Ketika Anda sedang menjawab soal soal ujian, luapkan diri Anda. Ingat ini baik baik. Ketika Anda mulai menjawab, lupakan diri Anda. Lupakan "aku" yang sedang diuji dan siapa yang akan lulus atau gagal. Anda boleh berpikir bagaimana Anda dapat lulus dan membuat rencana untuk mencapainya. Tetapi, begitu Anda mulai menulis, Anda harus lupakan sernuanya. Tingkatkan konsentrasi sepenuhnya supaya Anda dapat memahami sernua pertanyaan dan mampu menjawabnya. Pikiran yang bebas dari "aku" atau "milikku" yang akan lulus atau gagal akan menjadi cerdas dan jernih, mengingat dengan cepat dan berpikir dengan tajam. Mengerjakan soal soal ujian konsentrasi benar akan membuahkan hasil yang memuaskan. Ini adalah cara untuk menerapkan cit waang (pikiran yang bebas dari ilusi tentang diri), atau ketidakmelekatan secara Buddhis, ketika mengikuti ujian. Dengan cara ini Anda akan memperoleh hasil yang bagus.
Mereka yang tidak tahu teknik ini selalu gelisah karena takut akan kegagalan. Mereka menjadi begitu gelisah sehingga mereka tak mampu lagi memikirkan apa yang telah mereka pelajari. Mereka tidak dapat menuliskan jawaban jawaban dengan akurat dan berurutan. Akibatnya, mereka gagal total. Sementara yang lain terpengaruh oleh pikiran "Saya cerdas, saya pasti lulus." Mahasiswa yang dipengaruhi oleh kemelekatan ini juga cenderung untuk berbuat yang kurang baik, sebab dia kekurangan cit waang. Di sisi lain, bagi "orang" yang dengan cit waang, tidak melekat kepada "aku" atau "milikku", ia tidak akan panik atau percaya diri secara berlebihan. Yang ada hanyalah konsentrasi yang merupakan kekuatan alami. Dengan melupakan dirinya, ia akan lulus dengan baik. Ini adalah suatu dasar, contoh yang paling mendasar tentang efek ketidakmelekatan dan cit waang.
Orang bodoh dan yang ditipu ilusi begitu mendengar kata sunnata menerjemahkannya sebagai "kekosongan atau hampa". Interpretasi demikian bersifat materialistik dan merupakan cara kelompok tertentu untuk memahami sunnata. Sunnata yang diajarkan oleh Buddha artinya tidak ada sesuatu pun yang berharga untuk kita cengkeram dan melekat, walaupun secara fisik mereka nyata. Ketika kita melekat, dukkha menguasai kita dan ketika kita tidak melekat, kita bebas dari dukkha. Dunia dianggap kosong karena tidak ada sesuatu. apa pun yang berharga untuk kita cengkeram dan berhak kita lekati. Kita harus memahami dunia yang kosong ini dengan pikiran yang tidak melekat. Jika kita menginginkan sesuatu, kita harus mengupayakannya dengan pikiran yang bebas dari kemelekatan, supaya kita mendapatkan apa yang kita inginkan tanpa menjadikannya sumber dukkha.
Pengertian salah akan kata "kosong", kata ini saja, adalah kepercayaan kepada takhayul yang fatal (silabbataparamasa) dan penghalang utama untuk mencapai Nibbana. Maka marilah kita memahami kata "kosong" dan kata kata lain yang digunakan oleh Buddha dengan benar. Buddha menggambarkan dunia ini kosong sebab tidak ada apa pun di dunia ini dapat dianggap sebagai "diri atau "ego". Buddha menjawab pertanyaan Raja Mogha dengan berkata, "Lihatlah, dunia ini kosong. Dunia dan segala isinya sesungguhnya kosong." Dengan melihat bahwa dunia ini kosong, pikiran otomatis akan bebas dari kemelekatan, keserakahan, kebencian, dan ilusi. Setelah mencapai tingkat ini, seseorang telah menjadi arahant. jika belum berhasil, teruslah berlatih dengan sungguh sungguh; meskipun menjadi manusia biasa, dukkha yang ada lebih sedikit. Tak ada dukkha yang muncul selama ada cit waang. Kapan pun seseorang "terseret" dan kehilangan kesadaran, dukkha muncul lagi. Jika kita menjaga. kesadaran dengan baik, terus memahami kekosongan, akhirnya kita akan benar benar mengerti inti ajaran Buddha, dan tiba di gerbang Jalur Pembebasan.