Dalam sutta ini, memang tampak bahwa Bhikkhu Channa bunuh diri setelah beliau mencapai arahat. Akan tetapi, kitab komentar dari Sutta ini menjelaskan bahwa sesungguhnya beliau mencapai arahat sesaat setelah ia memotong tenggorokannya dengan pisau.. Saat mencoba bunuh diri, ia belum mencapai arahat.
bagi saya dalam sutta sudah sangat tegas bahwa bhikkhu Channa sudah arahat sebelumnya.
Sang Buddha pun menjawab Sariputta berdasarkan pernyataan Channa:
‘Sariputta, wasn’t the faultlessness of the bhikkhu Channa declared in your presence?’Sariputta menganggap pernyataan "faultlessness" Channa menggunakan pisau dalam arti lain &
dan Buddha mempertegas pernyataan "faultlessness" Channa kepada Sariputta lagi.
semakin aneh jika menganggap Channa belum arahat tapi menyatakan "faultless" mengggunakan pisau... dalam hal ini saya menyampingkan kitab komentar...
namun jika dilihat dari kitab komentar, seorang arahat seperti Ananda pun mengakhiri hidupnya dg menggunakan api. (bagi saya bedanya hanya tool utk mengakhiri hidup, Channa dg pisau, Ananda dg abhinna).
Satu lagi ketika Ananda membakar dirinya pada saat parinibbana. Apakah itu tindakan bunuh diri.?
dalam bahasa sehari-hari kita mengatakan bunuh diri & permasalahnnya adalah "pelaku", tetapi dalam kasus arahat kita boleh mengganti pertanyaannnya dg "apa yg mendorong arahat mengakhiri nama & rupa?"... seorang arahat sudah tidak ada LDM yg mendorong tindakannya, lantas apa yg menyebabkan arahat mengakhiri nama & rupannya? bagaimana pikiran arahat, kenapa bisa sampai mengakhiri nama & rupanya yg belum habis berproses?
(kalau nasehat Buddha, ini salah satu hal yg tidak seharusnya dipikirkan, acinteyya (cmiiiw))