//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Belajar berdebat dari "Thank You for Smoking"  (Read 7088 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Belajar berdebat dari "Thank You for Smoking"
« Reply #15 on: 18 January 2011, 11:30:37 AM »
IMO, harusnya si bapak yang mengawali pembicaraan dengan pernyataan "Now if I were to say to you: 'Vanilla is the best flavour ice-cream', you'd say... " tahu bahwa yg dibahas konteksnya adalah "best flavour ice-cream".. Tampaknya si anak sepertinya yakin bahwa bapaknya cukup dewasa untuk berdiskusi dengan cara yang sehat sehingga ga didetilkan seperti yg bro HatRed tulis itu , sayang si bapak cukup culas untuk memanfaatkan "kepercayaan" si anak untuk "memenangkan" diskusi itu dengan cara yg sangat ga etis...
Hanya info saja. Si bapak itu pekerjaannya adalah juru bicara yang membela perusahaan rokok. Publik itu bodoh, gampang dipengaruhi. Mereka tidak berpikir (reasoning) tapi hanya mau tahu 'benar' atau 'salah' saja. Itu masalahnya, maka gampang untuk diprovokasi. Si bapak memanfaatkan kebodohan publik ini untuk menggiring pada satu kesimpulan 'smoking is right' atau setidaknya 'smoking is NOT wrong". 

Dalam debat bapak vs anak ini hanyalah sebuah contoh saja. Sebetulnya tidak bisa disebut etis/tidak etis juga. 


Offline HokBen

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.525
  • Reputasi: 100
  • Gender: Male
Re: Belajar berdebat dari "Thank You for Smoking"
« Reply #16 on: 18 January 2011, 11:35:09 AM »
Hanya info saja. Si bapak itu pekerjaannya adalah juru bicara yang membela perusahaan rokok. Publik itu bodoh, gampang dipengaruhi. Mereka tidak berpikir (reasoning) tapi hanya mau tahu 'benar' atau 'salah' saja. Itu masalahnya, maka gampang untuk diprovokasi. Si bapak memanfaatkan kebodohan publik ini untuk menggiring pada satu kesimpulan 'smoking is right' atau setidaknya 'smoking is NOT wrong". 

Dalam debat bapak vs anak ini hanyalah sebuah contoh saja. Sebetulnya tidak bisa disebut etis/tidak etis juga. 

hehehehe... baru nyadar juga:
dan gw yg cuma melihat part of discussion itu udah mulai menjudge si bapak ga etis, si anak yg begini bgitu... padahal bisa jadi di ujung diskusi si bapak ngasih tau "nah nak, barusan itu contoh diskusi yg harus u hati2 loh..." (ternyata tujuan si bapak baek)... hahahahaha...

mending nonton filmnya lengkap deh baru komen ...

 

anything