//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: MMD (Meditasi Mengenal Diri)  (Read 565212 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline dilbert

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.935
  • Reputasi: 90
  • Gender: Male
  • "vayadhamma sankhara appamadena sampadetha"
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1740 on: 22 January 2010, 02:04:27 PM »
Sdr dlbrt,bukan aku lantas apa? Tidak ada aku sama sekali > Pandangan Nihil.

Sabbe Sankhara Anicca -- Semua bentukan (sankhara) terus mengalami perubahan (anicca)
Sabbe Sankhara Dukkha -- Semua bentukan (sankhara) tidak memuaskan (dukkha)
Sabbe Dhamma Anatta -- Semua fenomena (dhamma) .........

VAYADHAMMA SANKHARA APPAMADENA SAMPADETHA
Semua yang berkondisi tdak kekal adanya, berjuanglah dengan penuh kewaspadaan

Offline icykalimu

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 121
  • Reputasi: 4
  • Gender: Male
  • from zero to hero
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1741 on: 28 June 2011, 07:44:25 AM »
Ada pendritaan ttapi tidak ada yg mendrita.Ada kebhagiaan tapi tak ada yg bhagia.
Ada canda tawa tapi tak ada yg ketawa.
ada kita  yg lagi diskusi tapi tak ada  yg diskusi. ;D

Udana 1.10: "In reference to the seen, there
will be only the seen. In reference to the heard, only the heard. In reference
to the sensed, only the sensed. In reference to the cognized, only the cognized.
That is how you should train yourself. When for you there will be only the seen
in reference to the seen, only the heard in reference to the heard, only the
sensed in reference to the sensed, only the cognized in reference to the
cognized, then, Bahiya, there is no you in terms of that. When there is no you
in terms of that, there is no you there. When there is no you there, you are
neither here nor yonder nor between the two."
...

Offline hendrako

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.244
  • Reputasi: 60
  • Gender: Male
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1742 on: 28 June 2011, 07:52:35 AM »
Udana 1.10: "In reference to the seen, there
will be only the seen. In reference to the heard, only the heard. In reference
to the sensed, only the sensed. In reference to the cognized, only the cognized.
That is how you should train yourself. When for you there will be only the seen
in reference to the seen, only the heard in reference to the heard, only the
sensed in reference to the sensed, only the cognized in reference to the
cognized, then, Bahiya, there is no you in terms of that. When there is no you
in terms of that, there is no you there. When there is no you there, you are
neither here nor yonder nor between the two."

Pada bagian manakah pada kutipan di atas yang mengindikasikan bahwa, "I think, therefore I am."?
Mohon dijelasken.
yaa... gitu deh

Offline waliagung

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 417
  • Reputasi: 3
  • Gender: Male
  • SEMOGA SEMUA MAHLUK HIDUP BERBAHAGIA
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1743 on: 20 January 2013, 12:02:29 PM »
diam pada saat yg tepat adalah keberkahan,bergerak pada saatnya adalaha ketulusan

Offline sala45

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: -9
  • ******* sela7N1*******
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1744 on: 10 June 2017, 03:19:57 AM »
[qute author=hudoyo link=topic=2355.msg34173#msg34173 date=1208522974]
Jawaban untuk Rekan Bond. :)

Cerita dari retret MMD di Samarinda, 19 – 23 Maret 2008:

MMD MENEMUKAN WUJUD FINALNYA

Pada waktu Meditasi Mengenal Diri (MMD) mulai diajarkan pada Mei 2000, modelnya mengikuti meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw. Selama beberapa tahun kemudian, model ini tetap dipertahankan.

Beberapa karakteristik dari meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw adalah:

(1) menggunakan Maha-satipatthana-sutta sebagai referensi,
 
(2) dilandasi oleh usaha (viriya) yang maksimal,

(3) menekankan konsentrasi pada “obyek utama”, yakni napas pada meditasi duduk, dan langkah pada meditasi jalan, di samping menyadari pula segala fenomena lain yang masuk melalui indra-indra selama bermeditasi,

(4) menggunakan beberapa teknik untuk memperkuat konsentrasi, yakni:
- mencatat (naming, labeling) segala sesuatu yang diamati,
- memperlambat semaksimal mungkin segala gerakan tubuh ketika meditasi jalan dan ketika melakukan kegiatan sehari-hari.

(5) bertujuan mencapai ‘nyana-nyana’ (pencerahan, insights) yang bertingkat-tingkat, yang berpuncak pada tercapainya magga & phala, yakni kesadaran ariya (suci) Sotapana dst sampai Nibbana (Nirwana).

--------------------
Ini yg benar, sesuai dgn tuntunan meditasi.
--------------------

Dalam perkembangan MMD selanjutnya, dalam interaksi pembimbing dan para praktisi MMD yang serius, secara berangsur-angsur berkembanglah suatu versi meditasi vipassana yang sama sekali berbeda. Versi vipassana ini banyak diilhami oleh pencerahan & ajaran J. Krishnamurti.

Namun, ini bukan berarti bahwa MMD telah menyimpang dari ajaran Buddha Gotama yang asli. Oleh karena, ternyata kemudian ditemukan sutta-sutta dalam kitab suci Tipitaka Pali yang mengandung ajaran meditasi oleh Buddha Gotama yang persis sama dengan meditasi yang diajarkan oleh J. Krishnamurti. Sutta-sutta itu adalah:
(1) Bahiya-sutta (Udana, 1.10)
(2) Malunkyaputta-sutta (Samyutta-nikaya, 35.95)
(3) Kalaka-sutta (Anguttara-nikaya, 4.24)
Tambahan pula, mengingat sutta-sutta ini termasuk sutta-sutta pendek, dapat disimpulkan mereka berasal dari masa yang relatif lebih tua dari kitab suci Tipitaka Pali.

Sejak tahun 2007 sampai sekarang, praktik MMD berangsur-angsur telah menemukan wujudnya yang final, yang amat berbeda dengan meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw atau dengan teknik-teknik meditasi vipassana lainnya. Beberapa karakteristik MMD yang berbeda itu adalah:

(1) menggunakan Bahiya-sutta, Malunkyaputta-sutta dan Kalaka-sutta sebagai referensi;

(2) sama sekali tidak dilandasi oleh usaha (viriya) - alih-alih menekankan pada sadar/eling (sati) secara pasif (usaha dipahami sebagai gerak dari pikiran/si aku/atta);

(3) tidak menekankan pada konsentrasi, melainkan pengembangan sadar/eling (sati) seluas-luasnya, tanpa mengamati satu obyek dalam waktu relatif lama (tidak ada "mengamati" secara sengaja) – dalam keadaan ini konsentrasi akan berkembang dengan sendirinya—bukan dibuat/disengaja—bersama dengan berkembangnya keheningan;

(4) karena tidak mengembangkan konsentrasi secara sengaja, maka tidak menggunakan teknik apa pun, seperti “mencatat”--yang adalah gerak pikiran--atau memperlambat gerakangerakan tubuh akan melambat dengan sendirinya bersama menguatnya kesadaran;

(5) tidak mempunyai tujuan, cita-cita atau harapan apa pun yang disadari, tidak bertujuan mencapai “nyana-nyana”, bahkan tidak bertujuan mencapai nibbana, di masa depan; alih-alih, sekadar menyadari munculnya si aku/atta dalam segala bentuknya dari saat ke saat, pada saat kini.

--------------------
Ini salah.melamun dgn berada di tengah.
--------------------

Di dalam retret MMD, perbedaan mendasar dengan teknik meditasi vipassana versi Mahasi Sayadaw atau dengan teknik-teknik meditasi vipassana lainnya terlihat nyata pada kesulitan yang dihadapi oleh para peserta retret yang sebelumnya telah terbiasa dengan teknik-teknik meditasi vipassana tertentu. Dalam beberapa jam pertama, mereka harus “membongkar” keterkondisian terhadap teknik-teknik meditasi vipassana itu, untuk dapat masuk ke dalam keheningan MMD yang tanpa teknik, tanpa tujuan dan tanpa usaha apa pun.

Pada beberapa peserta retret yang berhasil mengatasi keterkondisiannya pada teknik-teknik meditasi vipassana tertentu, akan dirasakan suatu kelegaan, keringanan, kejernihan, seolah-olah suatu beban yang berat terlepas dari pundak, yakni “beban meditasi”.

---------------------------
Jelas ringan lha wong tujuannya dilepaz.apa saja tanpa tujuan, sedikit usaha ya ringan.
Semestinya usaha maksimal, seperti bhodisatta di bawah pohon bodhi. Viriya atau mati (tdk mungkin u bodhisatta).

Seperti orang yg berlari, kaki dan tangannya diisi pemberat. Hari 1 sd.3 1kg. Hari 4 sd 6 2kg. Sisanya
5kg.begitu pula viriya, semakin masuk kedalam, viriya mesti bertambah atau vipasanna gugur.
Jk gugur, perhatian pasti tdk ada.mulai berpaling.memperhatikan bunga, kupu, tamu vihara, dsb.

Waktu vipasana, mengurangi makan u mendorong semangat. 3 hari pertama 2 kali mkn. Kemudian 1
Kali makan. Kemudian hanya 5 sendok nasi putih sj. tetap samadi mulai jam 04 pagi s.d jam 08. Malam.

nanti setelah ini bisa, baru belajar, misalnya anathalakhana sutta. Jangan dibalik. Jawaban suttanya diberikan dahulu,
kemudian saat meditasi tinggal memadankan sutta dgn pengalamannya selama melamun di tengah.

pertanyaaan yg timbul. Jika memang benar 5khanda adalah disebut sebagai notself, lantas apa yg tersisa ...

Jawabnya  ya itu tadi .... VIRIYA.Itu baru belajar viriya, belum 6yang lain dari sattasabhojangga.jangan viriya dibuat
notself sehingga jadi melamun ditengah.

jika sdh mdnyadari kekeliruan akibat sinkritis dgn agama lain, tentu segera menghentikan dan kembali pada cara meditasi yg sudah baku.

-------------------------

Mengingat adanya perbedaan-perbedaan mendasar di antara MMD dengan berbagai teknik meditasi vipassana lain, maka semakin dirasa mendesak perlunya sebuah buku panduan MMD yang lengkap.

Di bawah ini disajikan beberapa testimoni dari para peserta retret MMD 3 hari 4 malam di Vihara Ekayana, Samarinda, tgl 19 – 23 Maret 2008.

Pembimbing,
Hudoyo Hupudio

*****

« Last Edit: 10 June 2017, 03:25:51 AM by sala45 »

Offline sala45

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: -9
  • ******* sela7N1*******
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1745 on: 10 June 2017, 06:32:20 AM »
[qute author=Mr. Wei link=topic=24511.msg454010#msg454010 date=1377340345]
Udana 1.10. Bāhiya: Bāhiya Sutta
Telah kudengar dalam satu kesempatan Sang Bhagavā sedang menetap di dekat Sāvatthi di Hutan Jeta, vihara milik Anāthapiṇdika. Dan pada kesempatan tersebut Bāhiya dari kaum berpakaian kulit sedang menetap di Suppāraka di pantai – penerima jubah, dana makanan, penginapan, & kebutuhan obat-obatan bagi orang sakit. Kemudian, ia sedang sendirian dalam pengasingan, sebaris pemikiran ini kemudian muncul dalam kesadarannya: “Sekarang, dari orang-orang di dunia ini yang adalah arahat atau sudah memasuki jalan menuju ke-arahat-an, apakah aku salah satunya?”

------------------
Samana
------------------

Kemudian seorang devatā yang pernah memiliki hubungan darah dengan Bāhiya dari kaum berpakaian kulit – berbelaskasihan, mengharapkan kesejahteraan dirinya, mengetahui dengan kesadarannya sendiri sebaris pemikiran yang sudah muncul pada kesadarannya – pergi menghadapnya dan setibanya berbicara kepadanya, “Kau, Bāhiya, bukanlah seorang arahat atau sudah memasuki jalan ke-arahat-an. Kau bahkan tidak memiliki latihan yang dapat membuatmu menjadi arahat atau memasuki jalan menuju ke-arahat-an.”

“Lalu siapa, di dunia ini bersama dengan para deva, adalah arahat atau telah memasuki jalan menuju ke-arahat-an?”

“Bāhiya, ada sebuah kota di negara utara bernama Sāvatthī. Di sana ada Sang Bhagavā – seorang arahat, yang berkewaspadaan diri dengan benar – sedang hidup saat ini. Beliau benar-benar seorang arahat dan mengajarkan Dhamma yang membawa menuju ke-arahat-an.

-----------------
rupaJhana 4, kelas unggul
----------------

bersambung
« Last Edit: 10 June 2017, 06:34:36 AM by sala45 »

Offline sala45

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: -9
  • ******* sela7N1*******
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1746 on: 10 June 2017, 06:34:03 AM »
Kemudian Bāhiya, didera secara mendalam oleh sang devatā, meninggalkan Suppāraka pada saat itu dan, dalam waktu satu malam,1 pergi sepanjang hari menuju tempat Sang Bhagavā sedang menetap di dekat Sāvatthi di Hutan Jeta, vihara milik Anāthapiṇdika. Sekarang pada kesempatan itu, sejumlah besar bhikkhu sedang melakukan meditasi berjalan di tempat dengan udara terbuka. Ia pergi menemui mereka, dan setibanya, berkata, “Di mana, para yang mulia, Sang Bhagavā – sang arahat, yang berkewaspadaan diri dengan benar – sedang menetap?” Kami ingin melihat Sang Bhagavā itu – sang arahat, yang berkewaspadaan diri dengan benar.”

“Sang Bhagavā sudah pergi ke kota untuk menerima dana makanan.”

Kemudian Bāhiya, dengan terburu-buru menginggalkan Hutan Jeta dan memasuki Sāvatthī, melihat Sang Bhagavā sedang menerima dana makanan di Sāvatthī – tenang dan kepercayaan diri tenang yang menginspirasi, menenangkan, indra terasa damai, batin terasa damai, telah mencapai ketenangan penuh dan seimbang, terkendali, terjaga, indranya terkendali, a Great One (nāga). Melihatnya, ia mendekati Sang Bhagavā dan, saat tiba, bersujud, dengan kepalanya berada di kaki Sang Bhagavā, dan berkata, “Ajarkan aku Dhamma, oh Bhagavā! Ajarkan aku Dhamma, oh Yang Telah Pergi, yang akan menjadi kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagiku.”

--------------
Dibbha cakkhu berubah menjadi Dhamma cakkhu
--------------

Ketika hal ini diucapkan, Sang Bhagavā berkata kepadanya, “Bukan waktunya, Bāhiya, kami telah memasuki kota untuk menerima dana makanan.”

Untuk kedua kalinya, Bāhiya berkata kepada Sang Bhagavā, “Tapi sulit sekali untuk mengetahui dengan pasti bahaya apa yang mungkin muncul pada hidup Bhagavā, atau bahaya apa yang mungkin muncul padaku. Ajarkan aku Dhamma, oh Bhagavā! Ajarkan aku Dhamma, oh Yang Telah Pergi, yang akan menjadi kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagiku.”

Untuk kedua kalinya, Sang Bhagavā berkata kepadanya, “Bukan waktunya, Bāhiya. Kami telah memasuki kota untuk menerima dana makanan.”

Untuk ketiga kalinya, Bāhiya berkata kepada Sang Bhagavā, “Tapi sulit sekali untuk mengetahui dengan pasti bahaya apa yang mungkin muncul pada hidup Bhagavā, atau bahaya apa yang mungkin muncul padaku. Ajarkan aku Dhamma, oh Bhagavā! Ajarkan aku Dhamma, oh Yang Telah Pergi, yang akan menjadi kesejahteraan dan kebahagiaan jangka panjang bagiku.”

------------------
Samvega
----------------

“Kemudian, Bāhiya, kau harus melatih dirimu seperti ini: mengacu pada yang terlihat, maka hanya ada yang terlihat. Mengacu pada yang terdengar, hanya yang terdengar. Mengacu pada yang terasa, hanya akan terasa. Mengacu kepada yang diperhatikan, hanya yang diperhatikan. Demikianlah kau harus melatih dirimu sendiri. Ketika bagimu sudah hanya melihat pada acuan yang terlihat, hanya mendengar pada acuan yang terdengar, hanya merasa pada acuan yang terasa, hanya memerhatikan pada acuan yang diperhatikan, kemudian, Bāhiya, kau tidak berhubungan dengan hal itu. Ketika dirimu tidak berhubungan dengan hal itu, maka tidak ada dirimu di sana. Ketika tidak ada dirimu di sana, kau tidak berada di sini atau di sana atau keduanya. Ini, hanya ini, akhir dari penderitaan.”2

-------------
Jhana4 turun jhana 1
Dari jhana 1 naik ke 2 , 3 dan 4 dengan pandangan benar
------------

Dengan mendengarkan penjelasan singkat mengenai Dhamma dari Sang Bhagavā, pikiran Bāhiya dari kaum berpakaian kulit di sana pada saat itu juga terlepas dari arus melalui berkurangnya kemelekatan/makanan. Setelah menasihati Bāhiya dari kaum berpakaian kulit dengan penjelasan singkat mengenai Dhamma, Sang Bhagavā pergi.

------------
Jhana 4 yg baik
Digunakan u mengurangi, mengurai kmd padam.bukan menambah spt sebelum bertemu Buddha.
------------

Tidak lama setelah Sang Bhagavā berlalu, Bāhiya diserang dan terbunuh oleh seekor sapi dengan seekor anak sapi. Kemudian Sang Bhagavā, setelah selesai menerima dana makanan di Sāvatthī, setelah makan, kembali dari menerima dana makanan bersama dengan sejumlah besar bhikkhu, melihat Bāhiya telah meninggal. Saat melihatnya, beliau berkata kepada para bhikkhu, “Bawa tubuh Bāhiya, para bhikkhu, dan, tempatkan pada sebuah tandu dan bawalah pergi, kremasikan dan bangun tanda peringatan baginya. Temanmu dalam kehidupan suci telah meninggal.”



Dijawab, “Seperti yang kau katakana, tuan,” kepada Sang Bhagavā, para bhikkhu – meletakkan tubuh Bāhiya pada sebuah tandu, membawanya pergi, mengkremasikannya, dan membangun tanda peringatan baginya – pergi menghadap Sang Bhagavā. Setibanya, setelah bersujud kepadanya, duduk di sebuah sisi. Saat mereka duduk di sana, mereka berkata kepada beliau, “Tubuh Bāhiya sudah dikremasikan, tuan, dan tanda peringatan baginya sudah dibangun. Apa tujuannya? Apa kehidupannya di masa depan?”

“Para Bhikkhu, Bāhiya dari kaum berpakaian kulit bersifat bijak. Ia melaksanakan Dhamma sesuai dengan Dhamma dan tidak menggangguku dengan persoalan-persoalan yang berkaitan dengan Dhamma. Bāhiya dari kaum berpakaian kulit, para bhikkhu, sudah terbebas secara total.”

Kemudian, dengan menyadari pentingnya hal tersebut, Sang Bhagavā pada kesempatan itu berseru:

Di mana air, tanah,
api, dan air
tidak memiliki pijakan:


Di sana bintang-bintang tidak bersinar,
matahari tidak dapat terlihat.
Di sana rembulan tidak muncul.
Di sana kegelapan tidak ditemukan.

-----------------
Pembentuk kelahiran, bhava mati
---------------

Dan di mana seorang bijak,
seorang brahmana melalui kebijaksanaannya,
telah merealisasikan (hal ini) untuk dirinya sendiri,
kemudian dari berbentuk dan tidak berbentuk,
dari kebahagiaan dan rasa sakit,
ia terbebaskan.

-------------
Nirodha
-----------

Catatan:
1. Eka-ratti-parivāsena: Frase ini juga bisa berarti, “mengambil persinggahan satu malam” (yakni, beristirahat tidak lebih dari satu malam dalam satu tempat); atau “dengan persinggahan satu malam.” Komentar memilih makna yang digunakan dalam terjemahan, memerhatikan jarak di antara Suppāraka dan Sāvatthī yang berjumlah 120 liga, atau kira-kira 1.200 mil. Dalam versi kisah Bāhiya sendiri, Bāhiya tidak memiliki pencapaian meditatif sama sekali, sehingga kecepatan ajaib dari perjalanannya harus dikatikan baik dengan kekuatan mandeva  atau kekuatan Buddha. Namun, ia mungkin sebenarnya telah memiliki kekuatan konslaentrasi yang besar dengan pencapaian kekuatan psikis melalui dirinya sendiri.
2. Untuk diskusi mengenai instruksi-instruksi tersebut, lihat artikel, “Makanan untuk Pencerahan: Peran dari Perhatian Sesuai”
[/quoe]

--------------------
Mana ada ajaran j.k murti di sutta ini. Bahkan sebelum bertemu Buddha, samana Bahiya tdk spt j.k murti. 

Apa bedanya nasehat Buddha kpd samana ybs dgn nasehat kpd pesertammd. Knp hasilnya berbeda. Bahkan sampai melamun di tengah.

yg original melatih diri dgn tekun, sungguh sungguh, semangat. Yg nyontek tinggal memadankan contekan dengan meditasi melamun ditengah.


Offline sala45

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: -9
  • ******* sela7N1*******
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1747 on: 10 June 2017, 09:59:40 PM »
terjemahan kalaka sutta versi sangha dhammayuth cabang metta arama kurang pas.
Mas dagang jamu, atau siapa sj selain penerjemah versi diatas, tolong bantu terjemahin ya.
nanti kelihatan jelas mmd, j.k murti dan yg sejenis itu tdk sama dgn kalaka sutta.

thankyu sebelumnya


AN 4.24 PTS: A ii 23
Kalaka Sutta: At Kalaka's Park
translated from the Pali by
Thanissaro Bhikkhu
© 2002
On one occasion the Blessed One was staying in Saketa at Kalaka's park. There he addressed the monks: "Monks!"

"Yes, lord," the monks responded.

The Blessed One said: "Monks, whatever in the cosmos — with its devas, Maras, & Brahmas, its generations with their contemplatives & brahmans royalty & common people — is seen, heard, sensed, cognized, attained, sought after, pondered by the intellect: That do I know. Whatever in the cosmos — with its devas, Maras, & Brahmas, its generations with their contemplatives & brahmans, their royalty & common people — is seen, heard, sensed, cognized, attained, sought after, pondered by the intellect: That I directly know. That has been realized by the Tathagata, but in the Tathagata[1] it has not been established.[2]

"If I were to say, 'I don't know whatever in the cosmos... is seen, heard, sensed, cognized... pondered by the intellect,' that would be a falsehood in me. If I were to say, 'I both know and don't know whatever in the cosmos... is seen, heard, sensed, cognized... pondered by the intellect,' that would be just the same. If I were to say, 'I neither know nor don't know whatever in the cosmos... is seen, heard, sensed, cognized... pondered by the intellect,' that would be a fault in me.

"Thus, monks, the Tathagata, when seeing what is to be seen, doesn't construe an [object as] seen. He doesn't construe an unseen. He doesn't construe an [object] to-be-seen. He doesn't construe a seer.

"When hearing...

"When sensing...

"When cognizing what is to be cognized, he doesn't construe an [object as] cognized. He doesn't construe an uncognized. He doesn't construe an [object] to-be-cognized. He doesn't construe a cognizer.

Thus, monks, the Tathagata — being the same with regard to all phenomena that can be seen, heard, sensed, & cognized — is 'Such.' And I tell you: There's no other 'Such' higher or more sublime.


"Whatever is seen or heard or sensed
   and fastened onto as true by others,
One who is Such — among the self-fettered —
wouldn't further claim to be true or even false.

"Having seen well in advance that arrow
where generations are fastened & hung
 — 'I know, I see, that's just how it is!' —
there's nothing of the Tathagata fastened."
Notes

1.
Reading tathagate with the Thai edition.
2.
I.e., the Tathagata hasn't taken a stance on it.
See also: MN 2; MN 58; MN 63; MN 72; AN 10.93; AN 10.94; AN 10.95; AN 10.96; Ud 1.10; Ud 8.1.


« Last Edit: 10 June 2017, 10:02:12 PM by sala45 »

Offline sala45

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: -9
  • ******* sela7N1*******
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1748 on: 11 June 2017, 10:33:17 PM »
bagi siswa yg suka samadhi, kemudian mengikuti ajaran mmd, samadi tanpa viriya, melepas tujuan dgn alasan tdk terikat,
maka panca bala yg dimiliki setelah berlatih bertahun tahun merosot dan punah.
tinggal melamun ditengah.

apa yg disampaikan j.k murti dgn pengamatan pasif adalah keliru, tdk sama dgn memisahkan indria dan obyeknya,
tdk sama dgn yg diajar Buddha di taman kalaka dan pertapa subhada, parinibbhana sutta.

itu bukan ajaranBuddha, sudah sinkritis dan modifikasi
« Last Edit: 11 June 2017, 10:38:02 PM by sala45 »

Offline sala45

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: -9
  • ******* sela7N1*******
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1749 on: 11 June 2017, 11:18:16 PM »
Mengenai "jalan spiritualitas", secara garis besar ada dua pendapat:

(1) mayoritas terbesar (di semua agama, termasuk agama Buddha) melihat spiritualitas sebagai "jalan" menuju "sesuatu" yang diidam-idamkan. "Sesuatu" yang ideal itu diletakkan di masa depan, dan "jalan" itu membawa dari 'apa yang ada sekarang' (yang ingin diubah) menuju 'apa yang seharusnya' (yang ingin dicapai) di 'masa depan', atau disebut juga "pantai seberang". Pendapat seperti ini berasal dari pembelajaran secara intelektual atas kitab-kitab. (Di dalam kitab Tipitaka itu disebut Jalan Suci Berfaktor Delapan)

(2) segelintir orang (cuma Buddha dan Krishnamurti) menyatakan "tidak ada jalan", melainkan hanya "diam" bersama 'apa yang ada' pada 'saat kini', tanpa memikirkan segala harapan & cita-cita ke 'masa depan'. Pendapat seperti ini berasal dari pengalaman meditasi, tanpa melalui pembelajaran dari buku. (Buddha mengatakan itu di dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta).

Rekan Tesla mau memadukan kedua pandangan--yang sebetulnya tidak bisa dipadukan itu--dengan mengatakan bahwa "jalan" (#1) itu adalah untuk mencapai keadaan "diam" (#2).

Ibu Lily mempertanyakan apakah "diam" itu bisa sepanjang waktu.

Saya berpendapat, kedua sudut pandang ini tidak bisa dipertemukan. Pandangan yang satu berasal dari pemahaman secara intelektual, pandangan yang lain bukan pemahaman secara intelektual, melainkan secara intuitif berasal dari pengalaman meditasi.

Kalau orang berpikir, harus berupaya dulu untuk sampai pada kesadaran keheningan, maka ia tidak akan pernah hening, karena upaya itu menyiratkan adanya aku yang terus mengharap & berusaha; selama aku ada selama itu pula tidak akan pernah ada keheningan.

Jadi, "diam" itu harus terjadi mulai saat sekarang, betapa pun pikiran ini masih berseliweran, tidak ditunda-tunda dengan sibuk berlatih ini-itu. Justru "diam" itu harus terjadi di tengah-tengah kita berhubungan dengan orang lain, berhubungan dengan dunia sekitar, berhubungan dengan pikiran-pikiran & harapan-harapan kita sendiri. Justru "diam" (dalam arti tidak bereaksi) itu harus terjadi setiap saat, terus-menerus, kalau mau. :)

Sang Buddha kepada Angulimala:

"Angulimala, aku sudah lama berhenti. Kamulah yang masih terus berlari. Apa yang kamu cari? Berhentilah."

Apakah kita tidak terus berlari mengejar "kesadaran", mengejar "nibbana"?

Salam,
hudoyo

y.a angulimala sebelum bhikkhu menguasai jhn4. tdk ada satu ksatria yg mampu menahan pedangnya.
tdk ada manusia yg lolos dari kejaran angulimala.guru angulimala top dlm jhna.

ketika Buddha mengatakan kalimat berhenti, angulimala istirahat di jhn4.
kalimat itulah yg mdnyebabkan angulimala berubah mdnjadi bhikkhu,
mdlepaskan ajaran salah ttg 1000 jari manusia.

gampang memang , namun jika melihat cara brahmana mdlatih samadhi,
sungguh tdk sama dgn kdjadian diatas. Mesti sungguh sunguh, puasa, disiplin.
bukan seenaknya sendiri melepas viriya, nyontek sutta kmd dipadankan dgn apa yg
muncul saat melamun ditengah.

Angulimala mdnguasai iddhipada, lari secepat kijang, tenaga sekuat gajah.





Offline sala45

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: -9
  • ******* sela7N1*******
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1750 on: 14 June 2017, 08:16:47 PM »
[quote auhor=hudoyo link=topic=2355.msg34445#msg34445 date=1208750762]
Nah, mulai dari sini tanggapan saya untuk Rekan Evo dan Rekan Nyanadhana saya satukan saja, karena kedua rekan itu sekarang sudah menampilkan pemahaman yang kurang lebih sama. :)

Rekan Evo mengatakan, "kita akan terpengaruh dengan simbol itu ... hingga untuk melihat batin lebih dalam lagi kita jadi terhambat".

--------------------
masa kaya begini
-------------------

Rekan Nyanadhana mengatakan, "kita kadang melekat pada objek patung itu sendiri ... dalam dirinya merasa ingin hatur sembah ... mungkin dalam vipassana ini akan melencengkan dasar latihannya."

Lalu, Rekan Nyanadhana bertanya, "apakah menurut Pak Hudoyo,bernamaskara juga menjadi sebuah kemelekatan yang harus dihindari?"

---------------------
Upadana dan saddha , kondisi batin yg berbeda.
Tidak ada updana thd saddha.
saddha , dorongan u maju.
updana, terikat dgn proses batin 5 khanda.
saddha diluar proses 5 khanda.
Panca bala tidak sama dgn 5khandha.

nyanadhana bertanya sambil melamun ditengah.
apa yg berbeda dihubungkan, dipadankan..jadi dah updana thd saddha (rupang, simbol).

--------------------

'Melekat" atau "tidak melekat" bukan terletak pada perbuatan namaskara itu sendiri, melainkan tergantung pada motivasi (dorongan batin)[

------------------
tidak benar samvega spt ini.baru sy dengar ada kereta dorong disana. tanha , keinginan
adalah bagian awal dari upadana.bukan proses dorong mendorong

--------------------


/b] apa yang mendorong seseorang melakukan namaskara. Saya rasa kita semua sepakat bahwa namaskara itu suatu perbuatan baik (kusala kamma), bukan? -- berbeda sekali dengan menyembelih ayam, yang merupakan perbuatan buruk (akusala kamma). Kalau menyembelih ayam, saya rasa tidak ada umat Buddha yang mau melakukannya, entah ia ber-vipassana atau tidak. Sebaliknya, dengan bernamaskara, baca paritta dsb orang bisa terlahir dalam alam dewa yang rendah (bukan alam dewa Brahma), atau sebagai manusia yang mempunyai kehidupan yang baik. Begitulah kira-kira diajarkan dalam Agama Buddha. - Nah, tidak mungkinkah orang melekat kepada ritualisme (namaskara, baca paritta), dengan harapan akan memperoleh kehidupan yang lebih baik seperti itu?

--------------------
Jika berdoa di depan rupang Buddha, bukan u kehidupzn yg lebih baik, lantas
untuk apa.
----------------

Nah, sekarang tentang vipassana. Apakah "tujuan" orang melakukan vipassana? "Tujuan" orang melakukan vipassana adalah untuk mengamati secara pasif gerak-gerik badan & batinnya sendiri, termasuk menyadari segala keinginan, harapan & kelekatan-kelekatan yang paling halus, sehingga pada akhirnya batin akan bebas dari aku/atta, sumber dari semua itu. "Tujuan" vipassana bukan untuk berbuat baik, vipassana bukan kusala-kamma; melainkan "tujuan" vipassana adalah untuk bebas dari kamma apa pun, buruk & baik, sehingga orang tidak lahir kembali, itulah yang dinamakan "padam" (nibbana).

Kembali kepada pertanyaan Rekan Nyanadhana, pertanyaan Anda saya ubah sedikit: apakah ada orang ber-namaskara tanpa melekat kepada namaskara itu sendiri? ... Ada. ... Misalkan Rekan Evo adalah siswa Sang Buddha yang telah jauh berkembang vipassana-nya. Ia menyadari gerak-gerik batinnya, termasuk kelekatannya terhadap namaskara, baca paritta dsb, sehingga ia bebas dari kelekatan itu, bebas dari dorongan untuk melakukan namaskara & baca paritta. Satu-satunya minat Rekan Evo adalah terus-menerus mengamati gerak-gerik batinnya sendiri, agar tercapai pembebasan dari aku/atta, tercapai pemadaman (nibbana) dalam hidup ini juga. Tetapi, Rekan Evo sudah keburu berkeluarga. Ia punya kewajiban membesarkan dan mendidik anaknya. Ketika anaknya sudah berumur 2-3 tahun, diajaknya anaknya itu ke vihara, dan kepada anaknya diajarkannya ber-namaskara di depan Buddharupang; tetapi Rekan Evo sendiri--karena vipassana-nya sudah jauh berkembang--sama sekali tidak melekat pada perbuatan namaskara itu sendiri. Bagi dia sendiri, namaskara itu tidak ada artinya sama sekali, karena "tujuan" hidupnya bukan untuk lahir di alam dewa, melainkan untuk mencapai kepadaman (nibbana) dalam hidup ini juga.


Jadi masalahnya bukan ber-namaskara atau tidak, tetapi menyadari apa motivasi kita untuk ber-namaskara kalau kita melakukannya.
-----------------
Tidak bdnar saat namaskara, dilakukan dgn teknik vipasana shg penghormatan
itu ahosi  bernilai 0.kala ada yg spt itu divihara, pasti banyak salahnya.
menghormat tetap menghormat.daripada spt itu lebih baik tdk usah pakai gituan.
langsung sj duduk, krn sedang vipasanna.

takut salah jadi salah beneran.
--------------------


Untuk menyadari motivasi inilah, maka dalam retret-retret MMD disarankan untuk tidak ber-namaskara, baca paritta dsb selama menjalankan retret. Maksud yang sama pula kita lihat mengapa dalam retret-retret vipassana versi Goenka semua Buddharupang ditutup kain atau kertas.



Salam,
hudoyo
[/quote]

-------------------------
masa kaya gitu

inilah contoh akibat melamun ditengah.
saat vipasana, jika kemampuan  meditator mumpuni, ia akan masuk jhzna1.itulah
yg disebut vipasana jhana.seperti air dalam mangkok, tiada riak sedikitpun.
sama kualitas dgn jhana dari samatha. vipasana metode apa sj kecuali mmd.
mmd krn mdlamun ditengah.

hampir semua umat buddha saddhacarita. kelemahan orzng yg mdmiliki kecendrungan saddha
adalah rupang, roda cakkha, buku paritta, hio, dan yg seperti itu.

Krn itu rupang Buddha terpaksa dipindah atau ditutup.saddha mdngantarkan orang
saddharita ke jhana1.namun saddha lah jika munculdominan, akan membuat jhana1 hancur.
hanya muncul 1 per sekian detik, vinyana sdh terserap pd rupang itu.



« Last Edit: 14 June 2017, 08:38:51 PM by sala45 »

Offline sala45

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 112
  • Reputasi: -9
  • ******* sela7N1*******
Re: MMD (Meditasi Mengenal Diri)
« Reply #1751 on: 15 June 2017, 08:00:23 PM »
[quoe author=hudoyo link=topic=2355.msg34467#msg34467 date=1208757731]
Wah, tepat sekali! :D

Ingatkah Anda apa nasehat Sang Budha kepada para bhikkhu yang baru ditahbiskannya? Beliau menganjurkan agar para bhikkhu itu pergi ke hutan, atau ke dalam gua, menjalankan vipassana ... bukan pergi ke Vihara Jetavana dsb. ... Mana ada buddharupang di dalam hutan? :D

------------------
Itu benar jika raja memiliki saddha kpd Buddha, jika tdk sebaiknya meditasi divihara.
Jgn sMpai dianggap meditasi salah, u mencari nomor, tebak skor, jimat atau yg spt itu.
------------

Bentuk meditasinya seperti apa yang kita baca sekarang dalam Bahiya-sutta & Malunkyaputta-sutta:

"Bahiya/Malunkyaputta, lakukan ini: di dalam apa yang terlihat, hanya ada yang terlihat. Di dalam apa yang terdengar, hanya ada yang terdengar. Di dalam apa yang tercerap melalui indra-indra yang lain, hanya ada yang tercerap, di dalam apa yang muncul dalam batin (ingatan), hanya ada ingatan.

---------------------
Sama spt kasus kemenyan, bisa nenyadari kasina, tdk mampu berdiam didalam kasina.
ketika ada riak, sati padam, jadilah melamun ditengah.


-------------------

(Maksudnya: jangan bereaksi, jangan melekat, jangan menolak.) ... Kalau kamu bisa berada dalam keadaan itu, maka KAMU TIDAK ADA. Itulah, dan hanya itulah, akhir dari dukkha ("padam", nibbana)."


---------------------

Beginilah senjata andalan melamun ditengah.dia sama sekali tdk tahu jika satinya padam dzn sdh berlalu.
-
----------------

Di sini tidak ada ritual apa pun, tidak ada konsentrasi, tidak ada pencatatan, tidak ada memperlambat gerakan dengan sengaja.

--------------------
Jika tdk konsdntrasi dibantu pencatatan, kmd gerak cepat,  u pemula apa bisa menghidupkan nyala sdbatang korek.
Masa kaya gitu nulisnya
-----------------

Salam,
hudoyo
[/quote]