berati adalah menjadi seorang Sammasambuddha? kalau persepsi menurut anda bagaimana? silakan disanggah jika anda tidak setuju dengan point ini, persepsi anda mengacu pada ajaran siapa?

Pages: [1] 2 3