//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Mahayana vs Theravada  (Read 26294 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Mahayana vs Theravada
« on: 09 May 2011, 08:17:55 AM »
Sengaja bikin judul yg sedikit provokatif, agar lebih mengundang pembaca. akan tetapi, artikel ini intinya memang menjelaskan tentang Mahayana dan Theravada yg dieksplorasi dari Sutta-sutta dan Sutra-sutra.

berikut ini adalah sedikit perangsang bagi para pembaca:

Quote
Saya akan membahas kedua pandangan secara berurutan, dan dimulai dengan para Arahant kuno. Walaupun Sang Buddha adalah yang pertama dalam menemukan sang jalan menuju kebebasan, hal ini bukan berarti bahwa para siswa Arahant secara egois memetik manfaat dari sang jalan dan tidak melakukan apa pun demi makhluk lain. Sebaliknya, dalam sutta-sutta kita dapat melihat bahwa banyak di antara mereka yang menjadi guru-guru besar secara sukarela yang mampu memimpin orang lain menuju kebebasan. Yang paling terkenal di antara mereka adalah Sāriputta, Mahākaccāna, Mogāllana, dan Ānanda. Ada Bhikkhu Puṇṇa yang pergi ke negeri Sunāparanta yang barbar, membahayakan hidupnya untuk mengajar Dhamma kepada orang-orang di sana. Ada para bhikkhunī seperti Khemā dan Dhammadinnā, yang adalah para pembabar yang mengagumkan, Patācārā, yang adalah ahli disiplin, dan banyak lainnya. Selama empat ratus tahun, teks-teks Buddhis dilestarikan secara lisan, disampaikan dari guru-guru kepada murid-murid, dan jelas ada ribuan bhikkhu dan bhikkhunī yang mengabdikan hidupnya untuk mempelajari teks-teks ini dan mengajarkannya kepada murid-murid, semuanya demi untuk melestarikan Dhamma dan Vinaya yang baik ini di dunia.

Teladan yang dibentuk oleh para siswa Arahant Sang Buddha telah menjadi model bagi para pengikut sosok ideal Arahant sepanjang sejarah. Walaupun mereka yang mengikuti sosok ideal ini tidak melakukan sumpah sombong seperti para pengikut sosok ideal bodhisattva, namun mereka terinspirasi oleh teladan Sang Buddha dan para siswa besarNya demi mengangkat spiritual dan moral orang lain hingga sebatas kemampuan mereka: melalui pengajaran, contohnya, dan melalui pengaruh spiritual langsung, yang dipicu oleh perintah Sang Buddha untuk “mengembaralah demi kesejahteraan banyak orang, demi kebahagiaan banyak orang, demi belas kasihan kepada dunia, demi kebaikan, kesejahteraan, dan kebahagiaan para deva dan manusia.”  ---> ini menjelaskan pertanyaan "theravada egois"

pokoknya bacaan menarik deh, selengkapnya silakan klik http://dhammacitta.org/dcpedia/Para_Arahant,_Boddhisattva,_dan_Buddha_(Bodhi)



Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #1 on: 09 May 2011, 08:31:41 AM »
Sebenarnya uda baca seh, tapi mo baca lagi sapa tau saya ada salah memaknai kalimat  ;D

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #2 on: 09 May 2011, 08:36:46 AM »
kayanya member DC banyakan theravada nih...diundang mahayanis donk  ;D

Offline dukun

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 148
  • Reputasi: 8
  • Long lasting love
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #3 on: 09 May 2011, 09:42:10 AM »
kayanya member DC banyakan theravada nih...diundang mahayanis donk  ;D

Mahayanis sudah pada kabur dan baru muncul juara bertahan doe-djoe ^-^
Everjoy

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #4 on: 09 May 2011, 06:44:09 PM »
apa yang membedakan seseorang beraliran mahayana dan theravada?

 _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #5 on: 09 May 2011, 06:45:05 PM »
apa yang membedakan seseorang beraliran mahayana dan theravada?

 _/\_

baca dulu artikel dalam link di atas, setelah itu baru kita diskusikan

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #6 on: 09 May 2011, 06:49:24 PM »
belum selesai semua bro, baru sedikit  ;D

Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #7 on: 09 May 2011, 07:33:42 PM »
maaf bro indra dimana saya bisa membaca Ugraparipcchā Sūtra yang sudah di terjemahkan ke bahasa indonesia apakah bisa share linknya ? _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #8 on: 09 May 2011, 07:35:47 PM »
maaf bro indra dimana saya bisa membaca Ugraparipcchā Sūtra yang sudah di terjemahkan ke bahasa indonesia apakah bisa share linknya ? _/\_

mohon maaf saya tidak memiliki informasi untuk sumber bacaan dari Mahayana, mungkin member lain dapat membantu

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #9 on: 09 May 2011, 07:49:02 PM »
mohon maaf saya tidak memiliki informasi untuk sumber bacaan dari Mahayana, mungkin member lain dapat membantu

terima kasih atas infonya.

saya ingin bertanya bro indra walau pun ini mungkin OOT , jika seperti saya ini termasuk ke aliran mana? saya memuja buddha dan avolokistesvara boddhisatva dan saya juga ke kelenteng juga walaupun tidak sering  _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #10 on: 09 May 2011, 07:54:53 PM »
terima kasih atas infonya.

saya ingin bertanya bro indra walau pun ini mungkin OOT , jika seperti saya ini termasuk ke aliran mana? saya memuja buddha dan avolokistesvara boddhisatva dan saya juga ke kelenteng juga walaupun tidak sering  _/\_

sebenarnya dalam Buddhisme hanya ada 2 aliran mainstream, yaitu Mahayana dan Theravada. sub aliran spt Tantrayana, Zen, dll termasuk ke dalam Mahayana. setelah membaca artikel di atas, anda akan bisa menilai sendiri, termasuk dalam kelompok mana anda itu. pengikut Arahat (Theravada), atau pengikut Bodhisattva (Mahayana). atau (yg not recommended) pengikut sinkretisme keduanya.

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #11 on: 09 May 2011, 08:04:14 PM »
Ga ad aliran Buddhayana y? :P

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #12 on: 09 May 2011, 08:08:10 PM »
Ga ad aliran Buddhayana y? :P

maaf mengecewakan, gak ada tuh. Buddhayana di Indonesia adalah wadah yg menampung 3 aliran Mahayana, Theravada, Tantrayana, tapi bagaimana mekanisme "menampung"nya, i don't know

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #13 on: 09 May 2011, 08:16:22 PM »
Kalo vihara mahayana n theravada bedanya apa ya? Theravada ga ad patung Bodhisatva ya? Kalo mahayana mesti vegetarian ya? Kalo bole makan dgg asal daging bersih (tidak membunuh lgsg,menyuruh membunuh,dibunuh untuknya dll) tu aliran apa?

Offline wang ai lie

  • Sebelumnya: anggia.gunawan
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.204
  • Reputasi: 72
  • Gender: Male
  • Terpujilah Sang Bhagava,Guru para Dewa dan Manusia
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #14 on: 09 May 2011, 08:18:20 PM »
berarti saya cenderung ke not recomended  , terimakasih masukannya _/\_
Namo Mahakarunikaya Avalokitesvaraya, Semoga dengan cepat saya mengetahui semua ajaran Dharma,berada dalam perahu Prajna,mencapai Sila, Samadhi, dan Prajna,berada dalam kediaman tanpa perbuatan,bersatu dengan Tubuh Agung Dharma

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #15 on: 09 May 2011, 08:23:19 PM »
Kalo vihara mahayana n theravada bedanya apa ya? Theravada ga ad patung Bodhisatva ya? Kalo mahayana mesti vegetarian ya? Kalo bole makan dgg asal daging bersih (tidak membunuh lgsg,menyuruh membunuh,dibunuh untuknya dll) tu aliran apa?

kalau dari bangunan viharanya, biasanya vihara mahayana lebih bernuansa china, karena mahayana di indonesia lebih banyak dipengaruhi oleh china. sedangkan vihara theravada lebih dipengaruhi oleh thailand, karena saat ini buddhisme theravada di indonesia masih lebih banyak menerima pengaruh dari thailand. tapi umumnya karena pertimbangan dana, kebanyakan bangunan vihara sudah lebih menyerupai bangunan rumah biasa.

dari altarnya, mahayana lebih rame patungnya, ada patung Buddha Amitabha, Bodhisattva Avalokitesvara, dan banyak Buddha dan Bodhisattva lainnya. sedangkan Theravada lebih sepi, biasanya hanya 1 patung Buddha Gotama, kalau ada dana lebih biasanya ditambahkan patung 2 siswa utama Sariputta dan Moggallana di sebelah kanan dan kiri patung Buddha Gotama.

dalam hal makanan, mahayana umumnya melatih vegetarianism. Sedangkan Theravada lebih liberal dalam hal makanan asalkan memenuhi persyaratan tertentu, yaitu boleh makan daging asalkan tidak membunuh atau menyuruh membunuh, tidak mengetahui ketika dibunuh, dll.



Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #16 on: 09 May 2011, 08:40:40 PM »
 [at] kk indra
♥·♡ τнänκ чöü ♥·♡   penjelasannya... (∩_∩)
Tp Boddhisatva juga ada di Theravada kan, bedanya Avalokiteshvara ga ad di Theravada ya? Apakah yg salah di Mahayana mnrt kk?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #17 on: 09 May 2011, 09:09:02 PM »
[at] kk indra
♥·♡ τнänκ чöü ♥·♡   penjelasannya... (∩_∩)
Tp Boddhisatva juga ada di Theravada kan, bedanya Avalokiteshvara ga ad di Theravada ya? Apakah yg salah di Mahayana mnrt kk?

penjelasan atas pertanyaan ini adalah inti dari artikel di atas itu. ayo dibaca

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #18 on: 09 May 2011, 09:35:42 PM »
Wah, berarti vihara yang biasa saya datangi bukan theravada yak. Banyak rupangnya, ada caokun dan para somdeth di altarnya. Ada pula tempat sembahyang kwan im.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #19 on: 09 May 2011, 09:43:47 PM »
Wah, berarti vihara yang biasa saya datangi bukan theravada yak. Banyak rupangnya, ada caokun dan para somdeth di altarnya. Ada pula tempat sembahyang kwan im.

itu hanyalah improvisasi dalam rangka berkompromi dengan pasar

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #20 on: 10 May 2011, 12:07:16 AM »
Bikkhu Bodhi terperangkap dalam pembedaan yang diciptakannya sendiri, “penganut Nikāya murni” dan “kaum elit Mahāyāna.” Dari pembedaan ini, lihatlah, beliau menyembunyikan kata "Theravada" dengan malu-malu dalam istilah “penganut Nikāya murni” (secara eksplisit menolaknya sebagai sama dengan Theravada, tapi secara implisit menyamakannya dengan Theravada), sedangkan kata "Mahāyāna" dipasang secara mentereng pada istilah kedua. Jelas ada ketimpangan dalam pandangan. Yang satu "murni", sedangkan yang satunya lagi "tidak murni". Dari dua istilah ini saja sudah terlihat bahwa posisi beliau tidak terlalu netral, meski ia hendak mengesankan  atau berusaha untuk netral.

 
« Last Edit: 10 May 2011, 12:11:14 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Sunkmanitu Tanka Ob'waci

  • Sebelumnya: Karuna, Wolverine, gachapin
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 5.806
  • Reputasi: 239
  • Gender: Male
  • 会いたい。
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #21 on: 10 May 2011, 07:19:07 AM »
Menurut saya itu fakta atau bukan fakta, bukan masalah netral atau tidak. Memang faktanya ada yang mengikuti nikaya secara murni, ada yang mengikuti tambahan lain. Masalah tamnbahan tersebut asli atau palsu, berguna atau tidak bukan bagian jawaban saya.
HANYA MENERIMA UCAPAN TERIMA KASIH DALAM BENTUK GRP
Fake friends are like shadows never around on your darkest days

Offline rooney

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.750
  • Reputasi: 47
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia...
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #22 on: 10 May 2011, 08:09:00 AM »
Penjelasan bhikku Bodhi bagus... Kalau saya perkirakan memang di zaman semasa Buddha masih hidup dan sewaktu awal-awal sesudah sang Buddha mangkat memang tidak ada yang namanya ajaran tentang jalan Bodhisattva. Namun, seiring dengan perkembangan zaman, dirasa perlu ditambahkan ajaran yang lebih tinggi dan rumit yang tentunya mampu bersaing dengan tetangga  ;D
« Last Edit: 10 May 2011, 08:10:54 AM by rooney »

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #23 on: 10 May 2011, 08:41:12 AM »
Bikkhu Bodhi terperangkap dalam pembedaan yang diciptakannya sendiri, “penganut Nikāya murni” dan “kaum elit Mahāyāna.” Dari pembedaan ini, lihatlah, beliau menyembunyikan kata "Theravada" dengan malu-malu dalam istilah “penganut Nikāya murni” (secara eksplisit menolaknya sebagai sama dengan Theravada, tapi secara implisit menyamakannya dengan Theravada), sedangkan kata "Mahāyāna" dipasang secara mentereng pada istilah kedua. Jelas ada ketimpangan dalam pandangan. Yang satu "murni", sedangkan yang satunya lagi "tidak murni". Dari dua istilah ini saja sudah terlihat bahwa posisi beliau tidak terlalu netral, meski ia hendak mengesankan  atau berusaha untuk netral.

 

Di awal artikel Beliau sudah menjelaskan bahwa "penganut nikaya murni" adalah Theravada dan beberapa aliran buddhisme awal lainnya. jadi memang tidak bisa disebut sbg Theravada karena bukan hanya Theravada saja. sebaliknya untuk bagian "Kaum Elit Mahayana" memang hanya mewakili para Mahayanis.

Offline Kelana

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.225
  • Reputasi: 142
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #24 on: 10 May 2011, 08:49:43 AM »
Bikkhu Bodhi terperangkap dalam pembedaan yang diciptakannya sendiri, “penganut Nikāya murni” dan “kaum elit Mahāyāna.” Dari pembedaan ini, lihatlah, beliau menyembunyikan kata "Theravada" dengan malu-malu dalam istilah “penganut Nikāya murni” (secara eksplisit menolaknya sebagai sama dengan Theravada, tapi secara implisit menyamakannya dengan Theravada), sedangkan kata "Mahāyāna" dipasang secara mentereng pada istilah kedua. Jelas ada ketimpangan dalam pandangan. Yang satu "murni", sedangkan yang satunya lagi "tidak murni". Dari dua istilah ini saja sudah terlihat bahwa posisi beliau tidak terlalu netral, meski ia hendak mengesankan  atau berusaha untuk netral.

 

Sepemahaman saya, seharusnya jawabannya sudah termuat pada penjelasan di awal artikel Bhikkhu Bodhi berikut:

Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena tradisi Theravāda telah menyerap sosok Bodhisattva ke dalam kerangkanya dan dengan demikian mengenali validitas baik Kearahataan dan Kebuddhaan sebagai sasaran cita-cita.(Persaingan Teladan Buddhis, alinea 1, kalimat 2)

----
Jadi sepemahaman saya, istilah “penganut Nikāya murni” tidaklah mengacu pada Theravada. Lalu mengacu pada siapa/apa? Mengacu kepada mereka yang hanya menggunakan kitab-kitab Nikaya dan Agama sebagai sumbernya (Buddhisme awal).
GKBU
 
_/\_ suvatthi hotu


- finire -

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #25 on: 10 May 2011, 12:13:41 PM »
Di awal artikel Beliau sudah menjelaskan bahwa "penganut nikaya murni" adalah Theravada dan beberapa aliran buddhisme awal lainnya. jadi memang tidak bisa disebut sbg Theravada karena bukan hanya Theravada saja. sebaliknya untuk bagian "Kaum Elit Mahayana" memang hanya mewakili para Mahayanis.

Jelaskan kalau gitu. Cara penyebutannya tendensius sekali.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #26 on: 10 May 2011, 12:15:29 PM »
Sepemahaman saya, seharusnya jawabannya sudah termuat pada penjelasan di awal artikel Bhikkhu Bodhi berikut:

Anggapan ini tidak sepenuhnya benar, karena tradisi Theravāda telah menyerap sosok Bodhisattva ke dalam kerangkanya dan dengan demikian mengenali validitas baik Kearahataan dan Kebuddhaan sebagai sasaran cita-cita.(Persaingan Teladan Buddhis, alinea 1, kalimat 2)

----
Jadi sepemahaman saya, istilah “penganut Nikāya murni” tidaklah mengacu pada Theravada. Lalu mengacu pada siapa/apa? Mengacu kepada mereka yang hanya menggunakan kitab-kitab Nikaya dan Agama sebagai sumbernya (Buddhisme awal).


Soal ini kan sudah dijawab sama Bro Indra di atas: “Penganut Nikāya murni” yang dimaksud beliau bukan cuma Theravada, namun Theravada termasuk di dalamnya.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #27 on: 10 May 2011, 12:16:14 PM »
Jelaskan kalau gitu. Cara penyebutannya tendensius sekali.

memang sudah di jelaskan di awal artikel, seperti yg sudah dikutip oleh Bro Kelana di atas

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #28 on: 10 May 2011, 12:21:47 PM »
sebenarnya dalam Buddhisme hanya ada 2 aliran mainstream, yaitu Mahayana dan Theravada. sub aliran spt Tantrayana, Zen, dll termasuk ke dalam Mahayana. setelah membaca artikel di atas, anda akan bisa menilai sendiri, termasuk dalam kelompok mana anda itu. pengikut Arahat (Theravada), atau pengikut Bodhisattva (Mahayana). atau (yg not recommended) pengikut sinkretisme keduanya.

Benarkan, Melabelkan diri sendiri.
Jika anda melabelkan diri sendiri A, Ketika orang bilang A jelek, maka kena sendiri.
Jika anda tidak melekat pada A, tidak melabelkan diri anda A, maka anda akan terbebaskan

Siapa yang bikin siapa menderita? Orang yang bilang A jelekkah? atau diri sendiri?

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #29 on: 10 May 2011, 12:26:16 PM »
Benarkan, Melabelkan diri sendiri.
Jika anda melabelkan diri sendiri A, Ketika orang bilang A jelek, maka kena sendiri.
Jika anda tidak melekat pada A, tidak melabelkan diri anda A, maka anda akan terbebaskan

Siapa yang bikin siapa menderita? Orang yang bilang A jelekkah? atau diri sendiri?

saya tidak menangkap maksud tulisan anda, bisa tolong lebih jelas? siapa yg melabelkan drii sendiri pada postingan saya di atas?

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #30 on: 10 May 2011, 02:13:45 PM »
memang sudah di jelaskan di awal artikel, seperti yg sudah dikutip oleh Bro Kelana di atas

Nah, kalau memang “Penganut Nikāya murni” bukan Theravada (saja), lalu sebenarnya siapakah yang diklaim sebagai demikian?

Coba perhatikan, apa yang dimaksud oleh beliau sebagai "Buddhisme Awal" atau"Penganut Nikaya murni" pada pernyataan berikut:

"Yang saya maksudkan adalah jenis Buddhisme yang terwujud dalam Nikāya-nikāya kuno dari Buddhisme Theravada dan dalam teks-teks bersesuaian dari aliran lain di Buddhisme India yang tidak berhasil bertahan dalam kehancuran Buddhisme di India."

Kalau "Penganut Nikaya murni" yag asli "tidak bertahan dalam kehancuran" di masa lalu, lantas sebenarnya siapa yang layak disebut sebagai "Penganut Nikaya murni" pada masa kini? Hal ini penting, karena beliau menyerukan kepada Umat Buddha untuk kembali ke "Nikaya murni". Lantas, jika demikian, dengan tolak ukur apakah menentukan mana  nikaya murni sedangkan mana yang tidak? Seberapa yakinkah Nikaya pali yang beredar pada masa kini adalah benar-benar murni??

Jika kemudian, ada umat Buddha yang sedang menamai dirinya sebagai "Penganut Nikaya murni" dan kemudian membedakan dirinya dari tradisi Theravada dan Mahayana yang ada pada masa kini, bukankah dirinya akan dianggap sedang mendirikan aliran Buddha yangbaru? Jangan-jangan, yang bersangkutan sedang terjebak membuat sekte baru yang dinamakannya sebagai “Penganut Nikāya murni.”  :)


« Last Edit: 10 May 2011, 02:16:13 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #31 on: 10 May 2011, 03:19:48 PM »
Hal ini penting, karena beliau menyerukan kepada Umat Buddha untuk kembali ke "Nikaya murni".

maaf mungkin terlewatkan oleh saya, di bagian manakah beliau menyerukan spt kata anda itu?

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #32 on: 10 May 2011, 03:21:54 PM »
maaf mungkin terlewatkan oleh saya, di bagian manakah beliau menyerukan spt kata anda itu?

Pada bagian akhir:
"[..] kita masih harus menghindari segala jenis sinkretisme yang mengarah pada pencemaran ajaran-ajaran asli dari Buddha historis, dengan menganggapnya hanya sebagai alat bantu atau adaptasi pada iklim religius di India pada masaNya yang diterjemahkan menyimpang oleh ajaran-ajaran yang muncul pada periode belakangan. Jenis toleransi yang diperlukan adalah yang menghormati ke-otentik-an Buddhisme Awal sejauh kita dapat menentukan sifatnya dari catatan-catatan sejarah yang paling tua, namun juga dapat mengenali kapasitas Buddhisme untuk menjalani transformasi sejarah yang asli yang membawa kepada manifestasi potensi tersembunyi dari ajaran kuno, transformasi tidak harus bahwa sesuatu harus muncul sejak awal ajaran akan tetapi yang memperkaya tradisi yang bersumber langsung dari Sang Buddha. "
« Last Edit: 10 May 2011, 03:23:32 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #33 on: 10 May 2011, 03:25:16 PM »
Pada bagian akhir:
"[..] kita masih harus menghindari segala jenis sinkretisme yang mengarah pada pencemaran ajaran-ajaran asli dari Buddha historis, dengan menganggapnya hanya sebagai alat bantu atau adaptasi pada iklim religius di India pada masaNya yang diterjemahkan menyimpang oleh ajaran-ajaran yang muncul pada periode belakangan"

saya kok tidak menangkap kesan seruan untuk kembali ke "Nikaya murni", hanya ajakan untuk menghindari sinkretisme, yg memang sekarang ini terbukti memudarkan esensi dari ajaran asli baik Theravada maupun Mahayana.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #34 on: 10 May 2011, 03:35:31 PM »
saya kok tidak menangkap kesan seruan untuk kembali ke "Nikaya murni", hanya ajakan untuk menghindari sinkretisme, yg memang sekarang ini terbukti memudarkan esensi dari ajaran asli baik Theravada maupun Mahayana.

Pada bagian yang saya warnai dengan biru, yaitu bagian yang mengandung  seruan untuk kembali "ajaran asli dari Buddha historis" yang dianggap sebagai "otentik".

Bandingkan dengan pengertiannya mengenai "penganut Nikaya murni" berikut ini:

"Suatu sikap yang berlawanan yang umum terdapat di antara pendukung Nikāya-nikāya yang konservatif yang menolak semua perkembangan belakangan dalam sejarah pemikiran Buddhis sebagai penyimpangan dan distorsi, suatu kemunduran dari 'keaslian murni' dari ajaran kuno. Saya menyebut sikap ini sebagai 'penganut kemurnian Nikāya.'"

Dalam hal ini, bukankah sinkretisme merupakan "penyimpangan" atau "distorsi" dari "keaslian murni" menurut pengertian ini?


« Last Edit: 10 May 2011, 03:38:29 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #35 on: 10 May 2011, 03:39:44 PM »
Pada bagian yang saya warnai dengan biru, yaitu bagian yang mengandung  seruan untuk kembali "ajaran asli dari Buddha historis" yang dianggap sebagai "otentik".

Bandingkan dengan pengertiannya mengenai "penganut Nikaya murni" berikut ini:

"Suatu sikap yang berlawanan yang umum terdapat di antara pendukung Nikāya-nikāya yang konservatif yang menolak semua perkembangan belakangan dalam sejarah pemikiran Buddhis sebagai penyimpangan dan distorsi, suatu kemunduran dari 'keaslian murni' dari ajaran kuno. Saya menyebut sikap ini sebagai 'penganut kemurnian Nikāya.'"

Dalam hal ini, bukankah sinkretisme merupakan "penyimpangan" atau "distorsi" dari "keaslian murni" menurut pengertian ini?


untuk menyederhanakan:

contoh kalimat: Seorang pasien diabetes harus menghindari makanan yg dapat menaikkan gula darah.

tidak semua makanan dapat menaikkan gula darah
bukan semua makanan yg harus dihindari melainkan hanya makanan yg dapat menaikkan gula darah.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #36 on: 10 May 2011, 03:41:21 PM »
Nikaya murni = ajaran asli dari Buddha historis = otentik
vs
Penyimpangan & distorsi = pencemaran ajaran asli = tidak otentik = sinkretisme
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #37 on: 10 May 2011, 03:44:08 PM »
Nikaya murni = ajaran asli dari Buddha historis = otentik
vs
Penyimpangan & distorsi = pencemaran ajaran asli = tidak otentik = sinkretisme

tentu itu adalah kesimpulan anda pribadi, saya tidak sependapat dengan anda dalam hal ini. kecuali ada bagian yg memang tertulis demikian

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #38 on: 10 May 2011, 03:46:48 PM »
tentu itu adalah kesimpulan anda pribadi, saya tidak sependapat dengan anda dalam hal ini. kecuali ada bagian yg memang tertulis demikian

Kalau gitu 1000 kepala ada 1000 kesimpulan. Dan yang paling paham isi tulisannya adalah beliau yang menulis artikel ini :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #39 on: 10 May 2011, 03:49:20 PM »
Kalau gitu 1000 kepala ada 1000 kesimpulan. Dan yang paling paham isi tulisannya adalah beliau yang menulis artikel ini :)

ya kemungkinan terburuk memang demikian, tapi juga ada kemungkinan cuma ada 2 kesimpulan, yaitu kesimpulan anda dan kesimpulan 999 kepala lainnya yg menafsirkan tulisan itu apa adanya

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #40 on: 10 May 2011, 03:53:52 PM »
ya kemungkinan terburuk memang demikian, tapi juga ada kemungkinan cuma ada 2 kesimpulan, yaitu kesimpulan anda dan kesimpulan 999 kepala lainnya yg menafsirkan tulisan itu apa adanya

Sulit loh menadi "apa adanya" :) Apalagi belum mencapai tingkat kesucian apapun hehehe
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #41 on: 10 May 2011, 03:56:08 PM »
 Lantas bagaimana dengan pembacaan "apa adanya" menurut Bro Indra?
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #42 on: 10 May 2011, 03:56:56 PM »
Sulit loh menadi "apa adanya" :) Apalagi belum mencapai tingkat kesucian apapun hehehe

"apa adanya" hanya dalam hal membaca artikel, tanpa melibatkan penafsiran yg rumit, hanya menginterpretasikan spt apa yg ditulis, tanpa melibatkan emosi

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #43 on: 10 May 2011, 04:00:12 PM »
"apa adanya" hanya dalam hal membaca artikel, tanpa melibatkan penafsiran yg rumit, hanya menginterpretasikan spt apa yg ditulis, tanpa melibatkan emosi

Yang bisa memengaruhi penafsiran bukan hanya emosi, tapi juga posisi pemikiran, nilai-nilai yang dianut, sejarah pengalaman hidup, sikap, paham, dogma, persepsi dan lain2.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #44 on: 10 May 2011, 04:02:05 PM »
Yang bisa memengaruhi penafsiran bukan hanya emosi, tapi juga posisi pemikiran, nilai-nilai yang dianut, sejarah pengalaman hidup, sikap, paham, dogma, persepsi dan lain2.

ya setuju, tapi berusahalah untuk bersikap netral pada waktu membaca tanpa melibatkan hal2 spt yg anda sebutkan di atas

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #45 on: 10 May 2011, 04:06:23 PM »
ya setuju, tapi berusahalah untuk bersikap netral pada waktu membaca tanpa melibatkan hal2 spt yg anda sebutkan di atas

saya membacanya dengan metode analisis semiotika, bukan sebagai seorang Mahayanis.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #46 on: 10 May 2011, 04:11:23 PM »
saya membacanya dengan metode analisis semiotika, bukan sebagai seorang Mahayanis.

saya tidak tahu metode itu, tapi saya membacanya tanpa menggunakan metode apa pun, dan saya mengikuti kesimpulan yg diambil oleh penulis, saya tidak menyimpulkan sendiri. saya sekadar membaca tanpa berusaha menghakimi penulis

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #47 on: 10 May 2011, 04:12:35 PM »
Makna kata "syncretism" menurut Merriam-Webster:
1. the combination of different forms of belief or practice
2. the fusion of two or more originally different inflectional forms

sumber: http://www.merriam-webster.com/dictionary/syncretism

Dari pengertian ini, "syncretism" secara umum dapat berarti percampur-adukan antara dua wujud/bentuk (keyakinan & praktik religius ataupun hal lainnya) yang berbeda; sehingga kesimpulannya adalah: masing-masing darinya kehilangan wujud aslinya akibat kombinasi dan percampuran tersebut. Dalam hal ini, "sinkretisme" berarti menghilangkan otentisitas.

Bagaimana menurut Bro Indra?
« Last Edit: 10 May 2011, 04:15:10 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #48 on: 10 May 2011, 04:13:38 PM »
saya tidak tahu metode itu, tapi saya membacanya tanpa menggunakan metode apa pun, dan saya mengikuti kesimpulan yg diambil oleh penulis, saya tidak menyimpulkan sendiri. saya sekadar membaca tanpa berusaha menghakimi penulis

Justru itulah, metode membantu kta agar tetap objektif dan sistematis dalam memahami teks. Tanpa metode apapun, kita mdah terjebak dalam subjektivitas dan penafsiran acak.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #49 on: 10 May 2011, 04:14:44 PM »
Makna kata "syncretism" menurut Merriam-Webster:
1. the combination of different forms of belief or practice
2. the fusion of two or more originally different inflectional forms

Dari pengertian ini, "syncretism" secara umum dapat berarti percampur-adukan antara dua wujud/bentuk (keyakinan & praktik religius ataupun hal lainnya) yang berbeda, sehingga kesimpulannya adalah masing-masing darinya kehilangan wujud aslinya akibat kombinasi dan percampuran tersebut. Dalam hal ini, "sinkretisme" berarti menghilangkan otentisitas.

Bagaimana menurut Bro Indra?

setengah setuju. jika bagian "sehingga kesimpulannya ..." dihilangkan, maka saya setuju sepenuhnya

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #50 on: 10 May 2011, 04:15:49 PM »
Justru itulah, metode membantu kta agar tetap objektif dan sistematis dalam memahami teks. Tanpa metode apapun, kita mdah terjebak dalam subjektivitas dan penafsiran acak.

mungkin kita perlu pendapat member lain di sini, bagaimana pendapat mrk setelah membaca artikel itu

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #51 on: 10 May 2011, 04:18:26 PM »
setengah setuju. jika bagian "sehingga kesimpulannya ..." dihilangkan, maka saya setuju sepenuhnya

Setiap kata-kata selalu ada konsekuensi pengertian selanjtnya. Dalam logika, sebuah kesimpulan (konklusi) muncul karena adanya premis-premis. Tidak mungkin kita menolak konklusi sama sekali kalau kita masih menggunakan nalar. Benar dan salahnya satu konklusi bisa dievaluasi dari relasinya dengan premis-premisnya. Menolak konklusi sama sekali sama dengan menolak untuk bernalar.   
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #52 on: 10 May 2011, 04:20:56 PM »
Setiap kata-kata selalu ada konsekuensi pengertian selanjtnya. Dalam logika, sebuah kesimpulan (konklusi) muncul karena adanya premis-premis. Tidak mungkin kita menolak konklusi sama sekali kalau kita masih menggunakan nalar. Benar dan salahnya satu konklusi bisa dievaluasi dari relasinya dengan premis-premisnya. Menolak konklusi sama sekali sama dengan menolak untuk bernalar.   

setuju juga, tapi kesimpulan setiap orang bisa berbeda, misalkan dalam contoh definisi yg anda bawakan di atas, saya berkesimpulan "ada sinkretisme yg mampu mempertahankan kemurnian elemen2 di dalamnya", ini bertolak belakang dengan kesimpulan anda bukan?

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #53 on: 10 May 2011, 04:22:26 PM »
mungkin kita perlu pendapat member lain di sini, bagaimana pendapat mrk setelah membaca artikel itu

Boleh saja, tapi ingat dalam ilmu logika dikenal adanya kesalahan logika argumentum ad populum, yaitu meyakini sebuah proposisi sebagai kebenaran dikarenakan banyak orang atau semua orang berpikiran sama. Pendapat orang banyak tidak selalu menjadi kebenaran.

Lalu bagaimana mecari kebenaran?

Mari kita berdiskusi :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #54 on: 10 May 2011, 04:25:36 PM »
Boleh saja, tapi ingat dalam ilmu logika dikenal adanya kesalahan logika argumentum ad populum, yaitu meyakini sebuah proposisi sebagai kebenaran dikarenakan banyak orang atau semua orang berpikiran sama. Pendapat orang banyak tidak selalu menjadi kebenaran.

Lalu bagaimana mecari kebenaran?

Mari kita berdiskusi :)

saya tidak sedang mencari kebenaran, jika suatu pendapat dapat saya terima untuk saat ini, saya sudah cukup puas dengan itu, jika suatu saat terbukti bahwa pendapat itu salah, maka saya akan merevisinya, dst. mencari kebenaran di forum sptnya salah tempat.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #55 on: 10 May 2011, 04:30:32 PM »
setuju juga, tapi kesimpulan setiap orang bisa berbeda, misalkan dalam contoh definisi yg anda bawakan di atas, saya berkesimpulan "ada sinkretisme yg mampu mempertahankan kemurnian elemen2 di dalamnya", ini bertolak belakang dengan kesimpulan anda bukan?

Kalau terjadi sinkretisme berarti tidak mungkin lagi disebut murni. Sebab "murni" dalam pengertiannya adalah "tidak tercampur apapun," sedangkan sinkretisme adalah percampuran antara dua wujud. Jadi tidak mungkin ada sesuatu yang tetap murni jika terjadi percampuran. Coba lihat dalam kamus Webster untuk "pure":  http://www.merriam-webster.com/dictionary/pure.

Ide bro Indra, dimungkinkan jika kita melihat konsep saling beroposisi antara "kemurnian" dan "percampuran/sinkretisme" adalah gradasi, bukan perbedaan absolut. Ada tingkat/level kemurnian (misalnya: emas murni 24 karat, 22 karat dan seterusnya). Meski demikian, hal ini tetap saja tidak menghilangkan fakta bahwa "murn" dan "campur" adalah dua ujung ekstrim dalam kontinuum tersebut.
« Last Edit: 10 May 2011, 04:34:14 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #56 on: 10 May 2011, 04:33:29 PM »
saya tidak sedang mencari kebenaran, jika suatu pendapat dapat saya terima untuk saat ini, saya sudah cukup puas dengan itu, jika suatu saat terbukti bahwa pendapat itu salah, maka saya akan merevisinya, dst. mencari kebenaran di forum sptnya salah tempat.

Ada kebenaran yang namanya kebenaran absolut (seperti Samsara, Nirvana, karma, dan lain2), namun ada kebenaran yang sifatnya relatif atau sementara. Tentu saja dalam diskusi semacama dalam forum ini hanya ada kebenaran relatif atau sementara. Bagaimanapun kan hanya kumpulan2 dari argumen dan opini. 
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #57 on: 10 May 2011, 04:35:14 PM »
Kalau terjadi sinkretisme berarti tidak mungkin lagi disebut murni. Sebab "murni" dalam pengertiannya adalah "tidak tercampur apapun," sedangkan sinkretisme adalah percampuran adalah dua wujud. Jadi tidak mungkin ada sesuatu yang tetap murni jika terjadi percampuran. Coba lihat dalam kamus Webster untuk "pure":  http://www.merriam-webster.com/dictionary/pure.

Ide bro Indra, dimungkinkan jika kita melihat konsep saling beroposisi antara "kemurnian" dan "percampuran/sinkretisme" adalah gradasi, bukan perbedaan absolut. Ada tingkat/level kemurnian (misalnya: emas murni 24 karat, 22 karat dan seterusnya). Meski demikian, hal ini tetap saja tidak menghilangkan fakta bahwa "murn" dan "campur" adalah dua ujung ekstrim dalam kontinuum tersebut.

Sang Buddha Gotama adalah teladan bagi penganut Arahat dan penganut Bodhisattva, bukankah penganut keduanya berujung pada Sang Buddha Gotama? dalam artikel itu dijelaskan bahwa para Arahat pun melakukan aktivitas sosial seperti halnya penganut Bodhisattva, dan sebaliknya penganut Bodhisattva pun tidak melulu melakukan aktivitas sosial, mereka juga melatih samadhi dan pandangan terang. bukankah sebenarnya hal demikian adalah sinkretisme, dalam jenis yg tetap murni pada masing2 aliran?

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #58 on: 11 May 2011, 10:28:52 AM »
Sang Buddha Gotama adalah teladan bagi penganut Arahat dan penganut Bodhisattva, bukankah penganut keduanya berujung pada Sang Buddha Gotama? dalam artikel itu dijelaskan bahwa para Arahat pun melakukan aktivitas sosial seperti halnya penganut Bodhisattva, dan sebaliknya penganut Bodhisattva pun tidak melulu melakukan aktivitas sosial, mereka juga melatih samadhi dan pandangan terang. bukankah sebenarnya hal demikian adalah sinkretisme, dalam jenis yg tetap murni pada masing2 aliran?

Dalam kacamata Bikkhu Bodhi (setidaknya sebagaimana yang saya tangkap), hal yang bro Indra maksud di atas bukan sinkretisme. Pada bagian akhir artikel tersebut, beliau menawarkan apa yang disebut sebagai "integrasi sehat dari kendaran-kendaraan", yang dibedakan dengan "sinkretisme" yang harus dihindari. Menurut beliau: "Buddhisme sejati memerlukan seluruh tiga ini: Buddha, Arahant, dan Bodhisattva." Menurut beliau, Mahayana tidak lahir dari luar Buddhisme dan justru lahir dari kreativitas produk internal dari Buddhis sendiri. Mahayana, meski tidak ada dalam naskah-naskah "Buddhisme awal," menurut beliau, masih bisa diterima dikarenakan merupakan anak dari rahim Buddhisme. Menurut hipotesis beliau, Mahayana mucul karena adanya suatu idealisme tertentu:

"Kita dapat membayangkan suatu periode ketika bodhisattva-yāna telah dengan sadar diterima oleh semakin banyak Buddhis, mungkin pertama dalam lingkaran kecil para bhikkhu, yang mencari tuntunan dari sūtra-sūtra dari Nikāya-nikāya atau Āgama dan kisah-kisah Jātaka yang menceritakan kehidupan-kehidupan lampau Sang Buddha. Mereka masih anggota dari komunitas Buddhis awal dan mungkin bahkan tidak sadar bahwa mereka telah berbelok dan membentuk tradisi baru. Mereka tidak menganggap diri mereka sebagai 'Buddhis Mahāyāna,' seperti yang kita pahami sekarang ini, melainkan hanya sebagai komunitas Buddhis yang bertekad untuk mengikuti bodhisattva-yāna, yang mungkin mereka sebut mahāyāna hanya dalam makna bahwa hal tersebut merupakan “jalan besar” menuju pencerahan. Akan tetapi, walaupun selama beberapa saat mereka telah berusaha untuk tetap berada dalam lingkungan Buddhisme mainstream, begitu mereka mulai secara terbuka menyebarkan sosok ideal bodhisattva, maka mereka terlibat dalam konfrontasi terbuka dengan mereka yang terikat lebih kuat pada gagasan dan sosok ideal dari sūtra-sūtra yang lebih tua dan kokoh. Konfrontasi ini memperkuat makna perbedaan dan dengan demikian mengarahkan gabungan kesadaran mereka kepada komunitas yang berputar di sekitar visi baru dari jalan dan tujuan Buddhis.

Pada titik ini mereka mungkin telah menemukan bahwa ajaran-ajaran dari Nikāya-nikāya dan sūtra-sūtra Āgama, yang menjelaskan praktik yang diperlukan untuk mencapai kebebasan dari lingkaran kelahiran dan kematian, tidak lagi sesuai dengan kebutuhan mereka. Tentu saja, mereka masih menerima ajaran-ajaran ini sebagai benar, karena ajaran tersebut juga berasal langsung dari Sang Buddha, tetapi mereka juga merasakan perlunya naskah-naskah yang berasal dari otoritas yang sama yang memberikan ajaran rinci tentang praktik dan tahap-tahapan jalan bodhisattva, yang bertujuan untuk mencapai tingkat yang tidak lebih rendah dari Kebudhaan. Adalah untuk mengisi keperluan ini, diduga, maka sūtra-sūtra Mahāyāna mulai muncul di pentas Buddhis India."


Oleh karena itu, sebenarnya Bhikkhu Bodhi menawarkan suatu pandangan yang cukup moderat untuk menyatukan Theravada dan Mahayana, yaitu dengan melihat keduanya sebagai integral dalam satu komunitas Buddhis. Hal mana yang menurut beliau bukanlah sinkretisme, karena Mahayana adalah hasil kreatifitas dari anggota "Buddhisme awal," bukan adopsi dari kepercayaan lain.   

Mekipun demikian, saya tetap melihat Bhikkhu Bodhi adalah bagian dari "penganut Nikaya murni," meskipun kadang-kadang ia mengkritik "penganut Nikaya murni" sebagai cara agar beliau berada dalam posisi yang netral.

Ia menamakan "penganut Nikaya murni" sebagai kelompok garis keras yang merupakan "pendukung Nikāya-nikāya yang konservatif," yang menurut beliau, "menolak semua perkembangan belakangan dalam sejarah pemikiran Buddhis sebagai penyimpangan dan distorsi." (Artinya: menolak Mahayana; dalam hal ini Mahayana dianggap sebagai "perkembangan belakang dalam sejarah pemikiran buddhis") . Kelompok inilah yang menurut Bikkhu Bodhi sebagai: "penganut kemurnian Nikāya." Dalam hal ini, Bhikkhu Bodhi memosisikan dirinya berada di luar kelompok tersebut, ketika menawarkan solusi bahwa Mahayana adalah kelompok yang integral . Pada bagian ini sebenarnya saya hampir percaya juga bahwa Bhikkhu Bodhi  bukan penganut Nikaya murni.  Akan tetapi,  saat saya membaca bagian akhirnya, terutama pada bagian yang menyerukan kembali ke otentisitas dan ajaran Buddha yang asli seraya menolak sinkretisme (sebagaimana yang telah saya kutip di atas), saya tiba-tiba menemukan  bahwabeliau sebenarnya masih sepandangan dengan kelompok yang disebutnya sebagai "penganut Nikaya murni,"  (Alasan mengenai hal ini telah kujabarkan di atas), terutama dalam keyakinannya untuk mempertahankan apa yang disebut sebagai "Buddhisme otentik", "awal" atau "asli". Perbedaannya dengan kelompok tersebut, mungkin hanya pada toleransinya terhadap Mahayana, sedangkan beliau tetap mempertahankan dalih-dalih mengenai "kemurnian" atau "otentisitas."  Dalam hal ini, saya melihat Bhikkhu Bodhi hanya versi yang lebih moderat dari apa yang disebutnya sendiri sebagai "penganut Nikaya murni"

Menurut saya, hal ini yang harus dipertanyakan adalah soal konstruksi "Buddhisme awal" atau "asli": bagaimana mungkin kita bisa merekonstruksi ulang suatu Buddhisme awal yang diklaim sebagai asli, padahal sebagaimana yang dikatakannya sendiri oleh beliau, hal yang dimaksud "tidak berhasil bertahan dalam kehancuran." Saya membayangkan bagaimana Bhikkhu Bodhi berusaha mengais-ngais dari serakan naskah-naskah Nikaya pali, sambil berusaha memilah mana yang asli dan mana yang tidak, dalam usahanya untuk menemukan model yang  bisa diakui sebagai prototype "Buddhisme awal." Tugas ini hampir seperti tugas arkeologi. Bahayanya dalam tugas ini adalah, seseorang bisa sulit membedakan antara mana yang merupakan hanya imajinasi atau mana yang merupakan bentuk "Buddhisme awal" yang sebenarnya.
« Last Edit: 11 May 2011, 10:37:45 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #59 on: 11 May 2011, 10:37:14 AM »

Oleh karena itu, sebenarnya Bhikkhu Bodhi menawarkan suatu pandangan yang cukup moderat untuk menyatukan Theravada dan Mahayana, yaitu dengan melihat keduanya sebagai integral dalam satu komunitas Buddhis. Hal mana yang menurut beliau bukanlah sinkretisme, karena Mahayana adalah hasil kreatifitas dari anggota "Buddhisme awal," bukan adopsi dari kepercayaan lain.   

Mekipun demikian, saya tetap melihat Bhikkhu Bodhi adalah bagian dari "penganut Nikaya murni," meskipun kadang-kadang ia mengkritik "penganut Nikaya murni" sebagai cara agar beliau berada dalam posisi yang netral.

Ia menamakan "penganut Nikaya murni" sebagai kelompok garis keras yang merupakan "pendukung Nikāya-nikāya yang konservatif," yang menurut beliau, "menolak semua perkembangan belakangan dalam sejarah pemikiran Buddhis sebagai penyimpangan dan distorsi." (Artinya: menolak Mahayana; dalam hal ini Mahayana dianggap sebagai "perkembangan belakang dalam sejarah pemikiran buddhis") . Kelompok inilah yang menurut Bikkhu Bodhi sebagai: "penganut kemurnian Nikāya." Dalam hal ini, Bhikkhu Bodhi memosisikan dirinya berada di luar kelompok tersebut, ketika menawarkan solusi bahwa Mahayana adalah kelompok yang integral . Pada bagian ini sebenarnya saya hampir percaya juga bahwa Bhikkhu Bodhi  bukan penganut Nikaya murni.  Akan tetapi,  saat saya membaca bagian akhirnya, terutama pada bagian yang menyerukan kembali ke otentisitas dan ajaan Buddha yang asli seraya menola sinkretisme (sebagaimana yang telah saya kutip di atas), saya tiba-tiba menemukan beliau sebenarnya masih sepandangan dengan kelompok yang disebutnya sebagai "penganut Nikaya murni,"  (Alasan mengenai hal ini telah kujabarkan di atas), terutama dalam keyakinannya untuk mempertahankan apa yang disebut sebagai "Buddhisme otentik", "awal" atau "asli". Perbedaannya dengan kelompok tersebut, mungkin hanya pada toleransinya terhadap Mahayana, sedangkan beliau tetap mempertahankan dalih-dalih mengenai "kemurnian" atau "otentisitas."  Dalam hal ini, saya melihat Bhikkhu bodhi hanya versi yang lebih moderat dari apa yang disebutnya sendiri sebagai "penganut Nikaya murni"

Menurut saya, hal ini yang harus dipertanyakan adalah soal konstruksi "Buddhisme awal" atau "asli": bagaimana mungkin kita bisa merekonstruksi ulang suatu Buddhisme awal yang diklaim sebagai asli, padahal sebagaimana yang dikatakannya sendiri oleh beliau, hal yang dimaksud "tidak berhasil bertahan dalam kehancuran." Saya membayangkan bagaimana Bhikkhu Bodhi berusaha mengais-ngais dari serakan naskah-naskah Nikaya pali, sambil berusaha memilah mana yang asli dan mana yang tidak, dalam usahanya untuk menemukan model yang  bisa diakui sebagai prototype "Buddhisme awal." Tugas ini hampir seperti tugas arkeologi. Bahayanya dalam tugas ini adalah, seseorang bisa sulit membedakan antara mana yang merupakan hanya imajinasi atau mana yang merupakan bentuk "Buddhisme awal" yang sebenarnya.

anda terlalu banyak berasumsi dan menilai pribadi penulis, bahkan memperlebar pembahasan yg tidak diulas dalam artikel itu.
banyak hal2 yg anda katakan tidak disebutkan dalam tulisan itu, jadi saya tidak bisa mendiskusikannya dengan anda. misalnya, "sebenarnya Bhikkhu Bodhi menawarkan suatu pandangan yang cukup moderat untuk menyatukan Theravada dan Mahayana", tidak ada dalam artikel itu tertulis bahwa penulis menawarkan ...., jika ingin membahas mengenai kesimpulan anda, saya memilih untuk tidak melanjutkan diskusi.

_/\_

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #60 on: 11 May 2011, 10:39:55 AM »
anda terlalu banyak berasumsi dan menilai pribadi penulis, bahkan memperlebar pembahasan yg tidak diulas dalam artikel itu.
banyak hal2 yg anda katakan tidak disebutkan dalam tulisan itu, jadi saya tidak bisa mendiskusikannya dengan anda. misalnya, "sebenarnya Bhikkhu Bodhi menawarkan suatu pandangan yang cukup moderat untuk menyatukan Theravada dan Mahayana", tidak ada dalam artikel itu tertulis bahwa penulis menawarkan ...., jika ingin membahas mengenai kesimpulan anda, saya memilih untuk tidak melanjutkan diskusi.

_/\_

Saya menghormati keputusan Anda untuk mundur dari diskusi ini. Trims atas threadnya yang menarik :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #61 on: 11 May 2011, 11:37:12 AM »
Berikut ini adalah kutipan-kutipan yang menjadi dasar kesimpulan saya bahwa Bhikkhu Bodhi menawarkan suatu pandangan yang cukup moderat untuk menyatukan Theravada dan Mahayana:

1.  Saya telah mencari satu sudut pandang yang dapat menengahi kedua sudut pandang, dari Nikāya-nikāya dan sūtra-sūtra Mahāyāna awal, satu sudut pandang yang dapat mengakomodasi kekuatan masing-masing tanpa jatuh ke dalam suatu sinkretisme lembut, tanpa menodai ketidak-sesuaian konseptual antara keduanya, tanpa meninggalkan kesetiaan pada catatan-catatan sejarah – namun juga menyadari bahwa catatan-catatan ini tidak mungkin jernih dan tidak mungkin bebas dari praduga.

2. "Walaupun landasan motivasi dan filosofis bagi para pengikut kendaraan bodhisattva berbeda dengan landasan motivasi dan filosofis bagi para pengikut kendaraan srāvaka, namun gaya hidup keduanya tidak jauh berbeda. Gambaran yang popular dari Arahant yang terasing sendirian, dan bodhisattva yang suka berkelompok dan super-aktif adalah fiksi belaka. Dalam kenyataannya, kedua ini saling serupa satu sama lain lebih dari yang dapat kita pikirkan."

2. "Menuju suatu integrasi sehat dari kendaraan-kendaraan" [Sub-judul artikel]

4. "Dalam pandangan saya, kedua jalan (atau kendaraan) – jalan Arahant dan jalan bodhisattva – dapat dilihat sebagai ungkapan yang benar dari ajaran Buddha."

5. "Buddhisme sejati memerlukan seluruh tiga ini: Buddha, Arahant, dan Bodhisattva. Diperlukan Buddha untuk menemukan dan mengajarkan jalan menuju kebebasan; diperlukan Arahant untuk mengikuti sang jalan dan mengkonfirmasi bahwa Dharma sungguh menuntun menuju kebebasan, menghias ajaran dengan teladan dari mereka yang menjalani kehidupan suci yang paling murni; diperlukan bodhisattva untuk membawa tekad untuk menyempurnakan kualitas-kualitas yang memungkinkan mereka pada suatu titik tertentu di masa depan, apakah jauh atau dekat, untuk menjadi Buddha dan sekali lagi memutar Roda Dharma yang tanpa bandingnya."

 
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #62 on: 11 May 2011, 02:53:32 PM »
Kalau saya lebih tertarik menelaah Theravada dan Mahayana secara internal. Menurut saya, ajaran yang baik itu ajaran yang dari awal sampai akhir-nya memiliki sinkronisasi yang tidak bertabrakan antar konsep-konsep di dalam-nya, menjadi satu kesatuan doktrin.

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #63 on: 11 May 2011, 03:32:03 PM »
Kalau saya lebih tertarik menelaah Theravada dan Mahayana secara internal. Menurut saya, ajaran yang baik itu ajaran yang dari awal sampai akhir-nya memiliki sinkronisasi yang tidak bertabrakan antar konsep-konsep di dalam-nya, menjadi satu kesatuan doktrin.


Saya setuju. Konsistensi doktrin memang penting. Meskipun demikian, hal ini hanya berlaku dalam tataran wacana yang terdiri dari pikiran dan bahasa belaka. Ketika kita bicara tentang praktik, yang melampaui pikiran dan kata-kata, konsistensi dalam doktrin tidaklah perlu. Saya pernah membaca ucapan seorang Master Zen yang kurang lebih berarti mengatakan bahwa "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin." Saya memahami kata-kata ini sebagai bahwa dalam praktik, terutama praktik Buddhisme Zen, tidak mengenal ada yang namanya doktrin. "Doktrin" dalam Zen digunakan hanya untuk membantu praktik, bukan demi semata-mata membangun sebuah doktrin yang sempurna tanpa cela (konsisten, logis, tak terbantahkan, dll). Hal yang sama, menurut hemat saya, berlaku juga untuk Buddhisme secara umum. Semua doktrin dalam Buddhisme hanyalah cara untuk membantu praktik agar makhluk hidup terlepas dari Samsara, bukan untuk membangun sebuah doktrin sempurna yang tak terbantahkan secara logis.

Ini pendapat saya. Mohon maaf kalau kurang berkenaan untuk teman2 sekalian.   
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #64 on: 11 May 2011, 03:39:33 PM »
Saya setuju. Konsistensi doktrin memang penting. Meskipun demikian, hal ini hanya berlaku dalam tataran wacana yang terdiri dari pikiran dan bahasa belaka. Ketika kita bicara tentang praktik, yang melampaui pikiran dan kata-kata, konsistensi dalam doktrin tidaklah perlu. Saya pernah membaca ucapan seorang Master Zen yang kurang lebih berarti mengatakan bahwa "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin." Saya memahami kata-kata ini sebagai bahwa dalam praktik, terutama praktik Buddhisme Zen, tidak mengenal ada yang namanya doktrin. "Doktrin" dalam Zen digunakan hanya untuk membantu praktik, bukan demi semata-mata membangun sebuah doktrin yang sempurna tanpa cela (konsisten, logis, tak terbantahkan, dll). Hal yang sama, menurut hemat saya, berlaku juga untuk Buddhisme secara umum. Semua doktrin dalam Buddhisme hanyalah cara untuk membantu praktik agar makhluk hidup terlepas dari Samsara, bukan untuk membangun sebuah doktrin sempurna yang tak terbantahkan secara logis.

Ini pendapat saya. Mohon maaf kalau kurang berkenaan untuk teman2 sekalian.   

- dan "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin" juga adalah doktrin...

- Di dalam Saddharmapundarika Sutra (Mahayana) para sravaka bisa keluar dari nibbana (parinibbana) untuk ber-inkarnasi/ber-emanasi lagi di masa mendatang untuk bisa mencapai annutara samyaksambuddha. dan untuk mencapai annutara samyaksambuddha, hanya bisa dilakukan di dunia manusia = terlahir kembali = mengalami samsara.

- Di dalam Saddharmapundarika Sutra (Mahayana) juga dikatakan Buddha Sakyamuni telah mencapai ke-buddha-an sejak berkalpa-kalpa yang lampau... Jadi "skenario" bodhisatta mengarungi kehidupan untuk mengumpulkan parami sampai dengan kelahiran terakhir sebagai siddharta = apakah bukan adalah samsara (mengalami penderitaan, minimal penderitaan fisik) KALAU dikatakan Buddha Sakyamuni telah mencapai ke-buddha-an sejak berkalpa kalpa yang lampau...
« Last Edit: 11 May 2011, 03:43:42 PM by dilbert »
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #65 on: 11 May 2011, 03:43:23 PM »
dan "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin" juga adalah doktrin...

Jika kamu menjadikannya doktrin ya jadilah ia doktrin, tapi kalau seandainya engkau menganggapnya hanya uap di pagi hari hari....:)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #66 on: 11 May 2011, 03:44:57 PM »
Jika kamu menjadikannya doktrin ya jadilah ia doktrin, tapi kalau seandainya engkau menganggapnya hanya uap di pagi hari hari....:)

lah... bukan-nya anda yang mencoba mendoktrin ala Zen.. wkwkwkwkwkw
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #67 on: 11 May 2011, 03:49:41 PM »
lah... bukan-nya anda yang mencoba mendoktrin ala Zen.. wkwkwkwkwkw

Tunjukkan mana yang doktrin!
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #68 on: 11 May 2011, 03:50:57 PM »
terima kasih atas infonya.

saya ingin bertanya bro indra walau pun ini mungkin OOT , jika seperti saya ini termasuk ke aliran mana? saya memuja buddha dan avolokistesvara boddhisatva dan saya juga ke kelenteng juga walaupun tidak sering  _/\_

aliran cap cai  (bercanda)
=)) =))
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #69 on: 11 May 2011, 03:53:14 PM »
Tunjukkan mana yang doktrin!

dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin.
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #70 on: 11 May 2011, 03:53:58 PM »
- dan "dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin" juga adalah doktrin...

- Di dalam Saddharmapundarika Sutra (Mahayana) para sravaka bisa keluar dari nibbana (parinibbana) untuk ber-inkarnasi/ber-emanasi lagi di masa mendatang untuk bisa mencapai annutara samyaksambuddha. dan untuk mencapai annutara samyaksambuddha, hanya bisa dilakukan di dunia manusia = terlahir kembali = mengalami samsara.

- Di dalam Saddharmapundarika Sutra (Mahayana) juga dikatakan Buddha Sakyamuni telah mencapai ke-buddha-an sejak berkalpa-kalpa yang lampau... Jadi "skenario" bodhisatta mengarungi kehidupan untuk mengumpulkan parami sampai dengan kelahiran terakhir sebagai siddharta = apakah bukan adalah samsara (mengalami penderitaan, minimal penderitaan fisik) KALAU dikatakan Buddha Sakyamuni telah mencapai ke-buddha-an sejak berkalpa kalpa yang lampau...

sudah jelas sutra demikian tidak konsisten
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #71 on: 11 May 2011, 03:56:50 PM »
dalam Zen tidak ada doktrin yang benar-benar adalah doktrin.

Sekarang Anda yang sedang berdoktrin kalau gitu wkwkwkwk
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #72 on: 11 May 2011, 04:21:14 PM »
Seorang buta membutuhkan penuntun jalan yang di sebelah kanan dan kirinya adalah jurang curam, kebetulan ada seorang yang dapat melihat berniat membantunya. Kepada orang buta tersebut, orang itu berusaha mengarahkan agar ia tetap lurus pada jalan sehingga tidak terjatuh ke jurang. Ia memberikan perintah dari kata-kata kepada orang buta tersebut, "lurus-lurus saja" atau "Ke kanan, kanan sedikit..." ketika si buta mulai melenceng ke kiri. Dan saat orang buta itu berjalan terlalu ke kanan hingga hampir jatuh ke jurang, si penuntun berkata, "Ke kiri." Orang buta itu mencoba mematuhi instruksinya, mengarahkan langkah kakinya ke kiri. Tapi ketika ia mulai keluar jalur lurus lagi, si penuntun berkata "Kanan!kanan!". Demikianlah terus hal demikian berulang-ulang ia lakukan dengan tujuan agar menjaga si buta tetap lurus pada jalannya.

Si orang buta yang tidak bisa melihat jalan akhirnya menjadi kesal dan merasa dipermainkan oleh orang tersebut, "Bagaimana ini, kok tidak konsisten. Tadi bilang ke kiri, sekarang ke kanan. Saya menurutinya ke kanan, sekarang ia menyuruh saya ke kiri! Apa-apaan ini!!!!"

Nah,  doktrin dalam Buddhisme itu seperti tuntunan dari orang yang ingin membantu si buta tersebut agar berjalan tetap lurus. Terdengar bisa tidak konsisten, jika tidak dipahami maksudnya. Orang yang mengandalkan pikiran logis semata, mudah terjebak untuk mengeluh: "Kok tidak konsisten sih!" seperti yang dilakukan oleh si buta.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #73 on: 11 May 2011, 04:52:16 PM »
Sekarang Anda yang sedang berdoktrin kalau gitu wkwkwkwk

Kalau saya ber-doktrin, oke-lah... saya terima... kalau anda ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #74 on: 11 May 2011, 04:53:44 PM »
Seorang buta membutuhkan penuntun jalan yang di sebelah kanan dan kirinya adalah jurang curam, kebetulan ada seorang yang dapat melihat berniat membantunya. Kepada orang buta tersebut, orang itu berusaha mengarahkan agar ia tetap lurus pada jalan sehingga tidak terjatuh ke jurang. Ia memberikan perintah dari kata-kata kepada orang buta tersebut, "lurus-lurus saja" atau "Ke kanan, kanan sedikit..." ketika si buta mulai melenceng ke kiri. Dan saat orang buta itu berjalan terlalu ke kanan hingga hampir jatuh ke jurang, si penuntun berkata, "Ke kiri." Orang buta itu mencoba mematuhi instruksinya, mengarahkan langkah kakinya ke kiri. Tapi ketika ia mulai keluar jalur lurus lagi, si penuntun berkata "Kanan!kanan!". Demikianlah terus hal demikian berulang-ulang ia lakukan dengan tujuan agar menjaga si buta tetap lurus pada jalannya.

Si orang buta yang tidak bisa melihat jalan akhirnya menjadi kesal dan merasa dipermainkan oleh orang tersebut, "Bagaimana ini, kok tidak konsisten. Tadi bilang ke kiri, sekarang ke kanan. Saya menurutinya ke kanan, sekarang ia menyuruh saya ke kiri! Apa-apaan ini!!!!"

Nah,  doktrin dalam Buddhisme itu seperti tuntunan dari orang yang ingin membantu si buta tersebut agar berjalan tetap lurus. Terdengar bisa tidak konsisten, jika tidak dipahami maksudnya. Orang yang mengandalkan pikiran logis semata, mudah terjebak untuk mengeluh: "Kok tidak konsisten sih!" seperti yang dilakukan oleh si buta.

Ada yang seperti orang "buta" di sini (DC) ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #75 on: 11 May 2011, 05:02:54 PM »
Makna kata "syncretism" menurut Merriam-Webster:
1. the combination of different forms of belief or practice
2. the fusion of two or more originally different inflectional forms

sumber: http://www.merriam-webster.com/dictionary/syncretism

Dari pengertian ini, "syncretism" secara umum dapat berarti percampur-adukan antara dua wujud/bentuk (keyakinan & praktik religius ataupun hal lainnya) yang berbeda; sehingga kesimpulannya adalah: masing-masing darinya kehilangan wujud aslinya akibat kombinasi dan percampuran tersebut. Dalam hal ini, "sinkretisme" berarti menghilangkan otentisitas.

Bagaimana menurut Bro Indra?

AB + BC = ABC

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #76 on: 11 May 2011, 05:41:52 PM »
Kalau saya ber-doktrin, oke-lah... saya terima... kalau anda ?

Saya? saya hanya melihatnya sebagai uap di pagi hari :)
« Last Edit: 11 May 2011, 05:43:30 PM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #77 on: 11 May 2011, 05:42:32 PM »
Ada yang seperti orang "buta" di sini (DC) ?

Ada. Saya dan kamu.
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #78 on: 13 May 2011, 10:16:40 AM »

Seorang buta membutuhkan penuntun jalan yang di sebelah kanan dan kirinya adalah jurang curam, kebetulan ada seorang yang dapat melihat berniat membantunya. Kepada orang buta tersebut, orang itu berusaha mengarahkan agar ia tetap lurus pada jalan sehingga tidak terjatuh ke jurang. Ia memberikan perintah dari kata-kata kepada orang buta tersebut, "lurus-lurus saja" atau "Ke kanan, kanan sedikit..." ketika si buta mulai melenceng ke kiri. Dan saat orang buta itu berjalan terlalu ke kanan hingga hampir jatuh ke jurang, si penuntun berkata, "Ke kiri." Orang buta itu mencoba mematuhi instruksinya, mengarahkan langkah kakinya ke kiri. Tapi ketika ia mulai keluar jalur lurus lagi, si penuntun berkata "Kanan!kanan!". Demikianlah terus hal demikian berulang-ulang ia lakukan dengan tujuan agar menjaga si buta tetap lurus pada jalannya.

Si orang buta yang tidak bisa melihat jalan akhirnya menjadi kesal dan merasa dipermainkan oleh orang tersebut, "Bagaimana ini, kok tidak konsisten. Tadi bilang ke kiri, sekarang ke kanan. Saya menurutinya ke kanan, sekarang ia menyuruh saya ke kiri! Apa-apaan ini!!!!"

Nah,  doktrin dalam Buddhisme itu seperti tuntunan dari orang yang ingin membantu si buta tersebut agar berjalan tetap lurus. Terdengar bisa tidak konsisten, jika tidak dipahami maksudnya. Orang yang mengandalkan pikiran logis semata, mudah terjebak untuk mengeluh: "Kok tidak konsisten sih!" seperti yang dilakukan oleh si buta.


Kisah yang anda kutip di atas tidak revelan untuk menggambarkan ketidak-konsistenan ajaran.
Sepenangkapan ane, jalan lurus yang digambarkan dalam kisah itu adalah kekonsistenan ajaran, yaitu lurus tidak belak-belok.
Jadi yang tidak konsisten bukanlah ajarannya tetapi orang buta yang menjalaninya.

Kecuali kisah tersebut mengisahkan seseorang yang sedang berjalan lurus, tapi tetap diteriakin gurunya untuk ke kiri dan ke kanan. Maka kisah ini lebih cocok menggambarkan ketidakkonsistenan ajaran, bahwa jalan lurus bukanlah jalan yg benar, tapi musti zig-zag ke kiri dan ke kanan.

IMO, jalan lurus yang digambarkan pada kisah di atas adalah "Jalan Tengah" (jalan mulia beruas 8 ), sementara tepi kiri dan kanan masing2 menggambarkan kemelekatan akan kesenangan dan penderitaan.

Sebagai contoh adalah seorang siswa yang diinstruksikan gurunya untuk melatih konsentrasi, tetapi setelah berhasil mencapai konsentrasi siswa tersebut melekat dengan kebahagiaan kedamaian ketenangan. Ini bagaikan seorang yang berjalan miring ke kanan, ke arah kemelekatan kebahagiaan kesenangan. Oleh karena itulah sang guru akan meneriakkan instruksi untuk berjalan ke arah kiri, yaitu keluar dari ketenangan konsentrasi. Hal ini bisa jadi membingungkan si siswa karena sebelumnya sang guru mengajarkan untuk berusaha mencapai konsentrasi, setelah tercapai kok disuruh keluar? Hal ini terlihat seperti suatu ketidakkonsistenan oleh karena itulah disebut masih rabun matanya.

Jadi bukan ajaranlah yang tidak konsisten tetapi yang menjalaninyalah yg tidak konsisten. Sang guru menjaga siswanya yg masih rabun agar tetap lurus.
 

yaa... gitu deh

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #79 on: 13 May 2011, 10:20:42 AM »
Ada. Saya dan kamu.

Bagaimana anda tahu saya buta, jika anda sendiri tidak melihat ?
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #80 on: 13 May 2011, 10:34:36 AM »
Bro hendrako yang terkasih, kisah di atas hanyalah hasil refleksi saya dalam menjalani praktik selama ini, bukan kutipan dari sumber manapun. Terserah pada anda jika mau menafsirkan jalan di kisah ini menurut pengalaman dan pengetahuan Bro Hendarko sendiri. Saya tidak berhak untuk menyalahkan ataupun membenarkan penafsiran Anda atas kisah ini. Meskipun demikian, saya tidak melihat ada perbedaan yang esensial di antara kita :)

 Kita adalah dua "orang buta" yang mungkin saja saat ini berada dalam posisi yang berbeda, atau juga mungkin sama. Tapi karena orang buta tidak bisa saling melihat satu sama lain, maka tidak bisa saling memberikan penilaian. Sebagai orang buta, kita ikut saja tuntunan Buddha-dharma berdasarkan petunjuk dari guru/tradisi kita masing-masing dalam menjalani praktik.

Biarkan pengalaman saya menjadi pengalaman saya dan pengalaman anda menjadi pengalaman Anda. Petunjuk dari guru/tradisi saya mungkin hanya cocok untuk saya, begitu juga petunjuk dari guru/tradisi Anda mungkin hanya cocok untuk Anda. Hal ini hanya, mungkin, karena posisi kita sebagai "orang buta"  sedang bebeda, meski sedang menempuh ke arah jalan yang sama :)   
   
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #81 on: 13 May 2011, 10:36:41 AM »
Bagaimana anda tahu saya buta, jika anda sendiri tidak melihat ?

Apakah Anda sudah mencapai pencerahan? Kalau iya, saya setuju kalau Anda tidak buta :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #82 on: 13 May 2011, 10:47:32 AM »
Apakah Anda sudah mencapai pencerahan? Kalau iya, saya setuju kalau Anda tidak buta :)

Anda menjawab saya dan anda buta...
1. anda menyatakan anda buta, berarti anda tahu anda buta... (kecuali anda bohong soal kebutaan anda)
2. Kalau anda benar buta (spt butir 1), darimana anda tahu saya buta ? (atau jangan jangan anda yang sudah mencapai pencerahan sempurna ?)
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #83 on: 13 May 2011, 10:54:54 AM »
Bro hendrako yang terkasih, kisah di atas hanyalah hasil refleksi saya dalam menjalani praktik selama ini, bukan kutipan dari sumber manapun. Terserah pada anda jika mau menafsirkan jalan di kisah ini menurut pengalaman dan pengetahuan Bro Hendarko sendiri. Saya tidak berhak untuk menyalahkan ataupun membenarkan penafsiran Anda atas kisah ini. Meskipun demikian, saya tidak melihat ada perbedaan yang esensial di antara kita :)

 Kita adalah dua "orang buta" yang mungkin saja saat ini berada dalam posisi yang berbeda, atau juga mungkin sama. Tapi karena orang buta tidak bisa saling melihat satu sama lain, maka tidak bisa saling memberikan penilaian. Sebagai orang buta, kita ikut saja tuntunan Buddha-dharma berdasarkan petunjuk dari guru/tradisi kita masing-masing dalam menjalani praktik.

Biarkan pengalaman saya menjadi pengalaman saya dan pengalaman anda menjadi pengalaman Anda. Petunjuk dari guru/tradisi saya mungkin hanya cocok untuk saya, begitu juga petunjuk dari guru/tradisi Anda mungkin hanya cocok untuk Anda. Hal ini hanya, mungkin, karena posisi kita sebagai "orang buta"  sedang bebeda, meski sedang menempuh ke arah jalan yang sama :)   
   


Tebakan ane, kisah tersebut terilhami dari Ajahn Chah saat beliau ditanya kenapa isi khotbah beliau terasa berkontradiksi.  ;D
Karena ini tebakan, bisa saja saya salah.

Posting ane di atas hanyalah feedback bahwa perumpamaannya tidak pas dengan apa yg diumpamakan. Dan siapa saja berhak bersikap atas tanggapan saya sesuai kapasitas masing2 karena ini ada di dalam forum. Tentu saja terdapat perbedaan esensial karena anda menyebutkan ajaran Buddhis tidak perlu konsisten sementara saya merasakan perlunya kekonsistenan ajaran. Mungkin benar bahwa petunjuk guru anda hanya cocok bagi anda, tapi petunjuk dari guru yang saya pelajari tidak hanya cocok bagi saya tetapi juga bisa cocok kepada banyak orang lain.

Tapi, intinya emang kecocokan.
yaa... gitu deh

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #84 on: 13 May 2011, 11:15:08 AM »
Anda menjawab saya dan anda buta...
1. anda menyatakan anda buta, berarti anda tahu anda buta... (kecuali anda bohong soal kebutaan anda)
2. Kalau anda benar buta (spt butir 1), darimana anda tahu saya buta ? (atau jangan jangan anda yang sudah mencapai pencerahan sempurna ?)

saya mendengar orang  lain sedang mengeluh demikian Kuduga ia buta... Kamu kah itu bro Dilbert? Kalau itu bukan anda, saya minta maaf. Kalau itu anda, tapi tidak buta, saya minta maaf juga. Itukan cuma dugaan dari orang buta
« Last Edit: 13 May 2011, 11:18:16 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #85 on: 13 May 2011, 11:27:43 AM »
Tebakan ane, kisah tersebut terilhami dari Ajahn Chah saat beliau ditanya kenapa isi khotbah beliau terasa berkontradiksi.  ;D
Karena ini tebakan, bisa saja saya salah.

Posting ane di atas hanyalah feedback bahwa perumpamaannya tidak pas dengan apa yg diumpamakan. Dan siapa saja berhak bersikap atas tanggapan saya sesuai kapasitas masing2 karena ini ada di dalam forum. Tentu saja terdapat perbedaan esensial karena anda menyebutkan ajaran Buddhis tidak perlu konsisten sementara saya merasakan perlunya kekonsistenan ajaran. Mungkin benar bahwa petunjuk guru anda hanya cocok bagi anda, tapi petunjuk dari guru yang saya pelajari tidak hanya cocok bagi saya tetapi juga bisa cocok kepada banyak orang lain.

Tapi, intinya emang kecocokan.

Mungkin memang saya pernah baca khotbah Ajahn Chah yang demikian. Tapi karena teelalu banyak bacaan yang lain,  saya sudah melupakannya. Sampai pada suatu saat, di tengah-tengah praktik saya, kisah ini mencuat begitu saja dari memori tanpa konteksnya lagi.   Kendati demikian, jika saya menemukan kembali kisah ini dari pengalaman saya; saya mendapatkan perspektif lain dari kisah ini yang dibangun dari pengalaman saya sendiri. Yang penting adalah maknanya, bukan kisah itu sendiri. Di luar itu semua, praktik yang kujalani adalah terpenting. Kisah yang sama menjadi berbeda maknanya, ketika (mungkin pernah) saya membacanya dari buku dengan makna yang kuperoleh kemudian dari praktik. Kisah hanyalah alat untuk menyampaikan suatu makna dari pengalaman.

Trimakasih atas informasinya.

Soal ajaran dari guru/tradisi kita masing2: Boleh saja kita mengklaim ajarannya cocok untuk orang lain juga, tapi bagaimanapun, yang menentukan suatu ajaran cocok atau tidak adalah orang  lain itu sendiri. Saya tidak merasa berhak menentukan apakah suatu ajaran cocok atau tidak buat orang lain.
« Last Edit: 13 May 2011, 11:30:59 AM by sobat-dharma »
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #86 on: 13 May 2011, 12:05:57 PM »
Mungkin memang saya pernah baca khotbah Ajahn Chah yang demikian. Tapi karena teelalu banyak bacaan yang lain,  saya sudah melupakannya. Sampai pada suatu saat, di tengah-tengah praktik saya, kisah ini mencuat begitu saja dari memori tanpa konteksnya lagi.   Kendati demikian, jika saya menemukan kembali kisah ini dari pengalaman saya; saya mendapatkan perspektif lain dari kisah ini yang dibangun dari pengalaman saya sendiri. Yang penting adalah maknanya, bukan kisah itu sendiri. Di luar itu semua, praktik yang kujalani adalah terpenting. Kisah yang sama menjadi berbeda maknanya, ketika (mungkin pernah) saya membacanya dari buku dengan makna yang kuperoleh kemudian dari praktik. Kisah hanyalah alat untuk menyampaikan suatu makna dari pengalaman.

Trimakasih atas informasinya.

Soal ajaran dari guru/tradisi kita masing2: Boleh saja kita mengklaim ajarannya cocok untuk orang lain juga, tapi bagaimanapun, yang menentukan suatu ajaran cocok atau tidak adalah orang  lain itu sendiri. Saya tidak merasa berhak menentukan apakah suatu ajaran cocok atau tidak buat orang lain.

U'r welcome.
yaa... gitu deh

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #87 on: 13 May 2011, 12:10:47 PM »
saya mendengar orang  lain sedang mengeluh demikian Kuduga ia buta... Kamu kah itu bro Dilbert? Kalau itu bukan anda, saya minta maaf. Kalau itu anda, tapi tidak buta, saya minta maaf juga. Itukan cuma dugaan dari orang buta

saya buta dan sekaligus tidak buta... Permintaan maaf anda tetap saya terima...
VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline sobat-dharma

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.286
  • Reputasi: 45
  • Gender: Male
  • sharing, caring, offering
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #88 on: 13 May 2011, 01:25:32 PM »
saya buta dan sekaligus tidak buta... Permintaan maaf anda tetap saya terima...

Terimakasih. Di mana ada pemaafan di sana ada compassion :)
Mereka yang melihat-Ku dari wujud dan mengikuti-Ku dari suara terlibat dalam upaya salah. Mereka takkan melihat Aku. Dari Dharma-lah mestinya ia melihat Para Buddha. Dari Dharmakaya datang tuntunan baginya. Namun hakikat sejati Dharma tak terlihat dan tiada seorangpun bisa menyadarinya sebagai obyek

Offline PIKOCHAN RAPTOR

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 261
  • Reputasi: -2
  • Gender: Male
  • SSBS
Re: Mahayana vs Theravada
« Reply #89 on: 13 May 2011, 07:31:43 PM »
 _/\_ Marilah kita saling memaafkan karena kita saling belajar tuk memahami

 _/\_ SSBS
 [at]  Perjalanan seribu mil diawali dengan sebuah langkah.
 [at]  Sebuah batu permata tak bisa dipoles tanpa gesekan, seperti halnnya seorang manusia disempurnakaan dengan cobaan hidup.

 

anything