//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.  (Read 552224 times)

0 Members and 3 Guests are viewing this topic.

Offline K.K.

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 8.851
  • Reputasi: 268
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #360 on: 29 December 2010, 04:44:18 PM »
Bro Kainyn yang baik, bila itu versi bro Kainyn (pendapat pribadi), saya rasa boleh-boleh saja. Tapi menurut Theravada Pembentukan konsep apapun, entah konsep aku, konsep tanpa aku, konsep aku dan bukan aku, konsep bukan aku dan juga bukan bukan aku... semua adalah konsep (ditthi) yang disebabkan avijja dan moha.
Mereka yang telah menyelami anatta "tahu dan mengerti". Apa yang diketahuinya bila dikomunikasikan kepada orang lain hanya dapat diterima oleh orang lain hanya sebatas konsep, karena mereka tidak mengalami sendiri, hanya mendengar kata orang.
Ya, saya setuju hal itu.

Quote
Setahu saya yang mempelajari Buddhisme sekian lama tak pernah saya mendengar ada pernyataan di Tipitaka yang mengatakan ada aku bentukan pikiran yang dilekati, setahu saya yang dilekati adalah pancakhandha, contohnya bila seseorang melekati jasmaninya ia tak mau disakiti jasmaninya, lalu bila ada yang menyakiti jasmaninya maka ia menjadi marah. Tak ada aku disana.
Karena ia mempersepsi jasmani sebagai aku, jasmani sebagai milikku.

Quote
Bila Arahat yang disakiti jasmaninya maka Mereka tak akan marah bila jasmaninya disakiti, karena Mereka tak melekat pada jasmaninya.
Sebab para Arahat melihat jasmani sebagai jasmani, tidak berpikir ada aku di sana, tidak berpikir ada aku di dalam, tidak berpikir ada aku di luar. Karena tidak melekat, maka tidak ada penderitaan (berupa kemarahan).

Quote
Contoh lain lagi mungkin kita lihat perbedaan dengan seseorang yang kakinya gangrene terkena diabetes, sehingga seluruh daging di kakinya membusuk dan tak bisa diselamatkan lagi. Orang ini akan terlepas kemelekatannya kepada kakinya bahkan ia timbul "kemelekatan terhadap "penolakan" keberadaan kaki tersebut, sehingga ia akan berterima kasih bila sesorang memotong kakinya sehingga lukanya tak menular kebagian lain. Mengapa pada satu kasus seseorang marah besar bila ada orang yang memotong kakinya? sedangkan pada kasus lainnya seseorang malah berterima kasih bila kakinya dipotong? apakah akunya menjadi lenyap karena timbul penyakit?
Sebab ia berpikir aku (seharusnya) ada di luar gangrene, gangrene bukan milikku. Demikianlah munculnya penderitaan.

Quote
Contoh lain lagi bila seseorang sakit gigi, giginya berlubang besar, apakah ada kemelekatan terhadap giginya? Tak ada bukan? yang ada malah hanya "kemelekatan terhadap penolakan" keberadaan gigi tersebut, ini hanyalah beberapa contoh dari berbagai contoh lainnya.
Sama juga. Ia berpikir sakit ini bukan milikku, sakit ini (seharusnya) berada di luar aku. Maka selain jasmani menderita, pikiran juga menderita.

Quote
Dalam contoh perbandingan ini menjadi jelas, bahwa tak ada aku disana, yang ada hanya kemelekatan terhadap apa yang dianggap paling menyenangkan baginya, kemelekatan terhadap hal-hal yang membawa kesenangan dan kebahagiaan bagi dirinya yang didasari lobha, dosa dan moha. Bukan kemelekakatan terhadap aku.
Saya tidak katakan ada aku, tetapi ada pikiran yang mempersepsi aku. Seperti contoh yang pernah saya gunakan, ketakutan akan monster di dalam lemari, misalnya. Monster tidak ada, tetapi pikiran tentang monster ada. (Aku tidak ada, tetapi pikiran tentang aku ada.)

Spoiler: ShowHide
“Ia memahami yang tercerap sebagai yang tercerap. Setelah memahami yang tercerap sebagai yang tercerap, ia menganggap [dirinya sebagai] yang tercerap, ia menganggap [dirinya] dalam yang tercerap, ia menganggap [dirinya terpisah] dari yang tercerap, ia menganggap yang tercerap sebagai ‘milikku,’ ia bergembira dalam yang tercerap. Mengapakah? Karena ia belum sepenuhnya memahaminya, Aku katakan...

Sumber: MN 1, terjemahan Batara Indra.



Quote
Pernahkah bro Kainyn bertemu dengan seseorang yang tidak bro sukai, padahal belum pernah bertemu dengan orang itu, dan orang itu tak pernah mencela atau menghina bro Kainyn..? Apakah rasa tidak suka itu karena aku? padahal bertemupun belum pernah sebelumnya.
Jelas dalam hal ini rasa tidak suka merupakan rangkaian jangka panjang sebab-akibat yang diakibatkan lobha, dosa dan moha, demikian juga dengan rasa suka. tak ada aku disana.
Idem, seperti penjelasan di atas.


Quote
Ya, memang benar... yang bisa menilai tentu saja yang pernah mengalaminya. Setahu saya pak Hudoyo memang tak pernah mengalami anatta, berdasarkan tulisannya ia menganggap anatta hanya konsep yang merupakan buah pemikiran belaka.
Yang ini saya memang tidak cocok dengan Pak Hudoyo. Seperti saya katakan, semua hal juga hanya konsep yang dikomunikasikan, demikian juga Anatta. Teori Anatta memang konsep, tapi anatta sendiri bukan konsep. Namun kebenaran yang di luar konsep itu, hanya bisa dialami sendiri dan tidak bisa dikomunikasikan (tanpa mengubahnya ke dalam sebuah konsep). Karena cara komunikasi tiap pribadi berbeda, maka ajaran Buddha ke berbagai individu juga berbeda-beda. Kecenderungan Pak Hudoyo adalah menganggap ajaran yang cocok dengan kecenderungan pribadinya sebagai ajaran langsung, dan yang tidak cocok, sebagai "hanya konsep".


Quote
Jika demikian apakah bro merasa pasti bahwa buah pemikirannya sesuai dengan yang bro nyatakan...?
Tidak, namun saya yakin Pak Hudoyo tidak lebih menyetujui buah pemikiran Bro Fabian yang mengatakan bahwa dirinya mengajarkan Nihilisme.


Quote
Bagi saya penyimpangan pak Hudoyo, mudah dikenali dari pernyataannya yang tak sejalan dengan Tipitaka, bila ia mengatakan bahwa ajarannya mengenai "aku" adalah konsep Buddhis jelas tak bisa diterima, karena konsep aku tersebut adalah konsep Jiddu Krishnamurti, bukan konsep buddhis.
Tidak ada guru-guru pembimbing yang berlatih Vipassana yang memiliki konsep "aku" seperti pak Hudoyo, tidak juga diantara teman-teman praktisi Vipassana yang saya temui.
Kalau untuk metode2 Vipassana, saya tidak bisa komentar. Tidak adanya metode itu, bukan berarti metode itu salah (walaupun bukan berarti setiap metode adalah benar). 


Offline fabian c

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.095
  • Reputasi: 128
  • Gender: Male
  • 2 akibat pandangan salah: neraka atau rahim hewan
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #361 on: 29 December 2010, 05:54:13 PM »
Ya, saya setuju hal itu.
Karena ia mempersepsi jasmani sebagai aku, jasmani sebagai milikku.

Bro Kainyn yang baik, coba baca lagi reply saya no 265, saya copaskan sebagian:

Ada 4 pandangan salah mengenai atta (sakkaya ditthi) yang berhubungan dengan kelima khandha, sehingga total pandangan salah sakkaya ditthi tersebut menjadi 20.

Keempat pandangan salah tersebut menurut Manual of Buddhist terms and doctrines, oleh Nyanatiloka Mahathera yaitu:
1.  Beranggapan bahwa atta adalah identik dengan kelima khandha.
2.  Beranggapan bahwa atta ada pada setiap khandha
3.  Beranggapan bahwa atta terpisah dari khandha
4.  Beranggapan bahwa atta memiliki khandha.


Mungkin perlu saya jelaskan satu demi satu pandangan salah tersebut:

I. beranggapan bahwa atta adalah identik dengan jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan dan bentuk-bentuk pikiran. Jadi yang dimaksudkan dalam bagian kesatu ini adalah pandangan salah bahwa,
    -    perasaannya adalah attanya,
    -    kesadarannya adalah attanya,
    -    jasmani(bentuk)nya adalah attanya,
    -    perasaannya adalah attanya,
    -    bentuk-bentuk pikirannya adalah attanya.
Jadi semuanya ada lima pandangan salah yang menganggap atta identik dengan kelima khandha.

II. Beranggapan bahwa atta ada pada jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan dan bentuk-bentuk pikiran. jadi yang dimaksudkan dalam bagian ke dua ini adalah pandangan salah bahwa,
    -   atta ada pada kesadaran
    -   atta ada pada jasmani (bentuk)
    -   atta ada pada persepsi
    -   atta ada pada perasaan
    -   atta ada pada bentuk-bentuk pikiran
Jadi semuanya ada lima pandangan salah yang menganggap bahwa atta ada di dalam kelima khandha.

III. Beranggapan bahwa atta terpisah dari jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan dan bentuk-bentuk pikiran. jadi yang dimaksudkan dalam bagian ke tiga ini adalah pandangan salah bahwa,
    -   atta terpisah dari kesadaran
    -   atta terpisah dari jasmani (bentuk)
    -   atta terpisah dari persepsi
    -   atta terpisah dari perasaan
    -   atta terpisah dari bentuk-bentuk pikiran
Jadi semuanya ada lima pandangan salah yang menganggap atta terpisah dari kelima khandha.

IV. Beranggapan bahwa atta memiliki jasmani, kesadaran, persepsi, perasaan dan bentuk-bentuk pikiran. Jadi yang dimaksudkan dalam bagian ke empat ini adalah pandangan salah bahwa,
     -  atta memiliki kesadaran   
     -  atta memiliki jasmani (bentuk)
     -  atta memiliki persepsi
     -  atta memiliki perasaan
     -  atta memiliki bentuk-bentuk pikiran
Jadi semuanya ada lima pandangan salah yang menganggap atta memiliki kelima khandha,
yang menjadikan total pandangan salah sakkaya ditthi menjadi 20 tipe.
Uraian mengenai pandangan salah ini terdapat pada Culavedalla Sutta, Majjhima Nikaya 44, Samyutta Nikaya 22.1 dll...

Quote
Sebab para Arahat melihat jasmani sebagai jasmani, tidak berpikir ada aku di sana, tidak berpikir ada aku di dalam, tidak berpikir ada aku di luar. Karena tidak melekat, maka tidak ada penderitaan (berupa kemarahan).
Lebih tepatnya Arahat hanya melihat jasmani sebagai jasmani, titik.

Quote
Sebab ia berpikir aku (seharusnya) ada di luar gangrene, gangrene bukan milikku. Demikianlah munculnya penderitaan.

Yang bold Ini adalah pandangan salah sakkaya ditthi. Yang biru pandangan benar. Tidak muncul penderitaan bila ia mampu melihat gangrene hanya sebagai gangrene.

Quote
Sama juga. Ia berpikir sakit ini bukan milikku, sakit ini (seharusnya) berada di luar aku. Maka selain jasmani menderita, pikiran juga menderita.

blue: bila berpikir sakit ini bukan milikku bukan pandangan salah, yang dibold ini juga adalah pandangan salah sakkaya ditthi. Tidak timbul penderitaan bila ia "mampu" melihat sakit hanya sebuah proses.

Quote
Saya tidak katakan ada aku, tetapi ada pikiran yang mempersepsi aku. Seperti contoh yang pernah saya gunakan, ketakutan akan monster di dalam lemari, misalnya. Monster tidak ada, tetapi pikiran tentang monster ada. (Aku tidak ada, tetapi pikiran tentang aku ada.)

Spoiler: ShowHide
“Ia memahami yang tercerap sebagai yang tercerap. Setelah memahami yang tercerap sebagai yang tercerap, ia menganggap [dirinya sebagai] yang tercerap, ia menganggap [dirinya] dalam yang tercerap, ia menganggap [dirinya terpisah] dari yang tercerap, ia menganggap yang tercerap sebagai ‘milikku,’ ia bergembira dalam yang tercerap. Mengapakah? Karena ia belum sepenuhnya memahaminya, Aku katakan...

Sumber: MN 1, terjemahan Batara Indra.


Idem, seperti penjelasan di atas.
Bukankah ini hanya persepsi/pandangan salah...? Oleh karena itu dikatakan bahwa pandangan salah akan lenyap dengan sendirinya bersamaan munculnya kebijaksanaan (pandangan terang). Darimanakah munculnya pandangan terang? Berasal dari melihat apa adanya (yathabutha nanadassanam), darimanakah munculnya kemampuan melihat apa adanya? Berasal dari perhatian dan konsentrasi yang kuat, darimanakah munculnya konsentrasi dan perhatian yang kuat? Tentu saja dari meditasi Vipassana.

Quote
Yang ini saya memang tidak cocok dengan Pak Hudoyo. Seperti saya katakan, semua hal juga hanya konsep yang dikomunikasikan, demikian juga Anatta. Teori Anatta memang konsep, tapi anatta sendiri bukan konsep. Namun kebenaran yang di luar konsep itu, hanya bisa dialami sendiri dan tidak bisa dikomunikasikan (tanpa mengubahnya ke dalam sebuah konsep). Karena cara komunikasi tiap pribadi berbeda, maka ajaran Buddha ke berbagai individu juga berbeda-beda. Kecenderungan Pak Hudoyo adalah menganggap ajaran yang cocok dengan kecenderungan pribadinya sebagai ajaran langsung, dan yang tidak cocok, sebagai "hanya konsep".
Demikianlah.

Quote
Tidak, namun saya yakin Pak Hudoyo tidak lebih menyetujui buah pemikiran Bro Fabian yang mengatakan bahwa dirinya mengajarkan Nihilisme.
Entah disebut nihilisme atau bukan, yang jelas dasar perbedaan pandangan saya dengan pak Hudoyo adalah bahwa menurut pak Hudoyo pancakhandha membentuk aku yang kemudian lenyap/padam pada pencapaian Nibbana.
Sedangkan saya beranggapan bahwa kita ada kecenderungan laten berpandangan salah yang menganggap bahwa pancakhandha, entah terpisah dari, di dalam, identik maupun memiliki aku.
Quote
Kalau untuk metode2 Vipassana, saya tidak bisa komentar. Tidak adanya metode itu, bukan berarti metode itu salah (walaupun bukan berarti setiap metode adalah benar). 
Sebenarnya saya hanya meminta teman-teman bila ada yang tahu latar belakang latihan Vipassananya, kepada siapa? berapa lama? Karena tidak jelas dan nyeleneh sendiri.
« Last Edit: 29 December 2010, 06:25:45 PM by fabian c »
Tiga hal ini, O para bhikkhu dilakukan secara rahasia, bukan secara terbuka.
Bercinta dengan wanita, mantra para Brahmana dan pandangan salah.

Tiga hal ini, O para Bhikkhu, bersinar secara terbuka, bukan secara rahasia.
Lingkaran rembulan, lingkaran matahari serta Dhamma dan Vinaya Sang Tathagata

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #362 on: 29 December 2010, 07:10:59 PM »
Bro Kainyn yang baik, coba baca lagi reply saya no 265, saya copaskan sebagian:

Ada 4 pandangan salah mengenai atta (sakkaya ditthi) yang berhubungan dengan kelima khandha, sehingga total pandangan salah sakkaya ditthi tersebut menjadi 20.

Keempat pandangan salah tersebut menurut Manual of Buddhist terms and doctrines, oleh Nyanatiloka Mahathera yaitu:
1.  Beranggapan bahwa atta adalah identik dengan kelima khandha.
2.  Beranggapan bahwa atta ada pada setiap khandha
3.  Beranggapan bahwa atta terpisah dari khandha
4.  Beranggapan bahwa atta memiliki khandha.

Ini kelompok besarnya. Kalau diumpamakan dalam kimia ini molekulnya. Kalau diumpamakan dalam makanan ini adalah gado-gado.

[/quote]

[spoiler]“Ia memahami yang tercerap sebagai yang tercerap. Setelah memahami yang tercerap sebagai yang tercerap, ia menganggap [dirinya sebagai] yang tercerap, ia menganggap [dirinya] dalam yang tercerap, ia menganggap [dirinya terpisah] dari yang tercerap, ia menganggap yang tercerap sebagai ‘milikku,’ ia bergembira dalam yang tercerap. Mengapakah? Karena ia belum sepenuhnya memahaminya, Aku katakan...

Yang ini uraian-nya. Kalau dalam kimia ini adalah atomnya. Kalau dalam makanan berbentuk gado-gado, ini adalah kentangnya.



PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline Sostradanie

  • Sebelumnya: sriyeklina
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.375
  • Reputasi: 42
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #363 on: 29 December 2010, 07:58:12 PM »
[at] bro fabian
Persyaratan apakah yang harus ter-penuhi untuk mencapai:
1. Sotapana
2. Sakadagami
3. Anagami
4. Arahat

Bisa tolong bantu jelaskan bro?
PEMUSNAHAN BAIK ADANYA (2019)

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #364 on: 29 December 2010, 08:45:44 PM »
ngaku2 aliran ZEN yang termasuk ke mahayana =)) =)) =))

bro Thema bukan Theravada dan Mahyana tapi pengikut Zen !
berarti Zen bukan bagian Mahayana ?
 :))
 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline pannadevi

  • Samaneri
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 1.960
  • Reputasi: 103
  • Gender: Female
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #365 on: 29 December 2010, 10:00:26 PM »
baru tau ya? saya memang salah satu member paling beringasan, sinis dan kasar di sini. tanya samaneri panna kalo gak percaya.


mengenai ego, ya jelas iya, mangkanya saya masih berkeliaran ke sana ke mari...
secara umum, saya setuju. emang buddhis itu banyak yg gede2 akunya...
secara khusus thread ini, saya ngerasa anda yg keliwat judgemental dan gelasnya terlalu banyak isinya...
orang yg ngaku pemikir bebas dan skeptik itu gelasnya gak penuh.


ehh...kok ada nama saya ya? ada apa bro Morph? mo minta dipaten kan bhw anda spt itu ? hehe... :) ;D

akhir tahun akan ada festival di DC :
1.Member Terbanyak Ngejunk
2.Member Tergalak
3.Member Terbawel
4.Member Tersinis
5.Member Terkasar
6.Member Ter...
7.Member Ter...

silahkan para member yg lain melanjutkan, sy ga ikut2an lo...(***sory klo OOT***)

mettacittena,

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #366 on: 29 December 2010, 10:53:09 PM »
Entah disebut nihilisme atau bukan, yang jelas dasar perbedaan pandangan saya dengan pak Hudoyo adalah bahwa menurut pak Hudoyo pancakhandha membentuk aku yang kemudian lenyap/padam pada pencapaian Nibbana.
ini kesalahpahaman yg fatal. setahu saya, pak hudoyo tidak pernah dan tidak akan pernah mengatakan itu...

sungguh sayang sebenarnya yg namanya disebut2 tidak ada di sini untuk menjelaskan langsung.

dari membaca tulisan2nya, menurut pemahaman saya sebenarnya terminologi "aku" yg dipakai sangatlah sederhana dan gampang dimengerti, selama kita mencoba memahami dengan polos dan melupakan terminologi doktrin buddhism theravada. singkatnya, berkali2 Buddha menjelaskan orang awam berpikir "ini aku, ini milikku, ini diriku" sedangkan arahat tidak lagi berpikir "ini aku, ini milikku, ini diriku" dan itu yg dimaksudkan sebagai padam atau berhenti. bukan pancakhanda yg padam.

saya pikir tidak perlu meditasi vipassana ataupun meditasi yg lain, secara intelek pun keakuan ini bisa dipikir2 dan terlihat dengan jelas dikehidupan nyata. seperti contoh yg dipakai bhante pannavaro, kalo jam tangan mahal kepunyaanku pecah, rasanya menderita sekali, sedangkan kalo jam tangan mahal yg sama kepunyaan toko pecah, rasanya biasa aja. penderitaan bukan ada pada pecahnya jam tangan, melainkan kepada pecahnya aku yg sudah terasosiasi dengan jam tangan mahal tadi sebagai jam tangan-ku...

kata2 langsung dari bhante pannavaro: "Kalau keakuan tidak lahir, penderitaan tidak mengikuti. Pada saat aku lahir, penderitaan mulai", sejalan dengan kata2 Buddha seorang arahat tidak lagi berpikir "ini aku, ini milikku, ini diriku". bagi saya, apa yg dipaparkan pak hudoyo, bhante pannavaro dan Buddha semuanya sejalan dan sangat telak dalam konteks dukkha dan lenyapnya dukkha.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline morpheus

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.750
  • Reputasi: 110
  • Ragu pangkal cerah!
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #367 on: 29 December 2010, 11:56:04 PM »
Jika kita mencap, menilai diri yang tidak kekal ini sebagai sesuatu yang sangat buruk, yang hitam tanpa putih, tidak berguna sama sekali, “aku tidak mungkin membebaskan diri dari aku”, yang perlu dimusnahkan, lalu siapa atau apa yang mengamati secara pasif dan melihat langsung gerak-gerik pikiran/aku ini agar mencapai kebenaran?
ini pernah ditanyakan oleh om upa dan saya gagal total dalam menjawabnya. mau coba sekali lagi...

ya, disaat aku ingin duduk bermeditasi, itu adalah gerak si aku
ya, disaat aku menderita dan ingin keluar dari penderitaan, itu adalah gerak si aku
ya, disaat aku berjuang berkelahi ingin memusnahkan kilesa2, itu adalah gerak si aku
ya, disaat aku ingin mencapai nibbana, itu adalah gerak si aku

namun disaat semua terlepas (let go), tanpa konflik keinginan, disaat hanya ada sadar (aware), tidak ada si aku di sana...

jadi imo, didalam diskusi #1, ph ingin menerangkan segala macam ambisi, keinginan, perjuangan, perkelahian dan segala macam usaha aktif untuk mencapai sesuatu dan untuk memusnahkan sesuatu, dalam konteks dukkha dan lenyapnya dukkha, harus dilepaskan (inilah susahnya komunikasi dengan bahasa, karena "harus dilepaskan" itu sendiri mengandung makna aktif, padahal yg dimaksudkan benar2 pasif, tidak ada gerak / usaha, hanya ada sadar). sewaktu ada gerak (thought, cerita bendera hui neng mengenai pikiran yg bergerak) tidak ada sadar dan disitu ada aku. disaat hanya ada sadar, tidak ada si aku.

demikian pemahaman saya.
* I'm trying to free your mind, Neo. But I can only show you the door. You're the one that has to walk through it
* Neo, sooner or later you're going to realize just as I did that there's a difference between knowing the path and walking the path

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #368 on: 30 December 2010, 05:58:24 AM »
In religion, they become "holier than thou" types filled with terrible hatreds.
(John Keel)

Dalam agama, mereka yang menjadi tipe “(aku) lebih suci dari kamu” adalah (orang-orang yang) penuh dengan kebencian yang menakutkan.
(John Keel)

---------------------------------------------------------

Buddhism is not immune to extremism, and you run into terrible trouble when you start trying to criticize Threavada teachings, the most fundamentalist type of Buddhism.
(Mana – Freethinker & Former Theravada Buddhism)

Buddhisme tidak kebal dari ekstremisme, dan kamu akan menemukan masalah yang menakutkan ketika kamu mulai mencoba mengkritik ajaran-ajaran Theravada, sebuah tipe Buddhisme yang paling fundamentalis.
(Mana – Pemikir Bebas & Mantan Buddhisme Theravada)

---------------------------------------------------------

Religion can never reform mankind, because religion is slavery.
(Robert Ingersoll – USA Father of Agnostic)

Agama tak pernah dapat mereformasi umat manusia, sebab agama adalah perbudakan.
(Robert Ingersoll – Bapa Agnostik Amerika Serikat)

----------------------------------------------------------

Theravada Buddhism is in doubt about everything except the Tipitaka itself. The hope of nibbana is no hope at all - only death and total extinction. Theravada Buddhism is an undercover atheism and nihilism.
(Steve – Independent Liberal Christian & Former Theravada Buddhism)

Buddhisme Theravada meragukan segala sesuatu kecuali Tipitaka itu sendiri. Harapan akan nibbana adalah sesungguhnya tiada harapan – hanya kematian dan kemusnahan total. Buddhisme Theravada adalah atheisme dan nihilisme yang menyamar.
(Steve – kr****n Liberal Independen & Mantan Buddhisme Theravada)

---------------------------------------------------------

If someone starts shouting, "Cult! Cult!", he or she is probably a cult unto him or herself.
(Acharya S Murdock – Writer of Suns of God)

Jika seseorang mulai berteriak (menuduh yang lain), “Kultus! Kultus!” dia sendiri mungkin (juga pengikut sebuah) kultus.
(Acharya S Murdock – Penulis Suns of God)

--------------------------------------------------------

Religion does not unite people. It divides them. Religion is not only a barrier to world peace but a thwarter and a stumbling block to world progress.
(G. Vincent Runyon – Atheist Leader & Former Christian Priest)

Agama tidak menyatukan manusia. Agama memecahbelah manusia. Agama tidak hanya sebuah penghalang perdamaian dunia tapi juga penghalang & penghambat kemajuan dunia.
(G. Vincent Runyon – Pemimpin Atheis & Mantan Pendeta kr****n)

---------------------------------------------------------

Think most :?? Talk more ;D

Offline Thema

  • Teman
  • **
  • Posts: 64
  • Reputasi: 2
  • Gender: Male
  • Think Most Talk More
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #369 on: 30 December 2010, 06:01:54 AM »
Zen berusaha menjembatani Theravada dan Mahayana yang berdebat tiada akhir mengenai (pari)nibbana yang mana Theravada cenderung nihilis dan Mahayana cenderung eternalis.

Untuk menjembataninya maka Zen bersikap skeptis terhadap Tipitaka maupun Tripitaka. Karena itu ajaran Zen disebut ajaran di luar kitab. Karena itu kadang Zen nampak ekstrem seperti membakar patung Buddha atau membakar kitab suci. Bahkan pepatah yang terkenal ekstrem adalah “Meet Buddha? Kill Buddha!” maksudnya adalah agar kita waspada terhadap guru/buddha palsu seperti LSY misalnya.

Meditasi dalam Zen gampang-gampang susah. Intinya hanya berusaha agar PIKIRAN tak bergerak, kita hanya mengamati pikiran-pikiran yang timbul tenggelam tanpa terpengaruh terhadapnya. Dan itu tidak dilakukan saat meditasi saja namun juga ketika beraktivitas sehari-hari.

Saya tak mau berkomentar lagi. Ini adalah postingan saya yang terakhir. Semoga rekan-rekan Buddhist bisa memahami maksud baik saya.

Sebagai perpisahan saya berikan kisah Zen yaitu mengenai Tiga Bhiksu Bermeditasi Bisu (anggaplah yang pertama dari Mahayana, yang kedua dari Theravada dan yang ketiga dari Zen). Semoga dapat dijadikan bahan renungan.

Tiga Bhiksu bersama-sama melakukan meditasi dan berjanji untuk tidak bersuara sama sekali.
Namun ketika sedang asyik-asyiknya bermeditasi, tiba-tiba lampu mati.
Bhiksu Pertama (Mahayana) : “Wah, mati lampu!”
Bhikkhu Kedua (Theravada): “Hei, koq kamu bersuara!”
Bhiksu Ketiga (Zen) : “Ha..ha…ha.. Kalian berdua bersuara!”

Yang terakhir itu ya saya. Pikiran saya ikut bergerak. =))

Sorry, kalau saya telah menyinggung ego Anda-anda semua di sini. Mohon ampun, ^:)^

Bye

Namo Buddhaya
Think most :?? Talk more ;D

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #370 on: 30 December 2010, 06:05:54 AM »
In religion, they become "holier than thou" types filled with terrible hatreds.
(John Keel)

Dalam agama, mereka yang menjadi tipe “(aku) lebih suci dari kamu” adalah (orang-orang yang) penuh dengan kebencian yang menakutkan.
(John Keel)

---------------------------------------------------------

Buddhism is not immune to extremism, and you run into terrible trouble when you start trying to criticize Threavada teachings, the most fundamentalist type of Buddhism.
(Mana – Freethinker & Former Theravada Buddhism)

Buddhisme tidak kebal dari ekstremisme, dan kamu akan menemukan masalah yang menakutkan ketika kamu mulai mencoba mengkritik ajaran-ajaran Theravada, sebuah tipe Buddhisme yang paling fundamentalis.
(Mana – Pemikir Bebas & Mantan Buddhisme Theravada)

---------------------------------------------------------

Religion can never reform mankind, because religion is slavery.
(Robert Ingersoll – USA Father of Agnostic)

Agama tak pernah dapat mereformasi umat manusia, sebab agama adalah perbudakan.
(Robert Ingersoll – Bapa Agnostik Amerika Serikat)

----------------------------------------------------------

Theravada Buddhism is in doubt about everything except the Tipitaka itself. The hope of nibbana is no hope at all - only death and total extinction. Theravada Buddhism is an undercover atheism and nihilism.
(Steve – Independent Liberal Christian & Former Theravada Buddhism)

Buddhisme Theravada meragukan segala sesuatu kecuali Tipitaka itu sendiri. Harapan akan nibbana adalah sesungguhnya tiada harapan – hanya kematian dan kemusnahan total. Buddhisme Theravada adalah atheisme dan nihilisme yang menyamar.
(Steve – kr****n Liberal Independen & Mantan Buddhisme Theravada)

---------------------------------------------------------

If someone starts shouting, "Cult! Cult!", he or she is probably a cult unto him or herself.
(Acharya S Murdock – Writer of Suns of God)

Jika seseorang mulai berteriak (menuduh yang lain), “Kultus! Kultus!” dia sendiri mungkin (juga pengikut sebuah) kultus.
(Acharya S Murdock – Penulis Suns of God)

--------------------------------------------------------

Religion does not unite people. It divides them. Religion is not only a barrier to world peace but a thwarter and a stumbling block to world progress.
(G. Vincent Runyon – Atheist Leader & Former Christian Priest)

Agama tidak menyatukan manusia. Agama memecahbelah manusia. Agama tidak hanya sebuah penghalang perdamaian dunia tapi juga penghalang & penghambat kemajuan dunia.
(G. Vincent Runyon – Pemimpin Atheis & Mantan Pendeta kr****n)

---------------------------------------------------------



 :o)

=))

 _/\_
Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline adi lim

  • Sebelumnya: adiharto
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.993
  • Reputasi: 108
  • Gender: Male
  • Sabbe Satta Bhavantu Sukhitatta
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #371 on: 30 December 2010, 06:09:44 AM »
Zen berusaha menjembatani Theravada dan Mahayana yang berdebat tiada akhir mengenai (pari)nibbana yang mana Theravada cenderung nihilis dan Mahayana cenderung eternalis.

Untuk menjembataninya maka Zen bersikap skeptis terhadap Tipitaka maupun Tripitaka. Karena itu ajaran Zen disebut ajaran di luar kitab. Karena itu kadang Zen nampak ekstrem seperti membakar patung Buddha atau membakar kitab suci. Bahkan pepatah yang terkenal ekstrem adalah “Meet Buddha? Kill Buddha!” maksudnya adalah agar kita waspada terhadap guru/buddha palsu seperti LSY misalnya.

Meditasi dalam Zen gampang-gampang susah. Intinya hanya berusaha agar PIKIRAN tak bergerak, kita hanya mengamati pikiran-pikiran yang timbul tenggelam tanpa terpengaruh terhadapnya. Dan itu tidak dilakukan saat meditasi saja namun juga ketika beraktivitas sehari-hari.

Saya tak mau berkomentar lagi. Ini adalah postingan saya yang terakhir. Semoga rekan-rekan Buddhist bisa memahami maksud baik saya.

Sebagai perpisahan saya berikan kisah Zen yaitu mengenai Tiga Bhiksu Bermeditasi Bisu (anggaplah yang pertama dari Mahayana, yang kedua dari Theravada dan yang ketiga dari Zen). Semoga dapat dijadikan bahan renungan.

Tiga Bhiksu bersama-sama melakukan meditasi dan berjanji untuk tidak bersuara sama sekali.
Namun ketika sedang asyik-asyiknya bermeditasi, tiba-tiba lampu mati.
Bhiksu Pertama (Mahayana) : “Wah, mati lampu!”
Bhikkhu Kedua (Theravada): “Hei, koq kamu bersuara!”
Bhiksu Ketiga (Zen) : “Ha..ha…ha.. Kalian berdua bersuara!”

Yang terakhir itu ya saya. Pikiran saya ikut bergerak. =))

Sorry, kalau saya telah menyinggung ego Anda-anda semua di sini. Mohon ampun, ^:)^

Bye

Namo Buddhaya

itu cuma kesimpulan dan analisa bro thema silahkan ^:)^

 =))
 _/\_


Seringlah PancaKhanda direnungkan sebagai Ini Bukan MILIKKU, Ini Bukan AKU, Ini Bukan DIRIKU, bermanfaat mengurangi keSERAKAHan, mengurangi keSOMBONGan, Semoga dapat menjauhi Pandangan SALAH.

Offline Indra

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 14.819
  • Reputasi: 451
  • Gender: Male
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #372 on: 30 December 2010, 06:22:53 AM »
Saya tak mau berkomentar lagi. Ini adalah postingan saya yang terakhir. Semoga rekan-rekan Buddhist bisa memahami maksud baik saya.

Bye

Namo Buddhaya

sayang sekali, saya pikir anda dapat bertahan lebih lama di sini. silahkan datang lagi kalau anda sempat (tentu saja ini hanyalah basa-basi, jangan dianggap serius)

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #373 on: 30 December 2010, 06:41:49 AM »
Zen berusaha menjembatani Theravada dan Mahayana yang berdebat tiada akhir mengenai (pari)nibbana yang mana Theravada cenderung nihilis dan Mahayana cenderung eternalis.

Untuk menjembataninya maka Zen bersikap skeptis terhadap Tipitaka maupun Tripitaka. Karena itu ajaran Zen disebut ajaran di luar kitab. Karena itu kadang Zen nampak ekstrem seperti membakar patung Buddha atau membakar kitab suci. Bahkan pepatah yang terkenal ekstrem adalah “Meet Buddha? Kill Buddha!” maksudnya adalah agar kita waspada terhadap guru/buddha palsu seperti LSY misalnya.

Meditasi dalam Zen gampang-gampang susah. Intinya hanya berusaha agar PIKIRAN tak bergerak, kita hanya mengamati pikiran-pikiran yang timbul tenggelam tanpa terpengaruh terhadapnya. Dan itu tidak dilakukan saat meditasi saja namun juga ketika beraktivitas sehari-hari.

Saya tak mau berkomentar lagi. Ini adalah postingan saya yang terakhir. Semoga rekan-rekan Buddhist bisa memahami maksud baik saya.

Sebagai perpisahan saya berikan kisah Zen yaitu mengenai Tiga Bhiksu Bermeditasi Bisu (anggaplah yang pertama dari Mahayana, yang kedua dari Theravada dan yang ketiga dari Zen). Semoga dapat dijadikan bahan renungan.

Tiga Bhiksu bersama-sama melakukan meditasi dan berjanji untuk tidak bersuara sama sekali.
Namun ketika sedang asyik-asyiknya bermeditasi, tiba-tiba lampu mati.
Bhiksu Pertama (Mahayana) : “Wah, mati lampu!”
Bhikkhu Kedua (Theravada): “Hei, koq kamu bersuara!”
Bhiksu Ketiga (Zen) : “Ha..ha…ha.. Kalian berdua bersuara!”

Yang terakhir itu ya saya. Pikiran saya ikut bergerak. =))

Sorry, kalau saya telah menyinggung ego Anda-anda semua di sini. Mohon ampun, ^:)^

Bye

Namo Buddhaya
babay. GBU ;D
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))

Offline ryu

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 13.403
  • Reputasi: 429
  • Gender: Male
  • hampir mencapai penggelapan sempurna ;D
Re: Pertanyaan kritis mengenai theravada menurut pandangan yg berbeda.
« Reply #374 on: 30 December 2010, 06:57:01 AM »
ini pernah ditanyakan oleh om upa dan saya gagal total dalam menjawabnya. mau coba sekali lagi...

ya, disaat aku ingin duduk bermeditasi, itu adalah gerak si aku
ya, disaat aku menderita dan ingin keluar dari penderitaan, itu adalah gerak si aku
ya, disaat aku berjuang berkelahi ingin memusnahkan kilesa2, itu adalah gerak si aku
ya, disaat aku ingin mencapai nibbana, itu adalah gerak si aku

namun disaat semua terlepas (let go), tanpa konflik keinginan, disaat hanya ada sadar (aware), tidak ada si aku di sana...

jadi imo, didalam diskusi #1, ph ingin menerangkan segala macam ambisi, keinginan, perjuangan, perkelahian dan segala macam usaha aktif untuk mencapai sesuatu dan untuk memusnahkan sesuatu, dalam konteks dukkha dan lenyapnya dukkha, harus dilepaskan (inilah susahnya komunikasi dengan bahasa, karena "harus dilepaskan" itu sendiri mengandung makna aktif, padahal yg dimaksudkan benar2 pasif, tidak ada gerak / usaha, hanya ada sadar). sewaktu ada gerak (thought, cerita bendera hui neng mengenai pikiran yg bergerak) tidak ada sadar dan disitu ada aku. disaat hanya ada sadar, tidak ada si aku.

demikian pemahaman saya.

boleh ikut tanya om? kondisi lenyapnya duka dengan let go, tanpa konflik keinginan, aware itu bisa bertahan dengan cara apa?
Janganlah memperhatikan kesalahan dan hal-hal yang telah atau belum dikerjakan oleh diri sendiri. Tetapi, perhatikanlah apa yang telah dikerjakan dan apa yang belum dikerjakan oleh orang lain =))