//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 552148 times)

0 Members and 2 Guests are viewing this topic.

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #480 on: 31 December 2010, 03:39:51 PM »
Saya kutip ulang:Terjemahannya:
Berikut adalah tiga bentuk personalitas, yang umum Potthapada, (anggapan umum di dunia): bermateri, tak bermateri dan tanpa bentuk.

- Yang pertama  KEPRIBADIAN memiliki bentuk, tersusun dari empat unsur dan berlangsung ditopang makanan padat.
- Yang kedua KEPRIBADIAN tak memiliki bentuk, terdiri dari batin/pikiran, dan anggota tubuhnya yang besar maupun kecil lengkap dan semua organ sempurna.
- Yang ketiga KEPRIBADIAN tanpa bentuk, dan terdiri dari kesadaran saja.

Menurut saya yang pertama manusia, hewan
yang kedua adalah mahluk halus
dan yang ketiga adalah mahluk Arupa-Brahma.
Apakah aku ditopang makanan padat...? tentu tidak kan? Hanya tubuh yang ditopang makanan padat.

Personalitas itu artinya bagi saya kepribadian.
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #481 on: 31 December 2010, 04:05:31 PM »
SELAMAT TAHUN BARU!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!!

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #482 on: 31 December 2010, 07:29:20 PM »
Sis Sriyeklina yang baik, Pothapada sutta ini adalah mengenai konsep roh (atta) inilah yang saya katakan dalam diskusi ini bahwa atta tak ada, itu hanyalah pandangan (atta ditthi) konsep bentukan pikiran. Jadi disini Pothapada beranggapan ada roh dan sulit menerima bahwa yang dianggap roh tak ada, yang ada hanya kelompok batin (nama). Ini saya kutip dari "access to insight dan mettalanka.net".

http://www.metta.lk/tipitaka/2Sutta-Pitaka/1Digha-Nikaya/Digha1/09-potthapada-e.html

access to insight:mettalanka.net

Perhatikan beda penerjemahan access to insight yang sering membuat orang salah mengerti disebabkan konsep "not self"nya bhikkhu Thanissaro. Mettalanka secara jelas dan tepat menerjemahkan roh (soul) bukan diri (self)

Disini Sang Buddha mengatakan jika roh (soul) bermaterial, memiliki bentuk, terdiri dari empat unsur dan perlu diberi makan maka, kesadaran dan roh berbeda.
(banyak orang yang bermeditasi dengan cara non-Buddhis mengalami yang mereka anggap out of body experience (pengalaman keluar tubuh), sehingga mereka beranggapan bahwa ada sesuatu yang keluar tubuh dan inilah yang mereka anggap "atta" atau roh atau jiwa atau suatu entitas dalam diri manusia yang berpindah dari satu tubuh ke tubuh yang lain. Padahal menurut Buddhis tak ada.

Oleh karena itu Sang Buddha berkata kepada Potthapada, sulit bagi dia untuk mengerti hal ini, karena ia memiliki pandangan berbeda, menyetujui pemikiran-pemikiran yang lain, memiliki sasaran yang berbeda, berjuang dan setelah berbagai pencapaian, berlatih dalam sistem dan doktrin yang berbeda. jadi sulit baginya menyelami.

Sebagai tambahan menurut mettalanka penerjemahannya adalah sebagai berikut:jadi yang dimaksud disini adalah tubuh yang bermateri, tanpa materi dan tanpa bentuk. Yang tanpa bentuk hanya terdiri dari kesadaran saja. Jadi bait ini bukan membahas atta tetapi jenis kehidupan mahluk.

mahluk bermateri (manusia, hewan dsbnya) yang kedua adalah dewa, brahma, dsbnya, dan yang ketiga adalah mahluk Arupa Brahma.
Sis Sriyeklina yang baik, jawabannya saya rangkum saja ya...?
Batin manusia seringkali mempersepsikan segala sesuatu yang diterima oleh pancainderanya, lalu dibandingkan dengan kesan yang lalu, kemudian mengkonsepkannya.
Dari contoh yang telah saya ungkapkan timbulnya pandangan yang disangka "aku" berasal dari kesan yang muncul, bila dianggap lebih baik maka kita cenderung ingin memiliki, bila dirasa lebih buruk atau tak berguna mungkin batin kita menolak.

Mungkin saya bisa tambahkan contoh lainnya:
Katakanlah sis Sri tak pernah tahu mengenai kotoran kelelawar, lalu seseorang membawa kotoran kelelawar satu truk dan memberikan kepada sis Sri, apa yang terjadi? kemungkinan marah, karena berpikir kok diberi tahi? karena konsep yang timbul pada manusia umumnya pemberian tahi adalah penghinaan.

Tetapi apakah yang terjadi bila orang yang sama tersebut memberikan kotoran kelelawar satu truk dan sis Sri kebetulan tahu bahwa harga kotoran kelelawar adalah 2,5 US dollar per lbs di pasar retail. (satu lbs adalah 0,42 kg) Apakah sis Sri akan marah?   :)

Sekali lagi hanya permainan persepsi sis....



Jika saya berkata itu hanya permainan pikiran? Bagaimana menurut bro? Cocok atau tidak?

Dari contoh bro diatas, anggap saya senang karena  dapat duit. Berarti saya mempersepsikan tahi itu adalah duit. Benar  begitu?

Dan karena saya menyenangi-nya, sehingga timbul keinginan dan saya mencari tahi itu lagi. Jika itu saya lakukan terus menerus, maka lama-lama jadi melekat-kan? Jika ada orang yang mengambil tahi itu saya jadi marah. Karena saya jadi kehilangan.

Pada apakah saya melekat dari kejadian itu? Pada tahi-nya atau persepsi-nya?


PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #483 on: 31 December 2010, 09:02:56 PM »
Jika saya berkata itu hanya permainan pikiran? Bagaimana menurut bro? Cocok atau tidak?
Bisa juga...

Quote
Dari contoh bro diatas, anggap saya senang karena  dapat duit. Berarti saya mempersepsikan tahi itu adalah duit. Benar  begitu?
Maksudnya informasi tahi yang maksud ke indera kita, terlebih dahulu dibandingkan dengan pengalaman lalu, lalu timbul persepsi bahwa itu penghinaan. Bila pengalaman lalunya mengetahui bahwa harga retailnya 2,5 dollar per 0,42 kg maka persepsinya tentu beda dibandingkan jika tak tahu.

Quote
Dan karena saya menyenangi-nya, sehingga timbul keinginan dan saya mencari tahi itu lagi. Jika itu saya lakukan terus menerus, maka lama-lama jadi melekat-kan? Jika ada orang yang mengambil tahi itu saya jadi marah. Karena saya jadi kehilangan.
ya ini semua diakibatkan telah timbul persepsi.

Quote
Pada apakah saya melekat dari kejadian itu? Pada tahi-nya atau persepsi-nya?
Persepsi tersebutlah yang menyebabkan saya melekat.

Sebelumnya saya memberikan contoh orang yang tak pernah melihat dan tak pernah tahu sama sekali laptop. menurut sis Sri bila orang kampung yang tinggal digunung terpencil misalnya suku baduy dalam yang tak pernah keluar kampung, disuruh memilih antara beras sekarung dan laptop macintosh pilih mana? Tentu memilih sekarung beras, karena persepsinya terhadap laptop belum timbul dan macintos tak bermanfaat di baduy karena belum ada listrik (padahal harga laptop jauh lebih mahal), sedangkan persepsi terhadap beras sudah ada, sehingga ia berusaha mendapatkan beras.

Tak ada pembentukan aku disini, hanya pembentukan persepsi.



Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #484 on: 01 January 2011, 01:00:36 AM »
Bisa juga...
Ok...berarti kan tidak salah jika ada seseorang yang bilang, pikiran inilah yang membuat kita menderita. Karena untuk orang yang awam akan lebih mudah memahami begitu. Sama seperti saya dulu. Tidak nyangkut-nyangkut juga di kepala saya, ketika dibilang karena persepsi. Karena saya tidak tahu arti kata persepsi. Sama seperti kata kecenderungan, saya akan langsung mengerti jika kata kecenderungan itu diganti dengan kata kebiasaan berpikir atau kebiasaan pola pikir.

Quote
Maksudnya informasi tahi yang maksud ke indera kita, terlebih dahulu dibandingkan dengan pengalaman lalu, lalu timbul persepsi bahwa itu penghinaan. Bila pengalaman lalunya mengetahui bahwa harga retailnya 2,5 dollar per 0,42 kg maka persepsinya tentu beda dibandingkan jika tak tahu.
ya ini semua diakibatkan telah timbul persepsi.
Persepsi tersebutlah yang menyebabkan saya melekat.

Pancakhandha: lima kelompok kemelekatan. Terdiri atas:
- rupakhandha yaitu kemelekatan jasmani
- vinnanakhandha yaitu kemelekatan  kesadaran
- sannakhandha yaitu kemelekatan persepsi atau ingatan
- vedanakhandha yaitu kemelekatan  perasaan
- sankharakhandha yaitu kemelekatan bentuk-bentuk pikiran.

Dari daftar yang bro beri, berarti pada kasus tahi kelelawar. Kemelekatan saya berada pada sannakhandha. Benarkah? Yang arti-nya saya melekat pada persepsi tahi, bukan pada tahi-nya.


Quote
Sebelumnya saya memberikan contoh orang yang tak pernah melihat dan tak pernah tahu sama sekali laptop. menurut sis Sri bila orang kampung yang tinggal digunung terpencil misalnya suku baduy dalam yang tak pernah keluar kampung, disuruh memilih antara beras sekarung dan laptop macintosh pilih mana? Tentu memilih sekarung beras, karena persepsinya terhadap laptop belum timbul dan macintos tak bermanfaat di baduy karena belum ada listrik (padahal harga laptop jauh lebih mahal), sedangkan persepsi terhadap beras sudah ada, sehingga ia berusaha mendapatkan beras.
 Tak ada pembentukan aku disini, hanya pembentukan persepsi.
Iya, dalam hal ini tidak ada pembentukan aku.

saya mengatakan bahwa pancakhandha dapat menyebabkan persepsi "aku" timbul.

Itu perkataan bro fabian di postingan sebelumnya. Dan saya mencoba menyimpulkan dari pemberitahuan bro kepada saya.
Persepsi aku(diri maupun roh) timbul karena pandangan salah(moha). Pandangan yang salah itu dianggap benar dan disukai/diterima/diinginkan/disenangi/dicintai sehingga terjadilah berbagai kemelekatan baik pada jasmani maupun batin-nya. Bukankah begitu bro?



PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #485 on: 01 January 2011, 08:21:24 AM »
Ok...berarti kan tidak salah jika ada seseorang yang bilang, pikiran inilah yang membuat kita menderita. Karena untuk orang yang awam akan lebih mudah memahami begitu. Sama seperti saya dulu. Tidak nyangkut-nyangkut juga di kepala saya, ketika dibilang karena persepsi. Karena saya tidak tahu arti kata persepsi. Sama seperti kata kecenderungan, saya akan langsung mengerti jika kata kecenderungan itu diganti dengan kata kebiasaan berpikir atau kebiasaan pola pikir.
Mungkin terjemahan Indonesia yang tepat untuk persepsi adalah anggapan. Persepsi timbul setelah ada suatu memori sebelumnya. Setelah ada persepsi baru kemudian menilai. Menilai timbul berdasarkan perbandingan terhadap apa yang kita alami dengan rekam ingatan yang lalu.

Quote
Pancakhandha: lima kelompok kemelekatan. Terdiri atas:
- rupakhandha yaitu kemelekatan jasmani
- vinnanakhandha yaitu kemelekatan  kesadaran
- sannakhandha yaitu kemelekatan persepsi atau ingatan
- vedanakhandha yaitu kemelekatan  perasaan
- sankharakhandha yaitu kemelekatan bentuk-bentuk pikiran.

Dari daftar yang bro beri, berarti pada kasus tahi kelelawar. Kemelekatan saya berada pada sannakhandha. Benarkah? Yang arti-nya saya melekat pada persepsi tahi, bukan pada tahi-nya.
Ya pada kasus yang satu sehingga timbul dosa/marah, sedangkan pada kasus yang lain melekat pada persepsi 2,5 dollar US per pound retail sehingga timbul lobha/serakah.

 
Quote
Iya, dalam hal ini tidak ada pembentukan aku.

saya mengatakan bahwa pancakhandha dapat menyebabkan persepsi "aku" timbul.

Itu perkataan bro fabian di postingan sebelumnya. Dan saya mencoba menyimpulkan dari pemberitahuan bro kepada saya.
Persepsi aku(diri maupun roh) timbul karena pandangan salah(moha). Pandangan yang salah itu dianggap benar dan disukai/diterima/diinginkan/disenangi/dicintai sehingga terjadilah berbagai kemelekatan baik pada jasmani maupun batin-nya. Bukankah begitu bro?

Iya... tapi ini hanya berlaku bila hal itu menyenangkan maka timbul lobha. Tapi kemelekatan batin bukan hanya pada hal-hal yang menyenangkan, tapi juga pada hal-hal yang tak menyenangkan. Bedanya bila hal-hal tersebut dalam persepsi kita menyenangkan maka lobha timbul, tapi bila persepsi tak menyenangkan maka dosa yang timbul.

Contoh: umpamanya seseorang sakit gigi, apakah hal itu menyenangkan...? tentu tidak kan?  Tapi apakah bisa kita bisa melepaskan perhatian dari kemelekatan terhadap rasa sakit itu...? Tak bisa kan...? Itulah bentuk kemelekatan terhadap sesuatu yang tidak kita senangi.
Contoh lain lagi bila kita membenci seseorang (dosa), rasa tidak suka yang timbul tentu akan lama sekali hilangnya, bahkan mungkin kita tak ingin bertemu lagi orang itu seumur hidup. Kebalikan halnya bila kita mencintai seseorang (lobha), kita selalu merindukan dan bahkan selalu ingin berada di dekatnya, bukankah demikian?
Tapi semua itu anicca tak kekal.

Oleh karena itu umat Buddha yang bijaksana yang melihat ketidak kekalan segala sesuatu, tidak terlalu membenci dan tidak terlalu serakah, dan siap menerima segala perubahan yang tak terduga.
 
Contoh lain lagi: Terasi, blue cheese (keju biru) dan sashimi (daging ikan mentah)

Ketika saya masih kecil saya paling tidak suka terasi, bila mencium bau sambal terasi bahkan menyentuhpun tidak mau, ini adalah persepsi tidak enak karena bau yang tak menyenangkan.
Suatu ketika karena lapar tak ada sayur lain tak ada pilihan lain (hanya ada ikan asin dan terasi) saya coba juga makan, eh ternyata enak sejak itu suka terasi, bahkan sangat suka.

Ketika saya pergi ke Sizzler ada pilihan dressing (saus untuk salad) antara thousand island, italian dressing dan blue cheese. Karena pertama kali makan disana tidak tahu rasanya, jadi kesan saya keju tentu enak rasanya, siapa sangka ternyata setelah dimakan baunya seperti keju/mentega tengik. Sejak itu saya tak suka blue cheese. Karena saya telah memiliki persepsi bau mentega tengik tak bagus.
Tapi besan sepupu saya yang memang Amerika keturunan Eropa malah lebih suka blue cheese.

Sejak kecil saya merinding mendengar orang Jepang memakan hasil laut mentah-mentah, suatu ketika diajak paman saya makan sushi di restoran Jepang awalnya memakan tuna roll, lalu belakangan salad dan lain-lain... akhirnya...? Sekarang antipati terhadap sashimi telah luntur.

Jadi semua adalah persepsi yang bisa berobah, tak lebih.




« Last Edit: 01 January 2011, 08:35:28 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #486 on: 01 January 2011, 09:37:25 AM »
Wow, penjelasan yang magnificient dari bro Fabian, memadukan pengetahuan teori dan ketajaman praktek..... Mungkin bro bisa menulis buku/artikel tentang bagaimana melenyapkan pandangan salah tentang "aku" berdasarkan pengalaman meditatif anda.....
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #487 on: 01 January 2011, 03:35:17 PM »
Mungkin terjemahan Indonesia yang tepat untuk persepsi adalah anggapan. Persepsi timbul setelah ada suatu memori sebelumnya. Setelah ada persepsi baru kemudian menilai. Menilai timbul berdasarkan perbandingan terhadap apa yang kita alami dengan rekam ingatan yang lalu.
Ya pada kasus yang satu sehingga timbul dosa/marah, sedangkan pada kasus yang lain melekat pada persepsi 2,5 dollar US per pound retail sehingga timbul lobha/serakah.

 
Iya... tapi ini hanya berlaku bila hal itu menyenangkan maka timbul lobha. Tapi kemelekatan batin bukan hanya pada hal-hal yang menyenangkan, tapi juga pada hal-hal yang tak menyenangkan. Bedanya bila hal-hal tersebut dalam persepsi kita menyenangkan maka lobha timbul, tapi bila persepsi tak menyenangkan maka dosa yang timbul.

Contoh: umpamanya seseorang sakit gigi, apakah hal itu menyenangkan...? tentu tidak kan?  Tapi apakah bisa kita bisa melepaskan perhatian dari kemelekatan terhadap rasa sakit itu...? Tak bisa kan...? Itulah bentuk kemelekatan terhadap sesuatu yang tidak kita senangi.
Contoh lain lagi bila kita membenci seseorang (dosa), rasa tidak suka yang timbul tentu akan lama sekali hilangnya, bahkan mungkin kita tak ingin bertemu lagi orang itu seumur hidup. Kebalikan halnya bila kita mencintai seseorang (lobha), kita selalu merindukan dan bahkan selalu ingin berada di dekatnya, bukankah demikian?
Tapi semua itu anicca tak kekal.

Oleh karena itu umat Buddha yang bijaksana yang melihat ketidak kekalan segala sesuatu, tidak terlalu membenci dan tidak terlalu serakah, dan siap menerima segala perubahan yang tak terduga.
 
Contoh lain lagi: Terasi, blue cheese (keju biru) dan sashimi (daging ikan mentah)

Ketika saya masih kecil saya paling tidak suka terasi, bila mencium bau sambal terasi bahkan menyentuhpun tidak mau, ini adalah persepsi tidak enak karena bau yang tak menyenangkan.
Suatu ketika karena lapar tak ada sayur lain tak ada pilihan lain (hanya ada ikan asin dan terasi) saya coba juga makan, eh ternyata enak sejak itu suka terasi, bahkan sangat suka.

Ketika saya pergi ke Sizzler ada pilihan dressing (saus untuk salad) antara thousand island, italian dressing dan blue cheese. Karena pertama kali makan disana tidak tahu rasanya, jadi kesan saya keju tentu enak rasanya, siapa sangka ternyata setelah dimakan baunya seperti keju/mentega tengik. Sejak itu saya tak suka blue cheese. Karena saya telah memiliki persepsi bau mentega tengik tak bagus.
Tapi besan sepupu saya yang memang Amerika keturunan Eropa malah lebih suka blue cheese.

Sejak kecil saya merinding mendengar orang Jepang memakan hasil laut mentah-mentah, suatu ketika diajak paman saya makan sushi di restoran Jepang awalnya memakan tuna roll, lalu belakangan salad dan lain-lain... akhirnya...? Sekarang antipati terhadap sashimi telah luntur.

Jadi semua adalah persepsi yang bisa berobah, tak lebih.

Terima kasih bro, atas penjelasan yang sangat lengkap.

Kalau dibuat urutan kejadian yang sebenarnya pada kasus tahi mungkin seperti ini:

Tahap I   : Tahi -- kontak -- mata -- rasa -- persepsi (yang selanjutnya akan jadi objek pikiran)
              Dalam kasus ini, tahi adalah yang terlihat dan terjadi kontak sehingga kesadaran mata   
              menerima gambar tersebut. Saat menerima gambar,timbul cuma 2 rasa :diterima atau tidak
              diterima.Contoh tidak diterima,jika kita kena cahaya yang menyilaukan.Otomatis mata kita
              menutup.Kalau pada kasus ini, berarti bisa diterima. Kemudian gambar tersebut masuk ke
             pikiran menjadi persepsi.Sampai pada tahap ini, tahi itu
              masih tetap tahi karena belum terkontaminasi dengan hal lain.Dan selanjutnya persepsi ini akan
              menjadi objek bagi inderawi pikiran.

Tahap II :
 Persepsi tahi -- kontak -- pikiran -- bentukan pikiran -- rasa -- keinginan -- pencarian -- perolehan --pengambil keputusan --nafsu keinginan -- kemelekatan.

Pada tahap ini, persepsi terjadi kontak dengan pikiran. Pikiran yang saya maksud ini bisa berupa kecenderungan,ingatan,pengetahuan.Setelahh diproses di pikiran akan keluar bentukan pikiran. Bentukan pikiran ini bisa berupa ide,konsep,gambaran dll.Bentukan pikiran ini menimbulkan rasa.Yang pada tahap ini rasa itu ada 3: menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral.

Dan itu berlanjut menjadi keinginan (ingin mencari/menghindari/menerima).Pada keinginan disini belum terjadi kemelekatan.
Dari keinginan menimbulkan pencarian. Pencarian akan menimbulkan perolehan dan selanjutnya pengambil keputusan.
Pengambil keputusan yang dilandasi karena rasa menyenangkan akan menjadi nafsu keserakahan dan timbul kemelekatan.
Pengambil keputusan yang dilandasi karena rasa tidak menyenangkan akan menjadi nafsu kebencian dan timbul kemelekatan.
Pada 2 hal diatas akan mengakibatkan batin tidak seimbang. Yang dalam sehari-hari terkadang berupa gembira, senang, marah, tertekan dll

Pengambil keputusan yang dilandasi karena rasa netral akibat kebodohan(tidak tahu benar atau tidak benar) bisa jatuh ke tindakan yang tidak benar.
Pengambil keputusan yang dilandasi karena rasa netral akibat kebijaksanaan akan mengarah ke yang lebih baik.
Pada 2 hal diatas ini, mengakibatkan keadaan batin seimbang.
   -Contoh seimbang karena moha: seseorang bisa membunuh tanpa ada rasa takut/kasihan/kejam. Bisa kita lihat pada pemotong ayam.Dia membunuh bukan karena menyukai atau tidak menyukai.
   -Contoh seimbang karena kebijaksanaan : seseorang menghindari pembunuhan ayam bukan karena dia tidak menyukai pembunuhan atau dia menyukai. Tapi dia menghindari karena dia tahu, perbuatan itu tidak benar.

Bukankah seperti ini bro yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari? Sehingga kita disuruh melihat apa adanya? Kita baru bisa melihat apa ada-nya jika kita mengerti proses-nya. Dan semua ini lebih mudah diamati jika konsentrasi bagus. Konsentrasi bagus hanya bisa didapatkan dengan melatih meditasi.Setelah konsentrasi bagus jika kita menggunakan meditasi vipasana maka semua akan terlihat jelas. Itu-kan yang bro maksudkan?






« Last Edit: 01 January 2011, 03:37:56 PM by sriyeklina »
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #488 on: 02 January 2011, 07:19:43 AM »
Terima kasih bro, atas penjelasan yang sangat lengkap.

Kalau dibuat urutan kejadian yang sebenarnya pada kasus tahi mungkin seperti ini:

Tahap I   : Tahi -- kontak -- mata -- rasa -- persepsi (yang selanjutnya akan jadi objek pikiran)
              Dalam kasus ini, tahi adalah yang terlihat dan terjadi kontak sehingga kesadaran mata   
              menerima gambar tersebut. Saat menerima gambar,timbul cuma 2 rasa :diterima atau tidak
              diterima.Contoh tidak diterima,jika kita kena cahaya yang menyilaukan.Otomatis mata kita
              menutup.Kalau pada kasus ini, berarti bisa diterima. Kemudian gambar tersebut masuk ke
             pikiran menjadi persepsi.Sampai pada tahap ini, tahi itu
              masih tetap tahi karena belum terkontaminasi dengan hal lain.Dan selanjutnya persepsi ini akan
              menjadi objek bagi inderawi pikiran.

Tahap II :
 Persepsi tahi -- kontak -- pikiran -- bentukan pikiran -- rasa -- keinginan -- pencarian -- perolehan --pengambil keputusan --nafsu keinginan -- kemelekatan.

Pada tahap ini, persepsi terjadi kontak dengan pikiran. Pikiran yang saya maksud ini bisa berupa kecenderungan,ingatan,pengetahuan.Setelahh diproses di pikiran akan keluar bentukan pikiran. Bentukan pikiran ini bisa berupa ide,konsep,gambaran dll.Bentukan pikiran ini menimbulkan rasa.Yang pada tahap ini rasa itu ada 3: menyenangkan atau tidak menyenangkan atau netral.

Dan itu berlanjut menjadi keinginan (ingin mencari/menghindari/menerima).Pada keinginan disini belum terjadi kemelekatan.
Dari keinginan menimbulkan pencarian. Pencarian akan menimbulkan perolehan dan selanjutnya pengambil keputusan.
Pengambil keputusan yang dilandasi karena rasa menyenangkan akan menjadi nafsu keserakahan dan timbul kemelekatan.
Pengambil keputusan yang dilandasi karena rasa tidak menyenangkan akan menjadi nafsu kebencian dan timbul kemelekatan.
Pada 2 hal diatas akan mengakibatkan batin tidak seimbang. Yang dalam sehari-hari terkadang berupa gembira, senang, marah, tertekan dll

Pengambil keputusan yang dilandasi karena rasa netral akibat kebodohan(tidak tahu benar atau tidak benar) bisa jatuh ke tindakan yang tidak benar.
Pengambil keputusan yang dilandasi karena rasa netral akibat kebijaksanaan akan mengarah ke yang lebih baik.
Pada 2 hal diatas ini, mengakibatkan keadaan batin seimbang.
   -Contoh seimbang karena moha: seseorang bisa membunuh tanpa ada rasa takut/kasihan/kejam. Bisa kita lihat pada pemotong ayam.Dia membunuh bukan karena menyukai atau tidak menyukai.
   -Contoh seimbang karena kebijaksanaan : seseorang menghindari pembunuhan ayam bukan karena dia tidak menyukai pembunuhan atau dia menyukai. Tapi dia menghindari karena dia tahu, perbuatan itu tidak benar.

Bukankah seperti ini bro yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari? Sehingga kita disuruh melihat apa adanya? Kita baru bisa melihat apa ada-nya jika kita mengerti proses-nya. Dan semua ini lebih mudah diamati jika konsentrasi bagus. Konsentrasi bagus hanya bisa didapatkan dengan melatih meditasi.Setelah konsentrasi bagus jika kita menggunakan meditasi vipasana maka semua akan terlihat jelas. Itu-kan yang bro maksudkan?

Boleh tahu apakah sis Sri belajar Abhidhamma? penjelasan sis Sri bagus sekali seperti penjelasan Abhidhamma, mungkin baik sekali bila sis Sri belajar Abhidhamma.
Mau menambahkan sedikit sis, melihat prosesnya adalah bagian dari melihat apa adanya.
Bila kita melihat apa adanya maka kita melihat bagaimana segala fenomena yang muncul pada empat landasan perhatian mulai berproses, berkembang dan kemudian berhenti.





« Last Edit: 02 January 2011, 07:21:15 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #489 on: 02 January 2011, 09:06:19 AM »
Boleh tahu apakah sis Sri belajar Abhidhamma? penjelasan sis Sri bagus sekali seperti penjelasan Abhidhamma, mungkin baik sekali bila sis Sri belajar Abhidhamma.
Saya belum belajar abhidhamma, cuma ada salah satu anggota forum ini yang pernah menerangkan kepada saya. Apalagi sejak menerima buku DN dari bro Hendra, jadi tambah mengerti. Kemudian saya coba perhatikan sendiri proses-nya dalam sehari-hari tapi belum dalam keadaan meditasi. Jadi belum dapat hasil maksimal.
 
Quote
Mau menambahkan sedikit sis, melihat prosesnya adalah bagian dari melihat apa adanya.
Bila kita melihat apa adanya maka kita melihat bagaimana segala fenomena yang muncul pada empat landasan perhatian mulai berproses, berkembang dan kemudian berhenti.
Nanti bila saat-nya sudah tiba saya tanya bro fabian. Sekarang meditasi-nya baru 20menit.

Jika yang diatas itu sudah benar. Maka ada yang saya bingungkan bro.

Apakah "aku" ada? Dalam konteks sebenar-benarnya, tidak ada yang bisa disebut sebagai "aku". Namun dalam keseharian, "aku" yang adalah bentukan pikiran itu ADA dan bahkan dilekati (oleh mereka yang belum melenyapkan noda sepenuhnya)
Ini posting-nya bro kainyn

Setahu saya yang mempelajari Buddhisme sekian lama tak pernah saya mendengar ada pernyataan di Tipitaka yang mengatakan ada aku bentukan pikiran yang dilekati
Dan ini tanggapan bro fabian.

Kenapa kok bisa bro fabian bilang begitu?? Jika saya urutkan kejadiannya seharusnya AKU itu memang bentuk pikiran. Dari seseorang melihat jasmani dan merasakan batin-nya, kemudian terkontaminasi dengan pandangan salah maka keluar bentukan pikiran/konsep aku(diri dan roh). Dan karena seseorang itu melekat pada  konsep itu maka timbul kata AKU dalam kehidupan. Tubuh dan pikiran itu menjadi aku, yang biasa kita sebut sehari-hari.Dan karena itulah terjadi kemelekatan yang lebih besar lagi.Aku ini menjadi lebih ego sehingga terjadi kepemilikan.

Contoh: Kita menyayangi seseorang (pacar) karena dia milikku.Walaupun sebenarnya yang menjadi pacar itu suami orang sekalipun.
Jika dilanjutkan lagi urutan-nya setelah kepemilikan, akan terjadi penjagaan.Karena penjagaan terjadi penyediaan alat seperti pedang,tongkat dll. Dan ini semua yang membuat perang,pertengkaran dll.

Bagaimana menurut bro? Apakah saya salah?









« Last Edit: 02 January 2011, 09:08:12 AM by sriyeklina »
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #490 on: 02 January 2011, 10:44:36 AM »
Saya belum belajar abhidhamma, cuma ada salah satu anggota forum ini yang pernah menerangkan kepada saya. Apalagi sejak menerima buku DN dari bro Hendra, jadi tambah mengerti. Kemudian saya coba perhatikan sendiri proses-nya dalam sehari-hari tapi belum dalam keadaan meditasi. Jadi belum dapat hasil maksimal.
 Nanti bila saat-nya sudah tiba saya tanya bro fabian. Sekarang meditasi-nya baru 20menit.

Jika yang diatas itu sudah benar. Maka ada yang saya bingungkan bro.

Apakah "aku" ada? Dalam konteks sebenar-benarnya, tidak ada yang bisa disebut sebagai "aku". Namun dalam keseharian, "aku" yang adalah bentukan pikiran itu ADA dan bahkan dilekati (oleh mereka yang belum melenyapkan noda sepenuhnya)
Ini posting-nya bro kainyn

Sis Sriyeklina yang baik, menurut Abhidhamma pikiran dapat menciptakan materi, dapat menciptakan substansi. Pernyataan bro Kainyn pikiran membentuk "aku" maka seolah-olah ada suatu "entitas aku" yang dibentuk. Lain halnya bila "aku" hanya suatu persepsi/konsep, suatu anggapan belaka. kalau menurut saya segala hal yang kita alami hanya kita persepsikan/konsepkan, tetapi tak ada pembentukan aku, hanya anggapan ini adalah aku, ini milikku.

Ada perbedaan antara pikiran yang membentuk "aku" dan pikiran yang mempersepsikan "aku". Oleh karena itu disebut pandangan salah mengenai aku (sakkaya ditthi/atta ditthi).

Quote
Setahu saya yang mempelajari Buddhisme sekian lama tak pernah saya mendengar ada pernyataan di Tipitaka yang mengatakan ada aku bentukan pikiran yang dilekati
Dan ini tanggapan bro fabian.
Jawaban diatas sudah menjawab pertanyaan ini. Jadi kita melekat pada pandangan salah bahwa ada "aku" dalam diri kita yang kita lekati, padahal tidak ada aku. pandangan salah ini bukan hanya menjangkiti umat awam, bahkan Bhikkhu terkenal sekalipun bisa terjangkit pandangan salah ini. Hanya meditasi Vipassana dapat melenyapkan pandangan salah ini.

Quote
Kenapa kok bisa bro fabian bilang begitu?? Jika saya urutkan kejadiannya seharusnya AKU itu memang bentuk pikiran. Dari seseorang melihat jasmani dan merasakan batin-nya, kemudian terkontaminasi dengan pandangan salah maka keluar bentukan pikiran/konsep aku(diri dan roh). Dan karena seseorang itu melekat pada  konsep itu maka timbul kata AKU dalam kehidupan. Tubuh dan pikiran itu menjadi aku, yang biasa kita sebut sehari-hari.Dan karena itulah terjadi kemelekatan yang lebih besar lagi.Aku ini menjadi lebih ego sehingga terjadi kepemilikan.
Anggapan salah "aku" tidak selalu muncul pada waktu kita berpikir, umpamanya perumpamaan yang saya berikan kepada bro Morpheus mengenai menghitung 700 X 5. Apakah ada "pembentukan aku" bila kita menghitung 700 X 5? Tentu tidak kan?

Anusaya (kecenderungan laten) adalah kecenderungan seseorang untuk berpikir dengan cara itu berulang-ulang, ini dikarenakan sanna (memori). Jadi setiap kita mengalami sesuatu kita membandingkan dengan pengalaman yang lalu, umpamanya bila seseorang melihat uang 100 ribuan di pinggir jalan, selalu ia membandingkan dengan pengalamannya yang lalu. lalu timbul ke "akuan", (sebenarnya lebih tepat disebut keserakahan, bukan keakuan). Tak ada pembentukan "aku". Tapi mungkin juga kita mempersepsikan itu sebagai aku, tapi mungkin juga tidak.

Contoh lain lagi: bila sis Sri melihat sebutir berlian mentah yang belum diasah dipinggir jalan mungkin sis sri tak tertarik dan tak timbul "keakuan" karena tak ada perbandingan, tak mengerti nilai dan tak tahu sangat berharga sehingga mungkin sis Sri tak peduli. Tetapi bila saya yang melihat maka, sekali lihat saya langsung tahu nilainya dan langsung timbul "keakuan" untuk memiliki, oleh karena itu pasti saya akan ambil, bila tahu pasti bahwa itu tak ada pemiliknya dan bukan milik orang yang terjatuh. Bagaimana bila kata "keakuan" saya ganti dengan "keserakahan/lobha" tepat atau tidak?

Ada ceritera diantara ahli-ahli permata mengenai penemuan sebutir permata di Arkansas (Amerika) suatu ketika seorang anak ketika bermain di "diamond crater arkansas" menemukan sebutir kristal mirip kaca lebih besar dari kelereng, lalu karena tidak tahu apa itu kemudian ia letakkan di kotak sepatu. (pada tahap ini persepsi belum bermain karena tak ada rekam ingatan sebelumnya), adakah pembentukan aku? paling hanya sekedar memiliki benda aneh, mungkin ditukar sepasang sepatu ia sudah sangat senang.

Di belakang hari ia menanyakan benda tersebut dan diberitahu bahwa benda tersebut adalah berlian, (persepsi baru timbul) Setelah ia tahu tentu ia bisa marah besar bila orang ingin menukar berlian tersebut dengan sepasang sepatu. Pertanyaan saya mana yang lebih tepat: Apakah akunya dibentuk bertambah besar setelah mengetahui nilai berlian tersebut? Atau apakah persepsi baru timbul, lalu kemudian mengubah sikapnya terhadap berlian tersebut?

Quote
Contoh: Kita menyayangi seseorang (pacar) karena dia milikku.Walaupun sebenarnya yang menjadi pacar itu suami orang sekalipun.
Jika dilanjutkan lagi urutan-nya setelah kepemilikan, akan terjadi penjagaan.Karena penjagaan terjadi penyediaan alat seperti pedang,tongkat dll. Dan ini semua yang membuat perang,pertengkaran dll.

Bagaimana menurut bro? Apakah saya salah?
Ini adalah bentuk lobha sis...
jadi yang disebut oleh teman-teman ini milikku, ini bukan milikku... adalah bentuk lobha dan dosa belaka yang disebabkan oleh moha dan avijja.
« Last Edit: 02 January 2011, 11:14:15 AM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #491 on: 02 January 2011, 12:21:10 PM »
Sis Sriyeklina yang baik, menurut Abhidhamma pikiran dapat menciptakan materi, dapat menciptakan substansi. Pernyataan bro Kainyn pikiran membentuk "aku" maka seolah-olah ada suatu "entitas aku" yang dibentuk. Lain halnya bila "aku" hanya suatu persepsi/konsep, suatu anggapan belaka. kalau menurut saya segala hal yang kita alami hanya kita persepsikan/konsepkan, tetapi tak ada pembentukan aku, hanya anggapan ini adalah aku, ini milikku.

Berarti salah pemahaman yah. Saya cuma penasaran tentang ini.


Quote
Ada perbedaan antara pikiran yang membentuk "aku" dan pikiran yang mempersepsikan "aku". Oleh karena itu disebut pandangan salah mengenai aku (sakkaya ditthi/atta ditthi).
Jawaban diatas sudah menjawab pertanyaan ini. Jadi kita melekat pada pandangan salah bahwa ada "aku" dalam diri kita yang kita lekati, padahal tidak ada aku. pandangan salah ini bukan hanya menjangkiti umat awam, bahkan Bhikkhu terkenal sekalipun bisa terjangkit pandangan salah ini. Hanya meditasi Vipassana dapat melenyapkan pandangan salah ini.
Mungkin iya hanya meditasi vipassana. Karena saya belum mencoba-nya jadi tidak bisa komentar. Tapi saya percaya bahwa aku(diri dan roh) itu tidak ada. Bukan dari vipassana, tapi saya mengerti dari buku RAPB dan pengetahuan yang saya dapati. Saya tahu tubuh ini terdiri dari unsur-unsur dan tidak kekal.Itu saaat masih sekolah dulu. Tapi kalau soal roh baru-baru ini.
Contoh: Telinga jika rusak saja gendang-nya. Maka sudah tidak bisa mendengar, Itu menunjukkan bahwa roh tidak ada di telinga.
              Seseorang yang terkena stroke maka tubuh-nya menjadi lumpuh.Lumpuh bukan karena roh-nya pada pergi, tapi karena syaraf-nya yang rusak.

Quote
Anggapan salah "aku" tidak selalu muncul pada waktu kita berpikir, umpamanya perumpamaan yang saya berikan kepada bro Morpheus mengenai menghitung 700 X 5. Apakah ada "pembentukan aku" bila kita menghitung 700 X 5? Tentu tidak kan?
Tentu tidak. Karena aku itu baru keluar disaat yang berhubungan pula.

Quote
Anusaya (kecenderungan laten) adalah kecenderungan seseorang untuk berpikir dengan cara itu berulang-ulang, ini dikarenakan sanna (memori). Jadi setiap kita mengalami sesuatu kita membandingkan dengan pengalaman yang lalu, umpamanya bila seseorang melihat uang 100 ribuan di pinggir jalan, selalu ia membandingkan dengan pengalamannya yang lalu. lalu timbul ke "akuan", (sebenarnya lebih tepat disebut keserakahan, bukan keakuan). Tak ada pembentukan "aku". Tapi mungkin juga kita mempersepsikan itu sebagai aku, tapi mungkin juga tidak.
Kalau kecenderungan jelas ada. Tapi menurut saya kejadian-nya bukan seperti yang bro contohkan. Disaat sudah timbul konsep aku dan dilekati.Maka konsep aku itu menjadi kecenderungan bagi orang yang melekat dan sudah menjadi ingatan. Ini menurut saya saja lho. Sehingga begitu ada objek pikiran yang berhubungan dengan aku masuk maka kecenderungan aku yang keluar.
Contoh objek pikiran orang tua saya sakit dan sudah koma. Maka kecenderungan aku bekerja maka saya merasa sedih. Ketika orang tua bro fabian yang kondisi-nya begitu, saya bukan sedih tapi malah cuek.
 Tapi benar atau tidak-nya suatu saat nanti saya akan mengerti. Karena saya masih tetap belajar.

Dan terima kasih atas diskusi yang menarik-nya.

PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline sukuhong

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 279
  • Reputasi: 8
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #492 on: 02 January 2011, 03:19:05 PM »
Kenapa kok bisa bro fabian bilang begitu?? Jika saya urutkan kejadiannya seharusnya AKU itu memang bentuk pikiran. Dari seseorang melihat jasmani dan merasakan batin-nya, kemudian terkontaminasi dengan pandangan salah maka keluar bentukan pikiran/konsep aku(diri dan roh). Dan karena seseorang itu melekat pada  konsep itu maka timbul kata AKU dalam kehidupan. Tubuh dan pikiran itu menjadi aku, yang biasa kita sebut sehari-hari.Dan karena itulah terjadi kemelekatan yang lebih besar lagi.Aku ini menjadi lebih ego sehingga terjadi kepemilikan.

Contoh: Kita menyayangi seseorang (pacar) karena dia milikku.Walaupun sebenarnya yang menjadi pacar itu suami orang sekalipun.
Jika dilanjutkan lagi urutan-nya setelah kepemilikan, akan terjadi penjagaan.Karena penjagaan terjadi penyediaan alat seperti pedang,tongkat dll. Dan ini semua yang membuat perang,pertengkaran dll.

Bagaimana menurut bro? Apakah saya salah?


jika tidak salah di Abhidhamma agama tetangga waktu makan berdoa kepada tuhan termasuk pandangan salah
saya tidak bisa menjelaskannya tapi pernah membacanya di ulasan tentang Abhidhamma
termasuk juga 'tetangga2' yang percaya adanya tuhan yang bersifat pribadi (penguasa tunggal)
maaf bukan mau aja ribut hanya ulasan pribadi, suka atau tidak tergantung kepercayaan masing2 pribadi.

kamsia

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #493 on: 02 January 2011, 04:16:01 PM »
jika tidak salah di Abhidhamma agama tetangga waktu makan berdoa kepada tuhan termasuk pandangan salah
saya tidak bisa menjelaskannya tapi pernah membacanya di ulasan tentang Abhidhamma
termasuk juga 'tetangga2' yang percaya adanya tuhan yang bersifat pribadi (penguasa tunggal)
maaf bukan mau aja ribut hanya ulasan pribadi, suka atau tidak tergantung kepercayaan masing2 pribadi.
Kalau bagi saya pribadi, tidak ada permasalahan Tuhan itu ada atau tidak. Tapi sayang-nya kami tidak membahas soal Tuhan saat ini.

« Last Edit: 02 January 2011, 04:17:47 PM by sriyeklina »
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #494 on: 02 January 2011, 11:42:58 PM »
Mungkin iya hanya meditasi vipassana. Karena saya belum mencoba-nya jadi tidak bisa komentar. Tapi saya percaya bahwa aku(diri dan roh) itu tidak ada. Bukan dari vipassana, tapi saya mengerti dari buku RAPB dan pengetahuan yang saya dapati. Saya tahu tubuh ini terdiri dari unsur-unsur dan tidak kekal.Itu saaat masih sekolah dulu. Tapi kalau soal roh baru-baru ini.
Contoh: Telinga jika rusak saja gendang-nya. Maka sudah tidak bisa mendengar, Itu menunjukkan bahwa roh tidak ada di telinga.
              Seseorang yang terkena stroke maka tubuh-nya menjadi lumpuh.Lumpuh bukan karena roh-nya pada pergi, tapi karena syaraf-nya yang rusak.
Tentu tidak. Karena aku itu baru keluar disaat yang berhubungan pula.
Kalau kecenderungan jelas ada. Tapi menurut saya kejadian-nya bukan seperti yang bro contohkan. Disaat sudah timbul konsep aku dan dilekati.Maka konsep aku itu menjadi kecenderungan bagi orang yang melekat dan sudah menjadi ingatan. Ini menurut saya saja lho. Sehingga begitu ada objek pikiran yang berhubungan dengan aku masuk maka kecenderungan aku yang keluar.
Contoh objek pikiran orang tua saya sakit dan sudah koma. Maka kecenderungan aku bekerja maka saya merasa sedih. Ketika orang tua bro fabian yang kondisi-nya begitu, saya bukan sedih tapi malah cuek.
 Tapi benar atau tidak-nya suatu saat nanti saya akan mengerti. Karena saya masih tetap belajar.

Dan terima kasih atas diskusi yang menarik-nya.

Sis Sriyeklina yang baik, saya mengerti dan memaklumi pendapat sis Sri, semoga sis Sri memiliki kesempatan baik untuk berlatih Vipassana, sehingga bisa mengetahui sendiri proses yang terjadi pada batin dan jasmani, dengan demikian mengetahui kebenarannya.

Oh ya saya cuma mau menambahkan sedikit, pernyataan sis Sri orang lain meninggal sis Sri cuek...? Belum tentu sis. Tergantung persepsi yang bermain, contohnya bila tokoh dalam film yang sis Sri kagumi meninggal (peran dalam film tersebut) kadang sis Sri sedih dan menangis kan...? Apakah kesedihan itu karena pembentukan "aku...?" Saya rasa tidak. Itulah kemelekatan terhadap persepsi, bukan kemelekatan terhadap "aku". Tokoh film adalah fiktif, sis Sri juga tahu bahwa film itu fiktif, tetapi tetap menangis, padahal tokoh film tersebut tak ada kaitannya dengan sis Sri...? Sekali lagi hanya persepsi sis......
« Last Edit: 02 January 2011, 11:52:41 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

 

anything