//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Show Posts

This section allows you to view all posts made by this member. Note that you can only see posts made in areas you currently have access to.


Topics - Wijayananda

Pages: [1]
1
Dengan diberkati oleh Guru Buddha, Shih
Chao-Hwei, pasangan wanita bernama Yu
Ya-ting dan Huang Mei-yu resmi menjadi
pasangan lesbian pertama yang menikah
secara legal di Taiwan, yang menikah secara
resmi dalam sebuah upacara Budha di
hadapan 100-an tamu undangan pada 11
Agustus 2012 yang lalu.
Pernikahan berlangsung di sebuah biara
Budha di Guanyin Township, Taoyuan
county. Meskipun pernikahan dihadiri oleh
banyak dari kalangan tamu undangan, tatapi
kedua orang tua pasangan ini menolak untuk
hadir di acara kontroversial ini.
Ketidakhadiran orang tua pasangan ini
mengingatkan mereka bahwa pernikahan
sesama jenis ini tidak begitu diterima secara
luas oleh kebanyakan masyarakat.
"Orang tua saya sudah tahu orientasi
seksual saya selama bertahun-tahun, namun
pada awalnya, mereka tidak bisa benar-
benar menerimanya," kata Huang kepada
media sebelum acara prosesi pernikahan
berlangsung. "Orang tua kami awalnya
setuju untuk datang ke pernikahan kami,
tetapi mereka merasa tidak siap untuk
ekspos media, sehingga mereka
memutuskan untuk tidak datang," kata
Huang sebagaimana dikutip
TaipeiTimes.com
Walaupun pernikahan mereka direstui oleh
seorang guru Budha, tetapi pernikahan
mereka ini tidak diakui secara legal secara
hukum kenegaraan setempat. Pasangan ini
telah menulis sebuah surat terbuka kepada
Presiden Ma Ying-jeou dan mendesak
pemerintah untuk mengakui pernikahan
sesama jenis sesegera mungkin.

2
Ajahn Brahm Tour d'Indonesia 2013 oleh Ehipassiko Foundation
Hari ini, 19 Maret 2013, jam 19.00 WIB
Di Grand Ocean Hall, Medan.

Ceramah juga dapat didengarkan LIVE di: City Radio Medan 95.9 FM
Atau Live Streaming di: www.cityradio959fm.co.id
(Utk pengguna speedy dan ISP lokal, silakan pilih Server Indonesia utk kualitas lebih bagus, untuk luar negeri silakan pilih Server Internasional)
Utk pengguna blackberry dan smartphone lainnya: m.cityradio959fm.co.id

Mohon disebar, terutama untuk yang tidak kebagian tiket, agar banyak orang dapat mencicipi indahnya kebajikan dan menjadi lebih bahagia.

Love You.

3
Seremonial / happy new year 2013 to all dc member
« on: 31 December 2012, 07:32:40 PM »
Di baca ya:)!! 
Gk kerasa tahun 2012  mau habiss:D!!

Buat Keluarga : Kalian lah yg terpenting dalam hidup ku:* 

Buat Pacar : Ketahui lah bahwa aku benar'' sayang sama kamu dan akan mencoba menjadi yg terbaik buat kamu

Buat Mantan : Maaf jika waktu itu aku ga bisa ngelakuin yang terbaik buat kamu ;>

Buat Sahabat : Jangan lupain aku ya, bila suatu saat kita pisah :D

Buat Temen : Maaf ya kalo aku punya salah, yg disengaja maupun engga disengaja :)

Buat Musuh : Maaf bila selama ini aku selalu salah dihadapan kamu :D

Buat yg sayang sama aku: Aku juga sayang sama kamu:p

Buat org yg prnah mnykiti aku;
Makasih ya krna udh mngajari aku arti kesabaranO:)

Buat yg gak kenal ama aku : Terima kasih sudah setia save aku di kontak kalian,walau pun kadang aku bikin kalian marah,suka BC yg gak"

Mksihkalian udh ad d'hidupku,yg menjadikan tahun 2012 ku jd indah...:)

happy new year 2013..

4
1. Hal terpenting dalam
bermeditasi adalah
memiliki sikap mental
yang benar. Untuk itu :
Jangan terlalu
memfokus,
Jangan mengendalikan,
Jangan ingin
menghasilkan apa-apa,
Jangan memaksakan
diri.
2. Jangan berusaha
menciptakan apa-apa,
Tetapi jangan juga
berusaha mengenyahkan
sesuatu.
Jangan lalai terhadap
apa yang muncul dan
lenyap.
Ketahuilah apa yang
terjadi.
3. Berusaha
memunculkan sesuatu
adalah lobha
( keserakahan )
Berusaha mengenyahkan
sesuatu adalah dosa
( kebencian )
Tidak mengetahui apa
yang muncul dan lenyap
adalah moha
( kebodohan batin ).
4. Hanya jika batin tidak
memiliki lobha, dosan
dan soka ( kegelisahan )
barulah akan muncul
batin yang mengamati.
5. Seyogianyalah
mengecek berulang-kali
sikap mental Anda
dalam bermeditasi.
6. Yang baik, diamati
saja.
Yang buruk, pun diamati
saja.
7. Hanya menginginkan
yang baik,
Yang jelek. tidak
diinginkan, walaupun
secuil saja.
Apakah ini adil? Apakah
ini sesuai dengan
Dhamma ( ajaran
Buddha ) ?
8. Jangan mengharapkan
apa-apa,
Jangan menginginkan
sesuatu,
Apabila sikap mental
demikian hadir dalam
batin Anda, maka Anda
pun takkan kesulitan
dalam bermeditasi.
9. Mengapa Anda
memfokus sedemikian
kuatnya?
Tampaknya ada
sesuatu : ingin
memunculkan sesuatu?
Menginginkan sesuatu?
Ingin mengenyahkan
sesuatu?
10. Apabila batin Anda
menjadi lelah berarti
ada sesuatu yang tidak
beres dalam meditasi
Anda.
11. Anda takkan dapat
bermeditasi dengan
batin yang tegang.
12. Apabila baik batin
maupun jasmani
menjadi kelelahan,
maka perlu memeriksa
kembali batin Anda,
apakah sikap mental
Anda sudah betul?
13. Meditasi adalah
menunggu dan
mengamati dengan
penuh kewaspadaan
( sati ) dan pemahaman
jernih ( Sampajannya ),
bukan berfikir, bukan
merenung, pun bukan
menilai.
14. Anda takkan dapat
bermeditasi dengan
batin yang
menginginkan sesuatu
atau menghasilkan
sesuatu, karena yang
didapatkan hanyalah
kelelahan.
15. Seyogianyalah
bermeditasi dengan
batin yang santai dan
damai.
16. Baik batin maupun
jasmani seyogianya
dalam keadaan rileks
dan nyaman.
17. Seyogianyalah
bermeditasi dengan
batin yang bebas dan
ringan tidak
mengkhawatirkan apa
pun.
18. Meditasi adalah
menerima apa saja yang
muncul, baik atau jelek,
kemudian amati dengan
santai.
19. Batin Anda sedang
melakukan apa? Sedang
berfikir atau sedang
sadar-waspada?
20. Batin Anda sedang
berada dimana? Di
dalam atau di luar?
21. Apakah " batin yang
mengetahui", "batin
yang mengamati",
sungguh-sungguh
mengetahui atau hanya
mengetahui ala
kadarnya?
22. Bukanlah berusaha
memunculkan apa yang
Anda inginkan
melainkan berusaha
mengetahui yang terjadi
sebagaimana adanya.
23. Pikiran/ lamunan
bukanlah suatu
gangguan. Bukan
berusaha untuk
menghilangkan pikiran,
tetapi berusahalah
untuk mengetahui
kemunculan pikiran ini.
24. Bukanlah menolak
objek yang muncul,
melainkan singkirkanlah
kilesa ( kekotoran
batiniah ) yang muncul
yang datang menyusul
setelah kemunculan
objek, dengan cara
mengetahui/menyadari
dan mengamati kilesa
tersebut.
25. Dengan adanya
saddha ( keyakinan ),
barulah akan ada viriya
(semangat).
Dengan adanya viriya,
barulah akan ada sati
yang berkesinambungan.
Dengan adanya sati yang
berkesinambungan
barulah akan terwujud
konsentrasi ( samadhi ).
Dengan terwujudnya
samadhi barulah kan
mengetahui
sebagaimana adanya.
Dengan mengetahui
sebagaimana adanya,
saddha akan semakin
kokoh.
26. Seyogianyalah hanya
memperhatikan apa
yang sesungguhnya
terjadi saat ini.
Janganlah kembali ke
masa lalu!
Pun jangan
merencanakan masa
depan!
27. Objek tidaklah
penting. Yang lebih
penting adalah batin
yang bekerja di latar
belakang, yang
melakukan pekerjaan
pengamatan/
pengawasan. Hanya jika
batin yang mengamati
memiliki sikap mental
yang betul barulah akan
memperoleh objek yang
benar.
Sumber : "Penilikan
Batin" Wejangan Shwe U
Min Sayadaw, U Tejaniya
Sayadaw, dan U jotika
Sayadaw.
Penerjemah ( Myanmar-
Inggris ) : Moushumi
Gosh, Laura Zan, Daw
Khin Mya Mya
Penerjemah ( Inggris -
Indonesia ) : Bhikkhu
Thitayannyo
Diterbitkan oleh Vihara
Palmerah.

5
PENANYA:
Apakah kecerdasan
[intelligence] itu?
KRISHNAMURTI:
Marilah kita selami
pertanyaan ini dengan
perlahan-lahan sekali,
dengan sabar, dan
temukan. Menemukan
bukan berarti sampai
pada suatu kesimpulan.
Saya tidak tahu apakah
Anda tahu bedanya.
Begitu Anda sampai
pada suatu kesimpulan
tentang apa itu
kecerdasan, Anda tidak
lagi cerdas. Itulah yang
dilakukan oleh
kebanyakan kaum tua:
mereka telah sampai
pada kesimpulan.
Dengan demikian,
mereka tidak lagi
cerdas. Jadi, dengan ini
saja Anda telah
menemukan satu hal:
bahwa batin yang cerdas
adalah batin yang terus-
menerus belajar, tanpa
pernah menyimpulkan.
Apakah kecerdasan itu?
Kebanyakan orang
merasa puas dengan
sebuah definisi tentang
apa itu kecerdasan.
Mereka mungkin bilang,
"Itu penjelasan yang
baik", atau mereka lebih
menyukai penjelasan
mereka sendiri. Dan
batin yang merasa puas
dengan sebuah
penjelasan adalah
sangat dangkal, dengan
demikian tidak cerdas.
Anda mulai melihat
bahwa batin yang cerdas
adalah batin yang tidak
puas dengan penjelasan-
penjelasan, dengan
kesimpulan-kesimpulan;
batin yang cerdas juga
bukan batin yang
percaya, oleh karena
kepercayaan lagi-lagi
adalah sebentuk
kesimpulan. Batin yang
cerdas adalah batin yang
menyelidik, batin yang
mengamati, belajar,
mempelajari. Apa
artinya itu? Bahwa
kecerdasan hanya
mungkin ada bila tidak
ada ketakutan, bila
Anda bersedia berontak,
menentang seluruh
struktur masyarakat
untuk menemukan apa
itu Tuhan, atau
menemukan kebenaran
apa pun.
Kecerdasan bukan
pengetahuan. Jika Anda
mampu membaca semua
buku di dunia ini, itu
tidak akan memberi
Anda kecerdasan.
Kecerdasan adalah
sesuatu yang sangat
halus; ia tidak punya
sauh. Ia hanya muncul
apabila Anda memahami
seluruh proses batin --
bukan batin menurut
penuturan seorang filsuf
atau guru tertentu,
melainkan batin Anda
sendiri. Batin Anda
adalah hasil dari seluruh
kemanusiaan, dan bila
Anda memahaminya,
Anda tidak perlu
mempelajari buku apa
pun, oleh karena batin
mengandung seluruh
pengetahuan dari masa
lampau. Jadi kecerdasan
muncul dengan
memahami diri Anda
sendiri; dan Anda hanya
bisa memahami diri
Anda sendiri di dalam
hubungan dengan dunia
manusia, benda dan
gagasan. Kecerdasan
bukanlah sesuatu yang
bisa Anda peroleh,
seperti belajar; ia
muncul dengan
pemberontakan besar,
artinya, bila tidak ada
ketakutan -- yang
berarti, sesungguhnya,
bila ada rasa cinta. Oleh
karena, bila tidak ada
ketakutan, di situ ada
cinta.
Bila Anda hanya
berminat pada
penjelasan-penjelasan,
saya khawatir Anda
merasa bahwa saya tidak
menjawab pertanyaan
Anda. Bertanya apa itu
kecerdasan adalah
seperti bertanya apa itu
hidup. Hidup adalah
belajar, bermain, seks,
kerja, bertengkar,
irihati, ambisi, cinta,
keindahan, kebenaran --
hidup adalah segala
sesuatu, bukan? Tetapi,
yah, kebanyakan dari
kita tidak memiliki
kesabaran untuk dengan
sungguh-sungguh dan
konsisten meneruskan
penyelidikan ini.
PENANYA:
Bisakah batin yang kasar
menjadi peka?
KRISHNAMURTI:
Simaklah pertanyaan
itu, simaklah makna di
balik kata-kata itu.
Bisakah batin yang kasar
menjadi peka? Jika saya
bilang, batin saya kasar,
dan saya mencoba
menjadi peka, maka
usaha untuk menjadi
peka itu sendiri adalah
kekasaran. Coba lihat
itu. Jangan penasaran;
alih-alih, amati itu.
Tetapi, jika saya
menyadari bahwa saya
kasar tanpa ingin
berubah, tanpa
mencoba menjadi peka,
jika saya mulai
memahami apa itu
kekasaran,
mengamatinya dalam
hidup saya dari hari ke
hari -- bagaimana saya
makan dengan rakus,
bagaimana saya
memperlakukan orang
dengan kasar,
kebanggaan,
kesombongan,
kekasaran kebiasaan-
kebiasaan dan pikiran-
pikiran saya -- maka
pengamatan itu sendiri
mengubah apa yang
ada.
Begitu pula, jika saya
bodoh dan saya bilang
saya harus menjadi
cerdas, maka usaha
untuk menjadi cerdas
itu hanyalah kebodohan
lebih besar; oleh karena
yang penting adalah
memahami kebodohan.
Betapa banyak pun saya
mencoba menjadi
cerdas, kebodohan saya
tetap ada. Saya mungkin
memiliki poles
pembelajaran di
permukaan, saya
mungkin mampu
mengutip dari buku-
buku, mengulangi
kalimat-kalimat dari
penulis-penulis besar,
tetapi pada dasarnya
saya tetap bodoh. Tetapi
jika saya melihat dan
memahami kebodohan
sebagaimana ia muncul
dalam kehidupan saya
sehari-hari -- bagaimana
saya bersikap terhadap
pembantu-pembantu
saya, bagaimana saya
memandang tetangga
saya, orang miskin,
orang kaya, jurutulis --
maka kesadaran itu
sendiri menghasilkan
runtuhnya kebodohan.
Cobalah.
Amati diri Anda bicara
kepada pembantu Anda,
amati betapa besar
penghormatan yang
Anda berikan kepada
seorang gubernur, dan
betapa sedikit
penghormatan yang
Anda berikan kepada
orang yang tidak punya
apa-apa bagi Anda.
Maka Anda mulai
mendapati betapa
bodoh Anda; dan dalam
memahami kebodohan
itu terdapat kecerdasan,
kepekaan. Anda tidak
perlu menjadi peka.
Orang yang mencoba
menjadi sesuatu yang
lain itu buruk, tidak
peka; ia adalah orang
yang kasar.
[Dari: "This matter of
culture", Bab 2, oleh J.
Krishnamurti.]

6
Kafe Jongkok / Berebut Jamaah, DuaUstadz di TangerangDuel
« on: 09 July 2011, 05:41:01 PM »
detikcom - Jakarta,
Sungguh ironis yang
dilakukan dua pemuka
agama di Tangerang ini.
Hanya lantaran
memperebutkan
jamaah, dua ustadz ini
hilang akal sehat
hingga duel. Akibatnya,
Ustadz Purnama Raya
bin KM Ali Husein (50)
mengalami luka bacok.
Kapolsek Cisoka AKP
Afroni mengungkapkan,
peristiwa itu terjadi
pada Rabu (6/7) sore.
"Pelakunya Ustadz
Ahmad Yani (52) sudah
kita amankan," ujar
Afroni saat dihubungi
wartawan, Kamis
(7/7/2011).
Atas tindakannya itu,
sang ustad dijerat Pasal
351 KUHP tentang
penganiayaan jo
Undang-Undang
Darurat atas
kepemilikan senjata
tajam. Sebilah golok
disita petugas dari
pelaku.
Afroni menjelaskan,
kejadian bermula
ketika Ustadz Ahmad
Yani bin Sugriwa
mendatangi rumah
Ustadz Purnama Raya
bin KM Ali Husein yang
terletak di Desa
Cikasungka, Kecamatan
Solear, Kabupaten
Tangrang. Pelaku kesal
lantaran jamaahnya
banyak yang beralih ke
korban.
"Mereka ribut karena
berebut jamaah.
Jamaah Ustadz Ahmad
Yani pindah ke Ustadz
Puranama," kata dia.
Pelaku tidak terima
jamaahnya beralih ke
korban. Pasalnya,
menurut pelaku,
korban adalah
pendatang.
"Korban baru tiga
bulan tinggal di situ,"
kata dia.
Keduanya kemudian
beradu mulut. Tanpa
dinyana, pelaku yang
sudah menenteng golok
itu kemudian
menyerang korban yang
saat itu tidak
mempersenjatai diri.
Melihat pelaku yang
berlaga seperti jawara,
korban pun
menantangnya. "Saya
kebal, saya kebal," kata
Kapolsek menirukan
korban.
Mendengar ucapan
korban yang
menantang, pelaku
kemudian
mengayunkan golok ke
arah korban. Korban
lalu tersungkur dan
berlumuran darah.
"Korban mengalami
luka di bagian leher,"
katanya.
Usai menganiaya
korban, pelaku
kemudian
meninggalkan korban.
Sementara korban
dilarikan ke rumah
sakit untuk diberikan
perawatan.
Petugas Polsek Cisoka
yang mendapat
informasi perkelahian
kedua usatdz ini
kemudian mendatangi
lokasi. Petugas
kemudian
mengamankan pelaku
di kediamannya pada
Rabu malam.
"Mereka
bertetanggaan, hanya
beda empat rumah,"
ujar dia.
Kapolsek melanjutkan,
usai perkelahian,
pengikut kedua ustadz
sempat bersitegang.
Namun, petugas
berhasil meredam
kedua pihak sehingga
tidak terjadi bentrokan.
"Kami mengimbau
kepada masyarakat
untuk tidak melakukan
pelanggaran hukum
dalam menyelesaikan
masalah. Serahkan
permasalahan kepada
petugas berwajib,
bukan dengan cara
main hakin sendiri,"
tutupnya.

7
Kafe Jongkok / Dianggap Reinkarnasi,Anjing Dihukum Rajam
« on: 18 June 2011, 03:51:26 PM »
KOMPAS.com —
Pengadilan agama
Yahudi menjatuhkan
hukuman rajam
terhadap seekor anjing
yang diduga
reinkarnasi seorang
pengacara sekuler yang
menghina hakim
pengadilan itu 20
tahun lalu, laman Ynet
melaporkan.
Menurut Ynet, anjing
besar itu masuk ke
kantor Pengadilan
Urusan Keuangan di
kawasan Mea Shearim,
sebuah lingkungan
Yahudi ultra-Ortodox
di Jerusalem, Israel.
Anjing itu membuat
takut para hakim dan
para jaksa yang berada
di situ.
Segala cara digunakan
untuk mengusir anjing
itu keluar dari gedung
pengadilan, tetapi si
anjing tetap bertahan.
Salah seorang jaksa
teringat satu kutukan
yang dijatuhkan
pengadilan pada
seorang pengacara
sekuler yang telah
menghina hakim 20
tahun lalu.
Hukuman setimpal,
menurut pengadilan
saat itu, adalah
pengacara itu berubah
menjadi seekor anjing,
hewan yang dianggap
najis oleh penganut
Yahudi tradisional.
Teringat hal itu, salah
seorang hakim
langsung menjatuhkan
hukuman rajam
terhadap si anjing.
Eksekutornya adalah
anak-anak sekitar.
Beruntung, anjing itu
berhasil kabur.
Sebuah organisasi yang
memperjuangkan
kesejahteraan satwa,
Let the Animals Live,
mengadukan kepala
pengadilan itu, Rabi
Avraham Dov Levin, ke
polisi. Levin
membantah hakim-
hakimnya
menjatuhkan hukuman
rajam.
Namun, seorang
pengurus pengadilan
membenarkan
kejadian itu dalam
wawancara dengan
harian Yediot
Aharonot.
"Memang
diperintahkan...
sebagai cara yang
pantas untuk
"membalas" arwah
yang merasuki anjing
malang itu, katanya
kepada surat kabar itu.

8
Andai Ajahn
Brahmavamso (60)
tidak menjadi bhikku,
barangkali dia sudah
jadi pelawak atau
aktor. Ceramahnya
ringan, segar, dan
jenaka. Lelucon-
leluconnya
mengandung pesan
moral tak bersekat,
tidak menggurui, tidak
menghakimi dan
langsung kena di hati.
Kisah-kisah yang
disampaikan Ajahn
Brahm, begitu
sapaannya, merupakan
antitesis dari seluruh
standar yang dibangun
di atas gagasan umum
tentang”kesuksesan”
dan ”keberhasilan”.
Melalui cerita, ia
mengajak orang
memasuki esensi
hidup; wilayah lebih
dalam dari”kulit luar”
kehidupan yang
memesona, sekaligus
mengikat, melekat.
”Kalau saya tahu akan
menjadi bhikku, saya
tak perlu belajar
sekeras itu di
universitas
hahahaha...” ujar
Ajahn Brahm,
membuka ceramah
Minggu (27/3) petang
bertema”Let Go Ego”
di Jakarta, yang
dihadiri lebih 5.000
orang.
”Begitu menjadi
bhikku, saya harus
melepas semuanya,
termasuk melepas
banyak pacar…
hehehe..... Begitu
melepas semua, saya
merasa sangat
bahagia…” ujarnya.
Melepas,
menanggalkan,
meninggalkan adalah
esensi Dharma yang
sangat ia pahami
setelah sembilan tahun
menjadi petapa di
hutan Thailand.”Jika
Anda benar paham
fisika kuantum, Anda
harus mampu
membuat pelayan bar
paham,” begitu kata
pakar fisika kuantum,
Werner K Heisenberg.
”Bercerita adalah cara
yang indah untuk
menyampaikan pesan,”
ujar Ajahn Brahm,
ketika ditemui di
Jakarta, Senin (28/3)
pagi, di ujung akhir 15
acara di berbagai kota
selama 10 hari di
Indonesia.
”Suatu cerita akan
menghubungkan
pengalaman orang
yang satu dengan yang
lain karena kita berada
di dalam jaring
kehidupan.”
Cerita keledai
Ajahn Brahm dikenal
sebagai”Ajahn Nike”
karena selalu
mengatakan just do it
(lakukan saja)—
promosi dagang sepatu
merek Nike—untuk
mendorong agar orang
tidak mengeluh dan
menggerutu.”Semua
pengalaman adalah
pupuk bagi hidup,”
katanya.
”Suatu ketika ada
seekor keledai yang
menjelajah hutan
dengan riang, sampai
tak sadar ia terperosok
ke dalam sumur tua.
Untung sumur itu
kering dan tak terlalu
dalam. Tetapi, keledai
tak bisa memanjat,
jadi ia berteriak, minta
tolong, E..o.. eeoo
eeooo..”
Suara itu memancing
seorang petani
mendekat. Petani itu
benci keledai, tetapi ia
juga tahu, sumur itu
sumber bahaya. Maka,
dengan sekopnya, ia
mengisi tanah ke
dalam sumur untuk
mengubur si keledai
hidup-hidup, sekaligus
menutup sumur.
Menyadari yang
terjadi, si keledai
menjerit. Ia sedih dan
takut.
Setelah beberapa saat,
keledai itu mendapat
apa yang dalam
pandangan Buddha
disebut”pandangan
cerah”. Ia merangkul
kekinian, dan... just do
it. Tak ada suara lagi,
sampai petani itu
berpikir,”Terkubur
sudah keledai bego
itu.”
Padahal, setiap sekop
tanah yang menimpa
punggungnya, si
keledai menggoyang
luruh tanah itu, lalu
menginjak-injaknya
hingga padat di bawah.
Maka ia naik satu inci
lebih tinggi. Begitu
seterusnya. Petani yang
sibuk menyekop tanah
tak menyadari
sepasang telinga mulai
muncul di mulut
sumur. Ketika pijakan
sudah cukup tinggi.
Keledai itu melompat
keluar dari sumur dan
melarikan diri.
”Saya ceritakan kisah
ini pada Presiden Sri
Lanka. Saya bilang, jika
menghadapi kritik,
berlakulah seperti
keledai, goyang,
luruhkan, dan Anda
seinci lebih tinggi.
Anda hanya perlu
merangkul kekinian,”
ujar Ajahn Brahm,
”Itulah let go ego....”
Maksudnya?
”Jangan biarkan orang
lain merenggut
kebahagiaanmu
dengan membuatmu
marah, kecewa, sedih,”
ia menjelaskan makna
melepas ego, yang
dalam hidup sehari-
hari dipahami sebagai
”menerima dengan
keikhlasan yang tulus”.
Cinta dan welas asih
Namun, tindakan
melepas ego tak
semudah
mengucapkannya.
Orang bertahan hidup
dengan ego, kemudian
sulit
mengendalikannya.
Ketika nafsu keinginan
yang tak ada batasnya
menguasai pikiran,
orang tak tahu batas
cukup dan tak bisa
mensyukuri karunia
hidup.
”Sandaran
kebahagiaan bukan
hal-hal yang bersifat
material,’kulit luar’
itu,” ujar Ajahn Brahm.
Menurut dia, segala
bentuk kekerasan di
dunia disebabkan oleh
ego, oleh rasa takut
dikalahkan.”Terlalu
banyak kompetisi, dan
sangat sedikit kerja
sama,” tuturnya.
Pendidikan bisa
memutus rantai itu,
kata Ajahn Brahm.
Sejak dini, anak dilatih
menyeimbangkan kerja
sama sosial dengan
prestasi pribadi.
Dimulai dengan 70
persen prestasi pribadi
dan 30 persen nilai
rata-rata kelas, sampai
benar-benar seimbang.
Itu akan mendorong
anak bekerja sama
untuk menutup
kekurangan teman.
”Kementerian Dalam
Negeri Inggris dari
kabinet lalu memberi
promosi bagi kerja
sama, bukan prestasi
pribadi. Penghargaan
pada proses, bukan
hasil akhir, pada
ketulusan, kejujuran.
Alangkah damainya
kalau kita bisa
menanggalkan gagasan
menjadi yang
terhebat,” kata Ajahn
Brahm.
Gagasan itu melawan
dalil umum tentang
kemenangan sebagai
hasil kompetisi
sehingga acap dicapai
dengan kecurangan. Di
bidang politik,
misalnya, terlihat
sangat jelas, meski atas
nama demokrasi.
Padahal, cara itu
berlawanan dengan
arti ’kandidat’, yang
berasal dari kata Latin
candidatus, artinya
putih.
”Pada zaman Romawi,
kandidat posisi politik
menggunakan jubah
putih dalam kampanye
pemilihan umum.
Warna putih
melambangkan bersih
dari dosa, kemurnian,
ketulusan,” jelasnya.
Menurut Anda, apa
persoalan terbesar di
dunia saat ini?
Kompetisi membuat
orang kehilangan cinta
dan welas asih. Situasi
seperti ini
membahayakan
kehidupan karena
menghancurkan
kemanusiaan. Mari
memahami bahwa
bumi ini adalah rumah
kita bersama. Kita
saling terkait,
terhubung, dan saling
bergantung. Kita ini
satu. Mari bekerja
sama dengan tulus
untuk menyelamatkan
kemanusiaan dan bumi
kita bersama.
Merangkul
Sosok Ajahn yang
kocak, jenaka di atas
panggung berbeda
dengan sosoknya
ketika ia ditemui
secara khusus.
Senyumnya lepas,
namun ia lebih serius.
Sorot matanya tajam
dan terasa mampu
membaca gerak
pikiran lawan
bicaranya.
Ia menyebut secara
khusus nama Nelson
Mandela, Mahatma
Gandhi, dan
Abdurrahman Wahid
sebagai tokoh yang
merangkul dan
menolak kekerasan.
Beberapa kali Ajahn
Brahm juga diundang
ke acara lintas agama.
Pernah, undangan
disampaikan lewat
telepon, dan ia
diminta mengeja
namanya. Ia
mengejanya,”B untuk
Buddhis, R untuk Roma
ka****k, A untuk
Anglikan, H untuk
Hindu, M untuk
Muslim....”
Menurut Ajahn Brahm,
meditasi dan
memaafkan
merupakan sumbangan
Buddhisme pada dunia.
Pada semua jenis
mistisisme dari
berbagai tradisi
spiritual, meditasi
merupakan jalan
menuju pikiran yang
murni dan kokoh. Di
puncak keheningan
akan dipahami apa
yang disebut”diri”,
”Tuhan”, ”dunia”,
”alam semesta”, dan
segalanya.
Kisah favorit Ajahn
Brahm adalah Winnie
the Pooh, beruang
lembut yang tak
pernah belajar di
sekolah. Ia adalah
beruang dengan otak
kecil yang
membuatnya sangat
bijak. Ia tidak berpikir,
tetapi melihat dan
mengetahui sehingga
ia begitu mudah
dicintai.
Anda ingin menjadi
siapa dalam cerita itu?
Winnie the Pooh
hehehe…
Yang membuat Anda
sedih atau menyesal?
Penyesalan dan
kesedihan tak punya
arti khusus buat saya
karena saya telah
melepas masa lalu.
(Dalam salah satu
ceramahnya, ia
bercerita saat ayah
yang sangat ia cintai
meninggal. Ketika
keluar dari
krematorium di tengah
gerimis tipis, ia tahu
tak akan bisa
bersamanya lagi.
Namun, ia tidak
menangis. Suara
hatinya mengatakan,
”Ayah saya sungguh
hebat. Hidupnya
merupakan inspirasi
luar biasa. Betapa
untungnya saya telah
menjadi putranya.
Waktu itu saya
menggenggam tangan
ibu saya menuju
perjalanan panjang
masa depan. Saya
merasa bahagia,
seperti baru saja usai
menonton konser
terhebat. Saya tak
akan pernah
melupakannya. Terima
kasih, Ayah...”)
Tentu saja ada banyak
kesedihan jika Anda
melihat tsunami di
Jepang, menyaksikan
orang berkelahi,
berperang. Daripada
sedih, saya melakukan
sesuatu. Itu sebabnya
saya banyak
melakukan perjalanan
dan berbagi.
Yang membuat Anda
bahagia?
Yang paling penting
adalah kebahagiaan
saya sendiri dan
kebahagiaan orang
lain. Namun, setelah
bertahun-tahun hidup
sebagai petapa, saya
tak mampu lagi
membedakan antara
kebahagiaan orang lain
dan kebahagiaan saya.
Itu sebabnya saya
bepergian dan
melayani sebanyak
mungkin, memberi
ceramah,
menceritakan kisah-
kisah kocak, membuat
orang tertawa.
Anda bisa marah?
Hhmmm... Anda harus
berusaha keras untuk
membuat saya marah
hahahaha....

9
Could Einstein's Theory of
Relativity be a few mathematical
equations away from being
disproved?  Jacob Barnett of
Hamilton County, Ind., who is
just weeks shy of his 13th
birthday, thinks so. And, he's got
the solutions to prove it.
Barnett, who has an IQ of 170,
explained his expanded theory
of relativity— in a YouTube
video. His mother Kristine
Barnett,who admittedly flunked
math, did what every other
mother would do if her genius
son started talking
mathematical gibberish. She
told him to explain the whole
thing slowly whileshe taped her
son explaining his take on the
theory.
(More on TIME.com: See the top
10 troubled-genius movies)
While most of his mathematical
genius goes over our heads,
some professors at the Institute
for Advanced Study in Princeton,
New Jersey— you know, the U.S.
academic homeroom for the
likes of Albert Einstein, J. Robert
Oppenheimer, and Kurt Gödel—
have confirmed he's on the right
track to coming up with
something completely new. For
now, they're
encouraging Barnett to continue
doing what he likes to do, which
is explaining calculus using a
whiteboard marker and his living
room windows as seen in the
video above.
“I'm impressed by his interest in
physics and the amount that he
has learned so far,” Institute for
Advanced Study Professor Scott
Tremainewrote in an email to
the family. “The theory that he's
working on involves several of
the toughest problems in
astrophysics and theoretical
physics.”
“Anyone who solves these will be
in line for a Nobel Prize,” he
added.
(More on TIME.com: See the 15
smartest toys for young
geniuses)
Barnett's parents knew that
there was something different
with their son when he didn't
speak until the age of two. He
was diagnosed with Asperger's
syndrome, a mild form of
autism, so they thought he
might have problems in school.
Instead, they were astounded
when he started solving 5,000
piece puzzles by the age of 3.
The 12-year-old taught himself
calculus, algebra and geometry
in two weeks, and can solve up
to 200 numbers of Pi. He left
high school at the ripe old age
of eight and has been attending
college-level advanced
astrophysics classes ever since.
Right now, Barnett is being
recruited by Indiana University -
Purdue University Indianapolis
for a paid research position. We
figure he'll find a way to pencil
that in between dating his
girlfriend and playing Halo:
Reach, one of his favorite video
games. Yes, he can play classical
music by memory on the piano,
but he also enjoys watching
shows on the Disney Channel
and sci-fi movies. In many ways,
he's your typical 12-year-old boy.
Einstein was 26 when he first
published his Theory of
Relativity. We figure that Jake
has a couple of years to kick
back and relax before he finally
debunks the big bang theory.
“I'm still working on that,” he
said. “I have an idea, but… I'm
still working out the details."

10
Suara langkah-langkah
kaki membangunkanku
dari tidur. Padahal baru
saja aku mencoba
rebahan di bawah pohon
yang rindang. Telah
berhari-hari aku
berjalan di negeri asing
yang panas dan kering
ini. Dengan enggan aku
bangun dan
memperhatikan apa
gerangan yang terjadi.
“Dia telah datang. Dia
telah datang. Mari
saudara-sudara yang
baik kita pastikan
teman-teman yang lain
juga mengetahuinya,”
kata seorang laki-laki.
“Ya, ini kesempatan
yang jarang terjadi,
kawan. Dan jangan lupa
kita kumpulkan semua
pertanyaan yang
menggelayuti pikiran
kita untuk ditanyakan
pada Sang Baghawan,”
timpal yang lainnya.
Aku jadi tertarik untuk
mengetahui apa yang
mereka sedang
bicarakan. Perlahan aku
ikuti rombongan itu. Tak
berapa lama aku lihat
ternyata telah banyak
orang berkumpul di satu
lapang di depan sebuah
bangunan aula desa.
Dari berbagai penjuru
desa mereka berkumpul.
Apa yang orang-orang
ini akan lihat dan
dengar?
 Tak lama kemudian
tampillah beberapa laki-
laki berkepala plontos
dan berjubah warna
kuning padi siap tuai.
Mereka dikepalai oleh
seorang lelaki berumur
sekitar 40an tahun. Ia
tampak anggun,
berwibawa, tenang dan
teduh bagaikan seorang
raja diraja. Ia
dipersilahkan duduk
terlebih dahulu, baru
para muridnya dan
semua penduduk desa
melakukan hal yang
sama. Lelaki muda
kepala para petapa itu
adalah Petapa Gautama,
seorang mantan
pangeran yang
memutuskan untuk
membaktikan dirinya
mencapai pencerahan
sempurna. Dan para
rombongan pemuda
yang tadi aku ikuti ini
adalah pemuda dari
suku-suku Kalama.
Dalam pengembaraan
jiwaku ini, aku
memutuskan untuk
mengarungi lautan,
melintasi waktu, menuju
India, tanah dimana
spiritualitas disemai.
Sekalipun secara
genetika, nenek moyang
umat manusia berasal
dari Afrika Timur,
namun tidak perlu
diperdebatkan lagi
bahwa India-lah yang
menjadi rahim manusia2
yang berkesadaran
tinggi. India adalah ibu
yang melahirkan banyak
man of spirit, para
mistik. India adalah
dapur raksasa dimana
para koki meracik
masakan dan
menyajikan hidangan
dengan ‘rasa’ super.
Rasa Dharma.
Dhammasuka.
Ada kesalahan umum
dalam benak kita bahwa
hindu adalah sebuah
agama orang India. Ini
tidak benar. Yang benar
adalah hindu bukan
agama. Hindu adalah
budaya, falsafah dan
spiritualitas hidup
bangsa India. Hinduisme
adalah isme-nya, atau
falsafahnya, orang india.
Dalam falsafah hidup,
budaya dan spiritualitas
ini  berkembanglah
dharma, yaitu ajaran2
dan metoda2
pencapaian spiritual
yang beragam. Dalam
hinduisme ada banyak
dharma, diantaranya
Shiva Dharma,
Vhaisnavaya Dharma,
Sanatahana Dharma,
Brahmana Dharma,
Buddha Darma, Sikh
Darma, Jain Darma, Hare
Krishna Dharma, Tantra
Dharma dan banyak lagi
lainnya.
Selama 3 ribuan tahun
dharma2 ini hidup
berdampingan dengan
harmonis. Tentu saja
ada berbagai perbedaan
dogma di antara
dharma-dharma
tersebut. Namun secara
budaya dan kebathinan
manusia-manusia India
diikat erat oleh
kesadaran akan ahimsa
(non-kekerasan), non-
ego dan harmoni. Dalam
peradaban manusia,
peperangan antar
kerajaan nampaknya
menjadi suatu yang
nisbi. Namun selama
ribuan tahun tidak
pernah satu kalipun ada
peperangan yang dipicu
oleh perbedaan
dharma / agama. Karena
inti dari agama-agama
India adalah olah
bathin, olah rasa.
India telah menjadi
miniatur kesadaran
manusia sejagat dimana
penganut animisme,
dinamisme, politheisme,
monotheisme, dan
pantheisme,
panentheisme atheisme
hidup berdampingan
tanpa harus saling
membinasakan.
Dalam keragaman
budaya, ketimpangan
sosial, kemiskinan yang
telanjang, mereka masih
bisa mengedapankan
prinsip2 hidup
berdampingan atas
nama Dharma……
sampai para penyerbu
dari Turki, mongol dan
Turki-Mongol yang
merangsek tanah ibu
India dan menancapkan
kekerasan dan
memaksakan agama
yang hanya menekankan
dogma dan syariat yang
sama sekali asing di
mata mereka dan
memandang rendah
agama lain yang tidak
sepaham dengannya.
Tak terhitung vihara,
pura dan cand-candi
yang indah dihancurkan
karena dianggap
pemujaan berhala.
Perpustakaan2 di bakar.
dan pembantaian
berdarah-darah terjadi.
Sejak saat itulah tanah
India terpisah menjadi
kerajaan-kerajaan
berdasarkan agama,
dengan garis marka yang
jelas, penuh kecurigaan
dan dendam.

Pages: [1]
anything