//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mahayana vs Theravada  (Read 26401 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #60 on: 11 May 2011, 10:39:55 AM »
anda terlalu banyak berasumsi dan menilai pribadi penulis, bahkan memperlebar pembahasan yg tidak diulas dalam artikel itu.
banyak hal2 yg anda katakan tidak disebutkan dalam tulisan itu, jadi saya tidak bisa mendiskusikannya dengan anda. misalnya, "sebenarnya Bhikkhu Bodhi menawarkan suatu pandangan yang cukup moderat untuk menyatukan Theravada dan Mahayana", tidak ada dalam artikel itu tertulis bahwa penulis menawarkan ...., jika ingin membahas mengenai kesimpulan anda, saya memilih untuk tidak melanjutkan diskusi.

_/\_

Saya menghormati keputusan Anda untuk mundur dari diskusi ini. Trims atas threadnya yang menarik :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #61 on: 11 May 2011, 11:37:12 AM »
Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang menjadi dasar kesimpulan saya bahwa Bhikkhu Bodhi menawarkan suatu pandangan yang cukup moderat untuk menyatukan Theravada dan Mahayana:

1.  Saya telah mencari satu sudut pandang yang dapat menengahi kedua sudut pandang, dari Nikāya-nikāya dan sūtra-sūtra Mahāyāna awal, satu sudut pandang yang dapat mengakomodasi kekuatan masing-masing tanpa jatuh ke dalam suatu sinkretisme lembut, tanpa menodai ketidak-sesuaian konseptual antara keduanya, tanpa meninggalkan kesetiaan pada catatan-catatan sejarah – namun juga menyadari bahwa catatan-catatan ini tidak mungkin jernih dan tidak mungkin bebas dari praduga.

2. "Walaupun landasan motivasi dan filosofis bagi para pengikut kendaraan bodhisattva berbeda dengan landasan motivasi dan filosofis bagi para pengikut kendaraan srāvaka, namun gaya hidup keduanya tidak jauh berbeda. Gambaran yang popular dari Arahant yang terasing sendirian, dan bodhisattva yang suka berkelompok dan super-aktif adalah fiksi belaka. Dalam kenyataannya, kedua ini saling serupa satu sama lain lebih dari yang dapat kita pikirkan."

2. "Menuju suatu integrasi sehat dari kendaraan-kendaraan" [Sub-judul artikel]

4. "Dalam pandangan saya, kedua jalan (atau kendaraan) – jalan Arahant dan jalan bodhisattva – dapat dilihat sebagai ungkapan yang benar dari ajaran Buddha."

5. "Buddhisme sejati memerlukan seluruh tiga ini: Buddha, Arahant, dan Bodhisattva. Diperlukan Buddha untuk menemukan dan mengajarkan jalan menuju kebebasan; diperlukan Arahant untuk mengikuti sang jalan dan mengkonfirmasi bahwa Dharma sungguh menuntun menuju kebebasan, menghias ajaran dengan teladan dari mereka yang menjalani kehidupan suci yang paling murni; diperlukan bodhisattva untuk membawa tekad untuk menyempurnakan kualitas-kualitas yang memungkinkan mereka pada suatu titik tertentu di masa depan, apakah jauh atau dekat, untuk menjadi Buddha dan sekali lagi memutar Roda Dharma yang tanpa bandingnya."

 
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #62 on: 11 May 2011, 02:53:32 PM »
Kalau saya lebih tertarik menelaah Theravada dan Mahayana secara internal. Menurut saya, ajaran yang baik itu ajaran yang dari awal sampai akhir-nya memiliki sinkronisasi yang tidak bertabrakan antar konsep-konsep di dalam-nya, menjadi satu kesatuan doktrin.

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #63 on: 11 May 2011, 03:32:03 PM »
Kalau saya lebih tertarik menelaah Theravada dan Mahayana secara internal. Menurut saya, ajaran yang baik itu ajaran yang dari awal sampai akhir-nya memiliki sinkronisasi yang tidak bertabrakan antar konsep-konsep di dalam-nya, menjadi satu kesatuan doktrin.


Saya setuju. Konsistensi doktrin memang penting. Meskipun demikian, hal ini hanya berlaku dalam tataran wacana yang terdiri dari pikiran dan bahasa belaka. Ketika kita bicara tentang praktik, yang melampaui pikiran dan kata-kata, konsistensi dalam doktrin tidaklah perlu. Saya pernah membaca ucapan seorang Master Zen yang kurang lebih berarti mengatakan bahwa "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin." Saya memahami kata-kata ini sebagai bahwa dalam praktik, terutama praktik Buddhisme Zen, tidak mengenal ada yang namanya doktrin. "Doktrin" dalam Zen digunakan hanya untuk membantu praktik, bukan demi semata-mata membangun sebuah doktrin yang sempurna tanpa cela (konsisten, logis, tak terbantahkan, dll). Hal yang sama, menurut hemat saya, berlaku juga untuk Buddhisme secara umum. Semua doktrin dalam Buddhisme hanyalah cara untuk membantu praktik agar makhluk hidup terlepas dari Samsara, bukan untuk membangun sebuah doktrin sempurna yang tak terbantahkan secara logis.

Ini pendapat saya. Mohon maaf kalau kurang berkenaan untuk teman2 sekalian.   
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #64 on: 11 May 2011, 03:39:33 PM »
Saya setuju. Konsistensi doktrin memang penting. Meskipun demikian, hal ini hanya berlaku dalam tataran wacana yang terdiri dari pikiran dan bahasa belaka. Ketika kita bicara tentang praktik, yang melampaui pikiran dan kata-kata, konsistensi dalam doktrin tidaklah perlu. Saya pernah membaca ucapan seorang Master Zen yang kurang lebih berarti mengatakan bahwa "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin." Saya memahami kata-kata ini sebagai bahwa dalam praktik, terutama praktik Buddhisme Zen, tidak mengenal ada yang namanya doktrin. "Doktrin" dalam Zen digunakan hanya untuk membantu praktik, bukan demi semata-mata membangun sebuah doktrin yang sempurna tanpa cela (konsisten, logis, tak terbantahkan, dll). Hal yang sama, menurut hemat saya, berlaku juga untuk Buddhisme secara umum. Semua doktrin dalam Buddhisme hanyalah cara untuk membantu praktik agar makhluk hidup terlepas dari Samsara, bukan untuk membangun sebuah doktrin sempurna yang tak terbantahkan secara logis.

Ini pendapat saya. Mohon maaf kalau kurang berkenaan untuk teman2 sekalian.   

- dan "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin" juga adalah doktrin...

- Di dalam Saddharmapundarika Sutra (Mahayana) para sravaka bisa keluar dari nibbana (parinibbana) untuk ber-inkarnasi/ber-emanasi lagi di masa mendatang untuk bisa mencapai annutara samyaksambuddha. dan untuk mencapai annutara samyaksambuddha, hanya bisa dilakukan di dunia manusia = terlahir kembali = mengalami samsara.

- Di dalam Saddharmapundarika Sutra (Mahayana) juga dikatakan Buddha Sakyamuni telah mencapai ke-buddha-an sejak berkalpa-kalpa yang lampau... Jadi "skenario" bodhisatta mengarungi kehidupan untuk mengumpulkan parami sampai dengan kelahiran terakhir sebagai siddharta = apakah bukan adalah samsara (mengalami penderitaan, minimal penderitaan fisik) KALAU dikatakan Buddha Sakyamuni telah mencapai ke-buddha-an sejak berkalpa kalpa yang lampau...
« Last Edit: 11 May 2011, 03:43:42 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #65 on: 11 May 2011, 03:43:23 PM »
dan "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin" juga adalah doktrin...

Jika kamu menjadikannya doktrin ya jadilah ia doktrin, tapi kalau seandainya engkau menganggapnya hanya uap di pagi hari hari....:)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #66 on: 11 May 2011, 03:44:57 PM »
Jika kamu menjadikannya doktrin ya jadilah ia doktrin, tapi kalau seandainya engkau menganggapnya hanya uap di pagi hari hari....:)

lah... bukan-nya anda yang mencoba mendoktrin ala Zen.. wkwkwkwkwkw
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #67 on: 11 May 2011, 03:49:41 PM »
lah... bukan-nya anda yang mencoba mendoktrin ala Zen.. wkwkwkwkwkw

Tunjukkan mana yang doktrin!
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #68 on: 11 May 2011, 03:50:57 PM »
terima kasih atas infonya.

saya ingin bertanya bro indra walau pun ini mungkin OOT , jika seperti saya ini termasuk ke aliran mana? saya memuja buddha dan avolokistesvara boddhisatva dan saya juga ke kelenteng juga walaupun tidak sering  _/\_

aliran cap cai  (bercanda)
=)) =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #69 on: 11 May 2011, 03:53:14 PM »
Tunjukkan mana yang doktrin!

dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #70 on: 11 May 2011, 03:53:58 PM »
- dan "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin" juga adalah doktrin...

- Di dalam Saddharmapundarika Sutra (Mahayana) para sravaka bisa keluar dari nibbana (parinibbana) untuk ber-inkarnasi/ber-emanasi lagi di masa mendatang untuk bisa mencapai annutara samyaksambuddha. dan untuk mencapai annutara samyaksambuddha, hanya bisa dilakukan di dunia manusia = terlahir kembali = mengalami samsara.

- Di dalam Saddharmapundarika Sutra (Mahayana) juga dikatakan Buddha Sakyamuni telah mencapai ke-buddha-an sejak berkalpa-kalpa yang lampau... Jadi "skenario" bodhisatta mengarungi kehidupan untuk mengumpulkan parami sampai dengan kelahiran terakhir sebagai siddharta = apakah bukan adalah samsara (mengalami penderitaan, minimal penderitaan fisik) KALAU dikatakan Buddha Sakyamuni telah mencapai ke-buddha-an sejak berkalpa kalpa yang lampau...

sudah jelas sutra demikian tidak konsisten
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #71 on: 11 May 2011, 03:56:50 PM »
dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin.

Sekarang Anda yang sedang berdoktrin kalau gitu wkwkwkwk
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #72 on: 11 May 2011, 04:21:14 PM »
Seorang buta membutuhkan penuntun jalan yang di sebelah kanan dan kirinya adalah jurang curam, kebetulan ada seorang yang dapat melihat berniat membantunya. Kepada orang buta tersebut, orang itu berusaha mengarahkan agar ia tetap lurus pada jalan sehingga tidak terjatuh ke jurang. Ia memberikan perintah dari kata-kata kepada orang buta tersebut, "lurus-lurus saja" atau "Ke kanan, kanan sedikit..." ketika si buta mulai melenceng ke kiri. Dan saat orang buta itu berjalan terlalu ke kanan hingga hampir jatuh ke jurang, si penuntun berkata, "Ke kiri." Orang buta itu mencoba mematuhi instruksinya, mengarahkan langkah kakinya ke kiri. Tapi ketika ia mulai keluar jalur lurus lagi, si penuntun berkata "Kanan!kanan!". Demikianlah terus hal demikian berulang-ulang ia lakukan dengan tujuan agar menjaga si buta tetap lurus pada jalannya.

Si orang buta yang tidak bisa melihat jalan akhirnya menjadi kesal dan merasa dipermainkan oleh orang tersebut, "Bagaimana ini, kok tidak konsisten. Tadi bilang ke kiri, sekarang ke kanan. Saya menurutinya ke kanan, sekarang ia menyuruh saya ke kiri! Apa-apaan ini!!!!"

Nah,  doktrin dalam Buddhisme itu seperti tuntunan dari orang yang ingin membantu si buta tersebut agar berjalan tetap lurus. Terdengar bisa tidak konsisten, jika tidak dipahami maksudnya. Orang yang mengandalkan pikiran logis semata, mudah terjebak untuk mengeluh: "Kok tidak konsisten sih!" seperti yang dilakukan oleh si buta.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #73 on: 11 May 2011, 04:52:16 PM »
Sekarang Anda yang sedang berdoktrin kalau gitu wkwkwkwk

Kalau saya ber-doktrin, oke-lah... saya terima... kalau anda ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #74 on: 11 May 2011, 04:53:44 PM »
Seorang buta membutuhkan penuntun jalan yang di sebelah kanan dan kirinya adalah jurang curam, kebetulan ada seorang yang dapat melihat berniat membantunya. Kepada orang buta tersebut, orang itu berusaha mengarahkan agar ia tetap lurus pada jalan sehingga tidak terjatuh ke jurang. Ia memberikan perintah dari kata-kata kepada orang buta tersebut, "lurus-lurus saja" atau "Ke kanan, kanan sedikit..." ketika si buta mulai melenceng ke kiri. Dan saat orang buta itu berjalan terlalu ke kanan hingga hampir jatuh ke jurang, si penuntun berkata, "Ke kiri." Orang buta itu mencoba mematuhi instruksinya, mengarahkan langkah kakinya ke kiri. Tapi ketika ia mulai keluar jalur lurus lagi, si penuntun berkata "Kanan!kanan!". Demikianlah terus hal demikian berulang-ulang ia lakukan dengan tujuan agar menjaga si buta tetap lurus pada jalannya.

Si orang buta yang tidak bisa melihat jalan akhirnya menjadi kesal dan merasa dipermainkan oleh orang tersebut, "Bagaimana ini, kok tidak konsisten. Tadi bilang ke kiri, sekarang ke kanan. Saya menurutinya ke kanan, sekarang ia menyuruh saya ke kiri! Apa-apaan ini!!!!"

Nah,  doktrin dalam Buddhisme itu seperti tuntunan dari orang yang ingin membantu si buta tersebut agar berjalan tetap lurus. Terdengar bisa tidak konsisten, jika tidak dipahami maksudnya. Orang yang mengandalkan pikiran logis semata, mudah terjebak untuk mengeluh: "Kok tidak konsisten sih!" seperti yang dilakukan oleh si buta.

Ada yang seperti orang "buta" di sini (DC) ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

 

anything