//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Sebuah ide liar...  (Read 24950 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline SaddhaMitta

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.323
  • Reputasi: 99
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #15 on: 02 July 2008, 04:46:42 PM »
aye kalo denger anak aye nyanyi "pelangi2x... ciptaan tuhan..." aye selalu protes... :))

anak aye tanya, tuhan itu apa... aye jawab.... penjelasan atas sesuatu yg belum dimengerti manusia >:D

berat punya bapak begini...  #:-S #:-S #:-S
Seperti air sungai Gangga yang mengalir, meluncur, mengarah ke timur,
demikian juga barang siapa yang melakukan dan berbuat banyak didalam Delapan Jalan kebenaran, mengalir, melucur, mengarah ke Nibbana.

(Samyutta Nikaya)

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #16 on: 02 July 2008, 06:13:39 PM »
^ bapak yang menjaga anaknya dari kebohongan publik yang dibenarkan...
Masa pelangi ciptaan Tuhan?
Masih banyak lo pembodohan2 terhadap anak kecil dari lagu2 anak2...
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline aditya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 173
  • Reputasi: 16
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #17 on: 07 July 2008, 12:15:26 PM »
Kalo begitu...,
Kalo anda punya anak ato (misal) anda punya anak,
Apa yang ingin anda berikan kepada anak2 kita...
agar ladangnya subur...
sehingga dapat mengenal buddha dhamma
dengan lewat praktek dan contoh yang nyata?

Mengingat pas dia sekolah ntar ...
pasti sesuatu yang bukan paradigma buddhisme yang akan dicekokkan selama 12-15 tahun dia bersekolah nanti?  :whistle:

Offline Edward

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.968
  • Reputasi: 85
  • Gender: Male
  • Akulah yang memulai penderitaan ini.....
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #18 on: 08 July 2008, 10:00:27 AM »
Berandai2 dikit ah..
~Kalao sekolah, lebih suka kalo anak masuk sekolah umum,tap ada kelas khusus pelajaran agama masing2.Jadi kalo bisa, dari kecil sudah bisa belajar saling menghargai kepercayaan laen.
~Ajak bergabung dalam komunitas-komunitas berbasis sosial dan budaya, cth maen bersama tmn2 vihara, organisasi pemuda.-->sosialisasi adalah wajib, ntar anak kuper lg... ::)
~Ajarkan meditasi bersama.-->meditasi itu seperti sex education, harus diajarkan sejak dini.. ^-^
~Biasakan berpikir kritis.-->kalo anak salah, tanya kenapa?tunjukkan akibat.Jgn cma asal hukum.

Yah, tulisan2 di atas masih sebatas teori sih...Masih lama bgt tuh baru isa praktek.
“Hanya dengan kesabaran aku dapat menyelamatkan mereka....."

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #19 on: 08 July 2008, 10:25:57 AM »
kalo aye pikir sih, yg penting menanamkan pola berpikir kritis dan rasa bertanggung jawab. Yang lebih penting sih orang tua yg memberikan contoh dalam kehidupannya.

Dengan berpikir kritis, dogmatisasi bisa lebih terbendung ^-^

Setuju...
Memberikan contoh artinya sejak dini kita harus 'berani' mengenal pola pikir dan cara bertindak ala dhamma ke anak kita....
Banyak lho orang tua buddhis (generasi muda) yang tau banget ttg konsep dhamma tapi masih memberikan contoh pada anaknya yg masih kecil untuk berdoa pada tuhan diatas sana ..... :)

Omong2 soal Tuhan YME....Kemarin sy beres2 buku sekolah anak sy dan sy liat n baca2 buku agama buddha kelas 2 SD (yg Di susun Dep Agama RI~Direktorat Jenderal Bimbingan Masyarakat Hindu dan Buddha~Jakarta 2003), di tengah2 buku ada 1 bab yg bertulisan Tuhan Yang Maha Esa. Cuplikannya sbb :
Saddha terhadap Tuhan Yang Maha Esa
Saddha (bhs Pali) atau sradha (bhs sansekerta) berarti kenyakinan, kepercayaan. Setiap umat beragama memiliki saddha atau kenyakinan kepada Tuhan Yang Maha Esa.
Umat Buddha yakin adanya Tuhan Yang Maha Esa. Tuhan YME di sebut Sanghyang Adi Buddha. Kita umat Buddha memuji Tuhan YME dengan memanjatkan paritta Vandana.
Marilah kita memuji kepada Tuhan YME, dengan memanjatkan paritta vandana.
VANDANA
Namo Sanghyang Adi Buddhaya 3x
Artinya : Terpujilah Tuhan YME

Di samping Sanghyang Adi Buddha, ada pula yang menyebut Tuhan YME dengan sebutan Parama Buddha, Yang Esa. Meskipun kita menyebut Tuhan YME dengan sebutan yg berbeda-beda, namun Tuhan adalah satu.

Hakekat Tuhan YME
Hakekat Tuhan YME sebagai sesuatu yang tidak diciptakan, yang tidak dilahirkan, yang mutlak dan yang kekal abadi. Jadi tidak ada yang menciptakan Tuhan. tidak ada yang melahirkan Tuhan. Kalau ada tuhan yang di ciptakan, yang dilahirkan, maka Tuhan itu tidak kekal, ia akan bisa mati seperti kita.
Tuhan tidak dilahirkan, karena itu Tuhan itu tidak mengenal sakit, umur tua dan mati. Tuhan itu kalau dilahirkan, maka ia akan mengenal sakit umur tua dan mati. Sang Buddha bukan Tuhan karena Sang Buddha di lahirkan sebagai manusia, yang mengenal sakit, umur tua dan mati.

*****
Weleh...weleh.....

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline William_phang

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.101
  • Reputasi: 62
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #20 on: 08 July 2008, 11:08:31 AM »
 [at]  atas,

Bukannya "Namo Sanghyang Adi Buddhaya 3x" ini masih kontroversi dan hanya dipakai oleh buddhayana..sedangkan theravada tidak menggunakan kata2x tsb. Dan hal ini sudah dibahas panjang lebar di thread yang lain...

Offline Lily W

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.119
  • Reputasi: 241
  • Gender: Female
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #21 on: 08 July 2008, 11:14:26 AM »
Di sekolah Bhinneka Tunggal Ika (jembatan 5).... kalo yang agama Buddha itu adalah theravada kan? cmiiw...

_/\_ :lotus:
~ Kakek Guru : "Pikiran adalah Raja Kehidupan"... bahagia dan derita berasal dari Pikiran.
~ Mak Kebo (film BABE) : The Only way you'll find happiness is to accept that the way things are. Is the way things are

Offline Sumedho

  • Kebetulan
  • Administrator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 12.406
  • Reputasi: 423
  • Gender: Male
  • not self
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #22 on: 08 July 2008, 02:48:20 PM »
well, bukan alirannya sih, tapi majelisnya.

kalau di MBI, theravadanya ada namo sanghyang adi buddhaya
There is no place like 127.0.0.1

Offline aditya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 173
  • Reputasi: 16
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #23 on: 08 July 2008, 04:04:29 PM »
Masa bodoh-lah dengan segala macam kontroversi istilah antar majelis dan aliran2 ...  ???

Yang penting bagaimana supaya konsep dan pola pikir yg ga sesuai dengan buddhisme itu ga dijejalkan ke pikiran anak2 kita...

Yang lebih penting lagi, bagaimana cara paling effektif untuk menanamkan paradigma buddhisme sejak awal ke anak2 kita....

Kayaknya itu tanggung-jawab kita semua sebagai orang tua buddhis  :)

Offline guanih

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 48
  • Reputasi: 2
  • There's no way to peace, peace is the way
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #24 on: 08 July 2008, 04:19:01 PM »
Jadi ingat ceramah ajahn bramn (the right to believe), menurut dia ada 2 hal yang penting untuk ditanamkan pada anak:
1. Selalu bertanya (kritis).
Bertanya, bertanya dan bertanya..
Ketika anak bertanya jangan pernah dijawab 'tidak, tinggal percaya saja'.
2. Jujur.
Bukan hanya jujur dalam ucapan tetapi jujur mengenai pikiran, sehingga tidak menerima apa yang tidak masuk akal.
Terus bertanya hingga secara jujur pada diri sendiri bahwa ini sesuai dengan pengalamanku, ini masuk akal.

Offline aditya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 173
  • Reputasi: 16
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #25 on: 09 July 2008, 02:00:01 PM »
Jadi ingat ceramah ajahn bramn (the right to believe), menurut dia ada 2 hal yang penting untuk ditanamkan pada anak:
1. Selalu bertanya (kritis).
Bertanya, bertanya dan bertanya..
Ketika anak bertanya jangan pernah dijawab 'tidak, tinggal percaya saja'.
2. Jujur.
Bukan hanya jujur dalam ucapan tetapi jujur mengenai pikiran, sehingga tidak menerima apa yang tidak masuk akal.
Terus bertanya hingga secara jujur pada diri sendiri bahwa ini sesuai dengan pengalamanku, ini masuk akal.
Make a sense bro.... :)

Offline aditya

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 173
  • Reputasi: 16
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #26 on: 21 July 2008, 10:30:39 AM »
Back again...,
Baru kemarin sy tiba dari satu tempat latihan meditasi di Blitar Jawa Timur, untuk menghadiri undangan dari suatu organisasi pemuda buddhis yang bikin acara disana sekaligus latihan meditasi.

Tapi bukan hy itu yg sy dapat, sy dapat 'special gift' disana..., sy mendapatkan kesempatan langkah untuk diskusi secara empat mata + dua jam lebih dengan bhante uttamo (yang akan bervassa disana) dan juga mengisi acara yang sama....

Banyak pencerahan dan tambahan dhamma dari sana... :))

Salah satunya kita jg ngebahas 'ide liar' ttg pendidikan anak buddhis, yang akan sy sharekan disini....

(Hasil diskusi sy dan bhante, dalam sudut pandang penulisan sy. Jadi kalo ada kesalahan ato tidak relevan dengan dhamma jelas merupakan kesalahan sy dalam menginterpretasikan hasil diskusi sy)
Mendidik anak jelas adalah tanggung-jawab kita sebagai ortu buddhist.
Kata bhante, kalo kita dapet ato py makanan enak, trus kita makan sendiri tanpa bagikan ke anak kita, tuh namanya kita ortu egois n jelas ga hidup sesuai dhamma...
Karena dhamma adalah 'makanan enak' maka kita jelas py kewajiban tuk share ke anak-anak kita dari dini

Anak kayak harddisk kosong,
Yang lama ato sebentar akan diformat oleh kehidupan
Daripada ntar formatnya salah bentuk oleh lingkungan n sekolahnya
mending sedari awal kita harus berani dan jujur untuk melakukan format pada anak kita sendiri
Generasi buddhis yang sekarang umurnya 30 - 50 thn kebanyakan adalah hasil format dari 'pencarian' oleh diri sendiri dan bukan dibentuk oleh orang tua mereka, termasuk saya.
Butuh effort yang luar biasa, dan kehilangan begitu banyak generasi buddhis, sampai tersisa beberapa gelintir 'freak'  ;D, yang bertahan dan melakukan format ulang pada dirinya sendiri agar bisa belajar dan praktek dhamma dengan benar.
Kata bhante, itupun hasil formatnya pasti ga bisa bersih-bersih benar, banyak sekali kontaminan pikiran yang ga relevan dengan dhamma, tetap nyantol di pikiran kita semua sampai sekarang.

Meskipun begitu,
bukan berarti anak-anak kita dan generasi berikutnya harus mengikuti pola yang sama
Maka melakukan format pada anak-anak kita dengan berani memberikan dan share ttg dhamma secara lugas, apa adanya, dan lengkap pada anak2 kita jadi salah satu option format yang lain.

Apakah ini bukan salah satu bentuk pemaksaan dogma juga, seperti di tetangga?

Sebagaian besar generasi buddhis diatas 30an akan bilang ttg hal ini..., dan akan menyerahkan format anak2 mereka sepenuhnya dengan menggunakan dalil 'karma' , biarlah kalo dah karmanya kan anak tuh sendiri pasti kenal dhamma juga, ga usah dipaksakan dsb dsb....

Jawaban bhante atas pertanyaan ini sunggu menarik. Semua ungkapan -- dogma, hukum, adat, bahkan agama sendiri adalah simbol. Tetapi bukan berarti kita tidak membutuhkan simbol itu diawal. Kalo kita makan daging kelapa, tetap kita harus beli dan butuh batoknya juga. Meski kita ga boleh melekat ke batok tsb.

Hidup ini udah penuh dogma. 1 +  1 = 2 saja sudah dogma. Berhitung itu urut dari 1, 2, 3, dst itu juga dogma. Apa salahnya kita menambahkan satu 'dogma' baru lagi dalam kehidupan ini? Masalahnya bukan di dogma-nya, tapi bagaimana cara kita menggunakan dan tau kapan kita harus melepasnya.... :)

Yang pasti....,
Hal ini akan selalu diwarna pro ama kontra dan perdebatan...
so ga usah terlarut di pro kontranya...
Tapi yg setuju segera saja action
minimal dari diri sendiri, dari anak-anak kita sendiri
dan biarlah lingkaran pengaruh akan melebar sendiri seiiring dengan hasil yang ada...

Cerita dari bhante...
Salah satu umat bhante, suami-isteri buddhis sudah menerapkan cara ini pada anak mereka sendiri
mulai dari dalam kandungan bahkan dah dikenalin ama paritta2, dsb
Saat sekolah, pas pagi hari ada acara doa bersama...
Semua anak sekelas pada berdoa kecuali  tuh anak.., yang malah asik pelototin temen2nya yang berdoa
Ibu guru yang melihat hal itu, segera menegur si anak,
"Anak kenapa kamu tidak berdoa, seperti temen2 yang lain?"
Si anak menjawab dengan lugas dan cepat.
"Ibu guru sendiri kenapa juga ga berdoa? Buktinya ibu bisa liat sy ga berdoa....."

.......... :)
Semoga menginspirasi

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #27 on: 21 July 2008, 01:44:30 PM »


Pada usia 0 - 6 tahun, anak benar2 seperti 'sponge' yang menyerap apapun yang diberikan.
(Bagi yg py anak usia 0-6 dan ingin anaknya mo maem banyak, mo maem sayur dll, sy ada sebuah tips sederhana yg 90% berhasil, silahkan kontak sy, akan sy share secara personal  :) )


Bagusnya sih di share di sini aja Bro Aditya, biar pada tau semua, soalnya banyak yg punya anak umur segitu di forum ini.... he3

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #28 on: 21 July 2008, 01:54:12 PM »
Jadi ingat ceramah ajahn bramn (the right to believe), menurut dia ada 2 hal yang penting untuk ditanamkan pada anak:
1. Selalu bertanya (kritis).
Bertanya, bertanya dan bertanya..
Ketika anak bertanya jangan pernah dijawab 'tidak, tinggal percaya saja'.
2. Jujur.
Bukan hanya jujur dalam ucapan tetapi jujur mengenai pikiran, sehingga tidak menerima apa yang tidak masuk akal.
Terus bertanya hingga secara jujur pada diri sendiri bahwa ini sesuai dengan pengalamanku, ini masuk akal.

Ini benar sekali, didiklah anak kita untuk bersikap kritis dan juga kita selalu siap menjawab pertanyaannya. Jangan dijawab dengan hal2 yg sembrono, usahakan jawab dengan jujur tapi dengan bahasa sederhana yg bisa deimengerti anak.

Contoh:
~ anak (8 thn): kenapa kita lahir?
~ ortu: karena kita dulunya tamak, mau ini itu, dan juga sering marah2, nggak mau ini nggak mau itu, akibatnya kita lahir lagi, syukur2 lahir menjadi manusia, ketemu papa mama, gimana kalo lahir di alam hantu atau jadi binatang, mau?
~ anak: nggak
~ ortu: makanya, kamu jangan marah2 dan kesal2, jangan banyak mau ini itu... makan aja pa yg disediakan, oke?

Perbincangan begini tidak akan langsung berhasil mengubah tingkah laku si anak yg mungkin rada bandel, namun jika sering2 dilakukan, lama kelamaan diharapkan akan te-record dipikirannya dan bisa membentuk sifatnya menjadi lebih sabar.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

Offline williamhalim

  • Sebelumnya: willibordus
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.869
  • Reputasi: 134
  • Gender: Male
Re: Sebuah ide liar...
« Reply #29 on: 21 July 2008, 01:59:06 PM »
Oh ya , mo sharing juga tentang perbincangan dengan anak soal Setan.

Biasanya anak2 agak takut dengan tempat2 gelap / sering takut membayangkan sosok hantu yg ada dalam imajinasi mereka. Kita dapat menenangkannya dengan perbincangan berikut:

anak: ma/pa, temanin dong pergi kencing
ortu: kok takut, takut apa?
anak: takut hantu
ortu: kita tidak perlu takut hantu, karena hantu2 adalah makhluk yg menderita, mereka dulunya orang2 yg berbuat jahat, ketika mati, maka akan lahir jadi hantu / setan yg hidupnya menderita dan memohon belas kasihan kita. Kita malah harus kasihan sama mereka, lho. Kita harus sering2 mendoakan agar mereka bisa berbahagia...

Dengan begini maka si anak tidak akan terlalu takut lagi akan sosok hantu dan mulai bisa berpikir jernih dan juga menanam karuna pada batinnya.

::
Walaupun seseorang dapat menaklukkan beribu-ribu musuh dalam beribu kali pertempuran, namun sesungguhnya penakluk terbesar adalah orang yang dapat menaklukkan dirinya sendiri (Dhammapada 103)

 

anything