//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: sisi yang ke3=keseimbangan.  (Read 10176 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline M14ka

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.821
  • Reputasi: 94
  • Gender: Female
  • Live your best life!! ^^
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #15 on: 21 February 2013, 02:06:07 PM »
Keputusan untuk melakukan sebuah perbuatan didasari oleh kemampuan berpikir (nalar), tingkat pendidikan (wawasan), serta kebiasaan (perilaku dan tabiat). Semua itu didapat dari hasil pergaulan, tempat belajar (bersekolah), serta bimbingan (larangan, teguran, ajaran) dari orang tua. Jadi, orang tua tetap berperan besar dalam menentukan akan jadi seperti apa anaknya kelak. Ada pepatah, "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", atau "Anak ibarat secarik kertas putih". Kedua pepatah ini menunjukkan bahwa orang tua dan anak ada keterkaitan. Bila anak melakukan kesalahan, tentu faktor didikan keluarga (orang tua khususnya) dan lingkungan eksternal lain (sekolah/kampus, tempat berkumpul/bermain) tetap berperan.

Jika si anak murni disalahkan, tentu ini tidak introspektif dan rehabilitatif sifatnya (menyalahkan satu pihak dan mengabaikan faktor penyebab lain-lain).

Dari segi agama Buddha (maaf jika OOT), semua makhluk itu juga tidak berinti tetap (anatta), dan semua perbuatan makhluk tersebut didorong dan dipicu oleh faktor-faktor (internal maupun eksternal). Jadi, menyalahkan satu pihak, sama dengan menganggap seolah-olah ada satu persona/individu yang tetap/hakiki (atta).

Semoga dipahami.

Salam.  _/\_

Jadi tidak ada yang salah ya?

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #16 on: 21 February 2013, 02:48:10 PM »
ada cerita nyata yang saya alami sendiri.
tahun lalu anak sepupu saya yang masih kuliah(di surabaya) kena rampok subuh jam 4 pagi,mobil yang masih baru berapa bulan dibelikan ayahnya diambil paksa,lalu anak itu di tembak dan dibuang di pinggir jalan tol.
ternyata anak itu baru pulang dari dugem di sebuah tempat,dan memang sudah sering.
saat melayat itulah saya mendengar komentar dari tamu2 yang datang.
ada 3 pandangan yang berbeda.
A bilang itu sudah takdir.
b bilang itu adalah karma si anak.
C bilang itu kesalahan orang tua yang kurang perhatian terhadap kehidupan anaknya.

yang menarik komentar si C----
bila semua musibah selalu di limpahkan ke takdir atau karma,maka si orang tua tidak perlu lagi mendidik anak,tidak perlu lagi mengawasi anak,bahkan lepas tanggung jawab.

demikianlah pemahaman umat awam.
sebetulnya kejadian seperti ini salah siapa?

Muncul bergantungan pada semua kondisi yang ada, tidak ada yang menjadi penyebab utama, karena tidak ada penyebab utama. Segala sesuatu muncul salin bergantungan pada semua kondisi

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #17 on: 21 February 2013, 02:55:11 PM »

Dari segi agama Buddha (maaf jika OOT), semua makhluk itu juga tidak berinti tetap (anatta), dan semua perbuatan makhluk tersebut didorong dan dipicu oleh faktor-faktor (internal maupun eksternal). Jadi, menyalahkan satu pihak, sama dengan menganggap seolah-olah ada satu persona/individu yang tetap/hakiki (atta).

Semoga dipahami.

Salam.  _/\_

Itulah gunanya damma yang menjadi suatu pengertian dan pemahaman bukan hanya menjadi pengetahuan.
Jika menyalahkan pada sesuatu personal,
Apa gunanya damma yg dipelajari. Ia hanya memperberat kepala. Pengetahuan damma hanya menambah kobodohan. Semakin berilmu semakin berat kepalamu seperti padi yang berisi, karena semakin banyak pengetahuan yang di timbun.

Semakin berat beban pengatahuan/kebodohan yang dibawa.


Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #18 on: 21 February 2013, 02:56:47 PM »
Jadi tidak ada yang salah ya?

Ya, seperti dituliskan rekan Djoe:
Muncul bergantungan pada semua kondisi yang ada, tidak ada yang menjadi penyebab utama, karena tidak ada penyebab utama. Segala sesuatu muncul salin bergantungan pada semua kondisi

Jika seseorang atau sebagian orang beranggapan bahwa si anak ini salah, keras kepala, suka membantah, dsb... orang tersebut hanya menilai secara sepihak dan mengabaikan faktor-faktor lain (konflik batin si anak, tabiat yang telah dipupuk sejak belia/dini, reaksi yang salah dari orang tua terhadap kenakalan masa kecil, lingkungan bergaul yang buruk, dsb). Maka itu secara sosial-intelektual, anak-anak bermasalah cenderung direhabilitasi psikis dan dibina agar menjadi baik, bukan disalahkan secara total dan sepihak.

Salam.  _/\_

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #19 on: 21 February 2013, 03:00:01 PM »
Itulah gunanya damma yang menjadi suatu pengertian dan pemahaman bukan hanya menjadi pengetahuan.
Jika menyalahkan pada sesuatu personal,
Apa gunanya damma yg dipelajari. Ia hanya memperberat kepala. Pengetahuan damma hanya menambah kobodohan. Semakin berilmu semakin berat kepalamu seperti padi yang berisi, karena semakin banyak pengetahuan yang di timbun.

Semakin berat beban pengatahuan/kebodohan yang dibawa.

Ya, dan berteori dan berpraktek bisa beda.

Di forum dharma dan vihara cenderung lancar menyampaikan Tilakkhana (Tiga Corak kehidupan), tapi ketika memandang sesuatu cenderung atta/atman, bukan anatta/anatman. Hukum karma dan Paticcasamuppada juga, sering jadi teori daripada direalisasikan dalam pandangan sehari-hari.  _/\_

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #20 on: 21 February 2013, 03:02:10 PM »
Ya, dan berteori dan berpraktek bisa beda.

Di forum dharma dan vihara cenderung lancar menyampaikan Tilakkhana (Tiga Corak kehidupan), tapi ketika memandang sesuatu cenderung atta/atman, bukan anatta/anatman. Hukum karma dan Paticcasamuppada juga, sering jadi teori daripada direalisasikan dalam pandangan sehari-hari.  _/\_

Semua ini juga tergantung pada komitmen kita. Dan besar komitmen kita tergantung pada tujuan kita, kehidupan duniawi yang tenang atau pembebasan

Bagi sebagian umat Buddhist, adalah berkurangnya karma buruk dan mendapatkan rezeki.

Offline Hadisantoso

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 310
  • Reputasi: 9
  • Gender: Male
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #21 on: 21 February 2013, 03:33:34 PM »
ada cerita nyata yang saya alami sendiri.
tahun lalu anak sepupu saya yang masih kuliah(di surabaya) kena rampok subuh jam 4 pagi,mobil yang masih baru berapa bulan dibelikan ayahnya diambil paksa,lalu anak itu di tembak dan dibuang di pinggir jalan tol.
ternyata anak itu baru pulang dari dugem di sebuah tempat,dan memang sudah sering.
saat melayat itulah saya mendengar komentar dari tamu2 yang datang.
ada 3 pandangan yang berbeda.
A bilang itu sudah takdir.
b bilang itu adalah karma si anak.
C bilang itu kesalahan orang tua yang kurang perhatian terhadap kehidupan anaknya.

yang menarik komentar si C----
bila semua musibah selalu di limpahkan ke takdir atau karma,maka si orang tua tidak perlu lagi mendidik anak,tidak perlu lagi mengawasi anak,bahkan lepas tanggung jawab.

demikianlah pemahaman umat awam.
sebetulnya kejadian seperti ini salah siapa?
ada 3 pandangan yang berbeda.
A bilang itu sudah takdir.
b bilang itu adalah karma si anak.---memang karma dia hanya sampai disitu.
C bilang itu kesalahan orang tua yang kurang perhatian terhadap kehidupan anaknya.

Dari 3 pandangan diatas------

A menggunakan konsep takdir,pemahaman ini banyak celah.
Di satu sisi kematian si anak SUDAH ditakdirkan,namun di sisi lain dalam konsep takdir juga ada keharusan orang tua untuk mendidik anak.
Sehingga terjadilah benturan,misalnya-----
suatu saat orang tua yang sedang menasehati anaknya,agar menjauh dari kebiasaan buruk yang membahayakan kesehatan dan keselamatan,maka si anak bisa menjawab> tidak masalah ayah,kan sudah ada garis takdir dalam diri saya,bagaimanapun saya menghindari kalau sudah takdir mana bisa menghindar,sebaliknya bila saya belum takdirnya mati,maka tidak ada yang bisa membunuh saya,narkoba sekalipun.

B menggunakan konsep karma diri sendiri,
konsep ini bila tidak hati2 juga akan muncul celah.
Yang saya dengar saat melayat,orang itu begitu ceroboh dalam mengartikan karma,seolah olah terjemahan atau arti karma HAMPIR disamakan dengan takdir,---tidak ada yang bisa merubahnya.
dia telah mengesampingkan faktor external(lingkungan,orang tua,alam DLL) yang bisa mempengaruhi seorang anak untuk MELAKUKAN/MEMILIKI sebuah SEBAB.
seorang anak bisa memiliki sebuah tekad,sebuah pandangan,sebuah pengetahuan tentang efec narkoba pasti ada sebab,------dia telah dicuci otak oleh orang tua,teman ,guru----sehingga dia bisa menghindari narkoba atau prilaku buruk lainnya.
Masalahnya tinggal seberapa hebat deterjen dan seberapa kotor otak yang akan dicuci.
Makanya kadang bisa terjadi----5 bersaudara yang menerima cuci otak dari merk deterjen(orang tua atau guru) yang sama,hasilnya bisa berlainan.

C menggunakan konsep pendidikan umum,tanpa ada unsur spiritual,konsep ini akan mengalami kebuntuan bila si anak memiliki karma buruk yang kuat,sehingga di-didik bagaimanapun si anak tetap bejat,----tapi mungkin bisa mengurangi sedikit,bukan sama sekali sia sia .

Kembali ke kasus yang saya ceritakan,salah siapa?
Agak sulit menjawab dengan tepat kasus perkasus,karena kita tidak paham betul kronologi yang sebenarnya(detail),dan kita juga tidak tahu prilaku mereka sehari hari dari dulu sampai sekarang(keluarga mereka).
Tidak ada artinya dan bukan kapasitas kita untuk memberi vonis siapa yang salah,makna dari kasus ini hanya sebatas untuk menambah kewaspadaan diri kita masing2 dalam perjalanan hidup kita.

Perlindungan,pendidikan,pengawasan ,pembiayaan adalah sebuah kewajiban setiap orang tua terhadap anaknya,maka kelalaian atas sebuah kewajiban adalah sebuah kesalahan.
dan merupakan hak si anak untuk mendapatkan semua itu.

Offline kullatiro

  • Sebelumnya: Daimond
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 6.155
  • Reputasi: 97
  • Gender: Male
  • Ehmm, Selamat mencapai Nibbana
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #22 on: 21 February 2013, 09:29:19 PM »
ini jelas jelas sigalavada sutta, seingat ku ada penjelasan pulang tidak pada waktu nya (pulang sangat malam) mengundang bahaya yang bisa mencelakakan diri kita.

Jadi bila pulang sangat malam sebaik ber grup (min 3 orang), orang kantor mengantar pulang atau ada orang tua ada yang antar jemput.

wa mengalami pulang malam dari warung internet dulu ketika masih belum punya samsung galaxy mini, hujan, angin malam, jalanan yang sepi sekali akhirnya wa pikir sudah terlalu kelamaan dan seperti ini tidak bagus dan tidak sesuai dengan sigalavada sutta.

« Last Edit: 21 February 2013, 09:35:11 PM by kullatiro »

Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #23 on: 21 February 2013, 09:31:52 PM »
ada cerita nyata yang saya alami sendiri.
tahun lalu anak sepupu saya yang masih kuliah(di surabaya) kena rampok subuh jam 4 pagi,mobil yang masih baru berapa bulan dibelikan ayahnya diambil paksa,lalu anak itu di tembak dan dibuang di pinggir jalan tol.
ternyata anak itu baru pulang dari dugem di sebuah tempat,dan memang sudah sering.
saat melayat itulah saya mendengar komentar dari tamu2 yang datang.
ada 3 pandangan yang berbeda.
A bilang itu sudah takdir.
b bilang itu adalah karma si anak.
C bilang itu kesalahan orang tua yang kurang perhatian terhadap kehidupan anaknya.

yang menarik komentar si C----
bila semua musibah selalu di limpahkan ke takdir atau karma,maka si orang tua tidak perlu lagi mendidik anak,tidak perlu lagi mengawasi anak,bahkan lepas tanggung jawab.

demikianlah pemahaman umat awam.
sebetulnya kejadian seperti ini salah siapa?

Abc tidak ada yang salah berpendapat seperti itu, selama itu membawa kebaikan dan dapat menerima kondisi yang terjadi.
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Offline hemayanti

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 4.477
  • Reputasi: 186
  • Gender: Female
  • Appamadena Sampadetha
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #24 on: 21 February 2013, 09:50:33 PM »
ini jelas jelas sigalavada sutta, seingat ku ada penjelasan pulang tidak pada waktu nya (pulang sangat malam) mengundang bahaya yang bisa mencelakakan diri kita.

Jadi bila pulang sangat malam sebaik ber grup (min 3 orang), orang kantor mengantar pulang atau ada orang tua ada yang antar jemput.

wa mengalami pulang malam dari warung internet dulu ketika masih belum punya samsung galaxy mini, hujan, angin malam, jalanan yang sepi sekali akhirnya wa pikir sudah terlalu kelamaan dan seperti ini tidak bagus dan tidak sesuai dengan sigalavada sutta.
om kullatiro, apa hubungannya pulang malam dengan atau tanpa samsun* galaxy mini? ;D
"Sekarang, para bhikkhu, Aku mengatakan ini sebagai nasihat terakhir-Ku: kehancuran adalah sifat dari segala sesuatu yang terbentuk. Oleh karena itu, berjuanglah dengan penuh kesadaran."

Offline djoe

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 892
  • Reputasi: -13
  • Gender: Male
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #25 on: 22 February 2013, 08:48:03 AM »
om kullatiro, apa hubungannya pulang malam dengan atau tanpa samsun* galaxy mini? ;D

Sudah punya samsung mini, sekarang gak perlu lagi ke warung internet.
Dimana mana bisa akses internet, dari kamar tidur sampai kamar mandi
 :))

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #26 on: 22 February 2013, 09:08:26 AM »
Keputusan untuk melakukan sebuah perbuatan didasari oleh kemampuan berpikir (nalar), tingkat pendidikan (wawasan), serta kebiasaan (perilaku dan tabiat). Semua itu didapat dari hasil pergaulan, tempat belajar (bersekolah), serta bimbingan (larangan, teguran, ajaran) dari orang tua. Jadi, orang tua tetap berperan besar dalam menentukan akan jadi seperti apa anaknya kelak. Ada pepatah, "Buah jatuh tidak jauh dari pohonnya", atau "Anak ibarat secarik kertas putih". Kedua pepatah ini menunjukkan bahwa orang tua dan anak ada keterkaitan. Bila anak melakukan kesalahan, tentu faktor didikan keluarga (orang tua khususnya) dan lingkungan eksternal lain (sekolah/kampus, tempat berkumpul/bermain) tetap berperan.

Jika si anak murni disalahkan, tentu ini tidak introspektif dan rehabilitatif sifatnya (menyalahkan satu pihak dan mengabaikan faktor penyebab lain-lain).

Dari segi agama Buddha (maaf jika OOT), semua makhluk itu juga tidak berinti tetap (anatta), dan semua perbuatan makhluk tersebut didorong dan dipicu oleh faktor-faktor (internal maupun eksternal). Jadi, menyalahkan satu pihak, sama dengan menganggap seolah-olah ada satu persona/individu yang tetap/hakiki (atta).

Semoga dipahami.

Salam.  _/\_
analisis saya terhadap kasus ini berdasarkan data-data yang disampaikan TS ko. perkara faktor2 yang anda sebutkan saya anggap ceteris paribus karena ndak disinggung oleh TS :D

ada 3 pandangan yang berbeda.
A bilang itu sudah takdir.
b bilang itu adalah karma si anak.---memang karma dia hanya sampai disitu.
C bilang itu kesalahan orang tua yang kurang perhatian terhadap kehidupan anaknya.

Dari 3 pandangan diatas------

A menggunakan konsep takdir,pemahaman ini banyak celah.
Di satu sisi kematian si anak SUDAH ditakdirkan,namun di sisi lain dalam konsep takdir juga ada keharusan orang tua untuk mendidik anak.
Sehingga terjadilah benturan,misalnya-----
suatu saat orang tua yang sedang menasehati anaknya,agar menjauh dari kebiasaan buruk yang membahayakan kesehatan dan keselamatan,maka si anak bisa menjawab> tidak masalah ayah,kan sudah ada garis takdir dalam diri saya,bagaimanapun saya menghindari kalau sudah takdir mana bisa menghindar,sebaliknya bila saya belum takdirnya mati,maka tidak ada yang bisa membunuh saya,narkoba sekalipun.

B menggunakan konsep karma diri sendiri,
konsep ini bila tidak hati2 juga akan muncul celah.
Yang saya dengar saat melayat,orang itu begitu ceroboh dalam mengartikan karma,seolah olah terjemahan atau arti karma HAMPIR disamakan dengan takdir,---tidak ada yang bisa merubahnya.
dia telah mengesampingkan faktor external(lingkungan,orang tua,alam DLL) yang bisa mempengaruhi seorang anak untuk MELAKUKAN/MEMILIKI sebuah SEBAB.
seorang anak bisa memiliki sebuah tekad,sebuah pandangan,sebuah pengetahuan tentang efec narkoba pasti ada sebab,------dia telah dicuci otak oleh orang tua,teman ,guru----sehingga dia bisa menghindari narkoba atau prilaku buruk lainnya.
Masalahnya tinggal seberapa hebat deterjen dan seberapa kotor otak yang akan dicuci.
Makanya kadang bisa terjadi----5 bersaudara yang menerima cuci otak dari merk deterjen(orang tua atau guru) yang sama,hasilnya bisa berlainan.

C menggunakan konsep pendidikan umum,tanpa ada unsur spiritual,konsep ini akan mengalami kebuntuan bila si anak memiliki karma buruk yang kuat,sehingga di-didik bagaimanapun si anak tetap bejat,----tapi mungkin bisa mengurangi sedikit,bukan sama sekali sia sia .

Kembali ke kasus yang saya ceritakan,salah siapa?
Agak sulit menjawab dengan tepat kasus perkasus,karena kita tidak paham betul kronologi yang sebenarnya(detail),dan kita juga tidak tahu prilaku mereka sehari hari dari dulu sampai sekarang(keluarga mereka).
Tidak ada artinya dan bukan kapasitas kita untuk memberi vonis siapa yang salah,makna dari kasus ini hanya sebatas untuk menambah kewaspadaan diri kita masing2 dalam perjalanan hidup kita.

Perlindungan,pendidikan,pengawasan ,pembiayaan adalah sebuah kewajiban setiap orang tua terhadap anaknya,maka kelalaian atas sebuah kewajiban adalah sebuah kesalahan.
dan merupakan hak si anak untuk mendapatkan semua itu.
dan ternyata bukan jawaban yang diinginkan.

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #27 on: 22 February 2013, 04:26:38 PM »
analisis saya terhadap kasus ini berdasarkan data-data yang disampaikan TS ko. perkara faktor2 yang anda sebutkan saya anggap ceteris paribus karena ndak disinggung oleh TS :D

Tulisan Anda sebelumnya juga menerangkan sesuatu yang tidak dibahas oleh penulis (Adi Lim):

kukira maksud Om adi adalah bagaimanapun orang tua, orang lain, lingkungan, dll (sisi eksternal) itu mengajarkan how to DOs and DONTs, namun tetap keputusan untuk melakukan perbuatan ada di tangan anak tersebut.

 _/\_

Offline juanpedro

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 949
  • Reputasi: 48
  • Gender: Male
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #28 on: 23 February 2013, 07:06:19 AM »
Tulisan Anda sebelumnya juga menerangkan sesuatu yang tidak dibahas oleh penulis (Adi Lim):

 _/\_
iya ya  :)) :)) :))

mungkin karena jawaban saya sama ma Om Adi jadi saya kira alasan Om Adi nggak jauh beda sama dengan alasan saya. tapi nunggu Om Adi explain aja deh. moga-moga sama :P 

Offline Sunya

  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 876
  • Reputasi: -16
  • Nothing, but your perception ONLY
Re: sisi yang ke3=keseimbangan.
« Reply #29 on: 23 February 2013, 07:16:34 AM »
iya ya  :)) :)) :))

mungkin karena jawaban saya sama ma Om Adi jadi saya kira alasan Om Adi nggak jauh beda sama dengan alasan saya. tapi nunggu Om Adi explain aja deh. moga-moga sama :P

Dan jawaban saya dari segi psikologi-sosial dan agama Buddha. Mudah-mudahan sama juga (dengan pendapat ahli). ;D

_/\_