//honeypot demagogic

 Forum DhammaCitta. Forum Diskusi Buddhis Indonesia

Author Topic: Salam Kenal dan Sedikit Sharing Tentang Riwayat (?) Kehidupan Beragama Saya  (Read 3164 times)

0 Members and 1 Guest are viewing this topic.

Offline Irawaty

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Halo, nama saya Irawaty, nama panggilan Ira, asal Medan. Saya baru menemukan website ini malam ini (Rabu, 17 Agustus 2016) dan merasa terketuk hati saya untuk register dan memulai forum untuk berdiskusi dengan anda" sekalian. Saya berasal dari keluarga chinese yg beraliran Kong hucu dan baru mengenal agama Buddha waktu kelas 4 SD dari mata pelajaran agama di sekolah baru saya (sebelumnya saya sekolah di SDN yg tidak mengajarkan agama Buddha), dan mengikuti pelajaran dengan sepenuh hati (menurut saya pada waktu itu). Namun saya mulai goyah waktu SMP sewaktu melihat teman" saya yg beragama lain sepertinya sangat berbahagia sewaktu kebaktian, mereka bernyanyi, menari dan bertepuk tangan, saya bandingkan dengan kebaktian di vihara yang 90% waktunya tenang dan kalem (kecuali 10% waktu curi" waktu gonta-ganti posisi duduk karna kaki kebas dan sakit pinggang), juga ceramah dhamma sangat berbeda dengan ceramah pendeta agama lain yang berapi" dan optimistis. Saya sempat masuk gereja dan dibaptis, dan menjauhi Buddhisme sejak SMP hingga saya lulus kuliah.
Persinggungan kembali antara saya dan Buddhisme terjadi pada dua tahun lalu saat Papa saya tiba" meninggal dunia. Saya sempat mengalami depresi dan kehilangan daya hidup, juga tiap hari dirundung duka dan ketakutan bahwa mungkin saja saya atau anggota keluarga yang lain yang akan meninggal selanjutnya. Selama dua tahun saya seperti mencari kembali kebenaran yang hilang dari diri saya hingga saya merasa kosong, dan saya kembali mempelajari buddhisme dari awal. Belakangan saya mulai sadar, walaupun ini bukan hal baru dalam buddhisme- bahwa segala sesuatu itu tidak kekal adanya. Sungguh kalimat yang simple dan nampak sepele hingga kadang kita melewatkannya begitu saja ketika membacanya di textbook, namun menghantam saya begitu kuat ketika saya menyadarinya.
Saat saya mendapatkan kebenaran ini, saya mulai tenang dan mulai belajar mengendalikan pikiran" negatif saya tentang kematian, dan hal itu sekaligus menghentikan kecemasan yang membuat hidup saya seperti membeku.

Btw, saya menemukan website ini ketika saya mengetikkan "akar dari kesombongan adalah kebodohan", dengan tujuan mencari referensi lebih dalam tentang topik ini. Saya berulang kali mendengar dari orang lain bahwa saya memiliki sikap sombong dan angkuh (dan saya juga sedikit banyak menyadari hal itu) dan saya berusaha mencari cara untuk memperbaiki hal ini karena saya tidak ingin terjadi masalah di kemudian hari karena sifat sombong saya ini.

Saya orang yang suka chatting dan berbagi pikiran dengan orang" yang bersedia, dan alangkah baiknya jika saya bisa mendapatkan dhamma dalam percakapan dalam kehidupan sehari".

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Welcome to DC, sis :)

Btw, saya menemukan website ini ketika saya mengetikkan "akar dari kesombongan adalah kebodohan", dengan tujuan mencari referensi lebih dalam tentang topik ini. Saya berulang kali mendengar dari orang lain bahwa saya memiliki sikap sombong dan angkuh (dan saya juga sedikit banyak menyadari hal itu) dan saya berusaha mencari cara untuk memperbaiki hal ini karena saya tidak ingin terjadi masalah di kemudian hari karena sifat sombong saya ini.

Menurut Buddhisme, kesombongan adalah sifat membandingkan diri sendiri dengan orang lain apakah lebih tinggi, lebih rendah, atau sama yang bersumber dari pandangan diri (atta) dan merupakan salah satu belenggu yang harus dilenyapkan untuk mencapai pembebasan sepenuhnya dari dukkha (penderitaan/ketidakpuasan). Sedangkan kebodohan/delusi (moha/avijja) merupakan akar tidak bermanfaat yang membutakan seseorang dari pemahaman sebenarnya atas fenomena kehidupan yang tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan bukan diri (anatta).

Quote
Saya orang yang suka chatting dan berbagi pikiran dengan orang" yang bersedia, dan alangkah baiknya jika saya bisa mendapatkan dhamma dalam percakapan dalam kehidupan sehari".


Silahkan baca2 dulu thread2 yang ada, kemudian dapat bertanya pada thread ybs atau membuat topik baru jika diperlukan pada ruang subforum yg sesuai.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Irawaty

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
"Menurut Buddhisme, kesombongan adalah sifat membandingkan diri sendiri dengan orang lain apakah lebih tinggi, lebih rendah, atau sama yang bersumber dari pandangan diri (atta) dan merupakan salah satu belenggu yang harus dilenyapkan untuk mencapai pembebasan sepenuhnya dari dukkha (penderitaan/ketidakpuasan). Sedangkan kebodohan/delusi (moha/avijja) merupakan akar tidak bermanfaat yang membutakan seseorang dari pemahaman sebenarnya atas fenomena kehidupan yang tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan bukan diri (anatta)."

Berarti kesombongan dan kebodohan adalah dua hal yang benar" berbeda? Bagaimana cara melenyapkan kesombongan dan bagaimana saya bisa tau kalau kesombongan itu telah lenyap? Kemarin saya membaca bahwa merendahkan diri juga termasuk kesombongan yang halus?

Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
"Menurut Buddhisme, kesombongan adalah sifat membandingkan diri sendiri dengan orang lain apakah lebih tinggi, lebih rendah, atau sama yang bersumber dari pandangan diri (atta) dan merupakan salah satu belenggu yang harus dilenyapkan untuk mencapai pembebasan sepenuhnya dari dukkha (penderitaan/ketidakpuasan). Sedangkan kebodohan/delusi (moha/avijja) merupakan akar tidak bermanfaat yang membutakan seseorang dari pemahaman sebenarnya atas fenomena kehidupan yang tidak kekal (anicca), tidak memuaskan (dukkha), dan bukan diri (anatta)."

Berarti kesombongan dan kebodohan adalah dua hal yang benar" berbeda? Bagaimana cara melenyapkan kesombongan dan bagaimana saya bisa tau kalau kesombongan itu telah lenyap? Kemarin saya membaca bahwa merendahkan diri juga termasuk kesombongan yang halus?

Technically dalam Buddhis, jalan melenyapkan kesombongan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan. Realisasi lenyapnya kesombongan bisa diketahui oleh diri sendiri ketika pandangan keakuan lenyap. Merendahkan diri sendiri terhadap orang lain juga termasuk kesombongan.
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline Irawaty

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Technically dalam Buddhis, jalan melenyapkan kesombongan adalah Jalan Mulia Berunsur Delapan. Realisasi lenyapnya kesombongan bisa diketahui oleh diri sendiri ketika pandangan keakuan lenyap. Merendahkan diri sendiri terhadap orang lain juga termasuk kesombongan.

Terima kasih atas penjelasannya, saya merasa terbantu sekali dengan penjelasan Anda.


Offline seniya

  • Global Moderator
  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 3.469
  • Reputasi: 169
  • Gender: Male
  • Om muni muni mahamuni sakyamuni svaha
Terima kasih atas penjelasannya, saya merasa terbantu sekali dengan penjelasan Anda.



Sama2 sis. Semoga bisa terus aktif di forum ini dan rajin2 post ;D
"Holmes once said not to allow your judgement to be biased by personal qualities, and emotional qualities are antagonistic to clear reasoning."
~ Shinichi Kudo a.k.a Conan Edogawa

Offline sandy773

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 8
  • Reputasi: -1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Sdri ira
1.apakah berbicara dgn bhs kriting didepan banyak orang
   yg tdk tahu artinya, di tempat umum, juga saat disekolah,
   saat olahraga adalah bukan kesombongan.
2.mengapa berbicara mesti 'sembunyi' dan menimbulkan
    tanda tanya bagi yg lain yg mendengar dan tdk tahu artinya.
3. menurut ajaran buda, apakah definisi sombong tdk sama dgn definisi sombong menurut bahasa indonesia.dalam arti tinggi hati,
tdk mengalah, semaunya sendiri.
4. mengapa menggunakan standar sombong versi para ariya.
    Apakah anda seorang ariya magha phala .
    4.1 jika belum, mengapa mengutip dan mempelajari sutta dan sutra yg tdk bisa anda praktekkan, jalani.
    4.2 jika iya, sy bertanya padamu
          Secara praktek, bgmn engkau mampu melepas
           Belenggu kesombongan tanpa air mata.
           tdk usah mencari dibuku.cerita sj.


Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho
Kesombongan adalah belenggu diri bagai siburuk rupa tidak pernah melihat bayangannya sendiri dia merasa baik baik saja. Sebagai manusia adalah alami mempunyai belengu kesombongan diri karena sudah sifat dunia itu terjadi di zaman sekarang. Dalam seribu orang siapa yang tidak pernah menyobongkan diri baik dalam hal sederhana maupun dalam hal yang menyebalkan sekali pun. Kita sebagai orang yang belajar dhamma sudah seharus nya mengenal apa itu kesombongan dan apa yang akan terjadi bila kita terbakar olehnya, bagai kita mengenal sifat api dan bahaya nya maka kita akan waspada dalam menghadapi bahaya api. Sesungguhnya sangat bagus bila kita mengetahui kalau diri kita ini sombong atau tidak halus atau kasar karena dengan mengetahui itu maka kita dapat mencegah perbuatan, ucapan dan pikiran selanjutnya dari jerat kesombongan itu sendiri. Seringkali kita bertemu dengan orang dan berbuat sesuatu dengan tulus, tetapi reaksi orang terhadap kita berbeda. Contoh kita menolong seseorang katakan memberi uang karena orang itu butuh untuk berobat, lalu kita bertemu dengan teman kita dan kita ditanya apakah kamu membantu si A katakan namanya, dan kita menjawab dengan jujur "ya ga seberapa lah cuma sekedarnya" tetapi reasksi sipenanya berbeda dalam pikiran nya sombong banget. Lalu dalam tindakan selanjutnya dia bercerita dengan orang lain bawah perbuatan kita sombong dengan mengatakan yang tidak sebenarnya karena dosa nya dan moha nya maka saya katakan ini bukan lah kesombongan diri kita. Belajar pratek dan yakin lah pada dhamma maka hidup kita akan bahagia terlepas dari cacian makian hinaan orang lain. Karena dalam mempraktekkan dhamma dengan tulis maka tiada cela untuk dicela bagi para bijaksana sekalipun.
Semoga anda bahagia
Semoga semua mahluk bahagia
Sadhu sadhu sadhu.
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Offline Irawaty

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Kesombongan adalah belenggu diri bagai siburuk rupa tidak pernah melihat bayangannya sendiri dia merasa baik baik saja. Sebagai manusia adalah alami mempunyai belengu kesombongan diri karena sudah sifat dunia itu terjadi di zaman sekarang. Dalam seribu orang siapa yang tidak pernah menyobongkan diri baik dalam hal sederhana maupun dalam hal yang menyebalkan sekali pun. Kita sebagai orang yang belajar dhamma sudah seharus nya mengenal apa itu kesombongan dan apa yang akan terjadi bila kita terbakar olehnya, bagai kita mengenal sifat api dan bahaya nya maka kita akan waspada dalam menghadapi bahaya api. Sesungguhnya sangat bagus bila kita mengetahui kalau diri kita ini sombong atau tidak halus atau kasar karena dengan mengetahui itu maka kita dapat mencegah perbuatan, ucapan dan pikiran selanjutnya dari jerat kesombongan itu sendiri. Seringkali kita bertemu dengan orang dan berbuat sesuatu dengan tulus, tetapi reaksi orang terhadap kita berbeda. Contoh kita menolong seseorang katakan memberi uang karena orang itu butuh untuk berobat, lalu kita bertemu dengan teman kita dan kita ditanya apakah kamu membantu si A katakan namanya, dan kita menjawab dengan jujur "ya ga seberapa lah cuma sekedarnya" tetapi reasksi sipenanya berbeda dalam pikiran nya sombong banget. Lalu dalam tindakan selanjutnya dia bercerita dengan orang lain bawah perbuatan kita sombong dengan mengatakan yang tidak sebenarnya karena dosa nya dan moha nya maka saya katakan ini bukan lah kesombongan diri kita. Belajar pratek dan yakin lah pada dhamma maka hidup kita akan bahagia terlepas dari cacian makian hinaan orang lain. Karena dalam mempraktekkan dhamma dengan tulis maka tiada cela untuk dicela bagi para bijaksana sekalipun.
Semoga anda bahagia
Semoga semua mahluk bahagia
Sadhu sadhu sadhu.

Terima kasih atas penjelasannya, sdra Alucard. Memang saya menyadari adanya kesombongan, namun rasanya sulit untuk menyadari waktu terjadinya kesombongan itu alias saya tidak sadar waktu melakukan atau mengucapkannya dan seringkali penyesalan datang waktu saya introspeksi diri. Kadang" reaksi orang lain yg menyadarkan saya akan kesombongan saya dan ketika mengetahuinya, bukannya meminta maaf saya malah ngotot membela diri, namun akhirnya menyesal juga.

Offline Alucard Lloyd

  • Sebelumnya: a.k.agus
  • Sahabat Baik
  • ****
  • Posts: 529
  • Reputasi: 13
  • Gender: Male
  • buddho

Terima kasih atas penjelasannya, sdra Alucard. Memang saya menyadari adanya kesombongan, namun rasanya sulit untuk menyadari waktu terjadinya kesombongan itu alias saya tidak sadar waktu melakukan atau mengucapkannya dan seringkali penyesalan datang waktu saya introspeksi diri. Kadang" reaksi orang lain yg menyadarkan saya akan kesombongan saya dan ketika mengetahuinya, bukannya meminta maaf saya malah ngotot membela diri, namun akhirnya menyesal juga.

Bila sudah dapat menyadari diri itu berarti sudah lebih baik langkah selanjutnya hanya perlu disadari lebih awal, saat kita membersihkan kotoran di panci yang kena gosong maka kita perlu air sabun dan alat gosok untuk menghilangkannya agar bersih kembali bahkan bila kotorannya sudah lama kita butuh berkali kali mengosok dan butuh waktu yang lama, sama dengan latihan dhamma jangan putus asa hanya karena keingian yang cepat sembuh dari penyakit bahtin yang sudah menahun dalam sekali praktek butuh masih banyak waktu agar praktek dhamma mengkilap kembali dari kotornya pikiran ucapan dan perbuatan kita yang sudah tak terkira. Jangan menyerah terus berjuang, dan biasakan meminta maaf terlebih dahulu biarpun kita tidak salah, karena sikap ini adalah sikap yang baik karena kita menghargai orang lain terlebih dahulu.
Agama ku tidak bernama
Karena guru ku telah parinibbana
Yang tertinggal hanyalah dahmma
Agar aku dapat mencapai nibbana

Offline sl99

  • Sahabat
  • ***
  • Posts: 409
  • Reputasi: 33
  • Gender: Male
Re: Salam Kenal dan Sedikit Sharing Tentang Riwayat (?) Kehidupan Beragama Saya
« Reply #10 on: 19 September 2016, 09:36:29 PM »
Disini udah agak sepi, yuk gabung di grup telegram DC, pm ya kalo mau join.
Vaya dhamma sankhara, appamadena sampadetha

Offline DeNova

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.067
  • Reputasi: 106
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Re: Salam Kenal dan Sedikit Sharing Tentang Riwayat (?) Kehidupan Beragama Saya
« Reply #11 on: 23 September 2016, 07:31:02 PM »
Terima kasih atas penjelasannya, sdra Alucard. Memang saya menyadari adanya kesombongan, namun rasanya sulit untuk menyadari waktu terjadinya kesombongan itu alias saya tidak sadar waktu melakukan atau mengucapkannya dan seringkali penyesalan datang waktu saya introspeksi diri. Kadang" reaksi orang lain yg menyadarkan saya akan kesombongan saya dan ketika mengetahuinya, bukannya meminta maaf saya malah ngotot membela diri, namun akhirnya menyesal juga.

Mirip saya ????????????????
Dulu dan mungkin sampai sekarang masih kadang ngotot pertahanin pendapat pribadi, padahal tau mungkin salah tapi akhirnya menyesal...
Jadi sekarang saya membiasakan diri jika ditegur orang pertama2 dengarkan dulu, "kosongkan pikiran" resapi benar gagnya nasihat tsb... Jika memang berguna dan bermanfaat maka akan saya ikutin dan terapkan, namun jika dirasa memang tidak bermanfaat maka forgive and forget aja.  ,????????????????

Offline Irawaty

  • Bukan Tamu
  • *
  • Posts: 10
  • Reputasi: 1
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Mirip saya ????????????????
Dulu dan mungkin sampai sekarang masih kadang ngotot pertahanin pendapat pribadi, padahal tau mungkin salah tapi akhirnya menyesal...
Jadi sekarang saya membiasakan diri jika ditegur orang pertama2 dengarkan dulu, "kosongkan pikiran" resapi benar gagnya nasihat tsb... Jika memang berguna dan bermanfaat maka akan saya ikutin dan terapkan, namun jika dirasa memang tidak bermanfaat maka forgive and forget aja.  ,????????????????

Terima kasih atas sarannya saudara DeNova, memang saya sukanya asal nyeletuk saja tanpa tahu benar-salah, karna sudah terbiasa dimanjakan dari kecil makanya saya maunya didengerin terus dan tidak pernah salah. Belakangan saya menyesal dengan kebodohan saya, tidak ada sebetulnya yg bisa kita banggakan di dunia ini hingga kita jadi sombong.

Satu lagi yg membuat saya pusing ini lho, "inner critic". Itu berupa suara" mempersalahkan diri ketika suatu perkara sudah lewat atau bahkan belum benar" terjadi. Adanya hanya di dalam kepala saya. Hal ini benar" terbalik dengan kesombongan. Jikalau kesombongan tidak mengizinkan saya dikritik orang lain, inner critic saya akan mengkritik diri saya sendiri sampai saya stress dan galau sendiri. Hal ini ditandai dengan kalimat seperti "seandainya saja...." , atau "seandainya saya tidak..." begitu terus berulang-ulang hingga kepala hampir pecah rasanya.
Mungkin saudara pernah mengalami hal ini dan tau solusinya?

Offline DeNova

  • KalyanaMitta
  • *****
  • Posts: 2.067
  • Reputasi: 106
  • Semoga semua mahluk berbahagia
Terima kasih atas sarannya saudara DeNova, memang saya sukanya asal nyeletuk saja tanpa tahu benar-salah, karna sudah terbiasa dimanjakan dari kecil makanya saya maunya didengerin terus dan tidak pernah salah. Belakangan saya menyesal dengan kebodohan saya, tidak ada sebetulnya yg bisa kita banggakan di dunia ini hingga kita jadi sombong.

Satu lagi yg membuat saya pusing ini lho, "inner critic". Itu berupa suara" mempersalahkan diri ketika suatu perkara sudah lewat atau bahkan belum benar" terjadi. Adanya hanya di dalam kepala saya. Hal ini benar" terbalik dengan kesombongan. Jikalau kesombongan tidak mengizinkan saya dikritik orang lain, inner critic saya akan mengkritik diri saya sendiri sampai saya stress dan galau sendiri. Hal ini ditandai dengan kalimat seperti "seandainya saja...." , atau "seandainya saya tidak..." begitu terus berulang-ulang hingga kepala hampir pecah rasanya.
Mungkin saudara pernah mengalami hal ini dan tau solusinya?


Saya masih sering seperti itu, terima aja so inner critic terus dipikir lagi apakah "seandainya" itu akan pasti menghasilkan hal2 sesuai yang kita inginkan misal: kita pulang kerja lewat jalan yang sempit, sepi tapi deket eh ternyata disana jalannya lagi diperbaiki otomatis kita harus putar balik karena tidak dapat melintas, yang awalnya pingin cepat nyampe Rumah ternyata malah lebih lama, pqsti dikepala kita ada yang salah2in, "akh seandainya lewat Jalan biasanya walaupun lebih lambat beberapa menit tapi gag harus ribet putar balik". Namun jika dipikir lagi kira2 mungkin gag peristiwa itu diulang... Jika tidak ya maka biarkan so 'inner critic' ngomel sesukanya dan berpikir positif thinking aja... "Kebetulan abis pulang kerja bisa jalan2, biasanya gag punya waktu eh ini malah bisa cuci mata abis Dari kantor..." iMO menyalahkan diri sih boleh, biasanya kita lbh kejam klo nge- judge diri sendiri, bener gag?
Tapi dipikir lagi klo gag bisa dirubah apa yg sudah terjadi apa boleh buat, nikmati aja ????????????????, IMO lhoo

 

anything